Anda di halaman 1dari 7

Ujian Akhir Semester : Hukum Waris (Adat)

Nama : Fadhilah Khairunnisa


NPM : B1A020258

1. Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan Pasal 131 IS dan Pasal 163 IS di Indonesia
berlaku pluralisme Hukum Waris. Sebut dan jelaskan macam-macam Hukum Waris
tersebut, serta dasar hukumnya masing-masing.
2. Sebutkan dan jelaskan sistem kekerabatan yang terdapat dalam Hukum Adat Indonesia!
3. Sebut dan jelaskan asas-asas dan sistem pembagian warisan menurut Hukum Waris Adat!
4. Bagaimanakah cara pembagian warisan menurut sistem Hukum Adat, Hukum Perdata,
dan Hukum Islam? Jelaskan.
5. Jelaskan isi Bab III, IV, V dan VII Buku Hukum Kewarisan Indonesia yang Dicita-citakan
karya Dr. H. Sirman Dahwal, S.H., M.H.
6. Sebutkan kelebihan masing-masing Hukum Waris tersebut !

Jawab

1. Hukum Waris Islam, Dalam Pasal 171 ayat a KHI dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan “Hukum Kewarisan adalah hukum yang mengatur pemindahan hak pemilikan
harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa- siapa yang berhak menjadi ahli
waris dan berapa bagiannya masing- masing” Pembagian warisan dalam hukum Islam
dibagi berdasarkan bagian masing-masing ahli waris yang sudah ditetapkan besarannya.
Namun warisan dalam hukum waris Islam dapat dibagi berdasarkan wasiat kepada orang
lain atau suatu lembaga dengan ketentuan pemberian wasiat paling banyak sepertiga dari
harta warisan kecuali apabila semua ahli waris menyetujuinya. Besaran Bagian Ahli
Waris berdasarkan hukum islam menurut Pasal 176-185 KHI.

Hukum Waris Perdata, Waris menurut perdata adalah hukum waris berupa perangkat
ketentuan hukum yang mengatur akibat-akibat hukum umumnya di bidang hukum harta
kekayaan karena kematian seseorang yaitu pengalihan harta yang ditinggalkan si mati
beserta akibat-akibat pengasingan tersebut bagi para penerimanya, baik dalam hubungan
antar mereka maupun antar mereka dengan pihak ketiga. Dalam hukum perdata waris
dibagi dalam beberapa golongan. Golongan ahli waris dapat dibedakan atas 4 (empat)
golongan ahli waris.

Hukum Waris Adat, Hukum waris adat merupakan hukum lokal suatu daerah ataupun
suku tertentu yang berlaku, diyakini dan dijalankan oleh masyarakat-masyarakat daerah
tersebut. Hukum waris adat di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh susunan masyarakat
kekerabatannya yang berbeda. Hukum waris adat tetap dipatuhi dan dilakukan oleh
masyarakat adatnya terlepas dari Hukum waris adat tersebut telah ditetapkan secara
tertulis maupun tidak tertulis. Berdasarkan hukum waris adat dikenal beberapa macam
sistem pewaris, yaitu:
Sistem keturunan: pewaris berasal dari keturunan bapak atau ibu ataupun keduanya.
a. Sistem individual: setiap ahli waris mendapatkan bagisannya masing-masing.
b. Sistem kolektif: ahli waris menerima harta warisan tetapi tidak dapat dibagi-
bagikan penguasaan ataupun kepemilikannya. Setiap ahli waris hanya
mendapatkan hak untuk menggunakan ataupun mendapatkan hasil dari harta
tersebut.
c. Sistem mayorat: harta warisan diturunkan kepada anak tertua sebagai pengganti
ayah dan ibunya.
 
Hukum waris adat tidak mengenal adanya hak bagi waris untuk sewaktu-waktu menuntut
agar harta warisan dibagikan kepada para waris sebagaimana disebut dalam alinea kedua
dari pasal 1066 KUHPerdata atau juga menurut hukum waris Islam.

2. Sistem kekerabatan patrilineal


Sistem keturunan yang ditarik menurut garis bapak. Dalam sistem ini, kedudukan anak
laki-laki lebih utama dibandingkan anak perempuan. Di beberapa budaya, bila suatu
keluarga tidak memiliki anak laki-laki, maka keluarga tersebut harus melakukan
pengangkatan anak. Pada sistem kekerabatan patrilineal, berlaku adat perkawinan jujur.
Setelah perkawinan, si istri harus mengikuti suami dan menjadi anggota kerabat suami
termasuk anak-anak yang dilahirkan dari perkawinannya. Sistem kekerabatan patrilineal,
biasanya diikuti pada masyarakat Batak, Bali, Lampung dan agama Islam. Dalam
lamaran atau perkawinan, pihak laki-laki yang memberi mahar kepada keluarga
perempuan. Dalam adat Batak, mahar ini dikenal dengan istilah sinamot. Nama keluarga
dan nama anak biasanya akan mengikuti ayah. Contohnya di adat Batak, nama anak
perempuan akan dilengkapi dengan boru (br) dan marga ayah kendati sudah menikah.
Begitu pula tradisi Islam yang menambahi bin (laki-laki) dan binti (perempuan) diikuti
nama ayah.

Sistem kekerabatan matrilineal


Sistem keturunan ditarik menurut garis ibu, di mana kedudukan anak perempuan lebih
unggul dibandingkan anak laki-laki. Sistem Religi dalam Perspektif Antropologi Dalam
sisitem ini, umumnya berlaku perkawinan semenda. Perkawinan semenda yaitu setelah
perkawinan, suami mengikuti istri. Namun suami tetap menjadi anggota kerabat asal dan
tidak masuk ke dalam kerabat istri. Sedangkan anak-anak hasil perkawinan harus
mengikuti anggota kerabat ibunya. Sistem kekerabatan natrilineal, biasanya diikuti pada
masyarakat Minangkabau.
Sistem Parental
Anak menghubungkan diri dengan kedua orangtuanya (kerabat ayah-ibu secara bilateral),
misalkan masyarakat jawa, Kalimantan.

3. Asas-asas Hukum kewarisan Adat


a. Asas Ketuhanan dan Pengendalian Diri
Yaitu adnya kesadaran bagi para ahli waris bahwa rezeki berupa harta kekayaan
manusia yang dapat diukuasai dan dimiliki merupakan karunia dan keridahaan tuhan
ata keberadaan harta kekayaan
b. Asas Kesamaan dan Kebersamaan Hak
Yaitu setiap ahli waris mempunyai kedudukan yang sama sebagai oorang yang
berhak untuk mewarisi harta peninggalan perwarisnya, seimbang antara hak dan
kewajiban tanggung jawab seiap ahli waris untuk memperoleh harta warisannya
c. Asas Kerukunan dan Kekeluargaan
Yaitu para ahli waris mempertahankan untuk memelihara hubungan kekerabatan
yang tentram dan damai, bbaik dalam menyelesaikan pembagian harta warisa tidak
terbagi maupun dalam menyelesaikan pembagian harta warisan terbagi.
d. Asas Musyawarah dan Mufakat
Yaitu para ahli waris membagi harta warisannya melalui musyawarah yang
dipimpin oleh ahli waris yang dituakan dan apabila terjadi kesepakatan dalam
pembagian dengan harta warisan, kesepakatan itu bersifat tulus ikhlas yang
dikemukakan dengan perkataan yang baik yang keluar nurani pada setiap ahli waris.
e. Asas Keadilan
Yaitu keadilan berdasarkan status, kedudukan, dan jasa, sehingga setiap keluarga
pewaris mendapatkan harta warisan, baik bagian sebagai ahli waris , melainkan
bagian jaminan harta sebagai anggota keluarga perwaris.

Sistem Kewarisan adat

a. Sistem Kewarisan Individual


Yaitu bahwa harta peninggalan dapat dibagi bagikan di antara para ahli waris
seperti halnya pada masyarakat ( bilateral dijawa, patrilineal di Batak, Sulawesi,
dan lainnya)dimana harta peninggalan dapat dibagi bagikan pemiliknya diantara
para ahli waris.
b. Sistem Kewarisa Kolekif
Yaitu bahwa harta peninggalan itu diwarisi oleh sekumpulan ahli waris yang
bersama sama merupakan semacam adab hukum, dimana harta tersebut sebagai
harta pusaka tidak boleh dibagi bagikan pemiliknya di antara para ahli waris
dimaksud dan hanya boleh dibagi bagikan pemakainnya saja kepada mereka
itu( hanya mempunyai hak pakai saja) seperti diidalam masyarakat
matrilineal(minangkabau).
c. Sistem Kewarisan Mayorat
Bahwa harta peninggala diwarikan keseluruhannya atau sebagian besar(sejumlah
harta pokok dari suatu keluarga) oleh seorang anak saja, seperti halnya di Bali
dimana terdapat hak mayorat anak laki laki yang tertua dan Tanah Samendo
(Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung) dimana terdapat hakmayorat anak
permpuan tertua. Artinya,dimana anak tertua pada saat pewaris meninggal berhak
tunggal untuk mewarisi seluruh harta peninggalann, atau berhak tunggal untuk
mewarsisi sejumlah harta pokok dari satu keluarga . system mayorat ada dua
macam yaitu;
1. Mayorat laki-laki, yaitu apabila anak laki laki tertua/sulung atau keturunan
laki laki merupakan ahli waris tunggal dari si pewaris misalnya di Lampung.
2. Mayorat Perempuan, yaitu apabila anak perempuan tertua merupakan ahli
waris tunggal dari pewaris, misal pada masyarakat Tanah Semendo di
Sumatra Selatan.

4. Pembagian warisan dengan hukum waris adat

Pembagian warisan dengan menggunakan hukum waris adat didasarkan pada


aturan suku yang masih dipegang teguh dan dijalankan hingga saat ini. Hukum waris adat
memiliki aturan yang berbeda-beda yang menjadikan sistem penerapannya bisa berlainan
jika berdasarkan dengan adat masing-masing daerah atau komunitas. Pada dasarnya ada
tiga sistem yang dijadikan patokan dalam hukum waris adat, yaitu:
a. Sistem Patrilineal
b. Sistem Matrilineal
c. Sistem Parental atau Bilateral

Pembagian warisan dengan hukum waris perdata

Sistem ini menggunakan dasar hukum waris Perdata. Pembagian warisan ini
biasanya dilakukan dihadapan seorang notaris. Aturan hukum warisan perdata sudah
mengatur secara jelas golongan mana saja yang berhak mendapatkan warisan dan
golongan mana saja yang tidak berhak mendapatkan warisan. Golongan tersebut yaitu:

 Ahli waris absentantio (keluarga pewaris)


 Ahli waris testamentair (penunjukan berdasar surat wasiat)

Golongan absentantio didasarkan pada hubungan pernikahan dan garis keturunan


ke bawah seperti anak, garis keturunan ke atas seperti orang tua, dan golongan yang
masih memiliki pertalian darah dengan pewaris. Selain berdasarkan hubungan keluarga
dan kekerabatan, hukum perdata juga mengatur ketentuan bagi ahli waris yang
disebutkan di dalam surat wasiat. Istilah inilah yang disebut dengan ahli waris
testamentair.

Golongan Golongan Ahli Waris Bagian Warisan

Satu Suami/Istri dan Anak Masing-masing ¼ bagian

Orang tua, saudara, keturunan


saudara
Dua Masing-masing ¼ bagian
(Jika pewaris tidak
memiliki suami/istri, dan anak)
 ½ bagian untuk keluarga
Kakek, nenek dari ayah dan ibu
ayah
Tiga  ½ bagian untuk keluarga
(Jika pewaris tidak punya saudara
ibu
kandung dan belum berkeluarga)

 ½ bagian untuk yg masih


hidup
Keluarga sedarah yang masih hidup
 ½ bagian sisanya untuk
Empat garis lain yang
(Jika tidak terpenuhi oleh golongan
sederajat terdekat dengan
satu, dua, dan tiga)
pewaris

Pembagian warisan dengan hukum waris Islam

Penerapan dalam hukum Islam sudah cukup jelas dan berdasarkan kepada aturan
dalam Al-Quran. Sama halnya dalam hukum perdata, pembagian warisan dalam hukum
Islam haruslah dilakukan setelah ahli waris mengurus segala kebutuhan pewaris dan
membayarkan ataupun menyelesaikan utang-piutang ahli waris.
5. Bab III
Penerapan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia

a. HUKUM ISLAM
Yaitu hukum yang bersumber dan menjadi bagian bagian dari agama islam.
Hukum secara sederhana adalah peraturan peraturan atau seperangkat norma yang
mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau
norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan ara tertentu dan di tegakkan
oleh pengusaha.

b. SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM


Sumber hukum islam adalah asal( tempat pengembalian) hukum islam. Dalam
keputusan hukum islam di tanah air kita, sumber hukum islam, kadang-kadang
disebut dalil hukum islam atau pokok hukum islam atau dasar hukum islam.

c. RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM


Jika dibandingkan hukum islam di banding muamalah ini dengan hukum barat
yang membedakan antara hukum privat (hukum perdata) dengan hukum public,
maka sama halnya dengan hukum adat di tanah air kita, hukum islam tidak
membedakan ( dengan tajam) antara hukum perdata dengan hukum public .di
sebabkan karena menurut system hukum islam pada hukum perdata segi-segi
public dan pada hukum public ada segi segi perdatanya.

Bab IV
Hukum Kewarisan Indonesia Yang Dicita-citakan Menurut UUD RI Tahun 1945

a. KEDUDUKAN HUKUM ISLAM DALAM PEMBANGUNAN HUKUM


NASIONAL
Adalah salah satu aspek dari pembangunan nasional. Oleh kana itu, konsepsi
pembangunan hukum nasional tidak terlepas dari konsepsi pembangunan nasional

b. HUKUM KEWARISAN ISLAM DI MASA DEPAN


Usaha untuk menyeragamkan pendapat mengenai ketentuan kewarisan islam,
baru dilakukan sebatas pada kompilasi hukum islam, yaitu dengan jalan
memperbandingan beberapa mazhab seperti mazhab syafi’I, malik, hambali ,dan
hanafi, kemudian diambil ketentuan ketentuan hukum yang dianggap sesuai
dengan system masyarakat Indonesia

c. KEISTIMEWAAN DAN KELEBIHAN HUKUM KEWARISAN ISLAM


Sebagaimana yang di jelaskannn dalam firman Allah SWT Al-Qur’an Surat An-
Nisaa’ ayat 13, bahwa orang islam yang mempedomani penerapan dalam
pembagian harta warisan secara benar akan menerima imbalan berupa padahan
pahala dan nanti di akhirat akan disediakan surge bagi mereka yang
menerapkannya.

BAB V
Penggolongan Ahli Waris

Pengertian ahli waris ialah sekumpulan orang orang atau individu atu himpunan
kerabat atau keluarga yang berhak menerima harta peninggalan yang di tinggalkan
seseorang. Ahli waris dapat digolongkan menjadi beberapa golongan atas dasar tinjauan
dari segii jenis kelaminnya dan segi hakknya atas harta warisan
Dari segi jenis kelaminnya, ahli waris di bagi menjadi dua golongan yaitu ahli waris laki-
laki dan ahli waris perempuan dan dari segi haknya atas harta warisan, ahli waris dibagi
menjadi tiga golongan , yaitu ahli waris dzawil furudh, ahli waris ashabah dan ahli waris
dzawil arham.

6. Keistimewaan/kelebihan hukum waris Islam lainnya adalah memiliki kepastian hukum


dan bersifat individual. Setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki hak
dan bagian tersendiri. Hukum waris Islam tidak mengenal warisan secara kolektif, tetapi
memberikannya secara individu.

Anda mungkin juga menyukai