Anda di halaman 1dari 7

Ujian Akhir Semester Hukum Waris Adat

Oleh:
Lauta Dhani Saputro
B1A020128

Dosen Pengampu:
Dr.Sirman Dahwal, S.H., M.Hum

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS HUKUM
TAHUN 2022
Ujian Akhir Semester : Hukum Waris (Adat)
Dosen : Dr. H. Sirman Dahwal, S.H.,M.H.

Soal :

1. Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan Pasal 131 IS dan Pasal 163 IS di Indonesia
berlaku pluralisme Hukum Waris. Sebut dan jelaskan macam-macam Hukum Waris
tersebut, serta dasar hukumnya masing-masing.
2. Sebutkan dan jelaskan sistem kekerabatan yang terdapat dalam Hukum Adat Indonesia!
3. Sebut dan jelaskan asas-asas dan sistem pembagian warisan menurut Hukum Waris Adat!
4. Bagaimanakah cara pembagian warisan menurut sistem Hukum Adat, Hukum Perdata,
dan Hukum Islam? Jelaskan.
5. Jelaskan isi Bab III, IV, V dan VII Buku Hukum Kewarisan Indonesia yang Dicita-citakan
karya Dr. H. Sirman Dahwal, S.H., M.H.
6. Sebutkan kelebihan masing-masing Hukum Waris tersebut !

**Selamat Ujian**
Nama : Lauta Dhani Saputro
Kelas : H
Npm : B1A020128
Matkul : Hukum Waris Adat

1. hukum kewarisan yang berlaku di Indonesia dewasa ini masih tergantung pada hukum
kewarisan mana yang berlaku bagi yang meninggal dunia atau pewaris termasuk golongan
penduduk Indonesia (asli), maka yang berlaku adalah hukum kewarisan adat yang dimana
sumber dari hukumadat ini adat adat istiadat yang berlaku di setiap daerah, Sedangkan apabila
pewaris termasuk golongan Eropa atau Timur Asing Cina (Tionghoa), bagi mereka yang berlaku
hukum kewarisan Barat (BW) yang dimana bersumber dari KUH perdata yang secar jelas telah
ditentuakan bagian warisan untuk ahlli waris. Dalam hal pewaris termasuk golongan Timur
Asing Arab atau India, bagi mereka berlaku hukum adat mereka. Apabila Ternyata pewaris
termasuk golongan penduduk Indonesia yang Beragama Islam, tidak dapat disangkal dalam
beberapa hal mereka menggunakan peraturan hukum kewarisan berdasarkan Hukum kewarisan
Islam yang dimana pada bersumber kepada al-qur’an dan sunnah rasul serta pada sat ini sudah
ada komplikasi hukum islam (KHI). Adanya pembagian hukum waris ini adalah karena
berlakunya uud 1945 pasal 2 peraturan peralihan yang dimana selama belum ada aturan baru
yang mengaturnya maka aturan yang lama masih tetap berlaku.

2. sitem kekerabatan yang ada di indonesia menurut hukum adat ada 3 yaitu
- sistem kekerabatan patrilineal (sifat kebapakan) yaitu sistem yang menarik garis keturunan
ayah atau garis keturunan nenek moyangnya yang laki-laki. Di dalam pernikahan seorang isteri
melepas hubunga keluarga dengan ibunya, neneknya dan masuk ke dalam lingkungan suaminya
yang menganut sistem ini adalah masyarakat batak, ambon di dalam waris yang menerima
warisan adalah laki-laki

- sistem matrilineal (sifat keibuan) yaitu sistem yang menarik garis keturunan dari ibu atau dari
nenek moyang perempuan. Di dalam pernikahan suami mengikuti atau masuk kedalam keluarga
isteri sistem ini di anut oleh masyarakat minangkabau. Di dalam waris yang berhak menerima
warisan adalah prempuan

- sistem bilateral atau parenatal (sifat kebapakan-keibuan) nyaitu sistem yang menarik garis
keturunan baik melalui bapak maupun melalui garis ibu, sehingga dalam keluarga pada
hakikatnya tidak ada perbedaan antara pihak ibu dan pihak ayah di dalam kedudukan di keluarga
masing-masing sistem ini dianut ole masyarakat sumatera, madura. Dalam hal waris yang
mendapatkan warisan adalah laki-laki dan perempuan

3. berdasarkan pada hukum kewarisan adat masyarakat di Indonesia, maka dapat disimpulkan
ada 5 (lima) asas hukum Kewarisan adat. Adapun asas-asas tersebut, yaitu:
a. Asas Ketuhanan dan Pengendalian Diri yaitu adanya kesadaran bagi para ahli waris
bahwa rezki berupa harta kekayaan manusia yang dapat dikuasai dan dimiliki merupakan
karunia dan keridhaan Tuhan atas keberadaan harta kekayaan. Dengan asas ketuhanan
dan pengendalian diri ini bahwa tuhan menghendaki perdamaian dalam hidup, supaya
tidak terjadi perselisihan dan pertengkaran dalam pembagian harta warisan, maka harus
diikuti hukum yang ditentukan Tuhan dalam pembagian harta warisan, karena masalah
harta sangat sensitif. Oleh karena itu, maka Tuhan mengaturnya, untuk kemanfaatan dan
kemashlahatan ahli waris itu sendiri.
b. Asas Kesamaan dan Kebersamaan Hak Asas kesamaan dan kebersamaan hak, yaitu setiap
ahli waris mempunyai kedudukan yang sama sebagai orang yang berhak untuk mewarisi
harta peninggalan pewarisnya, seimbang antara hak dan kewajiban tanggung jawab bagi
setiap ahli waris untuk memperoleh harta warisannya.
c. Asas kerukunan dan kekeluargaan, yaitu para ahli waris mempertahankan untuk
memelihara hubungan kekerabatan yang tenteram dan damai, baik dalam menikmati dan
memanfaatkan harta warisan tidak terbagi maupun dalam menyelesaikan pembagian
harta warisan terbagi.
d. Asas Musyawarah dan Mufakat yaitu para ahli waris membagi harta warisannya melalui
musyawarah yang dipimpin oleh ahli waris yang dituakan dan apabila terjadi kesepakatan
dalam pembagian harta warisan, kesepakatan itu bersifat tulus ikhlas yang dikemukakan
dengan perkataan yang baik yang ke luar dari hati nurani pada setiap ahli waris.
e. Asas Keadilan, yaitu keadilan berdasarkan status, kedudukan, dan jasa sehingga setiap
keluarga pewaris mendapatkan harta warisan, baik bagian sebagian ahli waris maupun
bagian sebagai ahli waris

 Sistem kewarisan di hukum waris adat indonesia


A. Sistem Kewarisan Individual
Ciri dari sistem kewarisan individual ini yaitu bahwa harta peninggalan dapat dibagi-bagikan di
antara para ahli waris seperti halnya pada masyarakat (bilateral di Jawa, patrilineal di Batak,
Sulawesi, dan lainnya), di mana harta peninggalan dapat dibagi- Bagikan pemiliknya di antara
para ahli waris.

B. Sistem Kewarisan Kolektif


Ciri dari sistem kewarisan kolektif ini, yaitu bahwa harta Peninggalan itu diwarisi oleh
sekumpulan ahli waris yang bersama-sama merupakan semacam adab hukum, di mana harta
tersebut sebagai harta pusaka tidak boleh dibagi-bagikan pemiliknya di antara para ahli waris
dimaksud dan hanya boleh dibagi-bagikan Pemakaiannya saja kepada mereka itu (hanya
mempunyai hak pakai Saja) seperti di dalam masyarakat matrilineal (Minangkabau).

C. Sistem Kewarisan Mayorat


Ciri dari kewarisan mayorat ini adalah bahwa harta peninggalan diwariskan keseluruhannya atau
sebagian besar (sejumlah harta pokok dari suatu keluarga) oleh seorang anak saja, seperti halnya
di Bali di Mana terdapat hak mayorat anak laki-laki yang tertua dan di Tanah Samendo
(Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung) di mana terdapat hak mayorat anak perempuan tertua,
Artinya, di mana anak tertua pada saat pewaris meninggal berhak tunggal untuk mewarisi
seluruh harta peninggalan, atau berhak tunggal untuk mewarisi sejumlah harta pokok dari satu
keluarga. Sistem mayorat ini ada dua macam, Yaitu:
 Mayorat laki-laki, yaitu apabila anak laki-laki tertua/sulung atau keturunan laki-laki
merupakan ahli waris tunggal dari si pewaris misalnya di Lampung.
 Mayorat perempuan, yaitu apabila anak perempuan tertua merupakan ahli waris tunggal
dari pewaris, misalnya pada masyarakat Tanah Semendo di Sumatera Selatan.
Kelemahan dan kebaikan sistem pewarisan mayorat terletak pad memanfaatkannya guna
kepentingan semua anggota keluarga yang orang tua yang telah wafat dalam mengurus harta
kekayaan dan kepemimpinan anak tertua dalam kedudukannya sebagai penggan ditinggalkan.

4. a. Pembagian warisan dengan menggunakan hukum waris adat didasarkan pada aturan suku
yang masih dipegang teguh dan dijalankan hingga saat ini.
Hukum waris adat memiliki aturan yang berbeda-beda yang menjadikan sistem penerapannya
bisa berlainan jika berdasarkan dengan adat masing-masing daerah atau komunitas. Pada
dasarnya ada tiga sistem yang dijadikan patokan dalam hukum waris adat, yaitu:
 Sistem Patrilineal Sistem ini menganut pembagian warisan berdasarkan keturunan dari
bapak atau ayah sehingga perempuan tidak mendapatkan porsi bagian dari warisan.

 Sistem Matrilineal Hukum waris adat menggunakan sistem matrilineal berlawanan


dengan sistem patrilineal yang mana pembagian warisan hanya diambil dari garis
keturunan ibu. Sistem ini masih digunakan di Minangkabau

 Sistem Parental atau Bilateral Sistem ini merupakan jalan tengah yang menganut
pembagian harta warisan berdasarkan garis keturunan dari ayah dan ibu. Jadi tidak hanya
salah satunya saja.mDi dalam hukum waris adat ini, kedudukan laki-laki dan perempuan
dianggap setara sehingga masing-masing garis keturunan bisa mendapatkan warisan yang
merata.

b. pembagian warisan menurut hukum waris KUH perdata. Sistem ini menggunakan dasar
hukum waris Perdata. Pembagian warisan ini biasanya dilakukan dihadapan seorang notaris. 

Aturan hukum warisan perdata sudah mengatur secara jelas golongan mana saja yang berhak
mendapatkan warisan dan golongan mana saja yang tidak berhak mendapatkan warisan.
Golongan tersebut yaitu:

 Ahli waris absentantio (keluarga pewaris)


 Ahli waris testamentair (penunjukan berdasar surat wasiat)

Golongan absentantio didasarkan pada hubungan pernikahan dan garis keturunan ke bawah
seperti anak, garis keturunan ke atas seperti orang tua, dan golongan yang masih memiliki
pertalian darah dengan pewaris yang dimana hal ini sudah terdapat dalam KUH perdata yang
terbagi menjadi beberapa golongan. Selain berdasarkan hubungan keluarga dan kekerabatan,
hukum perdata juga mengatur ketentuan bagi ahli waris yang disebutkan di dalam surat wasiat.
Istilah inilah yang disebut dengan ahli waris testamentair.

c. pembagian waris menurut hukum waris islam Penerapan dalam hukum Islam sudah cukup
jelas dan berdasarkan kepada aturan dalam Al-Quran. Sama halnya dalam hukum perdata,
pembagian warisan dalam hukum islam haruslah dilakukan setelah ahli waris mengurus segala
kebutuhan pewaris dan membayarkan ataupun menyelesaikan utang-piutang ahli waris.

5. di dalam bab III menjelaskan tentang penerapan hukum kewarisan islam di indonesia yang
dimana di bab ini akan dijelaskan tentang pengertian dari hukum islam, sumber hukum islam,
ruang lingkup hukum islam, hukum kewarisan adat, hukum kewarisan berdasarkan KUH Perdata
Hukum islam yaitu hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam yang dimana
sumber hukum islam ini ada 4 yaitu al-qur’an adalah kitab suci yang seluruhnya berisi wahyu
dari tuhan, dimulai dari surah al-fatihah dan diakhiri dengan surat an-nash. Al-qur’an memberi
pedoman dengan prinsip dan sikap dasar akhlak tertentu,nilai dan moral fundamental, serta
memberi batas bagi tingkah laku manusia.
as-sunnah adalah sumber kedua dimana ajaran-ajaran islam diambil. Sunnah secara bahasa
berarti jalan atau tuntutan. Sunnah rasul ini sangat penting dalam dalam memahami dan
melaksanakan ajaran-ajaran al-qur’an
al-ra’yu atau ijtihad adalah sumber ketiga hukum islam. Upaya akal pikiran untuk menemukan
sesuatu ketentuian hukum islam disebut itijhad
qiyas adalah menyamakan masalah baru yang tidak terdapat ketentuan hukumnya di dalam al-
qur’an atau sunnah rasul dengan masalah yang telah terdapat ketentuan hukumnya di dalam al-
qur;an dan sunnah rasul atas dasar adanya persamaan illat hukum.
Di dalam bab ini di jelsskan ruang lingkup hukum islam yang terdiri dari bidang ibadah, bidang
muamalah, dan bidang kewarisan yang dimana di dalam buku ini sangat jelas dan lengkap di
setiap bidang hukum islam.di dalambab ini juga tidak hanya menjelaskan tentang hukum islam
akan tetapi juga membahsa tentang hukum waris adat dan hukum waris menurut KUH perdata
Di dalam bab IV menjelaskan tentang hukum kewarisan indonesia yang dicita-citakan yang
dimana di dalam pembangunan nasional hukum islam adalah sebagai sumber hukum materiil
yang dimana dalam pembanguna nasional harus memperhatikan kaidah-kaidah ketuhanan karena
didalam pancasila sudah terdapat kaidah keutuhanan dan pancasila merupakan landasan idil
untuk pembangunan nasional. Di dalam bab ini juga menjekaskan tentang hukum kewaris islam
dimasa depan yang dimana kewarisan islam di masa depan akan menuju sitem bilateral yang
diman hal ini sesuai dengan sistem kemasyarakatan yang dicita-citakan oleh al-qur’an dan cocok
dengan kondisi masyarakat indonesia.
Di dalam bab V menjelaskan tentang pengolongan ahli waris yang dimana penggolongan ahli
waris ini terbagi menjadi ahli waris laki-laki yang diantaranya terdiri dari ayah, kakek, anak laki-
laki, dan lai-lain, Ahli waris perempuan yang diantaranya terdiri dari ibu, nenek, anak
perempuan, dan lain-lain, ahli waris dzawil furudh ialah ahli waris yang mempunyai bagian-
bagian tertentu sebagaimana disebutkan dalam al-qur’an atau sunnah rasul, ahli waris ashabah
ialah ahli waris yang tidak ditentukan bagian harta warisnya, melainkan akan menerima seluruh
harta warisan, jika tidak ada ahli waris dzawil furudh sama sekali, ahli waris dzawil arham ialah
ahli waris yang tidak termasuk golongan dzawil furudh dan ashabah, tetapi masih mempunyai
hubungan dengan famili dengan mayat disebut ahli waris dzawil arham.
Di dalam bab VI menjelaskan tentang masalah perhitungan dalam pembagian harta waris yang
dimana kita akan dijelaskan asal masalah dari pembagian waris salah satu asal masalahnya
adalah tadakhul atau mudakarah apabila bagian ahli waris yang ada mempunyai penyebut yang
berlaina tetapi penyebut yang satu dapay dibagi oleh penyebut yang lain. Selanjutnya akan
dibahas masalah aul yang berarti menambah dan menaikan angka penyebut dan disamakan
dengan angka pembilang, selanjutnya masalah rad ialah mengurangi dan menurunkan angka
penyebut dan disamakan dari angka pembilang, dan terakhir mengenai hijab dan mahjub yang
dimana hijab berarti halangan yang meritangi untuk mendapatkan warisan bagi sebagian ahli
waris, karena masih ada ahli waris lain yang lebih dekat hubungannya dengan yang meninggal
sedangkan ahli waris yang terhalang tersebut dinamakan mahjub.

6. - Kelebihan hukum waris islam adalah bersifat adil yang dimana tidak ada perbedaan antara
perempuan dan laki-laki, adanya kepastian hukum, dan bersifat individual
- kelebihan hukum waris adat adalah bersifat individual, adanya pemisahan harta,pembagian
harta waris ditentukan seimbang.
- kelebihan hukum waris KUH Perdata adalah bersifat individual, adanya pembagian harta
yang jelas,pembagian ahli waris ditentukan secara matematis

Anda mungkin juga menyukai