GLOBALISASI/MODERNISASI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Kelompok 2 Pada Mata Kuliah Isu-isu
Aktual dalam Pendidikan
Maisyaroh (0301182131)
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Isu-isu Aktual
dalam Pendidikan bapak Dr. Dedik, M.Si. Yang telah memberikan tugas ini kepada
kami sehingga kami dapat menambah wawasan pengetahuan tentang materi yang
diamanahkan kepada kami. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk
kami, dosen, teman-teman beserta para pembaca. Kami menyadari dalam menyusun
makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sehingga kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan dari dosen pembimbing dan teman-teman.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 18
B. Saran ...................................................................................................................
18
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan dan tantangan yang ada dalam pendidikan Islam baik dalam
proses pembelajaran maupun dalam penerapannya di lembaga sekolah. Sudah menjadi
hal yang biasa ditemukan, segala permasalahan dan tantangan yang ada tersebut harus
dihadapi dan dicari solusinya. Berbagai problematika yang muncul bisa berkenaan
dengan masalah yang bersifat internal maupun eksternal. Walaupun adanya
permasalahan yang harus dihadapi tersebut bukan menjadi penghambat untuk terus
berinovasi ke arah yang lebih baik.
Di era globalisasi ini memberikan efek positif dan negatif bagi umat Islam yang
kemudian menjadi problema atau tantangan pendidikan Islam untuk mengatasi efek
negatif. Dan berupaya untuk tetap menerapkan keislaman dalam proses pendidikan di
lembaga pendidikan dengan menganalisis problematika yang terjadi kemudian dicari
solusi alternatif yang tepat. Sehingga membutuhkan kontribusi yang tepat agar prblema
yang ada tidak menjadikan tujuan pendidikan Islam diam ditempat atau tertinggal.
Dengan demikian problema yang ada kemudian dicari solusi yang tepat maka
akan menjadikan pendidikan Islam yang lebih baik kedepannya. Untuk itu, problema
yang terjadi dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk menganalisis bagaimana
perkembangan dan kemajuan pendidikan Islam di era globalisasi ini.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam definisi di atas terlihat jelas bahwa pendidikan Islam itu membimbing
anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun rohani menuju
terbentuknya kepribadian yang utama sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
Globalisasi secara harfiyah berasal dari kata global yang berarti sedunia atau
sejagat. Menurut A. Qodiy Azizi, menyebut bahwa era globalisasi berarti terjadinya
pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya dan agama di seluruh dunia yang
memanfaatkan jasa komunikasi, transformasi, dan informasi yang merupaakan hasil
modernisasi di bidang teknologi. Proses global ini pada hakikatnya bukan sekedar banjir
barang, melainkan akan melibatkan aspek yang lebih luas, mulai dari keuangan,
1
Komarudin dab Yoke Tjuparmah, Kamus Istilah Karya Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, h. 145
2
Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 896
3
Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2009, h. 34.
4
Hasmiyati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Quantum Teaching Ciputat Press Group,
2008, h. 25.
3
pemilikan modal, pasar, teknologi, daya hidup, bentuk pemerintahan, sampai kepada
bentuk-bentuk kesadaran manusia.5
1. Faktor Internal
a. Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan pada dasamya hanya satu, yaitu memanusiakan manusia, atau
mengangkat harkat dan martabat manusia atau human dignity, yaitu menjadi khalifah di
muka bumi dengan tugas dan tanggung jawab memakmurkan kehidupan dan
memelihara lingkungan. Tujuan pendidikan yang selama ini diorientasikan memang
sangat ideal bahkan, lantaran terlalu ideal, tujuan tersebut tidak pemah terlaksana
dengan baik. Orientasi pendidikan, sebagaimana yang dicita-citakan secara nasional,
barangkali dalam konteks era sekarang ini menjadi tidak menentu, atau kabur
kehilangan orientasi mengingat tuntutan pola kehidupan pragmatis dalam masyarakat
Indonesia. Hal ini patut untuk dikritisi bahwa globalisasi bukan semata mendatangkan
efek positif dengan kemudahan-kemudahan yang ada, akan tetapi berbagai tuntutan
kehidupan yang disebabkan olehnya menjadikan dis-orientasi pendidikan. Pendidikan
cenderung berpijak pada kebutuhan pragmatis, atau kebutuhan pasar lapangan, kerja,
sehingga ruh pendidikan Islam sebagai pondasi budaya, moralitas, dan social movement
(gerakan sosial) menjadi hilang.
b. Masalah Kurikulum
5
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Jogjakarta: Gigraf Publishing, 2000, h. 65.
6
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, h.
112-125.
4
Sistem sentralistik terkait erat dengan birokrasi atas bawah yang sifatnya otoriter
yang terkesan pihak "bawah" harus melaksanakan seluruh keinginan pihak "atas".
Dalam system yang seperti ini inovasi dan pembaruan tidak akan muncul. Dalam bidang
kurikulum sistem sentralistik ini juga mempengaruhi output pendidikan. Tilaar
menyebutkan kurikulum yang terpusat, penyelenggaraan sistem manajemen yang
dikendalikan dari atas telah menghasilkan output pendidikan manusia robot. Selain
kurikulum yang sentralistik, terdapat pula beberapa kritikan kepada praktik pendidikan
berkaitan dengan saratnya kurikulum sehingga seolah-olah kurikulum itu kelebihan
muatan. Hal ini mempengaruhi juga kualitas pendidikan. Anak-anak terlalu banyak
dibebani oleh mata pelajaran. Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum
pendidikan Islam tersebut mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun
paradigma sebelumnya tetap dipertahankan. Hal ini dapat dicermati dari fenomena
berikut:
1) Perubahan dari tekanan pada hapalan dan daya ingat tentang teks-teks dari
ajaran-ajaran agama Islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana
pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan makna dan motivasi
beragama Islam untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Islam.
2) Perubahan dari cara berpikir tekstual, normatif, dan absolutis kepada cara
berpikir historis, empiris, dan kontekstual dalam memahami dan
menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam.
3) Perubahan dari tekanan dari produk atau basil pemikiran keagamaan Islam
dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga
menghasilkan produk tersebut.
4) Perubahan dari pola pengembangan kurikulum pendidikan Islam yang hanya
mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum
pendidikan Islam ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru,
peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasikan tujuan Pendidikan
Islam dan cara-cara mencapainya.
c. Pendekatan/Metode Pembelajaran
Peran guru atau dosen sangat besar dalam meningkatkan kualitas kompetensi
siswa/mahasiswa. Dalam mengajar, ia harus mampu membangkitkan potensi guru,
5
memotivasi, memberikan suntikan dan menggerakkan siswa/mahasiswa melalui pola
pembelajaran yang kreatif dan kontekstual (konteks sekarang menggunakan teknologi
yang memadai). Pola pembelajaran yang demikian akan menunjang tercapainya sekolah
yang unggul dan kualitas lulusan yang siap bersaing dalam perkembangan zaman. Siswa
atau mahasiswa bukanlah manusia yang tidak memiliki pengalaman. Sebaliknya,
berjuta-juta pengalaman yang cukup beragam temyata dimiliki. Oleh karena itu, di kelas
pun siswa/mahasiswa harus kritis membaca kenyataan kelas, dan siap mengkritisinya.
Bertolak dari kondisi ideal tersebut, kita menyadari, hingga sekarang ini siswa masih
banyak yang senang diajar dengan metode yang konservatif, seperti ceramah, didikte,
karena lebih sederhana dan tidak ada tantangan untuk berpikir.
Salah satu masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sejak
masa orde baru sampai sekarang adalah profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang
masih belum memadai. Secara kuantitatif, jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya
agaknya sudah cukup memadai, tetapi dari segi mutu dan profesionalisme masih belum
memenuhi harapan. Banyak gum dan tenaga kependidikan masih unqualified, under
qualified, dan mismatch, sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan
menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar kualitatif.
e. Biaya Pendidikan
Pada umumnya masalah yang dihadapi madrasah dalam hal ini sekolah yang
berbasiskan agama, adalah persoalan pembiayaan pendidikan. Kendala utamanya adalah
karena terbatasnya sumber dana yang dapat digali. Selama ini sumber uatama
operasional madrasah, rata-rata diperoleh dari iuran SPP siswa.
2. Faktor Eksternal
a. Dichotomy
Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan Islam adalah dichotomy dalam
beberapa aspek yaitu antara ilmu agama dengan ilmu umum, antara wahyu dengan akal
setara antara wahyu dengan alam. Munculnya problem dikotomi dengan segala
perdebatannya telah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini mulai tampak
pada masa-masa pertengahan. Menurut Rahman, dalam melukiskan watak ilmu
6
pengetahuan Islam zaman pertengahan menyatakan bahwa, muncul persaingan yang tak
berhenti antara hukum dan theologi untuk mendapat julukan sebagai mahkota semua
ilmu.
b. To General Knowledge
Kelemahan dunia pendidikan Islam berikutnya adalah sifat ilmu pengetahuannya
yang masih terlalu general/umum dan kurang memperhatikan kepada upaya
penyelesaian masalah (problem solving). Produk-produk yang dihasilkan cenderung
kurang membumi dan kurang selaras dengan dinamika masyarakat. Menurut Syed
Hussein Alatas menyatakan bahwa, kemampuan untuk mengatasi berbagai
permasalahan, mendefinisikan, menganalisis dan selanjutnya mencari jalan
keluar/pemecahan masalah tersebut merupakan karakter dan sesuatu yang mendasar
kualitas sebuah intelektual. la menambahkan, ciri terpenting yang membedakan dengan
non-intelektual adalah tidak adanya kemampuan untuk berpikir dan tidak mampu untuk
melihat konsekuensinya.
c. Lack of Spirit of Inquiry
Persoalan besar lainnya yang menjadi penghambat kemajuan dunia pendidikan
Islam ialah rendahnya semangat untuk melakukan penelitian/ penyelidikan. Syed
Hussein Alatas merujuk kepada pemyataan The Spirits Rector dari Modemisme Islam,
A1 Afghani, menganggap rendahnya Intellectual Spirit" (semangat intelektual) menjadi
salah satu faktor terpenting yang menyebabkan kemunduran Islam di Timur Tengah.
d. Memorisasi
Rahman menggambarkan bahwa, kemerosotan secara gradual dari standar-
standar akademis yang berlangsung selama berabad-abad tentu terletak pada kenyataan
bahwa, karena jumlah buku-buku yang tertera dalam kurikulum sedikit sekali, maka
waktu yang diperlukan untuk belajar juga terlalu singkat bagi pelajar untuk dapat
menguasai materi-materi yeing seringkali sulit untuk dimengerti, tentang aspek-aspek
tinggi ilmu keagamaan pada usia yang relatif muda dan belum matang. Hal ini pada
gilirannya menjadikan belajar lebih banyak bersifat studi tekstual daripada pemahaman
pelajaran yang bersangkutan. Hal ini menlmbulkan dorongan untuk belajar dengan
sistem hapalan (memorizing) daripada pemahaman yang sebenamya. Kenyataan
menunjukkan bahwa abad-abad pertengahan yang akhir hanya menghasilkan sejumlah
besar karya-karya komentar dan bukan karya-karya yang pada dasamya orsinil.
7
e. Certificate Oriented
Pola yang dikembangkan pada masa awal-awal Islam, yaitu thalah Vilm, telah
memberikan semangat di kalangan muslim untuk gigih mencari ilmu, melakukan
peRjalanan jauh, penuh resiko, guna mendapatkan kebenaran suatu hadits, mencari guru
di berbagai tempat, dan sebagainya. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa
karakteristik para ulama muslim masa-masa awal di dalam mencari ilmu adalah
knowledge oriented. Sehingga tidak mengherankan jika pada masa-masa itu, banyak
lahir tokoh-tokoh besar yang memberikan banyak kontribusi berharga, ulama-ulama
encyclopedic, karya-karya besar sepanjang masa. Sementara jika dibandingkan dengan
pola yang ada pada masa sekarang dalam mencari ilmu menunjukkan kecenderungan
adanya pergeseran dari knowledge oriented menuju certificate oriented semata. Mencari
ilmu hanya merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah saja,
sedangkan semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas berikutnya.
1. Faktor Internal
a. Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam
8
Islam harus dikembalikan kepada fitrah nya sebagai pembinaan akhlak al-karimah tanpa
mengesampingkan dimensi-dimensi penting lainnya dalam institusi pendidikan Islam
baik formal, informal, maupun nonformal. Sehingga pembinaan akhlak dalam
pendidikan Islam di era globalisasi saat ini merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-
tawar. Karena eksis tidaknya suatu bangsa sangat ditentukan akhlak masyarakatnya.7
7
Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2009, h. 90
8
Moh. Wardi, Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya: Perspektif Ontologis,
Epistimologis, dan Aksiologi, Jurnal Tadris, STAIN Pamekasan, Vol. 8, No. 1, Juni 2013, h. 62
9
Ibid, h. 64
9
Pendekatan pembelajaran dalam pendidikan yang biasanya berpusat pada siswa
(student centred approuches) menjadi berpusat pada guru (teacher centred approuches).
Sehingga siswa lebih mudah untuk mengeksplorasi dirinya untuk dapat diterapkan
dalam kehidupan siswa. Begitu juga metode yang dilakukan dapar dilakukan inovasi
guru untuk dapat menentukan teknik pembelajaran yang tepat dan relevan dengan
pendidikan Islam.
10
Ibid, h. 59
11
Abdul Khobir, Pendidikan Agama Islam di Era Globalisasi, Jurnal Forum Tarbiyah, Vol. 7, No. 1,
Juni 2009, h. 9
12
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaha Rosdakarya, 2010, h. 16
13
Ahmad Munir, Manajemen Pembiayaan Pendidikan dalam Perspektif Islam, Malang: UIN
Maulana Malik Ibrahim, Jurnal At-Ta’dib, Vol. 8, No. 2, Desember 2013, h. 236
10
sebaliknya akan membawa lembaga menjadi terpuruk apabila pihak lembaga
tidak mengelola secara profesional, tidak berprinsip pada ketebukaan, tidak
berprientasi pada perbaikan maka semua nya harus dilibatkan. Dilakukan
agar adanya wujud asaa keterbukaan, kebersamaan, serta bertanggung jawab
atas amanah kelembagaan.
2) Terkait dengan penempatan alokasi dana, pihak di dalamnya diupayakan
mampu menyusun dan mengelola dengan baik, berapa anggaran yang ada,
bagaimana anggaran tersebut dibelanjakan atau dialokasikan. Dan apabila
kompenen didalamnya ada yang kurang mengerti, maka perlu dilakukan
diklat tentang bagaimana menyusun anggaran yang baik.
3) Kepala sekolah sebagai penggerak, diharapkan mempunyai keterampilan
entrepreneurship (kemampuan kewirausahaan) dan kemampuan manajerial
serta kesupervisian.
4) Madrasah hendaknya melibatkan masyarakat dalam pengganggaran
pembiayaan pendidikan, melalui rapat rutin atau bisa diselipkan pada rapat
musyawarah kenaikan sekolah atau kelulusan. Agar terbiasa mewujudkan
asas keterbukaan.
5) Lembaga pendidikan Islam dalam hal ini madrasah sebagai lembaga yang
berbasiskan agama yang didalamnya terdapat nilai-nilai luhur, diharapkan
memegang teguh prinsip keadilan, prinsip amanah, kejujuran, musyawarah,
keterbukaan, kedisiplinan, dan sebagainya. Dan prinsip tersebut harus
dipegang teguh oleh seluruh elemen lembaga.
2. Faktor Eksternal
a. Solusi Terhadap Problematika Dikotomi
11
disintegrasi ataupun dikotomi. Sehigga semua obyek bahasan (dalam kurikulum)
dipandang sebagai ilmu Allah yang harus dipelajari untuk mendapatkan bekalan
petunjuk hidup (mempelajari ayatul qauliyah) dan mendapatkan bekal untuk
memperoleh fasilitas hidup (mempelajari ilmu kauniyah).14 Dengan demikian
pandangan dikotomi tersebut tidak menjadi penghambat pelaksanaan pendidikan Islam.
14
Ade Imelda Frimayanti, Strategi Pendidikan Islam dalam Menghadapi Problematika Globalisasi,
Jurnal Al-Hikmah: Agama dan Ilmu Pengetahuan, Bandar Lampung, h. 58
12
e. Solusi Terhadap Problematika Certificate oriented (berorientasi
sertifikat)
1. Faktor Internal
13
dapat terus diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan Islam maka ada tawaran solusi
lain yaitu dalam praktik pendidikan Islam melalui lembaga sekolah atau madrasah maka
guru dapat membiasakan siswa untuk selalu mengutamakan Al-Qur’an dan Hadis dalam
pembelajaran, agar siswa terbiasa untuk mengamalkan hakikat pendidikan Islam
walaupun di era globalisasi ini.
b. Problematika Kurikulum
Muatan kurikulum pendidikan Islam yang banyak membebani siswa dalam
proses pembelajaran, maka perlu dilakukan revisi namun tidak menghambat tujuan
pendidikan Islam. Sehingga apabila revisi tersebut sekiranya mampu mencapai hakikat
pendidikan Islam yang lebih baik maka tidak hanya sebatas pembelajaran saja yang
didapat melainkan juga aplikasi nya dalam kehidupan nyata.
c. Problematika Pendekatan/Metode Pembelajaran
Pendekatan/metode yang dirumuskan sudah sangat baik yang dapat merubah
pola pembelajaran dalam pendidikan Islam. Solusi dalam hal merubah pendekatan atau
metode pembelajaran akan mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Namun itu kembali lagi kepada guru yang menerapkan pendekatan/metode tersebut,
sehingga solusi lain nya dapat dilakukan oleh guru dengan mengembangkan dirinya
yang mengarah pada pemahaman secara mendalam terhadap pendekatan/metode yang
tepat untuk diterapkan.
d. Problematika Profesionalitas dan Kualitas SDM
Solusi yang diberikan dengan cara meningkatkan profesionalisme guru dalam
mengajar dan mendidik dirasa sudah efektif dilakukan untuk kemajuan pendidikan
Islam di era globalisasi ini. Namun ada hal lain yang dapat dilakukan oleh guru itu
sendiri untuk memotivasi dirinya sendiri agar mampu mengembangkan potensi yang
ada dalam dirinya uintuk meningkatkan kualitas nya di dunia pendidikan.
e. Problematika Biaya Pendidikan
Biaya pendidikan yang dihasilkan dari berbagai sumber, maka perlu adanya
solusi lain agar pendidikan Islam dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Yaitu adanya kesadaran dari para praktisi pendidikan untuk memperhatikan biaya
pendidikan yang diperlukan, katakan saja dalam sebuah madrasah. Maka yang menjadi
pemerhati tidak hanya pendidik dan tenaga pendidikan saja, melaikan peran dari semua
pihak yang bersangkutan atau tidak bersangkutan terhadap sebuah lembaga madrasah.
14
Namun karena adanya kesadaran individu bahwa pendidikan itu sangat penting untuk
terus memberikan kontribusi dalam hal biaya kepada lembaga pendidikan tersebut.
2. Faktor Eksternal
a. Problematika Dikotomi
Solusi yang ada sebelumnya yaitu dengan cara membangun paradigma
pendidikan Islam yang sebenarnya adalah solusi yang efektif untuk dilakukan. Karena
dengan berpijak pada al-Qur’an dan Sunnah sudah menjadi keharusan dalam praktik
pendidikan Islam. Maka lebih lanjut dapat dilakukan dengan selalu menanamkan
kepada siswa akan pentingnya pendidikan Islam yang harus memahami esensi dari al-
Qur’an dan Sunnah untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
b. Problematika To General Knowledge
Solusi yang ada tersebut efektif untuk dilakukan, namun tawaran solusi lain
yang dapat diberikan ialah untuk tidak sepenuhnya muatan pendidikan Islam itu hanya
sebatas pendidikan Islam itu sendiri. Melainkan juga adanya perpaduan antara
pengetahuan umum dan Islam dalam sebuah lembaga pendidikan.
d. Problematika Memorisasi
15
teori diatas kerja saja, melainkan dapat diimplikasikan dalam pendidikan Islam yang
sebenarnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya solusi dan tawaran solusi lain sekiranya dapat dijadikan tolak
ukur untuk perbaikan sistem pendidikan Islam yang efektif. Untuk itu perlu dilakukan
berbagai cara agar dapat maksimal dalam implementasinya di lembaga pendidikan
Islam. Problematika pendidikan Islam bukanlah suatu hal yang menjadi gagalnya
pelaksanaanya. Namun hanya saja ditemukan dan dirasakan kendala dalam praktiknya.
B. Saran
Dalam menyelesaikan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurang dan
kekhilafan. Sehingga kritik, saran, masukan, dan bimbingan dari dosen, teman-teman
serta pembaca sangat kami harapkan untuk lebih baik kedepannya dalam menyelesaikan
tugas perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasmiyati, Gani, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Quantum Teaching Ciputat Press
Group, 2008
16
Frimayanti, Ade, Imelda, Strategi Pendidikan Islam dalam Menghadapi Problematika
Globalisasi, Jurnal Al-Hikmah: Agama dan Ilmu Pengetahuan, Bandar
Lampung
Khobir ,Abdul, Pendidikan Agama Islam di Era Globalisasi, Jurnal Forum Tarbiyah,
Vol. 7, No. 1, Juni 2009
Komarudin dan Tjuparmah, Yoke, Kamus Istilah Karya Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara,
2000
Munir, Ahmad, Manajemen Pembiayaan Pendidikan dalam Perspektif Islam, Malang:
UIN Maulana Malik Ibrahim, Jurnal At-Ta’dib, Vol. 8, No. 2, Desember 2013
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008
Tantowi, Ahmad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2009
Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaha Rosdakarya,
2010
Wardi, Moh, Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya: Perspektif
Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologi, Jurnal Tadris, STAIN Pamekasan, Vol.
8, No. 1, Juni 2013
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Jogjakarta: Gigraf Publishing, 2000
17