Anda di halaman 1dari 9

Lex et Societatis, Vol. V/No.

2/Mar-Apr/2017

HAK WARIS ANAK KANDUNG DAN ANAK PENDAHULUAN


ANGKAT MENURUT KOMPILASI A. Latar Belakang Penulisan
HUKUM ISLAM1 Semenjak dilahirkan didunia, maka manusia
Oleh : Budi Damping2 telah mempunyai hasrat untuk hidup secara
teratur. Hasrat untuk hidup secara teratur
ABSTRAK tersebut dipunyainya sejak lahir dan selalu
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk berkembang di dalam pergaulan hidupnya.
mengetahui bagaimana asas-asas dalam Namun, apa yang dianggap teratur oleh
Hukum Kewarisan menurut hukum Islam dan seseorang, belum tentu dianggap teratur juga
bagaimana kedudukan hak mewaris anak oleh pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu, maka
kandung dan anak angkat menurut Kompilasi manusia sebagai makhluk yang senantiasa
Hukum Islam. Dengan menggunakan metode hidup bersama dengan sesamanya,
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. memerlukan perangkat patokan, agar tidak
Sistem Hukum kewarisan Islam, asas adalah terjadi pertentangan kepentingan sebagai
sesuatu yang menjadi dasar, prinsip, patokan, akibat dari pendapat yang berbeda-beda
acuan atau tumpuan umum untuk berpikir atau mengenai keteraturan tersebut. 3 Patokan–
berpendapat dan lahir dari dasar-dasar filosofi patokan tersebut, tidak lain merupakan
tertentu, serta dilandasi asas hukum antara pedoman untuk berperilaku secara pantas, yang
lain; asas Ijbari, asas Individual Bilateral, Asas sebenarnya merupakan suatu pandangan
Keadilan berimbang , asas kewarisan hanya menilai yang sekaligus merupakan suatu
akibat kematian dan Asas personalitas ke- harapan. 4
Islaman. 2. Hak mewaris anak kandung menurut Salah satu perangkat patokan tersebut
hukum kewarisan Islam disebut sebagai hak adalah hukum waris. Hukum waris merupakan
mewaris sebab keturunan. Di dalam hukum perangkat patokan yang perlu dipahami oleh
kewarisan Islam hak mewaris anak kandung dan setiap insan manusia agar pertentangan
anak angkat berbeda. Anak kandung kepentingan dapat dihindari. Selama hidupnya
perempuan kedudukannya sangat kuat karena setiap manusia memiliki kekayaan. Kekayaan itu
dapat tampil sebagai ahli waris dzul faraid tidak akan dibawa setelah dirinya meninggal
maupun ashabah, namun dalam hal mewaris dunia. Kekayaan itu akan dibagikan kepada yang
anak laki-laki bagiannya lebih besar dari pada berhak menerimanya yaitu keturunan terdekat
anak perempuan dengan perbandingan dua dari yang meninggal dunia dan atas orang yang
berbanding satu. Kompilasi Hukum Islam, ditunjuk untuk menerimanya. Orang yang
mengatakan bahwa bagian dua orang anak meninggal dunia dinamakan “pewaris”,
perempuan adalah dua pertiga yang sama sedangkan yang berhak menerima harta
dengan saudara perempuan pewaris. Anak peninggalan dinamakan “ahli waris “.
angkat tetap mempunyai hubungan kewarisan Indonesia belum mempunyai Undang-
dengan orang tua kandungnya maupun Undang Hukum Waris Nasional yang berlaku
kerabatnya. Antara anak angkat dan orang tua bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehubungan
angkat tidak dapat saling mewarisi. Anak angkat dengan belum adanya undang-undang tersebut,
hanya mungkin mendapatkan warisan dari di Indonesia masih diberlakukan 3 (tiga) sistem
orang tua angkatnya dengan cara wasiat atau hukum kewarisan yakni hukum kewarisan
wasiat wajibah dan besar bagiannya maksimal Perdata Barat, Islam dan Adat. Hal ini
1/3 (sepertiga) dari harta warisan orang tua disebabkan sifat pluralisme suku bangsa dan
angkatnya. warga negara Indonesia. Hukum kewarisan
Kata kunci: Hak waris, anak kandung, anak perdata Barat mengenal adanya 2 (dua) macam
angkat, kompilasi, hukum Islam waris, yaitu hukum waris tanpa wasiat
(abintestato) dan hukum waris wasiat
(testamen). Menurut pasal 832 KUHPerdata,

1 3
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Wulanmas Soerjono Soekanto , Faktor-Faktor yang mempengaruhi
A.P.G. Frederik, SH, MH; Dr. Deasy Soeikromo, SH, MH Penegakkan Hukum, PT RajaGrafindo Persada, 2005, hlm
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 1.
4
13071101059 Ibid,hal 1-2..

55
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

dinyatakan bahwa “yang berhak untuk menjadi Hak mewaris anak kandung dan anak angkat
ahli waris ialah para keluarga sedarah baik sah dalam Kompilasi hukum Islam
maupun luar kawin dan suami atau isteri yang berbeda,sehingga untuk menentukan bagian
hidup terlama. Kalau keluarga sedarah atau ahli waris anak kandung dan anak angkat perlu
suami atau isteri yang hidup terlama tidak ada, dikaji dalam penulisan skripsi ini.
maka segala harta peninggalan itu menjadi milik
negara dengan melunasi segala utang sekadar B. PERUMUSAN MASALAH
harta peninggalan mencukupi untuk itu”5 1. Bagaimanakah asas-asas dalam Hukum
Ada 4 (empat) golongan dalam keluarga Kewarisan menurut hukum Islam ?
sedarah, yaitu : Golongan I, keturunan dari yang 2. Bagaimanakah kedudukan hak mewaris
meninggal dunia ialah anak, suami atau isteri anak kandung dan anak angkat menurut
yang hidup terlama dan cucu sebagai ahli waris Kompilasi Hukum Islam ?
pengganti; Golongan II, orang tua, saudara-
saudara sekandung dan keturunannya dari yang C. METODE PENULISAN
meninggal dunia; Golongan III, leluhur dari yang Penelitian ini merupakan penelitian hukum
meninggal dunia, baik dari pihak suami maupun normatif yang merupakan salah satu jenis
dari pihak isteri. Golongan IV, keluarga sedarah penelitian yang dikenal umum dalam kajian
sampai derajat keenam.6 ilmu hukum.Penelitian hukum normatif, yang
Dalam istilah bahasa Arab hukum kewarisan merupakan penelitian utama dalam penelitian
disebut Faraid, yang kemudian dalam ini, adalah penelitian hukum kepustakaan.10
kepustakaan ilmu hukum belum terdapat
keseragaman istilah yang digunakan dan PEMBAHASAN
sementara terdapat beberapa istilah seperti A. Asas-Asas Hukum Kewarisan Menurut
hukum waris, hukum warisan, hukum Hukum Islam
kewarisan, hukum perwarisan, hukum faraid, Berdasarkan hukum Allah dan hukum Rasul
hukum mawaris, dan lain-lain.7 Ilmu Faraid terdapat beberapa asas hukum yang melandasi
dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan hukum kewarisan Islam tersebut, yaitu : 11
yang mempelajari tentang ketentuan-ketentuan 1. Asas Ijbari
harta pusaka bagi ahli waris. 8 Kata “ijbari” secara etimologis mengandung
Menurut Istilah hukum di Indonesia, ilmu arti paksaan ( compulsory), yaitu melakukan
Faraid disebut dengan hukum waris (Erfrecht) sesuatu diluar kehendak sendiri. Hukum
yaitu hukum yang mengatur tentang apa yang kewarisan Islam menjalankan asas ijbari berarti
harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang peralihan harta dari seseorang yang telah mati
kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya
yang meninggal dunia. 9 Ketentuan dalam Pasal
menurut kehendak Allah tanpa tergantung
171 huruf a Kompilasi Hukum Islam
kepada kehendak pewaris atau ahli waris. Unsur
memberikan rumusan pengertian hukum
paksaan sesuai dengan arti terminologis
kewarisan, yaitu “Hukum Kewarisan adalah
tersebut terlihat dari segi bahwa ahli waris
hukum yang mengatur tentang pemindahan
terpaksa menerima kenyataan pindahnya harta
hak pemilikan harta peninggalan (tirkah)
pewaris kepadanya sesuai dengan jumlah yang
pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak
telah ditentukan.
menjadi ahli waris dan berapa bagian masing-
Menurut hukum kewarisan Islam, harta
masing.
seorang pewaris pada hakikatnya dikembalikan
dan menjadi milik Allah, yang kemudian oleh
5 Allah harta seorang pewaris tadi diberikan atau
Lihat, Pasal 832 KUHPerdata..
6
Abdoel Djamali .R, Pengantar Hukum Indonesia Edisi dibagikan kepada ahli warisnya yang berhak
Revisi, PT RajaGrafindo, Jakarta, 2005, hal 165. sesuai dengan bagiannya masing-masing.
7
Rachmadi Usman, Hukum Kewarisan Islam,Dalam
Dimensi Kompilasi Hukum Islam, CV Mandar Maju,
Bandung,2009,hal 1.
8 10
Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan Suatu Analisis Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Komparatif Pemikiran Mujtahid dan Kompilasi Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT RajaGrafindo
Islam,PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,2012,hal 50 . Persada, 1995, hlm 13.
9 11
Amir Husein Nasution, Ibid, hal 50.. Rachmadi Usman, op-cit, hal 31..

56
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Pewaris maupun ahli waris tidak dapat Pada sistem hukum kewarisan Islam, baik
berbuat atau berkehendak selain dari pada laki-laki maupun perempuan sama-sama dapat
yang telah ditentukan oleh Allah dalam Al- menjadi pewaris dan ahli waris dari harta
Quran dan hadits Nabi. Siapa dan berapa besar warisan ibu, bapak dan kaum kerabat, dengan
bagian masing-masing ahli waris sudah tidak mengadakan pembedaan dari segi usia
ditentukan sendiri oleh Allah dalam hukum- dan asal-usul silsilah kekerabatan bagi ahli
Nya, sementara ahli warisnya hanya tinggal waris. Pembedaan kedua jenis ahli waris ini,
melaksanakannya saja. 12 terletak pada jumlah perolehan mereka masing-
Ditegaskannya prinsip ijbari dalam hukum masing, yakni bagian seorang anak laki-laki
kewarisan Islam, tidak dalam arti yang sama besar dengan bagian dua orang anak
memberatkan ahli waris. Andaikata pewaris perempuan.
mempunyai hutang lebih besar dari pada Sebagai kelompok keutamaan pertama di
warisan yang ditinggalkannya, ahli waris tidak antara ahli waris tersebut adalah anak laki-laki
dibebani membayar semua hutang pewaris itu. dan anak perempuan beserta keturunan
Betapapun besarnya hutang pewaris, hutang itu pewaris ke atas dan ke bawah, janda atau duda,
hanya akan dibayar sebesar warisan yang sebab demikian kita tidak mengetahui siapa di
ditinggalkan oleh pewaris tersebut. Kalau antara mereka itu yang lebih dekat (banyak)
seluruh warisan sudah dibayarkan hutang, manfaatnya, demikian pula antara suami istri
kemudian masih ada sisa hutang, maka ahli dapat saling waris mewarisi. Dengan demikian,
waris itu tidak diwajibkan untuk membayar sisa asas keadilan berimbang maksudnya adalah
hutangnya tersebut. keseimbangan antara hak dan kewajiban dan
keseimbangan antara yang diperoleh dengan
2. Asas Individual Bilateral keperluan dan kegunaan. Dasar hukum asas ini
Pengertian asas indidual ini adalah setiap dapat dijumpai antara lain dalam ketentuan QS.
ahli waris (secara individu) berhak atas bagian An-Nisa’(4) ayat 7,11,12 dan 176.14
yang didapatnya tanpa terikat kepada ahli waris Asas keadilan berimbang ini juga dipegang
lainnya (sebagaimana halnya dengan pewarisan teguh oleh Kompilasi Hukum Islam, seperti yang
kolektif yang dijumpai di dalam ketentuan ditegaskan dalam Pasal 176 Kompilasi Hukum
hukum adat). Islam yang bunyinya sebagai berikut : ” Anak
Asas individual dalam hukum kewarisan perempuan bila hanya seorang ia mendapat
Islam ini, juga dianut oleh Kompilasi Hukum separuh bagian, bila dua orang atau lebih
Islam, yaitu di dalam Pasal 176 sampai dengan mereka bersama-sama mendapatkan dua
Pasal 182 yang menetapkan besarnya bagian pertiga bagian, dan apabila anak perempuan
masing-masing ahli waris. Demikian pula untuk bersama-sama dengan anak laki-laki, maka
ahli waris yang belum dewasa atau tidak bagian anak laki-laki adalah dua berbanding
mampu melaksanakan hak dan kewajiban, satu dengan anak perempuan”.15
maka baginya dapat diangkat seorang wali.
Ketentuan dalam Pasal 184 Kompilasi Hukum 4. Asas Kewarisan hanya Akibat Kematian.
Islam menyebutkan bagi ahli waris yang belum Asas ini menyatakan kewarisan ada kalau
dewasa atau tidak mampu melaksanakan ada yang meninggal dunia. Ini berarti kewarisan
kewajibannya, maka baginya diangkat wali semata-mata sebagai akibat dari kematian
berdasarkan keputusan hakim atas usul anggota seseorang. Menurut hukum kewarisan Islam,
keluarga.13 Wali inilah yang nantinya bertugas peralihan harta seseorang kepada orang lain
untuk mengurus dan memelihara harta anak yang disebut dengan nama kewarisan, terjadi
yatim tersebut sampai yang bersangkutan setelah orang yang mempunyai harta itu
menjadi dewasa atau mampu memelihara meninggal dunia. Ini berarti harta seseorang
hartanya tersebut. tidak dapat beralih kepada orang lain dan
disebut sebagai harta warisan, selama orang
3. Asas Keadilan Berimbang yang mempunyai harta itu masih hidup. Dengan
demikian hukum kewarisan Islam hanya

12 14
Ibid, hal 32. Amir Husein Nasution, op-cit, hal 43.
13 15
Lihat Pasal 184 Kompilasi Hukum Islam. Lihat Pasal 176 Kompilasi Hukum Islam.

57
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

mengenal satu bentuk kewarisan saja, yaitu Perbedaannya terletak pada besarnya
kewarisan sebagai akibat dari kematian bagian yang diterima oleh ahli waris. Menurut
seseorang. hukum kewarisan KUHPerdata bagian anak laki-
Asas kewarisan hanya akibat kematian ini laki dan bagian perempuan adalah sama,
mempunyai kaitan yang erat dengan asas ijbari. demikian juga bagian suami atau bagian istri
Pada hakikatnya bila seseorang telah memenuhi adalah sama dengan bagian anaknya,
syarat sebagai subjek hukum dapat bertindak sedangkan menurut sisten kewarisan Hukum
atas harta pribadinya yang menyangkut Islam bagian anak laki-laki dua kali bagian anak
kemauan dan keperluannya selama ia hidup, perempuan (Surah An-Nisa’ ayat (11).
tetapi ia tidak mempunyai kebebasan untuk 1. Hak Waris Anak Kandung
mengatur harta tersebut untuk penggunaan Menurut sistem kewarisan Hukum Islam, hak
sesudah matinya. mewaris anak kandung disebut sebagai hak
mewaris sebab keturunan. Ahli waris yang
5. Asas Personalitas Ke-Islaman berhak mendapat bagian warisan menurut
Asas personalitas keIslaman ini juga sistem kewarisan Hukum Islam adalah orang
dimasukkan dalam Kompilasi Hukum Islam. Hal yang mempunyai hubungan pewarisan dengan
ini dapat dijumpai dari ketentuan-ketentuan orang yang mewariskan, yaitu kekerabatan yang
dalam Pasal-pasal 171 huruf b dan huruf c, 172 didasarkan pada hubungan nasab/keturunan,
dan 191 Kompilasi Hukum Islam.16 Pasal 171 perkawinan, perbudakan, dan seagama Islam.
huruf b Kompilasi Hukum Islam menyebutkan “ Secara umum, ahli waris dapat
pewaris adalah orang yang pada saat dikelompokkan kepada 2 (dua) kelompok, yaitu
meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal ahli waris sababiyah dan ahli waris nasabiyah,
berdasarkan putusan Pengadilan beragama uraiannya sebagai berikut: 17
Islam, meninggalkan ahli waris dan harta a. Ahli waris sababiyah ialah orang yang berhak
peninggalan”. Pasal 171 huruf c Kompilasi mendapat bagian harta warisan karena
Hukum Islam menyebutkan “ ahli waris adalah adanya sebab,yaitu adanya akad
orang yang pada saat meninggal dunia perkawinan, sehingga antara suami dan istri
mempunyai hubungan darah atau hubungan mempunyai hubungan saling mewarisi.
perkawinan dengan pewaris, beragama Islam b. Ahli waris nasabiyah ialah orang yang
dan tidak terhalang karena hukum untuk berhak memperoleh harta warisan karena
menjadi ahli waris”, juga pasal 191 Kompilasi ada hubungan nasab (hubungan
Hukum Islam antara lain meyebutkan “bila darah/keturunan). Ahli waris nasabiyah ini
pewaris tidak meninggalkan ahli waris sama dapat dibedakan kepada tiga jenis, yaitu :
sekali atau ahli warisnya tidak di ketahui ada Furu al-mayyit,usul al-mayyit, dan al-
atau tidaknya, maka harta tersebut atas hawasyi:
putusan Pengadian Agama diserahkan - Furu al-Mayyit
penguasaannya kepada Baitul Mal untuk Furu al- Mayyit yaitu hubungan nasab
kepentingan Agama Islam dan kesejahteraan menurut garis lurus keturunan kebawah.
umum. Yang termasuk ke dalam jenis Furu al-
Mayyit ini ialah :
B. Kedudukan Hak Waris Anak Kandung 1. Anak laki-laki
Dan Anak Angkat Menurut Kompilasi 2. Anak perempuan
Hukum Islam. 3. Anak dari anak laki-laki (cucu laki-laki
Apabila dibandingkan dengan hukum atau cucu perempuan) dan
pewarisan Islam, antara sistem kewarisan seterusnya ke bawah keturunan
KUHPerdata dengan sistem kewarisan Hukum laki-laki.
Islam terdapat persamaan dan perbedaan. - Usul al- Mayyit
Persamaannya adalah, baik hukum kewarisan Usul al-Mayyit ialah ahli waris yang
KUHPerdata maupun hukum kewarisan Islam merupakan asal keturunan dari orang yang
menganut sistem pewarisan individual bilateral.

16
Lihat, Pasal 171 huruf b dan c, 172 dan 191
17
Kompilasi Hukum Islam Amir Husein Nasution, op-cit ,hal 99.

58
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

mewariskan, atau hubungan nasab garis apabila ia terdiri atas dua orang atau
keturunan ke atas. Mereka ini ialah : lebih bersama-sama dan tidak disertai
1. Ayah. dengan anak laki-laki atau penggantinya.
2. Ibu. c. anak perempuan menjadi ashabah
3. Ayah dari ayah (kakek) dan seterusnya dengan menerima sisa harta warisan
ke atas. apabila ia disertai bersama-sama dengan
4. Ibu dari ayah atau ibu dari ibu (nenek saudara laki-lakinya atau penggantinya.
dari pihak ayah atau nenek dari pihak Di dalam hukum kewarisan Islam kedudukan
ibu) anak perempuan sebagai ahli waris sangat kuat,
- Al-Hawasyi ia dapat tampil baik sebagai ahli waris dzul
Yang dimaksud dengan al-hawasyi ialah, faraid maupun ashabah. Kedudukannya sebagai
hubungan nasab dari arah menyamping, ahli waris dzul faraid ini menjamin bahwa ia
dan mereka terdiri dari : pasti memperoleh bagian warisan, sebab anak
1. Saudara laki-laki sekandung. perempuan tidak mungkin terhijab hirman oleh
2. Saudara perempuan sekandung. siapapun.
3. Saudara laki-laki seayah. Ketentuan dalam Pasal 176 Kompilasi
4. Saudara perempuan seayah. Hukum Islam menyebutkan “ anak perempuan
5. Saudara laki-laki seibu. bila hanya seorang ia mendapat separuh
6. Saudara perempuan seibu. bagian, bila dua orang atau lebih mereka
7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki bersama-sama mendapat dua pertiga bagian,
sekandung dan seterusnya ke bawah dan apabila anak perempuan bersama-sama
dari keturunan laki-laki. dengan anak laki-laki, maka bagian anak laki-
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki laki adalah dua berbanding satu dengan anak
seayah, dan seterusnya ke bawah perempuan”
dari turunan laki-laki. - Bagian Warisan Anak Laki-laki
9. Saudara laki-laki sekandung dari Ketentuan besarnya bagian warisan anak
ayah (paman sekandung) dan laki-laki tidak ditentukan bilangan bagiannya,
seterusnya ke atas. karena ia menerima harta warisan secara
10. Saudara laki-laki seayah dari ayah ( terbuka, baik menerima secara keseluruhan
paman ayah ) dan seterusnya maupun sisanya setelah dibagikan kepada ahli
keatas. waris dzul faraid. Namun demikian ada
11. Anak laki - laki dari paman beberapa kemungkinan besarnya bagian harta
sekandung dan seterusnya ke warisan yang akan diterima oleh anak laki-laki
bawah. tersebut, yaitu: 19
12. Anak laki-laki dari paman seayah dan a. apabila pewaris meninggalkan anak
seterusnya ke bawah. laki - laki dan anak perempuan
sekaligus dengan tidak meninggalkan ahli
- Bagian warisan Anak Perempuan waris lainnya, maka mereka bersama-
Apabila seorang meninggal dunia dan sama akan menerima keseluruhan harta
meninggalkan harta warisan, maka ada 3 (tiga) warisan pewaris dengan bagian dari anak
kemungkinan perolehan besarnya bagian laki-laki adalah dua berbanding satu
warisan yang akan diterima oleh seorang anak dengan anak perempuan.
perempuan (kandung), yaitu :18 b. apabila pewaris meninggalkan anak
a. anak perempuan akan mendapat laki - laki saja baik berbilang maupun
seperdua (1/2) bagian harta warisan tidak dengan tidak meninggalkan ahli
apabila ia seorang diri saja dan tidak warisnya, maka mereka akan menerima
disertai bersama-sama dengan anak laki- keseluruhan harta warisan dengan cara
laki atau penggantinya. membagi di antara mereka apabila
b. anak perempuan akan mendapat dua berbilang.
pertiga (2/3) bagian harta warisan

18 19
Rachmadi Usman, op-cit hal 87.. Amir Husein Nasution. op-cit , hal 212..

59
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

c. apabila pewaris meninggalkan anak Artinya bahwa orang tua angkat tidak
laki-laki dan/atau anak perempuan dapat bertindak sebagai wali nikah bagi
dengan meninggalkan ahli warisnya yang pernikahan anak angkatnya, yang
berasal dari golongan dzul faraid, seperti menjadi wali nikah tetap ayah
duda, janda, ayah, dan ibu, maka mereka kandungnya dan juga anak angkat dan
akan menerima sisa harta warisan orang tua angkat tidak berhak saling
setelah dibagikan terlebih dahulu kepada mewarisi;
golongan dzul faraid tersebut. c. jika tidak diketahui orang tua mereka
dari anak - anak yang terlantar dan tidak
2. Hak Waris Anak Angkat. terurus tersebut, maka masyarakat Islam
Adopsi berasal dari kata “ adoption ” mempunyai kewajiban memelihara,
(Inggris),” aangenomeen kind “ (Belanda), mengasuh, merawat dan mendidik
tabanni dan ittikhadzahu ibnan (Arab), yang mereka dengan penuh kasih sebagai
berarti pengangkatan anak, anak angkat, perwujudan tanggung jawab sosial
mengangkat anak, mengambil anak, atau masyarakat Islam, sehingga hidup mereka
menjadikannya sebagai anak.20 Anak angkat ini tidak terlantar dan menjadikan mereka
diambil dari anak kandung orang lain, yang sebagai saudara-saudarimu seiman dan
melalui proses hukum tertentu dijadikan seagama;
sebagai anak kandung sendiri dari orang tua d. pengangkatan anak yang berlainan
angkatnya. Biasanya anak angkat tersebut akan agama dilarang, sebab hal tersebut
mempunyai status hukum sebagai anak dapat merusak akidah ke-Islam-an anak
kandung yang sah dalam segala hak dan yang bersangkutan.Sebaliknya bagi orang
kewajiban. Islam tidak diperkenankan untuk
Dengan sendirinya pengangkatan anak mengangkat anak nonmuslim, kecuali
tersebut akan menimbulkan hubungan tampak padanya bahwa anak tersebut
kekerabatan sedarah antara orang tua angkat ada kemungkinan dapat di-Islam-kan.21
dengan anak angkatnya sendiri. Namun Sejalan dengan itu Majelis Ulama Indonesia
menurut perspektif Hukum Islam pengangkatan (MUI) pernah menegaskan hal yang sama, yakni
anak terdapat beberapa hal yang berbeda yaitu: melalui surat Nomor U-335/MUI/VI/82 tanggal
a. pengangkatan anak tidak dilarang oleh 18 Syaban 1402 atau 10 Juni 1982, yang isinya
Islam, bahkan dianjurkan (mubah) oleh sebagai berikut:
agama Islam untuk dilakukan, terutama 1. adopsi yang tujuan pemeliharaan,
pengangkatan anak-anak yang terlantar pemberian bantuan dan lain-lain yang
dan tidak terurus dengan tujuan untuk sifatnya untuk kepentingan anak
memelihara, mengasuh,mendidik, dan dimaksud adalah boleh saja menurut
merawat anak-anak terlantar tersebut hukum Islam.
dengan penuh kasih saying agar kelak 2. anak - anak yang beragama Islam
bermanfaat bagi masyarakat Islam; hendaknya dijadikan anak angkat
b. pengangkatan anak tersebut tidak (adopsi) oleh ayah atau ibu angkat yang
menyebabkan terputusnya hubungan beragama Islam pula, agar ke-Islam-
darah (keturunan) atau nasab anak annya itu ada jaminan tetap terpelihara.
angkat dengan orang tua kandungnya 3. pengangkatan anak angkat ( adopsi )
dan keluarga-keluarganya. Sebaliknya tidak akan mengakibatkan hak
juga tidak mengubah status nasab kekeluargaan yang biasa dicapai dengan
(keturunan) antara anak angkat dengan nasab keturunan. Oleh karena itu adopsi
orang tua angkat, bahwa antara anak tidak mengakibatkan hak waris atau hak
angkat dengan orang tua angkat tidak mewali dan lain-lain. Oleh karena ayah
mempunyai hubungan keturunan atau ibu angkat jika akan memberikan
(nasab), karenanya anak angkat dilarang apa-apa kepada anak angkatnya
mempergunakan nama orang tua angkat.

20 21
Rachmadi Usman, op-cit hal 177.. Amir Husein Nasution, op-cit ,hal 183..

60
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

hendaklah dilakukan pada masa masih Bab V Pasal 194 dan 195 menyebutkan
sama-sama hidup sebagai hibah biasa. persyaratan-persyaratan tentang Wasiat dan
4. Adapun adopsi yang dilarang, adalah : hal-hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan
- adopsi oleh orang-orang yang berbeda wasiat tersebut sebagai berikut: 23
agama - Pasal 194
- pengangkatan anak angkat oleh 1. Pewasiat harus orang yang telah
orang-orang Eropa dan Amerika atau berumur 21 tahun, berakal sehat, dan
lain-lainnya. didasarkan kepada kesukarelaannya.
Ketentuan dalam Pasal 209 Kompilasi 2. Harta benda yang diwasiatkan harus
Hukum Islam menegaskan sebagai berikut : 22 merupakan hak si pewasiat.
1. Harta peninggalan anak angkat dibagi 3. Peralihan hak terhadap barang/benda
berdasarkan Pasal-Pasal 176 sampai yang diwasiatkan adalah setelah si
dengan 193 tersebut diatas, sedangkan pewasiat meninggal dunia.
terhadap orang tua yang tidak menerima - Pasal 195.
wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak- Persyaratan yang harus dipenuhi dalam
banyaknya 1/3 dari harta warisan anak pelaksanaan pewasiatan tersebut adalah
angkatnya. sebagai berikut:
2. Terhadap anak angkat yang tidak 1. Apabila wasiat itu dilakukan secara lisan,
menerima wasiat diberi wasiat wajibah maupun tertulis hendaklah
sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta pelaksanaannya dilakukan di hadapan 2
warisan orang tua angkatnya. (dua) orang saksi atau dihadapan notaris.
Dengan demikian, Pasal 209 Kompilasi 2. Wasiat hanya dibolehkan maksimal
Hukum Islam dapat ditafsirkan sebagai berikut : sepertiga dari harta warisan, kecuali
a. seorang anak angkat tetap mempunyai ada persetujuan semua ahli waris.
hubungan kewarisan dengan orang tua 3. Wasiat kepada ahli waris hanya berlaku
kandungnya maupun kerabatnya; bila disetujui oleh semua ahli waris.
b. orang tua angkat hanya mungkin 4. Pernyataan persetujuan pada ayat 2 dan
memperoleh harta warisan anak 3 pasal ini dibuat secara lisan di hadapan
angkatnya dengan jalan wasiat atau dua orang saksi atau dihadapan notaris.
wasiat wajibah. Besarnya wasiat atau Persoalan wasiat ini apabila dihubungkan
wasiat wajibah tersebut maksimal 1/3 dengan persoalan pembagian harta warisan,
(sepertiga) dari harta warisan anak maka haruslah terlebih dahulu dikeluarkan apa-
angkatnya; apa yang menjadi wasiat dari si meninggal,
c. demikian pula anak angkat hanya barulah kemudian (setelah dikeluarkan wasiat)
mungkin memperoleh harta warisan dari harta tersebut dibagikan kepada ahli waris.24
orang tua angkatnya juga dengan cara Ada beberapa pengertian tentang wasiat
wasiat atau wasiat wajibah. Besarnya pun wajibah, yaitu wasiat wajibah adalah
maksimal 1/3 (sepertiga) dari harta interpretasi atau bahkan pelaksanaan firman
warisan orang tua angkatnya. Allah SWT di dalam Al-Quran ( surat al-Baqarah
Dari ketentuan dalam Pasal 209 tersebut, : 180 – 181), sedangkan inti ayat ini yaitu orang
dapat disimpulkan bahwa antara anak dan yang merasa dekat dengan ajalnya, sementara
orang tua angkat tidak dapat saling mewarisi, ia memiliki harta peninggalan yang cukup
namun untuk menjaga hubungan kekeluargaan banyak, maka ia wajib melakukan wasiat untuk
antara anak angkat dengan orang tua angkat, kedua orang tuanya dan kerabatnya, dan bahwa
maka sebagian harta yang dimiliki dapat orang yang mengubah isi wasiat tersebut maka
diwarisi oleh orang tua angkat dan anak angkat menanggung akibatnya. 25
dengan cara membuat wasiat atau wasiat
wajibah.
23
Kompilasi Hukum Islam Indonesia khususnya Lihat, Pasal 194 dan 195 Kompilasi Hukum
Islam
dalam ketentuan yang terdapat dalam buku II 24
Suhrawardi K Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum
Waris Islam , Sinar Grafika, Jakarta,2007, hal 48..
22 25
Lihat Pasal 209 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Roihan Rasyid, Pengganti Ahli Waris Dan Wasiat
tentang Kompilasi Hukum Islam.. Wajibah, Mimbar Hukum, ISSN 0853-3687,1995, hal 64..

61
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Wasiat Wajibah adalah suatu wasiat yang secara baik untuk memberikan jaminan bahwa
diperuntukan kepada ahli waris atau kerabat pemindahan tersebut berjalan secara aman,
yang tidak memperoleh bagian harta warisan tertib dan lancar. Aman berarti secara pasti
dari orang yang wafat, karena adanya suatu dikemudian hari tidak ada gangguan berupa
halangan syara’. 26 gugatan atau sengketa, baik oleh ahli waris
maupun pihak ketiga. Tertib dan lancar, berarti
PENUTUP pemindahan harta peninggalan dilakukan
A. KESIMPULAN menurut atau berdasarkan hukum Islam dan
1. Dalam sistem Hukum kewarisan Islam, dalam waktu yang cepat.
asas adalah sesuatu yang menjadi dasar,
prinsip, patokan, acuan atau tumpuan DAFTAR PUSTAKA
umum untuk berpikir atau berpendapat Anshori Ghofur Abdul, Hukum Kewarisan Islam
dan lahir dari dasar-dasar filosofi Di Indonesia, Ekonisia Fakultas Ekonomi
tertentu, serta dilandasi asas hukum UII, Yogyakarta, 2005.
antara lain; asas Ijbari, asas Individual Djamali Abdoel , Pengantar Hukum Indonesia
Bilateral, Asas Keadilan berimbang , asas Edisi Revisi, PT RajaGrafindo Persada,
kewarisan hanya akibat kematian dan Jakarta, 2005.
Asas personalitas ke-Islaman. Hidayat Ali Budi, Memahami Dasar-Dasar Ilmu
2. Hak mewaris anak kandung menurut Faraid dalam teori dan praktik, Titian
hukum kewarisan Islam disebut sebagai Ilmu, Bandung, 2009.
hak mewaris sebab keturunan. Di dalam Lubis Suhrawadi, Simanjuntak Komis, Hukum
hukum kewarisan Islam hak mewaris Waris Islam, Sinar Grafika,
anak kandung dan anak angkat berbeda. Jakarta,2007.
Anak kandung perempuan kedudukannya Meliala S Djaja, Hukum Perdata dalam
sangat kuat karena dapat tampil sebagai Perspektif BW, Nuansa Aulia,
ahli waris dzul faraid maupun ashabah, Bandung,2013.
namun dalam hal mewaris anak laki-laki Muhammad Abdulkadir, Hukum Perdata
bagiannya lebih besar dari pada anak Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,
perempuan dengan perbandingan dua Bandung, 2014.
berbanding satu. Kompilasi Hukum Islam, Nasution Amin Husein, Hukum Kewarisan,
mengatakan bahwa bagian dua orang Suatu Analisis Komparatif Pemikiran
anak perempuan adalah dua pertiga yang Mujtahid dan Kompilasi Hukum Islam,PT
sama dengan saudara perempuan RajaGrafindoPersada,Jakarta,2012.
pewaris. Anak angkat tetap mempunyai Roihan Rasyid, Pengganti Ahli Waris Dan
hubungan kewarisan dengan orang tua Wasiat Wajibah, Mimbar Hukum,
kandungnya maupun kerabatnya. Antara Rofiq Ahmad, Hukum Perdata Islam Di
anak angkat dan orang tua angkat tidak Indonesia, PT RajaGrafindo Persada,
dapat saling mewarisi. Anak angkat hanya Jakarta, 2013.
mungkin mendapatkan warisan dari Syamsu Andi dan M Fauzan, Hukum
orang tua angkatnya dengan cara wasiat Pengangkatan Anak Perspektif Islam,
atau wasiat wajibah dan besar bagiannya Pena,Jakarta,2008, .
maksimal 1/3 (sepertiga) dari harta Soekanto S dan Mamudji S, Penelitian Hukum
warisan orang tua angkatnya. Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT RajaGrafindo Persada, 1995.
B. SARAN Soekanto Soerjono , Faktor-Faktor yang
Dalam hukum Islam, hukum kewarisan mempengaruhi Penegakkan Hukum, PT
menduduki tempat amat penting. ayat Al-Quran RajaGrafindo Persada, 2005 .
mengatur hukum kewarisan dengan jelas dan Usman Rachmadi, Hukum Kewarisan Islam, CV
terperinci, maka perlu diadakannya pengaturan Mandar Maju, Bandung, 2009.
soal pemindahan harta peninggalan pewaris Vollmar, Hukum Keluarga Menurut KUHPerdata,
Tarsito, Bandung, 1990.
26
Andi Syamsu dan M Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak
Perspektif Islam, Pena,Jakarta,2008, hal 79.

62
Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Sumber-sumber lain :.
-------------- BW (KUHPerdata).
--------------- Undang - Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan,
Lembaran Negara 1974 Nomor 1
Tanggal 2 Januari 1974.
--------------- Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun
1991 Kompilasi Hukum Islam.
------------ Peraturan Menteri Agama Nomor 3
Tahun 1975.
------------ Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1975.

63

Anda mungkin juga menyukai