Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PENDAPAT HAKIM MAHKAMAH SYARIYAH TENTANG

BAGIAN WARISAN AYAH DALAM KHI PASAL 177

Oleh:

ILHAMDI

NIM:2022018002

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LANGSA

1441 H/2021 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembahasan mengenai kewarisan adalah hal yang sangat penting ditengah

masyarakat dan mendapatkan perhatian serius dalam Islam. Meski demikian,

perdebatan mengenai pembagian waris masih menjadi isu menarik untuk di kaji.

Dalam beberapa literatur hukum Islam dapat ditemukan banyak istilah untuk

penyebutan hukum kewarisan Islam, seperti fiqih mawarits, ilmu faraidh, dan hukum

kewarisan1.

Hukum kewarisan Islam merupakan suatu hukum yang mengatur segala sesuatu

yang berkaitan dengan peralihan hak ataupun kewajiban atas harta kekayaan yang

ditinggalkan oleh seseorang setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya.

Ada beberapa istilah yang pasti ada di dalam fikih mawarits yaitu:

1. Ahli Waris, yaitu orang yang menerima warisan. Orang tersebut mendapatkan hak

waris dari hubungan perkawinan ataupun hubungan nasab.

2. Muwaris, yaitu orang yang meningglkan warisan benda peninggalannya

dikarenakan orang tersebut meninggal dunia, baik itu secara hakiki atau berdasarkan

putusan dari pengadilan dalam hal orang hilang dan tidak diketahui kabar berita dan

domisilinya

3. Tirkah, artinya keseluruhan harta peninggalan orang yangmeninggal dunia

1
Endang Srian,Pembagian Waris Berkeadilan Gender,iInstitut Agama Islam Negeri Salatiga,Journal
of Sharia Economic Law,Volume 1, Nomor 2, September 2018

1
sebelum diambilsebagian untuk keperluan pemeliharaan jenazah, pelunasan hutang,

dan pelaksanaan wasiat

4. Al-Irs, yaitu harta warisan yang akan dibagikan kepada ahli waris setelah diambil

sebagiannya untuk keperluan pengurusan jenazah, pelunasan hutang, dan

pelaksanaan wasiat.

5. Warasah, yaitu harta warisan yang telah dibagikan kepada ahli waris.2

Ahli waris yang mendapatkan warisan dibagian kepada dua jalur berdasarkan

kedekatannya denga pewaris yaitu jalur nasab dan jalur sababiyah. Jalur nasab

adalah jalur melalu keturanan darah sedangkan jalur sababiyah karena adanya

hubungan tertentu seperti perkawinan ataupun hubungan wala’. Pada jalur nasab

terdapat dua puluh orang ahli waris yang kemungkinan mendapatkan warisan yaitu

anak laki-laki, cucu laki-laki keturunan anak laki-laki, bapak ,kakek dari garis bapak

dan seterusnya ke atas, saudara laki-lakisekandung ,saudara laki-laki sebapak

,saudara laki-laki seibu ,anak laki-laki saudara laki-laki sekandung ,anak laki-laki

saudara laki-laki sebapak ,paman sekandung, paman sebapak ,anak laki-laki paman

sekandung,anak laki-laki paman sebapak ,anak perempuan ,cucu perempuan

keturunan laki-laki dan seterusnya ke bawah, ibu ,nenek garis ibu, nenek garis

bapak, saudara perempuan sekandung,saudara perempuan sebapak, saudara

perempuan seibu, Sedangkan dari jalur sababiyah ada beberapa yaitu:

1) Ahli waris karena sebab perkawinan, terdiri dari suami atau istri sajab.

2) Ahli waris karena sebab memerdekakan hamba sahaya

3) Dan satu lagi menurut mazhab Hanafi, adalah ahli waris yang menerima
2
Nur Assyafira,Waris Berdasarkan Hukum Islamdi Indonesia,Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam
Dan Pranata Sosial Islam, Vol : 08, No : 1, Mei 202

2
warisan disebabkan adanya perjanjian dan tolong menolong antara dua belah

pihak3.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) merupakan suatu kumpulan atau perhimpunan

bahan-bahan hukum Islam dalam suatu buku atau himpunan kaidah-kaidah hukum

Islam yang disusun secara sistematis dan selengkap mungkin dengan berpedoman

pada rumusan kalimat atau pasal-pasal yang lazim digunakan dalam peraturan

perundang-undangan. Selain itu pengerttian lain Kompilasi Hukum Islam adalah

kumpulan hukum atau aturan islam yang di jadikan sebagai rujukan dalam

kehidupan masyarakat yang beragama islam di indonesia. Sebagaimana telah

diketahui bahwasanya KHI terdiri dari tiga buku. Buku satu tentang perkawinan,

terdiri dari 9 bab dan 170 pasal. Buku dua tentang kewarisan, terdiri dari 6 bab dan

43 pasal yaitu pasal 171 sampai dengan pasal 214. Buku tiga tentang perwakafan,

terdiri dari 5 bab dan 12 pasal yaitupasal 215 sampai dengan pasal 2284.

Masalah tentang kewarisan diatur dalam KHI pada buku dua yaitu pada pasal

171 sampai dengan 214. KHI telah mengatur segala hal tentang kewarisan islam

mulai dari ahli waris, harta warisan,bagian-bagian yang ditetapkan untuk ahli waris,

asabah dan lainnya. Salah satu hal yang akan dikaji pada penelitian ini adalah

kewarisan di dalam KHI pada pasal 177 tentang bagian warisan untuk seorang ayah

ketika pewaris yang meninggalkan harta warisan tidak meninggalkan anak. Dalam

fikih faraidh apabila serorang pewaris ketika meninggal tidak memiliki anak ytetapi

memiliki seorang ayah maka bagian ayah adalah menjadi ashabah, sedangkan dalam

KHI ayah mendapatkan bagian sepertiga.

3
Dr.Maimun Nawawi,M.H.I,Pengantar Hukum Kewarisan Islam,(Pustaka Radja,Surabaya;2016 Hlm118-121
4
Edi Gunawan,Pembaruan Hukum Islam Dalam Kompilasi Hukum Islam,Vol. 12, No. 1, Desember2015,Jurnal
Studia Islamika,Hlm 288

3
Provinsi Aceh dalam penyelesaian sengketa terkait dengan kewarisan

diserahkan kepada hakim mahkamah syar’iyah. Mahkamah Syar’iyah adalah

Lembaga Peradilan Syari’at Islam di Provinsi Aceh sebagai Pengembangan dari

Peradilan Agama yang diresmikan pada tanggal 1 Muharram 1424 H/ 4 Maret 2003

M sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001, Kepres Nomor 11 Tahun

2003 dan Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2002.

Mahkamah syar’iyah memiliki kewanangan dan kekuasaan sama seperti Pengadilan

Agama dan Pengadilan Tinggi Agama namun ditambah dengan kekuasaan dan

kewenangan lain yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dalam bidang ibadah

dan syi’at Islam yang ditetapkan dalam Qanun.5 Dalam menyelesaikan masalah

kewarisan tidak menutup kemungkinan bahwa hakim di mahkamah syar’iyah

menggunaan KHI sebgai rujukan.

Dari latar belakang yang telah penulis paparkan, ada beberapa hal yang menarik

untuk di teliti seperti bagian warisan ayah yang bertentangan antara fikih faraidh

dengan KHI dan jika dihadapkan masalah kewarisan seperti demikiah bagaimana

hakim menyelesaikan masalah tersebut,apakah menggunakan fikih faraidh atau KHI.

Maka penlis akan mengangkat peneltian yang berjudul ANALISIS PENDAPAT

HAKIM MAHKAMAH SYARIYAH TENTANG BAGIAN WARISAN AYAH

DALAM KHI PASAL 177

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana ketentuan waris untuk ayah dalam KHI dan Fiqh faraidh?

5
https://ms-meulaboh.go.id/tugas-dan-fungsi/ 21:35 wib

4
2. Bagaimana pendapat hakim mahkamah syariah kota langsa tentang bagian

warisan ayah dalam KHI?

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan waris untuk ayah dalam KHI dan Fiqh

faraidh

2. Untuk mengetahui bagaimana pendapat hakim mahkamah syariah kota langsa

tentang bagian warisan ayah dalam KHI

D. Manfaat penelitian

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi dan

memiliki kontribusi bagi perkembangan khasanah keilmuan khususnya dalam

bidang Hukum Kewarisan Islam.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam

memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana hak waris ayah

yang terdapat dalam pasal 177 Kompilasi Hukum Islam dan fikih faraidh.

E. Kajian pustaka

Syafri Abrori dalam skripsinya yang berjudul Hak Waris Ayah Ketika Pewaris

Tidak meninggalkan Anak(Studi Kompilasi Hukum Islam Pasal 177)menjelaskan

bahwa dalam KHI bagian ayah ketika pewaris tidak meninggalkan anak adalah

sepertiga. Akan tetapi bagian tersebut terjadi ketika pewaris tidak meninggalkan

anak dan masih meninggalkan ibu dan suami sebgaimana yang tertera dalam Surat

Edaran Mahkamah Agung RI NomorMA / Kumdil / 148 / VI/ K/1994 tanggal 28

Juni Tahun 1994.6

6
Syafri Abrori,l Hak Waris Ayah Ketika Pewaris Tidak meninggalkan Anak(Studi Kompilasi Hukum Islam
Pasal 177),Fakultas Syariah Dan Ilmu Hukumuniversitas Islam Negerisultan Syarif Kasimriau2013

5
Ahmad Mas’ud dalam skripsinya yang berjudul Hak Waris Bagi Ayah Dalam

Pasal 177 Khi(Studi Analisis Pendapat Para Hakim Di Pengadilan Agama Kendal)

menerangkan hak waris ayah dalam hukum Islam dan KHI pada Pasal 177 ayah

mendapat sepertiga bagian, bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila ada anak,

ayah mendapat seperenam bagian. Walaupun rumusannya sudah di jelaskandalam

Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 2 Tahun 1994 tetapi tidak mengubah

secara substansialkarena tidak dapat mengcover secara keseluruhan masalah waris

ayah yang sangat prinsipil. Ketentuan ini bertentangan dengan ketentuan yang diatur

dalam Q.S. An-Nisa’:11 dan kesepakatan ulama’ yang menentukan bagian ayah

dengan cara „ashabahbila pewaris tidak meninggalkan anak, dan mendapat

seperenam bagian bila ada anaklaki-laki, tambah sisa bila bersama anak

perempuan.Pendapat para Hakim di Pengadilan Agama Kendal bisa dikatakan

berbeda pemahaman dalam menanggapi pasal 177 KHI mengenai “ayah mendapat

sepertiga bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila ada anak, ayah

mendapat seperenam bagian”. Namun tetap setuju tentang hak waris ayah mendapat

1/3 jika pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila ada7.

F. Kerangka teori

Hukum kewarisan islam

1. Pengertian kewarisan islam

Kata waris berasal dari bahasa Arab miras. Bentuk jamaknya adalah mawaris,

yang berarti harta peninggalan orang meninggal yang akan dibagikan kepada ahli
7
Ahmad Mas’ud,Hak Waris Bagi Ayah Dalam Pasal 177 Khi(Studi Analisis Pendapat Para Hakim Di
Pengadilan Agama Kendal),(Al-Ahwalas-Syakhsiyah)Fakultas Syari’Ahdan Hukumuniversitasislam Negeri
Walisongosemarang.2016

6
warisnya. Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), Hukum Kewarisan adalah

hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah)

pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa

bagiannya masing-masing.

Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), Hukum Kewarisan adalah “hukum

yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah)

pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa

bagiannya masing-masing

2. Sebab-sebab kewarisan

a) Karena hubungan kekerabatan atau hubungan nasab

b) Karena hubungan Pernikahan

c) Karena Wala’8

3. Penggolongan ahli waris

a) Zawil Furud

Zawil furudadalah ahli waris yang mendapatkan bagian yang telah ditetapkan

secara jelas dan pasti di dalam Alquran serta telah ditetapkan bagiannya masing-

masing

b) Asabah

Asabah adalah kelompok ahli waris yang tidak ditentukan bagiannya,

kadangkala mendapat bagian sisa harta setelah diambil alih oleh ahli waris yang

mempunyai bagian yang telah ditentukan dalam Alquran dan hadits

c) Zawi al-arham

Kelompok ahli waris zawi al-arham adalah kelompok ahli waris yang

8
Dr. H. Akhmad Haries, M.S.I.,Hukum Kewarisan Islam,AR-RUZZ MEDIA;Yogyakarta: 2019 hlm 9-28

7
mempunyai hubungan darah (kekerabatan) dengan pewaris, tetapi tidak mempunyai

bagian yang telah ditentukan berdasarkan Alquran dan hadits serta tidak termasuk

kelompok ahli waris asabah9.

G. Metode penelitian

1. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian kualitatif adalah dengan melakukan observasi, wawancara,

dan studi dokumentasi.

a) Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui untuk melengkapi data dan upaya

memperoleh data yang akurat dan sumber data yang tepat.

b) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk mempertajam analisis

penelitian10.

2. Loaksi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Mahkamah Syar’iyah langsa tepat nya di

jalan TM Bahrum, Desa, Paya Bujok Teungoh, Langsa

3. Subjek penelitian

Subyek penelitian, adalah orang, tempat, atau benda yang akan menjadi

sasaran penelitian. Adapun subjek dari penelitia ini adalah beberapa tokoh

hakim yang ada di Mahkamah Syar’iyah Langsa.


Nasikhul Umam Al-Mabruri ,Keadilan Pembagian Harta Warisan Perspektif Hukum Islam Dan Burgerlijk
9

Wetboekm. Al-Mazahib, Volume 5, Nomer 1, Juni 2017 hlm 118-120

10
Ditha Prasanti,Penggunaan Mediakomunikasi Bagi Remaja Perempuan Dalam Pencarianinformasi
Kesehatan,Jurnal Lontar Vol. 6No 1 Januari-Juni 2018, h 17

8
4. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar kegiatannya menjadi sistematis. Instrumen

yang diguanakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara.

5. Teknik pengumpulan data

Dalam pengumpulan data dari sebuah peneltian terdapat beberapa cara atau

teknik dalam pengumpulannya seperti wawancara. wawancara digunakan

sebagai penunjang untuk pengumpulan data dalam sebuah penelitian.

Wawancara adalah percakapan atau perbincangan untuk mendapatkan

keterangan antaraa dua oranag atau lebih yang dimana pertanyaan diberikan atau

diajukan oleh seseorang yang disebut dengan pewawancara11.

H. Sitematika pembahasan

Dalam penulisan penelitian ini menggunakan sistematika penulisan sebagai

berikut:

Bab pertama menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian

dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi tentang landasan teori mengenai pengertian fikih faraidh atau

mawaris, ahli waris, bagian-bagian untuk ahli waris, bagian waris ayah dalam KHI

pasal 177.

Bab ketiga berisi penjelasan sekilas tentang Mahkamah Syar’iyah Langsa dan

11
Salim Dan Syahrum,Metodelogi Penelitian Kuantitatif,(Bandung:Citapustaka Media,2012),119

9
menjelaskan pendapat hakim Mahkamah Syar’iyah tentang Pendapat Hakim

Mahkamah Syariyah Tentang Bagian Warisan Ayah Dalam Khi Pasal 177.

Bab keempat berisi analisa terhadap pendapat Hakim Mahkamah Syariyah

Tentang Bagian Warisan Ayah Dalam Khi Pasal 177 dan bagian warisan ayah ketika

pewaris tidak meninggalkan anak menurut fikih faraidh.

Bab kelima berisi penutup, kesimpulan, dan saran

10
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................

A. Latar belakang masalah.........................................................................

B. Rumusan masalah..................................................................................

C. Tujuan masalah......................................................................................

D. Manfaat .................................................................................................

E. Kajian pustaka........................................................................................

F. Kerangka teori........................................................................................

G. Metode penelitian..................................................................................

H. Sitematika pembahasan.........................................................................

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................

A. Pengertian fikih faraidh atau mawaris...................................................

B. Ahli waris...............................................................................................

C. Bagian-bagian ahli waris........................................................................

D. Bagian waris ayah dalam khi pasal 177.................................................

BAB III......................................................................................................

Mahkamah Syar’iyah Langsa.....................................................................

Pendapat Hakim Mahkamah Syariyah Tentang Bagian Warisan Ayah Dalam Khi

Pasal 177.....................................................................................................

BAB IV.......................................................................................................

Analisa terhadap pendapat Hakim Mahkamah Syariyah Tentang Bagian Warisan

Ayah Dalam Khi Pasal 177 dan bagian warisan ayah ketika pewaris tidak

meninggalkan anak menurut fikih faraidh..................................................

BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan.............................................................................................

B.Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

Endang, Srian.2018,Pembagian Waris Berkeadilan Gender,iInstitut Agama Islam


Negeri Salatiga,Journal of Sharia Economic Law,Volume 1, Nomor 2,
September

Nur Assyafira,Waris Berdasarkan Hukum Islamdi Indonesia,Al-Mashlahah: Jurnal


Hukum Islam Dan Pranata Sosial Islam, Vol : 08, No : 1, Mei 202

Dr.Maimun Nawawi.2016.Pengantar Hukum Kewarisan Islam,(Pustaka


Radja,Surabaya

Edi ,Gunawan.2015.Pembaruan Hukum Islam Dalam Kompilasi Hukum Islam,Vol.


12, No. 1, Desember,Jurnal Studia Islamika

Syafri ,Abrori.2013.Hak Waris Ayah Ketika Pewaris Tidak meninggalkan


Anak(Studi Kompilasi Hukum Islam Pasal 177),Fakultas Syariah Dan Ilmu
Hukumuniversitas Islam Negerisultan Syarif Kasimriau

Ahmad, Mas’ud.2016.Hak Waris Bagi Ayah Dalam Pasal 177 Khi(Studi Analisis
Pendapat Para Hakim Di Pengadilan Agama Kendal).(Al-Ahwalas-
Syakhsiyah).Fakultas Syari’Ahdan Hukum universitasislam Negeri
Walisongosemarang.

Akhmad, Haries.2019.Hukum Kewarisan Islam,Ar-Ruzz Media;Yogyakarta


Nasikhu,l Umam Al-Mabruri ,Keadilan Pembagian Harta Warisan Perspektif

Hukum Islam Dan Burgerlijk Wetboekm. Al-Mazahib, Volume 5, Nomer 1, Juni

2017

Ditha, Prasanti,Penggunaan Mediakomunikasi Bagi Remaja Perempuan Dalam

Pencarianinformasi Kesehatan,Jurnal Lontar Vol. 6No 1 Januari-Juni 2018

Salim Dan Syahrum.2012.Metodelogi PenelitianKuantitatif,(Bandung:Citapustaka


Media,)

Anda mungkin juga menyukai