PENDAHULUAN
artinya segala yang terlingkupi dalam kehidupan melewati ruang kelahiran, baik
Perbedaan itu membuat manusia sadar akan dirinya, maka kesadaran itu
dan hadapi sebagai makhluk hidup-sadar. Dengan pertanyaan dan jawaban yang
sebab-akibat yang bersiklus itu pula menghadirkan keyakinan akan adanya yang
menciptakan, melahirkan segala sesuatu ini (semesta alam) bermula darimana, dan
melalui itu berlangsung pula penegasan akan keberadan yang tak bisa disangkal,
Siklus manusia pun memiliki sejarah dan tujuan, sebagai disiplin ilmu.
1
Mohsen Gharawiyan, 2012, Dar Amadi bar Amuzesye Falsafe. Terj, M. Nur Djabir,
Pengantar Memahami Buku Daras Filsafat Islam: Penjelasan untuk Mendekati Analisis Teori
Filsafat Islam Sadra Press, Jakarta, h. 2-3.
14
dimana, akibat hukumnya telah diatur oleh hukum yaitu lahirnya hak dan
kewajiban.
yang lebih mudah dipahami peristiwa hukum atau kejadian hukum atau
Peristiwa hukum ini adalah kejadian dalam masyarakat yang menggerakkan suatu
didalamnya lalu diwujudkan. Secara lebih terperinci kita bisa mengatakan sebagai
berikut: apabila dalam masyarakat timbul suatu peristiwa, sedang peristiwa itu
sesuai dengan yang dilukiskan dalam peraturan hukum, maka peraturan itu pun
secara universal. Dengan harta itulah jiwa kehidupan selalu berputar. 4 Hukum
waris adalah hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang
2
Satjipto Rahardjo, 2012, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti,Bandung, h. 35.
3
Eman Suparman, 2007, Hukum Waris Indonesia, Refika Aditama,Bandung, h. 27
4
Muhammad Ali as-Shabuni, 1995, Hukum Waris Dalam Syari‟at Islam, CV.Diponogoro,
Bandung, Cet. III, h.. 39 dan 40
15
ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para ahli warisnya.
Salah satunya sumber tertinggi dalam kaitan ini adalah Al-Qur‟an dengan
ijtihad atau upaya para ahli hukum Islam terkemuka berkaitan dengan hal tersebut,
di bawah ini beberapa ayat suci Al-Qur‟an yang merupakan sendi utama
aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur dan adil. kepemilikan harta bagi
setiap manusia, baik laki- laki maupun perempuan dengan cara yang legal.
sesudah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dari seluruh kerabat dan
nasabnya, tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan, besar atau kecil.
dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seseorang pun. Bagian yang harus
“ bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan bapakibu dan
kerabatnya dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu bapak dan kerabatnya baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah di
tetapkan”
5
Effendi Perangin, Hukum Waris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.. 3.
16
Berdasarkan undang-undang Nomor 50 tahun 2009 tentang perubahan atas
Islam menjadi hukum positif di Indonesia, khususnya bagi umat islam. Dalam
perkembangannya, hukum kewarisan di dalam KHI di atur pada pasal 171 sampai
193. Para ahli waris yang menerima warisan dari pewaris tidak saja berhak atas
“pelajarilah oleh kalian Al-Qur‟an dan ajarkanlah kepada orang lain, dan
pelajarilah ilmu farāiḍ dan ajarkanlah kepada orang lain. Karena aku adalah orang
yang bakal terenggut (mati) sedang ilmu akan dihilangkan. Hampir saja dua orang
yang bertengkar tentang pembagian warisan tidak mendapatkan seorang pun yang
dapat memberikan fatwa kepada mereka” (HR Ahmad, al-Nasa‟i, dan al-
Daruqutny).6
Syariat Islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur
dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia, baik
laki-laki maupun perempuan dengan cara yang legal. Syariat Islam juga
kepada ahli warisnya, dari seluruh kerabat dan nasabnya, tanpa membedakan
antara laki-laki dan perempuan, besar atau kecil. Al-Qur‟an menjelaskan dan
6
Imam Abi „Abdurahman Ahmad bin Syu‟aib al-Nasai, 1991, Al-Sunanul Kubra, Darul
Kitab al „Alamiyah, Bairut, Juz. 4, h.. 63.
17
merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa
mengabaikan hak seorang pun. Bagian yang harus diterima semuanya dijelaskan
sesuai kedudukan nasab terhadap pewaris, apakah dia sebagai anak, ayah, istri,
suami, kakek, ibu, paman, cucu, atau bahkan hanya sebatas saudara seayah atau
seibu.
banyak resiko yang muncul berkaitan dengan harta warisan ini. Jika tidak bijak
renggang bahkan putusnya tali kekeluargaan. Ada beberapa hal yang berkaitan
harta warisan yang perlu di perhatikan agar penjualan maupun pembelian harta
Salah satu permasalahan yang sering terjadi yaitu perjanjian jual-beli dalam
keluarga yang dibuat oleh notaris. Perjanjian jual beli dalam keluarga sangat
jarang terjadi, karena biasanya dalam keluarga yang terjadi adalah hibah. Namun
sangat sulit dicari solusi penyelesaiannya. Ahli waris dapat membatalkan Jual beli
tanah waris jika syarat-syarat sah jual beli tidak terpenuhi melalui pengadilan.
Ahli waris yang tidak memberikan persetujuannya dalam jual beli tanah warisan
tersebut dapat dibatalkan. Perjanjian yang tidak memenuhi syarat Objektif maka
perjanjian tersebut adalah batal demi hukum. Dapat dibatalkan disini maksudnya
yaitu salah satu pihak dapat memintakan pembatalan, akan tetapi perjanjiannya
18
sendiri tetap mengikat kedua belah pihak selama tidak dibatalkan (oleh hakim)
atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi (pihak yang tidak
cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas)3 . Batal demi
hukum adalah dari semula dianggap tidak pernah ada dilahirkan suatu perjanjian
Jual beli dianggap telah terjadi ketika para pihak telah mencapai kata
sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum
prinsip dasar yaitu Terang dan Tunai. Terang artinya jual beli tersebut harus
berwenang seperti Kepala Adat, Camat, dan PPAT. Tunai artinya harga jual
Pada saat sekarang ini banyak terjadinya penjualan tanah yang merupakan
warisan dari pewaris tanpa sepengetahuan dari seluruh ahli waris yang ada,
ternyata dijual kepada ahli waris lain. Dalam arti bahwa salah satu ahli waris
tersebut berusaha untuk menguasai tanah warisan tersebut serta tidak mau berbagi
dengan ahli waris lainnya. Hal tersebutpada akhirnya akan menjadi suatu
7
Irma Devita Purnamasari, 2010, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Mengatasi Masalah
Hukum Pertanahan, Kaifa,Bandung, h. 16
19
B. Rumusan Masalah
dibuat oleh Notaris/PPAT dalam hal adanya ahli waris yang menolak
C. Tujuan Penelitian
penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
dalam keluarga yang dibuat oleh Notaris/PPAT dalam hal adanya ahli
ahli waris.
20
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diiharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan
1. Kerangka Teori
penelitian. Oleh karena itu terdapat beberapa konsep yang perlu didefinisikan
sebagai berikut:
21
a. Implikasi
terlibat satu dengan lain hal, hubungan pengaruh.9 Berdasarkan hal tersebut,
8
Tim KBBI, Definisi Implikasi, http://kbbi.web.id/implikasi, diakses pada tanggal
10Oktober 2017.
9
Tim Prima Pena, 2006, Kamus Ilmiah Populer, Gita Media Press, Surabaya, h. 194.
22
berdampak /ber·dam·pak/v1 berbenturan; 2 mempunyai pengaruh kuat yg
mendatangkan akibat;
mendampak /men·dam·pak/v melanggar; menumbuk; membentur.10
sehingga menimbulkan efek hingga masa lampau, atau efek yang lama. 11
kondisi atau peristiwa baru. Dengan demikian jelas bahwa akibat adalah
sedangkan dampak adalah efek atau pengaruh yang sangat kuat akibat
adanya penerapan. Efek adalah akibat dari sesuatu penerapan, tetapi tidak
10
Tim KBBI, Definisi Dampak, http://kbbi.web.id/dampak, diakses pada tanggal
10Oktober 2017.
11
Tim Prima Pena, Op cit, h. 76.
12
Tim KBBI, Definisi Akibat, http://kbbi.web.id/akibat, diakses pada tanggal 29 November
2014.
23
memiliki pengaruh yang sangat kuat. Apabila suatu efek memiliki pengaruh
kuat maka disebut sebagai dampak. Dampak terdiri atas efek positif dan
efek negatif yang memiliki ketahanan dalam waktu yang lama. Begitupula
b. Perjanjian Jual-Beli
Perjanjian jual beli yang diatur dalam Bab V Buku III KUH Perdata
“jual beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak
yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan”.
Dari definisi yang diberikan oleh Pasal 1457 KUH Perdata tersebut,
Selain definisi perjanjian jual beli yang terdapat dalam KUH Perdata
pengertian jual beli, yang disebutkan oleh R. Subekti antara lain sebagai
berikut:
“Jual beli adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak
yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu
barang, sedang pihak yang lain (si pembeli) berjanji untuk membayar
24
harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak
milik tersebut”13.
Yang harus diserahkan oleh penjual kepada pembeli, adalah hak milik
atas barangnya, jadi bukan sekedar kekuasaan atas barang tadi, yang harus
Berdasarkan definisi jual beli dapat dilihat adanya perbuatan dari satu
membeli. Dari kedua perbuatan tersebut dapat diketahui bahwa jual beli
perbuatan yang bertimbal balik itu adalah sesuai dengan istilah Belanda
bahasa Inggris jual beli disebut dengan hanya “sale” saja yang berarti
Barang yang menjadi objek perjanjian jual beli harus cukup tertentu,
13
R. Subekti, 1985, Aneka Perjanjian (cetakan ketujuh), Alumni, Bandung, h. 1.
14
Ibid, h.2.
25
diserahkan hak miliknya kepada si pembeli. Dengan demikian adalah sah
menurut hukum misalnya jual beli mengenai panenan yang akan diperoleh
barang yang biasanya dicoba terlebih dahulu, selalu dianggap telah dibuat
dengan suatu syarat tangguh (Pasal 1463 KUH Perdata). Dengan demikian
maka jual beli mengenai sebuah lemari es, meskipun barang dan harga yang
sudah disetujui, baru jadi kalau barangnya sudah dicoba dan memuaskan16.
Jadi dapat disimpulkan pada hakekatnya jual beli itu merupakan suatu
harus ada dua orang tertentu, masing-masing orang menduduki tempat yang
berbeda. Satu orang menjadi pihak kreditur dan yang lain menjadi pihak
debitur. Kreditur dan debitur itulah yang menjadi subjek perjanjian. Kreditur
15
Ibid
16
Ibid
17
R. Setiawan, 1997, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Binacipta, Bandung, h. 5.
26
c. Keluarga
”Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial”, mengartikan bahwa,
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Meskipun demikian ada juga
keluarga yang hanya terdiri dari ayah dan ibu dalam sebuah rumah tangga.
bentuk yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki dan
tinggal dalam satu rumah yang sama. 19 Keluarga adalah terdiri dari ayah,
keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.21
luas atau keluarga besar yang disebut dengan al-„ailah, dan keluarga inti
18
Munandar Soelaeman, 1992, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial, PT.
Eresco, Bandung, h.55
19
Wahyu, 1886, Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasional, Surabaya,h. 57
20
Wahyu, 2010, Pokok-pokok Materi Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam,Bigian
Press,Banjarmasin, h. 1
21
Ibid., h. 1
27
atau keluarga kecil yang disebut dengan istilah al-usrah. Al-„ailah dimaknai
sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial”. 22 Ini
kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat tinggal yang ditandai oleh
22
Wahyu, Op cit, Ilmu Sosial, h. 57
23
Ibid., h. 58
24
Ibid., hal 58
25
Ibid., h. 59
28
d. Notaris
berbunyi “Suatu akta otentik ialah suatu akta di dalam bentuk yang
yang mengikat selain alat bukti saksi. Adanya alat bukti lain yang mengikat,
mengingat alat bukti saksi kurang memadai lagi sebab sesuai dengan
berasal dari kata “notarius” (bahasa latin), yaitu nama yang diberikan pada
orang-orang yang membuat catatan pada masa itu. Hampir selama seabad
29
yang mulai berlaku 1 Juli 1860. Dalam kurun waktu itu, Peraturan Jabatan
Notaris mengalami beberapa kali perubahan. Pada saat ini, Notaris telah
system Civil Law yang diatur dalam Pasal 1 Ord, stbl. 1860 nomor 3 tentang
26
Habieb Adjie, 2009, Meneropong Khasanah Notaris dan PPAT Indonesia, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, h. 14.
30
dibuat oleh atau di hadapannya, mengingat akta otentik sebagai alat bukti
terkuat dan memiliki nilai yuridis yang esensial dalam setiap hubungan
salah satu penegak hukum karena notaries membuat alat bukti tertulis yang
Tan Tong Kie, menjelaskan bahwa, tugas dan kewenangan dari pada
27
Liliana Tedjosaputro, 1991, Malpraktek Notaris dan Hukum Pidana, Semarang, CV.
Agung, h. 4
28
Tan Tong Kie, Op cit., h. 451 s/d 455
31
d. Melakukan pengesahan kecocokan foto kopi dengan surat
aslinya.
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan
akta.
f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan.
g. Membuat akta risalah lelang
15 ayat 3 UUJN).29
29
Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia, Refika Aditama, Bandung, h. 78
30
Ibid., h. 78
32
f. Akta lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.31
dikemudian hari, dapat saja melalui tindakan hukum tertentu yang harus di
buat dengan akta Notaris seperti pendirian partai politik yang wajib dibuat
e. Ahli Waris
Kata “ahli waris” yang secara bahasa berarti keluarga tidak secara
menghalangi yang jauh, atau ada juga yang dekat tetapi tidak dikategorikan
sebagai ahli waris yang berhak menerima warisan, karena jalur yang
dilaluinya perempuan. Apabila dicermati ahli waris ada dua macam, yaitu:
31
Ibid., h. 79
33
2. Ahli waris sababiyah, yaitu hubungan kewarisan yang timbul
yang dekat lebih berhak menerima warisan daripada yang jauh, dapat
dibedakan:
1. Ahli waris hajib, yaitu ahli waris yang dekat yang dapat
34
2. Ahli waris mahjub, yaitu ahli waris yang jauh yang terhalang
2. Kerangka Teori
pada dua aspek, yakni aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal
terhadap hukum yang harus dipenuhi agar hukum berfungsi dengan baik dan
adil. Titik tolaknya adalah asas tunggal pengakuan dan penghormatan atas
untuk menjadi dirinya secara utuh. Hak ini adalah hak yang sangat
fundamental.32
32
Arief Sidharta, 2008, Ethika Hukum, Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung, h. 8
35
sebagai landasan dan syarat-syarat legitimasi bagi implementasi asas
interpretasi atas peraturan hukum lainnya. Hal inilah menurut H.L.A Hart
norma dan prinsip hukum yang tidak bertentangan antara satu dengan yang
33
Ibid., h. 9
34
H.L.A Hart, The Concept of Law, (New York: Clarendon Press-Oxford, 1997)
diterjemahkan oleh M. Khozim, Konsep Hukum, (Bandung: Nusamedia, 2010), hal. 230.
36
lainnya baik dari pasal-pasal undang-undang itu secara keseluruhan maupun
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa
dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui
apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap
individu.36
haknya dan bahwa putusan seperti itu juga dapat diterapkan untuk jenis per-
kara yang sama. 37 Bahkan dalam penegakan hukum ada tiga unsur yang
35[2]
Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, (Bandung: Alumni, 2004), hal. 117.
37
H.P. Panggabean, 2012, Hukum Pembuktian (Teori Paktik dan Yurisprudensi Indonesia),
Alumni, Bandung, hal. 127
38
A. Rahman Zainuddin, 1994, Hak Asasi Manusia di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, hal. 3.
37
b. Teori Keadilan
menyatakan bahwa :
nilai dasar, yakni keadilan, kegunaan, dan kepastian. Di antara ketiga nilai
39
Hyronimus Rhiti, 2011, Filsafat Hukum, Universitas Atmadjaya, Yogyakarta, hal. 245
40
Satjipto Rahardjo, 2006, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 19.
38
c. Teori Perjanjian
masalah pada bab berikutnya. Dalam tesis ini penulis menggunakan dua
41
R. Joni Bambang, 2013, Hukum Ketenagakerjaan, Pustaka Setia, Bandung, h. 87
39
diketahui oleh pihak yang menawarkan teori ini juga sangat
langsung).
penerapan teori pengetahuan tidak secara mutlak, sebab lalu lintas hukum
42
Ibid, h. 163.
40
Hukum perjanjian di Indonesia menganut sistem terbuka, hal ini
asasi manusia.
b. Asas Konsensualisme
sah apabila sudah sepakat mengenai hal yang pokok dan tidaklah
43
A. Qirom Syamsudin Meliala, 2004, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta
Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, h. 9.
41
perjanjianperjanjian itu pada umumnya “konsensuil”. Adakalanya
kekecualian. Yang lazim, bahwa perjanjian itu sudah sah dalam arti
yang pokok dari perjanjian itu. Jual beli, tukar menukar, sewa-
c. Asas Kepercayaan
sama lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi
44
Subekti, Hukum Perjanjian, Op.cit, h. 15
42
prestasinya dibelakang hari. Tanpa adanya kepercayaan itu, maka
kepercayaan ini, kedua belah pihak mengikatkan diri dan keduanya itu
tiap perjanjian mengikat kedua belah pihak,45 yang tersirat pula ajaran
pihak.
45
Subekti, 2004, Pokok-pokok Hukum Perdata, P.T. Intermasa, Jakarta, h. 127.
43
e. Asas Kepastian Hukum
f. Asas Keseimbangan
debitur seimbang.46
46
Mariam Firdaus Badrulzaman, 2009, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 88
44
Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian
h. Asas Moral
kontra prestasi dari pihak debitur. Juga hal ini terlihat dari
i. Asas Kepatutan
perjanjian.
45
j. Asas Kebiasaan
hanya mengikat untuk hal-hal yang diatur secara tegas, tetapi juga hal-
itikad baik (te goeder trouw: good fith) adalah “Maksud, semangat
47
Ibid, h. 134
46
sifat merugikan pihak lain, atau menggunakan kata-kata secara
membabi buta pada saat kedua belah pihak membuat suatu perjanjian.
diri pribadi. Pemahaman substansi itikad baik dalam Pasal 1338 ayat
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
data primer dan data sekunder, kemudian dianalisis dengan metode analisis
mengenai tesis ini. Selain itu konsepsi ini memandang hukum sebagai suatu
48
Ibid, h. 139.
47
sistem normatif yang bersifat otonom, tertutup dan terlepas dari kehidupan
masyarakat.49
2. Tipe Penelitian
menjelaskan keadaan obyek yang akan diteliti melalui kaca mata disiplin
hukum, atau sering disebut oleh Peter Mahmud Marzuki sebagai yang
seyogyanya.50
3. Sumber data
Data yang diperlukan untuk dipakai dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang bersifat kepustakaan yang terbagi atas beberapa
jenis yaitu :
49
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, h.37.
50
Ibid., hal 91.
51
Ibid, h. 113.
48
penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil karya dari
52
Ibid., h. 114
49
yang didapat serta dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan pokok
6. Analisis Data
pada arti perkataan dalam hubungannya satu sama lain dalam suatu
penafsiran yang pasti terhadap arti kata kata itu sebagai makna yang
G. Sistematika Penulisan
53
Ronny H. Soemitro, 1983, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia,
Jakarta, h.93.
54
Kansil, C.S.T, 1990. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, h. 66
55
Ibid., h.67
50
Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka konseptual
Penulisan
BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini akan
51
Oleh Notaris Terhadap Kedudukan Ahli Waris.
52