Suffi Sawalika Daulay1, Sinta Adelina2, Hazirah Hasibuan3, Nennita Sari4, Nur Khotimah
Tanjung5
Email : suffisawalikadaulay@gmail.com
Abstract
Abstract
Islam has arranged for its people, regarding the distribution of inheritance based on the
Qur'an and Hadith (hadith), then the people are required to continue to learn and continue to
understand the science of faraidh, so that they can always apply it in life, this inclu des three
important elements in it, namely knowledge about relatives who are heirs, knowledge about
the share of each heir, and knowledge about how to calculate which can be related to the
distribution of inherited assets. Dzawil furudh in Islamic inheritance law only gives heirs in a
straight line up or down but also heirs in a sideways line such as siblings or half-sisters,
father/mother, including husbands/widowers or wives/widows, they are all heirs. dzawil
furud who gets a certain share.
Dalam literatur Indonesia kata kewarisan dengan awalan "ke" dan akhiran "an" jelas
menunjukkan kata benda dan mempunyai makna yang berhubungan dengan mewarisi,
diwarisi dan diwariskan. (Achmad, 1996) Kata kewarisan berasal dari bahasa Arab yaitu
waraaa, menurut etimologi atau bahasa kata waraaa memiliki beberapa arti: pertama
mengganti, kedua: memberi, ketiga: mewarisi. Sedangkan secara terminology (istilah),
hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian warisan, mengetur bagian-bagian
yang diterima dari harta peninggalan itu untuk setiap yang berhak. Ada tiga syarat yang harus
dipenuhi agar hukum waris dapat berlaku: pertama, baik harta warisan maupun harta
peninggalan ahli waris harus ada, Ketiga, adanya ahli waris, yaitu orang-orang yang
menerima pengalihan, penerusan, atau pembagian harta warisan. Ahli waris adalah pihak
yang menguasai, menguasai, mengalihkan, atau mewariskan harta warisan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui studi
kepustakaan (Library Research), yaitu metode pengumpulan data dengan mencari, mencatat,
menginventarisasi, mempelajari buku-buku, literatur-literatur peraturan perundang-
undangan, hasil penelitian terdahulu, dan dokumentasi yang berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti. Analisis data dilakukan dengan cara non-statistik, yaitu dengan menggunakan
metode “reflective thinking” dimana data yang diperoleh disusun secara sistematis, kemudian
dianalisis secara kualitatif dan dinyatakan dalam bentuk tulisan yang nyata, sehingga dapat
ditarik kesimpulan untuk mencapai kejelasan mengenai permasalahan yang diteliti.
Pengumpulan data dalam penilitian ini dilakukan dengan teknik studi dokumen, yaitu
pengumpulan data melalui buku-buku, dokumendokumen, peraturan yang telah dikodifikasi,
seluruh informasi tentang perkawinan, dengan cara mengkaji dan menganalisis bahan-bahan
tersebut secara baik dan tepat. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini bersumber
dari data kepustakaan, diperoleh dari peraturan perundang-undangan, bukubuku, dan bahan
hukum lainnya yang mempunyai relevansi dengan masalah yang diteliti. Jenis Bahan Hukum,
Jenis bahan hukum yang di gunakan pada penelitian ini adalah hukum primer yaitu bahan
hukum yang bersumber dari Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti antara lain: Kompilasi Hukum Islam.
Di dalam Al-Qur’an, kata furudh muqaddarah (yaitu pembagian ahli waris secara
fardhyang telah ditentukan jumlahnya) merujuk pada 6 macam. Sedangkan pengertian
Ashaabul Furudh atau dzawil furudh adalah para ahli waris yang menurut syara’ sudah
ditentukan bagian-bagian tertentu mereka mengenai tirkah, atau orang-orang yang berhak
menerima waris dengan jumlah yang ditentukan oleh Syar’i. Pembagian, yaitu setengah (1/2),
seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), dua pertiga (2/3), sepertiga (1/3), dan seperenam (1/6).
Para ahli waris Ashaabul Furudh atau dzawil furudh ada tiga belas, empat dari laki-
laki yaitu suami, ayah, kakek, saudara laki-laki seibu. Sembilan dari perempuan yaitu nenek
atau ibunya ibu dan ibunya bapak, ibu, anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki,
saudara perempuan sekandung, saudara perempuan seibu, saudara perempuan sebapak, dan
isteri.
Bagian Mutlak Pembagian Dzawil Furudh Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI), ahli waris dikelompokan menjadi dua
macam yaitu kelompok berdasarkan hubungan perkawinan dan kelompok berdasarkan
hubungan darah. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 174 KHI:
Adapun yang dibahas dalam laporan penelitian ini adalah ahli waris perempuan
menurut Hukum Islam berdasarkan hubungan perkawinan maupun hubungan darah.
KESIMPULAN
Dzawil furudh dalam hukum waris Islam sama-sama mengenal ahli waris yang
mendapat bagian tertentu yang tidak bisa dikurangi dengan wasiat maupun hibah. Apabila
terjadi pengurangan melalui wasiat dan hibah atau perbuatan hukum lain oleh pewaris maka
para ahli waris dapat melakukan penuntutan melalui pengadilan, baik pengadilan umum
untuk masyarakat yang tunduk kepada KUHPerdata dan pengadilan agama bagi masyarakat
Indonesia yang beragama Islam
Dalam dzawil furud semua ahli waris garis lurus ke atas yaitu ayah, ibu, kakek, nenek
dan seterusnya ke atas dan garis lurus kebawah seperti anak – anak, cucu dan seterusnya serta
saudara sekandung, saudara seayah dan saudara seibu menjadi ahli waris dzawil furud dalam
hokum waris Islam, 2) Lembaga dzawil furud menentukan bahwa isteri/janda dan suami/duda
adalah ahli waris yang mendapat bagian tertentu yaitu duda mmendapat bagian ½ bagian bila
pewaris tidak meninggalkan anak dan bila pewaris meninggalkan anak maka duda mendapat
¼ bagian. Jandan mendapat ¼ bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak dan bila pewaris
meninggalkan anak maka janda mendapat 1/8 bagian.
Dalam system kewarisan zawil furud, ahli waris bibi, baik saudara perempuan dari
ayah maupun dari saudara perempuan dari ibu tidak termasuk ahli waris dzawil furudh
menurut pasal 174 KHI, sementara paman ( saudara laki-laki dari ayah dan ibu) termasuk ahli
waris dzawil furud, padahal bibi sejajar dengan paman karena bibi adalah saauadara kandung
atau seayah dengan paman.. Peneliti menyarankan apabila ada perubahan Kompilasi Hukum
Islam agar bibi dimasukan menjadi ahli waris dzawil furudh karena paman dan bibi adalah
keluarga sedarah yang dekat dari pewaris, sebagaimana menurut system hukum kewarisan
KUHPerdata, bibi adalah termasuk ahli waris meskipun bukan ahli waris legitime portie, agar
tidak terjadi diskriminasi antara para ahli waris.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. K. (1996). Sistem asabah dasar pemindahan hak milik atas harta tinggalan H.
Achmad Kuzari | Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Aceh.
https://pustakaaceh.perpusnas.go.id/detail-opac?id=36586.
Hakim, L. L. (2016). Keadilan Kewarisan Islam Terhadap Bagian Waris 2:1 Antara Laki-
Laki Dengan Perempuan Perspektif Filsafat Hukum Islam | Hakim | AlMaslahah.
https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/Almaslahah/articl e/view/339.
Yahya Taufik dan Djakfar Idris, Kompilasi Hukum Kewarisan Islam, PT. Dunia Pustaka
Jaya, Jakarta, 1995.