Anda di halaman 1dari 11

MERAIH BERKAH DENGAN

MAWARIS
Di Susun Oleh:
1.Rahma Aulia Azzahra (27)
2.Safira Sadma Dewi(28)
3.Sahrul Adam Rinaldy(29)
4.Shafa Abiyyu Fauziah (30)
5.Sudaryanti (31)
6.Tri Anggita Rini (32)
7.Tri Ari Wijanarko(33)
8.Wahyu Adi Alfiansyah (34)
9.Yusuf Nur Hikmad(35)
Hubungan Ilmu Waris Menurut
Islam dengan Hukum Adat
Menurut Hukum Islam
Hukum waris menurut Islam adalah pengaturan peralihan harta dari
seseorang yang telah meninggal kepada ahli waris. Perumusannya tidak lepas
dari nilai-nilai Islam dalam Al-quran. Yang disebut sebagai waris atau ahli
waris adalah orang-orang yang berhak menerima warisan. Sementara
muwaris atau pewaris merupakan orang yang meninggal Click iconharta
dunia dan to add pictur
benda peninggalannya diwariskan.
Warisan yang dibagikan kepada ahli waris dapat berupa harta bergerak
seperti logam mulia serta kendaraan dan harta tidak bergerak seperti tanah
serta rumah. Harta tersebut dapat dibagikan kepada ahli waris setelah
dikurangi untuk biaya perawatan jenazah, pelunasan utang, dan pelaksanaan
Cara Perhitungan Hukum
Waris Islam
Berdasarkan hukum waris Islam, contoh perhitungan atau kalkulator
waris Islam adalah sebagai berikut.
 Jika suami meninggal dengan ahli waris ayah, ibu, istri, serta tiga anak
(1 pria, 2 wanita). Maka 1/6 bagian milik ayah dan ibu, 1/8 bagian milik
istri, dan sisanya untuk anak dengan bagian pria 2 : 1 wanita.
 Jika ayah meninggal dengan ahli waris tiga anak pria, maka 1/3 bagian
Click icon to add picture
untuk tiap anak, atau bisa langsung dibagi menjadi tiga.
 Jika ibu meninggal dengan ahli waris suami, ibunya, dan anak pria,
maka 1/4 bagian milik suami, 1/6 bagian milik ibunya, dan sisanya
untuk anak pria pewaris.
Menurut Hukum Adat
Secara sederhana, hukum waris adat dapat diartikan sebagai hukum waris
yang didasarkan pada aturan adat, dari generasi kepada generasi lainnya atau
keturunannya.

Secara lengkap,Hukum Waris Adat adalah hukum local yang terdapat di


suatu daerah ataupun suku tertentu yang berlaku, diyakini dan dijalankan oleh
masyarakat – masyarakat daerah tersebut. Hukum waris adat di Indonesia tidak
terlepas dari pengaruh susunan masyarakat kekerabatannya yang berbeda.
Contoh Hukum Adat Jawa
Di dalam masyarakat Jawa, semua anak mendapatkan hak mewaris, dengan
pembagian yang sama. Pembagian harta waris dengan cara musyawarah mufakat
didasarkan pada kesepakatan ahli waris untuk membagi secara rata.
Pada dasarnya, yang menjadi ahli waris adalah generasi berikutnya yang paling
karib dengan Pewaris (ahli waris utama) yaitu anak-anak yang dibesarkan dalam
keluarga (brayat) si Pewaris. Terutama anak kandung. Sementara untuk anak yang
tidak tinggal bersama, tidak masuk ke dalam ahli waris utama. Tetapi ada juga
masyarakat Jawa (Jawa Tengah), yang mana anak angkat (yang telah tinggal dan
dirawat oleh orang tua angkatnya) mendapatkan warisan dari kedua orang tuanya,
baik orang tua kandung atau angkat.
Jenis Pembagian waris Menurut Adat
Jawa
Pembagian waris menurut Adat Jawa, dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1.DUM ADIL Masyarakat Desa mengenal suatu pepatah atau kaidah yang biasa disebut “dumdil
“ yang artinya di dum adil (di bagi rata).

2.SEPIKUL SEGENDONGAN Hukum adat jawa juga menganut istilah “sepikul segendongan”,
yakni anak laki-laki memperoleh bagian dua kali lipat dari bagian anak perempuan.  Prinsip
sepikul-segendong mengandung makna antara laki-laki dan perempuan sama-sama
memperoleh hak mewaris yang sama, namun bagian masing-masing berbeda, pihak laki-laki
yang karena dianggap memiliki peranan dan tanggungjawab yang lebih banyak (sepikul)
daripada perempuan (segendong). .
Persamaan Hukum Waris Islam dan
Hukum Adat
  Persamaan antara hukum kewarisan Islam dan hukum kewarisan
adat adalah sama-sama membicarakan tentang : Pemindahan harta
peninggalan dari seseorang yang meninggal dunia kepada ahli waris yang
masih hidup; Asas bilateral dan asas individual; Sistem individual;
Kedudukan dan menempatkan anak dan keturunannya sebagai ahli
waris utama; Harta benda pewaris yang akan diwariskan kepada ahli
waris, baik itu harta asal maupun harta bersama.
Perbedaan Hukum Waris Islam dan
Hukum Adat
Dalam hukum Islam, proses pewarisan terjadi setelah orang yang mempunyai
harta itu meninggal dunia. Sedangkan dalam hukum kewarisan adat, proses
peralihan harta ini tidak terikat terhadap meninggalnya pewaris atau seorang
pewaris berhak untuk memberikan sesuatu harta kepada ahli warisnya ketika
pewaris masih hudup.
Pembagian warisan dalam hukum Islam sudah diatur secara rinci berdasarkan
Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad Ulama mengenai bagian-bagian yang didapat oleh
ahli waris. Sedangkan dalam hukum adat tidak memakai perhitungan matematika
seperti dalam hukum waris Islam. Tetapi dengan cara muswarah keluarga dan
selalu didasarkan atas pertimbangan mengingat wujud benda dan kebutuhan ahli
Hikmah Hukum Waris
Hikmah pembagian harta warisan antara lain:
1. Menghindari keserakahan salah seorang ahli waris sehingga merugikan
ahli waris lainnya.
2. Menjalin ikatan persaudaraan berdasarkan hak dan kewajiban yang
seimbang.
3. Menghindari fitnah sesama ahli waris. Apabila pembagian warisan tidak
mencapai mufakat, maka akan terjadi fitnah diantara ahli waris.
4. Menunjukkan ketaatan kita kepada Allah swt dan kepada Rasul-Nya.
5. Untuk mewujudkan kemaslahatan hidup keluarga dan masyarakat.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai