Anda di halaman 1dari 2

Kelompok

Nama

1. Azaki mezer saputra


2. Febryan muhabatika gumai (acinggg <3)
3. Muhyi khafaji zikri
4. Rendy sugriska
5. Tio cahya agung pratama
6. Dios adi nugroho

Meraih Berkah dengan Menerapkan Hukum Warisan


Kata berkah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karunia Tuhan yang mendatangkan
kenikmatan bagi kehidupan manusia. Dalam bahasa Arab, berkah berasal dari kata barokah yang
memiliki arti nikmat. Menurut Imam Al-Ghazali juga kata berkah yaitu berarti bertambahnya
kebaikan. Para ulama pun juga menterjemahkan makna kata berkah adalah segala hal yang
berlimpah, baik dari aspek spiritual atau material. Termasuk di dalamnya kasih sayang, ketenangan,
kenyamanan, waktu, usia, dsb.
Ajaran Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya, yang di dalamnya termasuk juga masalah kewarisan. Keberadaan warisan menjadi bukti
bahwa orangtua harus bertanggung jawab terhadap keluarga, anak, dan keturunannya.
Dasar hukum waris yang paling utama adalah Q.S.an-Nisa'/4:7-12 dan 176, Q.S.an-Nahl/16:75 dan
Q.S.al-Ahzab/33:4 serta beberapa hadis Nabi saw.
Arti Q.S.an-Nisa'/4:7-12 dan 176

Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, dan bagi
perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik
sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.

Arti Q.S.an-Nahl/16:75

Allah membuat perumpamaan seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan orang lain, yang tidak
berdaya berbuat sesuatu, dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik, lalu dia menginfakkan
sebagian rezeki itu secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan. Samakah mereka itu?
Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Q.S.al-Ahzab/33:4

Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-
istrimu yang kamu zihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak angkatmu sebagai anak
kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja.

Posisi hukum kewarian Islam di Indonesia merujuk kepada ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam
(KHI) dan Inpres No.1 tahun 1991.
Ketentuan-ketentuan tentang warisan adalah yang paling lengkap diuraikan secara rinci dalam al-
Qur'an terutama mengenai ketentuan pembagian harta warisan (furudul muqaddarah). Hal ini
menunjukkan bahwa persoalan ilmu mawaris dan hukum mempelajarinya perlu mendapat perhatian
yang serius dari kaum muslimin.
Furudhul muqaddarah merupakan para ahli waris yang besar bagiannya dalam harta waris telah
ditentukan langsung di dalam kitab suci Al-Qur'an. Besarnya bagian yang didapatkan oleh Furudhul
Muqaddarah menurut Al-Qur'an ini ada 6 yakni ½, 1/3, ¼, 1/6, 1/8, dan 2/3. Jadi, furudhul
muqaddarah adalah ahli waris
Orang yang memperoleh harta warisan dari orang yang meninggal dunia karena empat sebab, yaitu;
sebab nasab hakiki, sebab nasab hukmi, sebab pernikahan dan sebab hubungan agama.
1. Nasab Hakiki (kerabat yang sebenarnya), ahli waris dengan sebab hubungan darah atau
kerabat sering disebut ahli waris nasabiyah, artinya orang berhak memperoleh bagian harta
peninggalan karena ada hubungan darah (nasab).
2. Nasab Hukmi (wala-kerabat karena memerdekakan), sabda Rasulullah saw: “Wala itu adalah
kerabat seperfi kekerabatan karena nasab” (HR. Ibnu Hibban dan Al- Hakim dan dia
mensahihkan pula).”
Berkah yang didapatkan menerapkan hukum waris islam
1. Terciptanya ketentraman hidup dan suasana kekeluargaan yang harmonis. Syariah adalah
sumber hukum tertinggi yang harus ditaati. Orang yang paling durhaka adalah orang yang
menantang hukum syariah. Syariah itu sendiri diturunkan untuk kebaikan umat Islam dan
memberi jalan keluar yang paling sesuai dengan karakter dan watak dari masing-masing
manusia. Syariah menjadi hukum tertinggi yang harus ditaati, dan diterima dengan ikhlas.
2. Manciptakan keadilan dan mencegah konlik pertikaian. Keadilan yang telah diterapkan,
mencegah munculnya berbagai konlik dalam keluarga yang dapat berujung pada tragedi
pertumpahan darah. Meski dalam praktiknya, selalu saja muncul penentangan yang
bersumber dari akal pikiran.
3. Peduli kepad orang lain
4. Dapat menghindarkan umat Muslim dari terjadinya persengketaan dalam keluarga yang
disebabkan oleh masalah pembagian harta warisan.
5. Dapat mewujudkan atau menciptakan keadilan dalam masyarakat.
6. Menjunjung tinggi hukum Allah SWT dan sunnah Rasulullah SAW.
7. Memperhatikan orang-orang yang terkena musibah karena ditinggalkan anggota
keluarganya.
8. Dapat menghindarkan umat Muslim dari timbulnya fitnah. Sebab, salah satu penyebab
timbulnya fitnah adalah pembagian harta warisan yang tidak benar.

Anda mungkin juga menyukai