Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada setiap pembagian warisan termasuk dalam adat,. Adapun arti

dari hukum adat yang memiliki arti aturan kebiasaan ini pun sudah lama di

ketahui di Indonesia sepeti di Aceh pada massa kepemimpinana sultan

Iskandar Muda (1607-1636) istilah hukum adat ini pun telah dipergunakan,

ini pun di buktikan dalam kitab Hukum “Shafinatul Hukkam Fi Takhlisil

Khassam”.5

Hukum adat atau hukum kebiasaan adalah hukum umum merujuk

suatu serangkaianyang tidak tertulis dan timbul dari adat- istiadat yang

tumbuh dan berkembang dalam masyarakat adat tertentu. Hukum adat

penduduk asli yang berlaku saat ini adalah hukum adat yang telah ada

sebelum tahun 1808 Masehi. ketika Thomas Stamford Raffles melakukan

perubahan yaitu “aturan-aturan yang tidak tertulis dan menjadi pedoman

bagi seluruh rakyat Indonesia dan yang harus dipatuhi oleh penduduk asli

dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari di Indonesia baik di kota

maupun desa. Hukum adat adalah istilah dari masa lalu yang mengacu

pada pemberian informasi hukum kepada kelompok tentang berbagai

pedoman dan fakta yang mengatur dan mengungkap kehidupan

masyarakat Indonesia.

Bahkan dalam literatul hukum islam jugaada beberapa istilah yang

digunakan untuk hukum waris Islam, seperti fiqhmawari, hukum waris,

dan ilmu farad. Alasan perbedaan penamaan adalah perbedaan arah yang

dijadikan pokok bahasan. Pengertian warisan terdapat pada pasal 1 huruf e


5
Wulansari Dewi, Hukum Adat Indonesia Suatu Pengantar,Edisi Keempat. PT Refika
Aditama.Bandung,2010,Hlm.1.
yaitu:

“Hukum waris adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta Bersama

setalah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai

meninggalnya, biaya pengurus jenazah (tajhiz), pembayaran hutang dan

pemberian untuk kerabat.”

Sedangkan pengertian dari harta peninggalan terdapat pada pasal 1

huruf d adalah: “Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh

pewaris baik yang berupa harta benda yang menjadi miliknya maupun

hak-haknya”.

Dalam literatur hukum Indonesia digunakan pula beberapa nama

yang keseluruhannya mengambil dari Bahasa Arab, yaitu waris, wari-san,

pusaka dan hukum kewarisan, yang menggunakan nama hukum waris,

memandang kepads orang yang berhak menerima harta warisan, yaitu

yang menjadi subjek dari hukum ini.6

Pengertian hukum Kewarisan menurut KHI (Kompilasi Hukum

Islam) pada pasal 171 huruf (a) adalah “Hukum yang mengatur tentang

pengalihan hak pemilik harta peninggalan (tirkah) pewaris, dalam siapa

saja yang berhak untuk menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-

masing. Dengan demikian hukum waris islam adalah seperangkat yang

mengatur tentang proses pengalihan harta peninggalan orang yang telah

meninggal dunia dan mentukan siapa yang akan menjadi pewaris, mereka

yang berhak menerima bagian dari warisan dan juga dalam tutorial ini

akan belajar bagaimana masing-masing sistem warisan menurut ajaran

Islam.7

Pengertian warisan yang sering dijumpai pada kitab-kitab fiqih

6
Aulia Muthia,Hukum Islam Dinamika Seputaran Hukum Keluarga,Yogyakarta:Pustaka Baru
Press.2017,Hlm.145-146
7
Ibid.Hlm.147
merupakan upaya maksimal para ahli dalam merefleksikan hasil

pemhamannya terhadap ayat-ayat Al-Qu’ran dan Sunnah Rasul.SAW yang

mengatur tentang hukum islam yang menatur tentang Hukum Kewarisan

Islam. Dalam hal ini, Allah SWT berfiman dalam Al-Quran Surah An-Nisa

ayat-11 yang artinya sebagai berikut:

Artinya: Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)


anak-anakmu. Yaitu: Bahagia seorang anak lelaki sama dengan bagahian
dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih
dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika
anak perempuan itu seorang saja, maka ia memeperoleh separo harta. Dan
untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta
yang ditinggalkan, jika orang yang meninggal itu mempunyai anak;
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya, makai
bunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa
saudara, makai bunya mendapat seperenam. (pembagian-pembagian
tersebut diatas) sesudah dipenuh wasiat yang Ia buat atau sesudah bayar
hutangnya. Orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa
antara mereka yang lebih dekat manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan
dari Allah. Sesungguh nya Allah Maha mengetahui lagi maha bijaksana.8
Sedangkan hukum adat waris sendiri ialah hukum waris yang diatur

dalam Burgerljik Wetboek mengenal hak tiap-tiap waris atas bagian yang

tertentu dari harta peninggalan. Segala barang harta peninggalaan itu

merupakan suatu kesatuan abstrak, yang dapat dinilai dengan sejumlah

uang yang tertentu banyaknya dan yang tiap-tiap waktu dapat di bagi-bagi

dalam pecahan berdasar ilmu berhitung menurut perhitungan pada waktu

meninggalnya pewaris. Hukum adat kewarisan berpacu atas prinsip-prinsip

yang timbul pada aliran-aliran pikiran komunal dan nyata dari bangsa

indonesia.

Hukum adat kewarisan berpacu atas prinsip-prinsip yang timbul

pada aliran-aliran pikiran komunal dan nyata dari bangsa indonesia.9

Hukum kewarisan yang berlaku dikalangan masyrakat Indonesia sampai

sekarang masih memiliki sifat pluarisme, yaitu ada yang mengikuti aturan

kepada hukum waris dalam kitab undang- undang Hukum perdata, hukum

8
Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemah,Hlm.78
9
Soepomo,Bab-Bab Tentang HUKUM ADAT,Pradia Paramita, Jakarta,1981.Hlm.81
waris islam dan hukum adat. Karena masyarakat Indonesia memiliki

keluarga multi etnis dengan banyak adat dan hukum adatyang satu dengan

yang lainnya cukup berbeda, bahkan memiliki suatu hal tersendiri yang

dimana menjadi hukum terlibat di dalamnya.10

Sedangkan pada dasarnya latar belakang di indinesia, walaupun

penduduknya mendominasi Bergama muslim namun pada konsep

mentransfer hak benda yang diwariskan ke sistem yang berbeda. Demikian

pula dalam sistem pewarisan yang normal diwarnai oleh system

kekeluargaan pada masyarakat yaitu:

1. Sistem Parental, merupan suatu sistem waris yang dengan


cara pembaian warisannya kepada ahli waris laki-laki dan
perempuan, misalnya: pada masyarakat di jawa.
2. Sistem patrialineal, merupkan suatu sitem kewarisan dengan
macam cara pembagian harta warisan kepada ahli waris
khusus.
3. Sistem Parental, merupan suatu sistem waris yang dengan
cara pembaian warisannya kepada ahli waris laki-laki dan
perempuan, misalnya: pada masyarakat di jawa.
4. Sistem patrialineal, merupkan suatu sitem kewarisan dengan
macam cara pembagian harta warisan kepada ahli waris
khusus terutama pada anak laki-laki, misalnya: pada
masyarakat di suku Batak.
5. Sistem patrialineal, merupkan suatu sitem kewarisan dengan
macam cara pembagian harta warisan kepada ahli waris
khusus terutama pada anak laki-laki, misalnya: pada
masyarakat di suku Batak.
6. Sistem kolektif, yaitu merupakan sebuah harta peninggalan
yang diwarisi oleh sekelompok ahli waris yang dimana
Bersama merupakan semacam badan hukum harta tersebut
merupakan warisan pusaka yang tidak boleh di bagi kepada
pemiliknya.
7. Sistem mayorat, merupakan sistem pengalihan harta warisan
yang dimana si ahli waris diwariskan seluruhnya atau juga
Sebagian besar kepada salah satu orang anak saja. Pada
umunnya diberikan kepada anak lelaki atau anak perempuan
tertua saja, misalnya: Bali dan Lampung untuk anak Laki-
laki, Sumatera Selatan, Dayak Tayan, dan Sandak di
Kalimantan untuk anak perempuan. 11
Disamping itu bagi masyarakat di Indonesia yang dimana

10
Muddin, Muhammad Imam.2020.Sistem kewarisan Mayorat Pada Suku Komering Dalam
Persefektif URF: Bengkulu(skripsi).Hlm3
11
Nugroho, Bambang Daru, Hukum Perdata Indonesia, PT Refika
Aditama,Bandung,2017,Hlm.89-90.
notabennya masih menaati agama dalam sistem kewarisan sesuai dengan

ajarana leluhurnya masing-masing. Dalam pandangan hukum kewarisan

tersebut telah dutentukan siapa saja yang menjadi ahli waris dan siapa saja

yang berhak untuk bagian dari harta warisan tersebut, berapapun bagian

mereka masing-masing, bagaimana sistem pembagiannya, serta diatur

pula berbagai hal yangn berhubungan dengan soal pembagian harta waris

ini.12

Sedangkan pada masyarakat Suku Ranau di Kecamatan Warkuk

Ranau Selatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatra

Selatan menggunakan system Patrialinel, yaitu merupakan system

kewarisan yang dimana menarik garis dari leluhur laki-laki tertua dan

berhak dalam harta warisan sebagai garis keturunana mereka sehingga

tidak adanya anak laki-laki bisa dikatakan tidak memiliki garis keturunana

atau hilangnya garis keturuana.13 Namun hal ini pun sering terjadi dikait-

eratkan padakomposisi warga yang dominan suku ranau dalam biasanya

yang dimana eksistensi anak lelaki sangat penting keberadaanya buat

penerus garis keturunan dan nama keluar.

Adapun kebiasaan yang diterapkan pada masyarakat ranau

Kecamatan Warkuk Ranau Selatan Kabupaten Oku selatan, dimana pada

dasarnya lebih mengikuti sistem kewarisan mayorat yang dimana seluruh

harta benda peninggalan jatuh kepada anak lelaki tertua yang dimana

memiliki bagian paling besar pada saudar laki-laki lainnya terus apabila

adanya anak perempuan akan mendapatkan bagian tergolong lebih sedikit

yang dimana anak lelaki tertua lah penerus keturunan dari keluarga orang

tua, apabila anak lelaki tertua memiliki adik yang masih bersekolah dan

12
Moh Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan Hukum
Positif di Indonesia, Jakarta:Sinar Grafika,2011,Hlm.16
13
Ibid,Hlm.3.
belum menikah maka dia harus baginya anak laki-laki tertua lah apabilah

telah mendapat peninggalan dari orang tua wajib menmbiayai dan

membiayai hidup sampai akhir Pendidikan. Akan tetapi pada anak

perempuan tidak mendapatkan bagian dari harta warisan disebabkan anak

perempuan akan mengikuti suaminya dan yang berhak membiayai

hidupnya adalah suaminya. Namun pada garis keturunan apabila tiada anak

laki- laki pada keluarga tersebutsehinggasuami dari anak perempuan

tertualah diangkat menjadi anak dan menjadi ahli waris dalam keluarga

tersebut, dalam hal tersebut dinamakan “Semanda”. kedudukan anak laki-

laki dalam keluarga sehingga jika tidak memiliki anak laki-laki dikatakan

setara dengan tidaknya memilki garis penerus keturunan atashilangnya

pewaris oleh sebab itu hak waris beralih pada suami dari anak

perempuan tertua jika masih belum memiliki anak laki-laki. Dan siapa

saja yang mewarisan dalam adat ranau maka berhak membiayai adik-

adiknya sampai selesai. Namun ada sebagian keluarga yang melakukan

pembagian waris dengan cara hukum islam dan adat kota batu dari pihak

ini mengambil jalan tengah yaitu dengam mencampurkan hukum islam dan

adat.

Pembagian harta waris pada masyarakat Suku Komering dilakukan

ketika pewaris sudah meninggal, yaitu warisan jatuh kepada anak laki-laki

tertua sebagai ahli waris yang bertangung jawab terhadap adik-adiknya

serta keluarga mengantikan peran pewaris (ayah) sebagai kepala keluarga.

Namun seiring perkembangan jaman pembagian waris suku komering

mengalami pergeseran, dimana yang seharusnya harta warisan dikuasai

penuh oleh anak laki-laki tertua sekarang anak perempuan juga

mendapatkan bagiannya. Dalam hal ini sangat bertentang dengan hukum

Islam yang mengatur bahwa setiap istri dan saudara-saudara dari pewaris
berhak mendapatkan harta waris yang ditinggalkan oleh pewaris hanya

saja bagian-bagiannya saja yang akan berbeda.14

Permasalahan hukum waris adat yang berlaku di Desa kota Batu

Kecamatan Warkuk Ranau Selatan Kabupaten Oku Selatan Provinsi

Sumatera Selatan perlu dikaji karena sistem pembagian waris masyarakat

adat ranau bersifat turun menurun dan tidak ada dasar hukum atau

pedoman tentang waris yang dibukukan sehingga masyarakat melakukan

pembagian harta waris tidak sesuai dengan kewarisan hukum ialm dan

pembagian tersebut bertentangan dengan hukum islam.

Berangkat dari fenomena diatas oleh karena itu penulis merasa

perlu untuk melaksanakan penelitian lanjut mengenai “Studi Koparatif

Hukum Islam Dalam Pembagian Waris Dengan System Mayorat Suku

Adat Ranu (Studi Di Desa Kota Batu Kecamatan Warkuk Ranau

Selatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Sumatra Selatan)”

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan pada latar belakang yang ada maka yang menjadi

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pembagian harta warisan menurut adat ranau yang berada

pada Kecamatan Ranau Selatan Kabupaten Oku Selatan?

2. Pandangan Hukum Islam dalam Pembagian harta warisan dalam adat

Ranau di Kecamatan Ranau Selatan Kabupaten Oku Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana pembagian waris yag ada di suku ranau yang berada di

14
M Mizan Ansori Zain Muhammad, “Pembagian Pusaka Dalam Islam”, (Surabaya: Bina Ilmu
1981),Hlm.9.
kecamatan warkuk ranau selatan kabupaten oku selatan.

2. Bagaimana pandangan hukum islam dalam sistem pembagian harta

warisan dalam adat suku ranau di kecamatan warkuk ranau selatan

kabupaten oku selatan provinsi sumatera selatan.

D. Kegunaan Penelitian

Penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis

dalam segi dari segi teoritis maupun praktis, antara lain:

1. Secara Teoritis

1) Pada Penelitian ini penulis berharap meberikan kontribusi yang

cukup positif baik pada akademi khusnya dalam penulisan ini

untuk mengulik lebih dalam tentang sistem kewarisan mayorat

pada suku ranau di kecamatan Ranau Selatan Kabupaten Ogan

Komering Ulu Selatan Sumatera Selatan.

2) Dalam hal ini diharapkanya penulis dapat memberikan rujukanini

pada penelitian selanjutnya yang dimana berkaitan dengan hasil

penelitian ini sekaligus dapat mencari serta solusi.

2. Secara Praktiis

1) Dalam hal ini di harapkan untuk di jadikan sebuah kompilasi supaya

bisa bahan acuan dan dapat memberisebuah informasipada

kalangan masyarakat yang masih awam dalamsystem mayorat ini

pada suku Ranaudi Kecamatan Warkuk Ranau Selatan Kabupaten

Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan.

2) Dalam hal ini diharapkan mampu meberikan ilmu pengetahuan

terutama bagi penulis secara pribadi dan masyarakat yang pada

umumnya belum mengetahui system kewarisan mayorat pada suku


Ranau di Kecamatan Warkuk Ranau Selatan Kabupaten Ogan

Komering Ulu selatan Provinsi Sumatra Selatan.

E. Penelitian Terdahulu

Skripsi Huma Sarah “Pelaksanaan Pembagian Harta Warisan

Berdasarkan Hukum Adat Pada Masyarakat Suku Minangkabau Di Kota

Matsum II Medan” Tahun 2020 program studi Ilmu Hukum Fakultas

Hukum yang Universitas Medan Area di dalam skripsi ini permasalahan

yang dibahas bagaimana pelaksanaan pembagian harta warisan pada

masyarakat adat suku Minangkabau di kota Mastum dan bagaimana faktor-

faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pembagian harta warisan

masyarakat suku minangkabau khususnya tinggal di kota Matsum Kota

Medan.15 sedangkan dalam skripsi ini membahas sistyem kewarisan suku

adat ranau yang harta warisannya dominan di jatuhkan pada anak laki-laki

tertua, sedangkan saudara lainnya juga mendaptkan bagian.

Skripsi Achmad Alga Fiqi Ibnu Qoyin “Tinjauan Fiqh Mawaris

Terhadap Pembagian Waris Adat Sistem Bilateral Individual ( Studi Kasus

Di Desa Lubuk Rukam Kecamatan Peninjauan Kabupaten Ogan Komering

Ulu)” Tahun 2017 Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultans Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Raden Fatah Palembang di

dalam skripsi ini permasalahan yang dibahas bagaimana pelaksanaan waris

adat sistem Bilateral Individual di desa Lubuk Rukam kecmatan

peninjauan Kabupaten Ogan Komering Ulu masyarakat desa tersebut

mengkhususkan anak laki-laki atau perempuan tertua mendapatkan harta

waris yang lebih banyak dari saudara-saudaranya.16 sedangkan dalam


15
Huma Sarah “Pelaksanaan Pembagian Harta Warisan Berdasarkan Hukum Adat Pada
Masyarakat Suku Minangkabau Di Kota Matsum II Medan”( skripsi program studi Ilmu Hukum Fakultas
Hukum yang Universitas Medan Area, 2020)
16
Achmad Alga Fiqi Ibnu Qoyin “Tinjauan Fiqh Mawaris Terhadap Pembagian Waris Adat Sistem
Bilateral Individual ( Studi Kasus Di Desa Lubuk Rukam Kecamatan Peninjauan Kabupaten Ogan
skripsi ini membahas sistyem kewarisan suku adat ranau yang harta

warisannya dominan di jatuhkan pada anak laki-laki tertua, sedangkan

saudara lainnya juga mendaptkan bagian.

Skripsi Nengsih Puspita Sari “Praktik Pembagian Warisan Pada

Masyarakat Suku Serawai Perspektif Hukum Islam (Studi Di Desa Serang

Bulan Kecamatan Pino Raya Kabupaten Bengkulu Selatan)” Tahun 2021

Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Bengkulu didalam skripsi ini permasalahan yang di

bahas bagaimana praktik pembagian waris pada masyarakat suku serawai

di desa serang bulan kecamatan pino raya kabupaten bengkulu

selatan.17sedangkan dalam skripsi ini membahas sistyem kewarisan suku

adat ranau yang harta warisannya dominan di jatuhkan pada anak laki-laki

tertua, sedangkan saudara lainnya juga mendaptkan bagian.

Komering Ulu)”( Skripsi Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultans Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negri (UIN) Raden Fatah Palembang,2017)
17
Nengsih Puspita Sari “Praktik Pembagian Warisan Pada Masyarakat Suku Serawai Perspektif
Hukum Islam (Studi Di Desa Serang Bulan Kecamatan Pino Raya Kabupaten Bengkulu Selatan)”(Skripsi
Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bengkulu,2021)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Hukum Adat Waris

a. Adat waris

Hukum adat kewarisan di indonesia merupakan salah satu bagian

hukum perdata secara keseluruhan merupakan bagian kecil dari hukum

keluarga. Hukum adata waris terkait erat dengan ruang lingkup

kehidupan masyarakat. Namun pada setiap manusia pasti akan adanya

mengalami peristiwa hukum, yaitu adanya kemayian, sehingga akan

menimbulkan akibat hukum dari peristiwa kematian hak-hak dan

kewajiban-kewajiban sebagai akibat telah meninggalnya seseorang

meninggalnya tersebut telah di atur hukum waris. Di wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia berlaku jenis-jenis sistem hukum waris,

yaitu hukum waris barat yang tercantum dalam Burgerkijk Wetboek

(BW), hukum waris islam dan hukum waris adat. Dalam hukum

kewarisan adat jga masih bersifat pluralism hukum, karena pada

realitanya hukum waris adat masih di pengaruhi oleh tiga sistematika

kekerabatan atau kekeluargaan yang ada dalam masyarakat indonesia:18

b. Jenis-jenis sistem pembagian waris

1) sistem patrilineal, yang dimana sistem ini menggunakan sistem

menarik garis keturunana laki-laki atau ayah yang terdapat pada

masyarakat seperti di tanah Gayo,Alas Batak, Bali, Irian Jaya,

Timor.

2) Sistem matrilineal, yang dimana sistem ini menarik garis

keturunana perempuan atau ibu yang terdapat pada masyarakat

Minangkabau.
18
Poespasari, Ellyne Dwi.2018.Pemahaman Seputar Hukum Adat di Indonesia.Pranadamedia
Group: Jakarta Timur,Hlm.1.
3) Sistem parallel atau bilateral yang dimana sistem ini menarik garis

keturunan ayah dan ibu yang terdapat pada masyarakat Jawa,

Madura, Sumatera Timur, Aceh, Sumatera Selatan, seluruh

Kalimantan, Ternate, dan Lombok.19

2. Hukum Waris Menurut Hukum Islam

Dalam islam hukum waris adalah hukum yang dimana mengatur perihal

harta kekayaan yang di tinggalkan seseorang yang meninggal dunia serta

akibatnya yag ditinggalkan seseorang meninggal serta akibatnta bagi para ahli

waris.20 Di antara aturan yang mengatur hubungan sesame manusia yang

ditetapkan allah adalah aturan tentang harta waris. Harta yang ditinggalkan oleh

seorang yang meninggal dunia memerlukan peraturan tentang siapa yang berham

mendapatkannya, berapa hak waris yang iya dapatkan dan bagaimana cara

mendapatkannya. Sedangkan aturan tentang waris tersebut di tetapkan oleh Allah

melalui sebuah firmannya ysng terdapat dalam Al-Quran terutama Surah An-Nisa

ayat 7,8,11,12 dan 176 pada dasarnya ketentuan Allah yang berkenanan dengan

kewarisan telah jelas maksud,arah dan tujuannya.21 Hukum kewarisan islam atau

yang dikenal sebagai The ISlamic Law Of Inheritamnce, mempunyai karakteristik

tersendiri jika dibandingkan dengan system hukum lainnya, misalnya civil law

ataupun common law. Didalam hukum islam, ketentuan materilnya bagi orang-

orang yang ditinggalkan pewaris telah di gariskan dalam alquran dan hadist secara

terperinci dan jelas.22

3. Hukum Waris

Hukum waris adalah bagian dari hukum kekeluargaan yang sangat erat

19
Ibid,Hlm.2.
20
Effendi Parangin, Hukum Waris,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006),Hlm.3.
21
Muhabibin,Moh,Ahmad Wahid.2007.Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan Hukum
Positif Indonesia,Edisi Revisi.Sinar Grafik: Jakarta Timur,Hlm.2.
22
Ibid,Hlm.3.
kaitannya dengan lingkup kehidupan manusia sebab setiap manusia pasti akan

mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Para ahli hukum indonesi

ampai saat ini masih berbeda pendapat tentang pengertian hukum waris. Walaupun

banyak nya pengertian hukum waris yang dikemukakan oleh ahli hukum, namun

pada intinya mereka berpendapat sama yaitu hukum waris adalah peraturan hukum

yang mengatur perpindahan harta kekayaan dari pewaris kepada para ahli waris.

4. Hukum kewarisan dalam Kompilasi Hukum Islam

Awal pembentukan kompilasi islam itu sebenarnya ada pada tahun 1970-

an, yaitu setelah lahirnya UU No.14 Tahun 1970, terutama mengenai maksud dari

pasal 10 ayat (1) nya. Pasal ini berisi tentang adanya kedudukan pengadilan agama

yang kuat dalam sistem nasional, juga mempunyai kesetaraan dengan tiga

pengadilan lainnya di indoneisa, juga ditentukan bahwa aspek organization,

administratife, dan finansial berada dibawah kekuasaan Mahkamah Agung dan

Mahkamah agung merasa berkepentingan utuk mempersiapkan tuga masing-

masing terutama menyangkut hukum acara dan hukum materilnya.23

5. Kewarisan Mayorat

Kewarisan mayorat ialah sistem pembagian warisan yang

menentukan bahwa harta warisan hanya dapat di wariskan pada seorang

anak saja. Pada sistem ini ada pun dua bagian yaitu:

1. Mayorat laki-laki, yaitu apabila anak laki-laki tertua atau

keturuanan laki-laki merupakan ahli waris tunggal dari si pewaris

2. Mayorat permpuan yaitu apbila anak perempuan tunggal merupakan ahli

waris tunggal dari pewaris.24

23
Teraju.2019.Hukum Waris dalam Kompilasi Islam Persefktif Filsafat Hukum. Jurnal Of Syariah
dan Hukum.1.
24
Baihaqi, Ahmad.2019.Sistem Kewarisan Mayorat Laki-laki dalam Persefektif Hukum Islam dan
Pengaruh Terhadap Masyarakat Muslim. Jurnal Of Hukum dan Politik.10,1.

Anda mungkin juga menyukai