Anda di halaman 1dari 5

Lex Et Societatis Vol. VII/No.

3/Mar/2019

PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DARI golongan-golongan yang masih dipengaruhi dan


PEWARIS KEPADA AHLI WARIS MENURUT ditentukan oleh corak warisan dari kolonial
HUKUM WARIS ADAT DAN HUKUM WARIS Hindia Belanda, maka hukum warisan yang
PERDATA1 berlaku di Indonesia juga masih beraneka
Oleh: Diana E. Rondonuwu2 ragam berdasarkan golongan warga negara,
yaitu: 3
ABSTRAK 1. Untuk orang Indonesia asli, dibeberapa
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk daerah berlaku hukum adat.
mengetahui bagaimana perbandingan sistem 2. Untuk orang Indonesia asli yang
pewarisan dari pewaris kepada ahli waris beragama Islam diberbagai daerah,
menurut hukum perdata dan hukum adat. maka hukum Kewarisan Islam sangat
Dengan menggunakan metode peneltian yuridis berpengaruh.
normatif, disimpulkan: Dari 2 (dua) sistem 3. Untuk warga negara Indonesia yang
pewarisan yang ada baik hukum waris adat dan keturunan Tionghoa dan Eropa berlaku
hukum waris perdata, dapat disimpulkan hukum kewarisan menurut hukum
bahwa kehidupan masyarakat di Indonesia perdata BW.
tidak dapat menggunakan hukum waris perdata Ketiga jenis hukum waris yang berlaku ini,
secara nasional, karena beragamnya suku dan memililiki sistem pewarisan yang berbeda-
budaya di Indonesia, sehingga dalam sistem beda. Warga Negara Indonesia (WNI) wajib
pewarisan perlu juga diterapkan hukum adat memilih salah satu hukum waris yang akan
waris yang berlaku di setiap daerah yang digunakannya dan ditulis dalam surat wasiat
ada.Oleh sebab itu, para ahli waris perlu (testamen). Namun, dalam jurnal ini yang akan
mengadakan konsultasi dengan orang-orang dibahas hanyalah hukum waris adat dan hukum
yang ahli dibidang pewarisan seperti notaris, waris perdata.
ahli hukum perdata, ahli hukum adat, dan para
pihak yang terkait bahkan pemerintah desa
atau kelurahan setempat. Hal ini untuk B. Perumusan Masalah
mengurangi rasa tidak adil dan pembagiannya Berdasarkan latar belakang di atas maka
dapat dilakukan secara merata atau dapat yang menjadi permasalahan adalah bagaimana
dibagi sesuai dengan surat wasiat dari pewaris perbandingan sistem pewarisan dari pewaris
sehingga hubungan antara anggota keluarga kepada ahli waris menurut hukum perdata dan
tetap baik dan harmonis. hukum adat?
Kata kunci: Perbandingan, sistem pewarisan,
pewaris kepada ahli waris, hukum waris adat, C. Metode Penelitian
hukum waris perdata Dalam menyusun tulisan ini penulis
menggunakan metode penelitian kepustakaan
PENDAHULUAN (Library Research) yakni suatu metode yang
A. Latar Belakang digunakan dengan jalan mempelajari buku
Indonesia sebagai salah satu negara bekas literatur, perundang-undangan, dan bahan-
jajahan Hindia Belanda yang beraneka ragam bahan tertulis lainnya yang berhubungan
suku, bahasa, budaya, dan agama, yang masing- dengan materi pembahasan yang penulis
masing mempunyai cirSi khas tersendiri, yang gunakan.
tidak dipunyai oleh negara-negara lain. Oleh
karena itu, negara Indonesia terdiri atas PEMBAHASAN
beraneka ragam suku, adat istiadat, dan agama. Menurut Kitab Undang-undang Hukum
Hal inilah yeng menjadi salah satu faktor Perdata, prinsip dari pewarisan adalah:4
sehingga sitem hukum di Indonesia yang 1. Harta Waris baru terbuka (dapat
berlaku berbeda-beda. Selain itu juga, diwariskan kepada pihak lain) apabila
disebabkan karena adanya sifat kekeluargaan,
3
Djalal. Maman Abd, Hukum Mawaaris, CV Pustaka Setia,
1
Artikel Bandung, 2006, hlm.43,44
2 4
Dosen Pada Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi; Komariah, HUKUM PERDATA, Universitas Muhamadiyah
Magister Ilmu Hukuk; NIDN. 0001077605 Malang, Surabaya, 2003, hal. 148.

1
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 3/Mar/2019

terjadinya suatu kematian. (Pasal 830 kepada ahli waris, menurut Prof. Dr. Wirjono
KUHPerdata); Prodjodikoro. Aturan tersebut tercatat dalam
2. Adanya hubungan darah di antara Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Jadi
pewaris dan ahli waris, kecuali untuk secara hukum aturannya jelas dan dapat
suami atau isteri dari pewaris. (Pasal 832 diperkarakan di pengadilan bila ternyata tidak
KUHPu9[‘[.p’’’p erdata), dengan dapat menemui kesepakatan dalam mengambil
ketentuan mereka masih terikat dalam keputusan mengenai pembagian Warisan
perkawinan ketika pewaris meninggal Tersebut.
dunia. Artinya, kalau mereka sudah Ada 3 (tiga) jenis hukum waris di Indonesia,
bercerai pada saat pewaris meninggal yakni hukum waris adat, hukum waris perdata,
dunia, maka suami/isteri tersebut bukan dan hukum waris islam. Ketiga jenis hukum
merupakan ahli waris dari pewaris. waris ini memiliki sistem pewarisan yang
Berdasarkan prinsip tersebut, maka yang berbeda-beda. Akan tetapi dalam penulisan ini
berhak mewaris hanyalah orang-orang yang yang akan dibahas hanyalah sistem pewarisan
mempunyai hubungan darah dengan pewaris. adat dan sistem pewarisan perdata.
Baik itu berupa keturunan langsung maupun 1. Hukum waris Adat
orang tua, saudara, nenek/kakek atau Hukum waris adat adalah hukum waris
keturunannya dari saudara-saudaranya. yang diyakini dan dijalankan oleh suku
Sehingga, apabila dimasukkan dalam kategori, tertentu di Indonesia. Beberapa hukum
maka yang berhak mewaris ada empat waris adat aturannya tidak tertulis,
golongan besar, yaitu:5 namun sangat dipatuhi oleh masyarakat
1. Golongan I : suami/isteri yang hidup pada suku tertentu dalam suatu daerah,
terlama dan dan bila ada yang melanggarnya akan
anak/keturunannya diberikan sanksi. Jenis hukum ini banyak
(Pasal 852 dipengaruhi oleh hubungan kekerabatan
KUHPerdata). serta stuktur kemasyarakatannya. Selain
2. Golongan II : orang tua dan saudara itu jenis pewarisannya pun juga beragam,
kandung Pewaris antara lain :6
3. Golongan III : Keluarga dalam garis - Sistem Keturunan, pada sistem ini
lurus ke atas sesudah dibedakan menjadi tiga macam yaitu
bapak dan ibu pewaris garis keturunan bapak, garis
4. Golongan IV : Paman dan bibi pewaris keturunan ibu, serta garis keturunan
baik dari pihak bapak keduanya
maupun dari pihak ibu, - Sistem Individual, merupakan jenis
keturunan paman dan pembagian warisan berdasarkan
bibi sampai derajat bagiannya masing-masing, umumnya
keenam dihitung dari banyak diterapkan pada masyarakat
pewaris, saudara dari suku Jawa.
kakek dan nenek - Sistem Kolektif, Merupakan system
beserta keturunannya, pembagian warisan dimana
sampai derajat keenam kepemilikannya masing-masing ahli
dihitung dari pewaris. waris memiliki hak untuk
Golongan ahli waris ini menunjukkan siapa mendapatkan warisan atau tidak
ahli waris yang lebih didahulukan berdasarkan menerima warisan. Umumnya bentuk
urutannya. Artinya, ahli waris golongan II tidak warisan yang digunakan dengan jenis
bisa mewarisi harta peninggalan pewaris dalam ini adalah barang pusaka pada
hal ahli waris golongan I masih ada. masyarakat tertentu.
Definisi Hukum Waris merupakan sebuah - Sistem Mayorat, merupakan sistem
aturan yang mengatur harta kekayaan serta pembagian warisan yang diberikan
kedudukannya setelah pewaris meninggal dunia
hingga tata cara berpindahnya harta tersebut 6
Ali, Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum
Pembuktian menurut KUH Perdata (BW), Bina Aksara,
5
ibid hal. 150-151 Jakarta, 1984, hal. 208.

2
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 3/Mar/2019

kepada anak tertua yang bertugas dinamakan mamak kepala waris, yaitu
memimpin keluarga. Contohnya pada seseorang yang paling dituakan atau
masyarakat lampung dan Bali. tertua dari keluarga si isteri.
Hukum adat kewarisan di Indonesia c. Golongan kebapak-ibuan, di Indonesia
mengenal 3 (tiga) macam sistem susunan adalah yang paling merata yaitu
kekeluargaan yang sangat mempengaruhi golongan yang bersifat parental yang
lingkungan adat yang satu dengan meliputi daerah Jawa, Madura,
lingkungan hukum adat lainnya, yakni: 7 Sumatera, Riau, Aceh dan lain-lain
a. Golongan yang bersifat kebapakan, yang menonjol kekeluargaannya yang
maka seorang isteri oleh karena bersifat parental, dan pada
perkawinan dilepaskan dari hubungan hakekatnya tidak perbedaan antara
kekeluargaan dengan orang tuanya, suami dengan isteri dalam
leluhurnya serta sanak keluarganya kedudukannya, dari akibat
yang lain. Sejak perkawinannya jika perkawinannya sisuami menjadi
isteri masuk kedalam rumpun anggota keluarga si isteri dan
keluarga suaminya. Demikian pula sebaliknya pula sisuami menjadi
dengan anak dan turunannya dari anggota keluarga isteri.
perkawinan itu kecuali dalam hal anak
itu perempuan yang telah pernah 2. Hukum Waris Perdata
kawin juga masuk dalam lingkungan Hukum waris perdata adalah hukum
suaminya. Corak dari perkawinan waris yang paling umum di Indonesia dan
yang bersifat kebapakan, dikenal beberapa aturannya mirip dengan
dengan perkawinan jujuran, yaitu si budaya barat. Warisan dapat diberikan
isteri dibeli oleh keluarga suaminya kepada ahli waris yang terdapat surat
dari keluarga isteri itu dengan jumlah wasiat atau keluarga yang memiliki
uang yang disepakati dari pembelian hubungan keturunan atau kekerabatan,
tanah Batak, dan inilah yang disebut seperti anak, orang tua, saudara, kakek,
jujuran atau perujuk atau Tuhor Boli, nenek hingga saudara dari keturunan
dan di tanah Gayo dinamakan Onjong, tersebut.
kekeluargaan yang bersifat kebapakan Sistem atau prinsip yang digunakan
di Indonesia ini juga terdapat di dalam hukum bagi waris jenis ini
daerah Ambon, Irian Jaya dan Bali. menggunakan sistem individual yang
b. Golongan yang bersifat keibuan, di artinya setiap individu ahli waris berhak
Indonesia terdapat di tanah mendapatkan harta warisan berdasarkan
Minangkabau. Sejak perkawinan itu bagiannya masing-masing. Sedangkan
dilakukan maka suami berdiam di bila menggunakan surat wasiat maka
rumah isterinya atau keluarganya, orang yang berhak menjadi ahli waris
suami tidak masuk keluarga isteri, hanya yang ditentukan dan tercatat
tetapi apabila ada anak keturunannya dalam surat wasiat tersebut. Syarat
dianggap kepunyaan ibu saja, dan si untuk membuat surat wasiat ini memang
ayah/bapak pada hakekatnya tidak harus sudah berusia lebih dari delapan
mempunyai kekuasaan terhadap anak belas tahun dan sudah menikah.
yang lahir, dan si suami mendapat Menurut Kitab Undang-undang Hukum
penghibaan dari isterinya baik berupa Perdata ada dua cara untuk
uang ataupun barang atau ongkos- mendapatkan warisan, yaitu:8
ongkos untuk keperluan rumah 1. Sebagai ahli waris menurut Undang-
tangga suami isteri bersama undang.
turunannya yang biasanya diambil 2. Karena ditunjuk dalam surat wasiat
oleh keluarga isteri dan milik ini (testament).
dikuasai oleh seorang yang

7 8
A. Suriyaman Mustari Pide, Hukum Adat: dahulu, Subekti, Hukum Perdata, Intermasa, Bandung, 1995, hal.
sekarang, dan akan datang, Liberty, Yogyakarta, 2014. 93.

3
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 3/Mar/2019

Cara yang pertama dinamakan mewarisi wajib mengurus harta itu namun harus
menurut Undang-undang atau “ab memberitahukan kepada pihak Pengadilan.
intestato” dan cara yang kedua Dalam hal ada perselisihan apakah suatu harta
dinamakan mewarisi secara warisan dapat dianggap sebagai tidak terurus
“testamentair”. Dalam hukum waris atau tidak. Hal ini akan diputuskan oleh
berlaku suatu asas, bahwa hanyalah hak- Pengadilan, Weeskamer itu diwajibkan
hak dan kewajiban-kewajiban dalam membuat catatan tentang keadaan harta
lapangan hukum kekayaan harta benda tersebut dan jika dianggap perlu didahului
saja yang dapat diwariskan. Dengan kata dengan penyegelan barang-barang, dan
lain hanyalah hak-hak dan kewajiban- selanjutnya membereskan segala sangkutan
kewajiban yang dapat dinilai dengan sipewaris berupa hutang-hutang dan lain-lain.
uang saja. Wesskamer harus membuat
Bila orang yang meninggal dunia tidak pertanggungjawaban, dan juga diwajibkan
membuat surat warisan, maka dalam memanggil para ahli waris yang mungkin ada
Undang-undang Hukum Perdata dengan panggilan-panggilan umum, seperti
ditetapkan pembagian warisan sebagai melalui RRI, surat-surat kabar dan lain-lain cara
berikut:9 yang dianggap tepat. Jika setelah lewat tiga
a. Yang pertama berhak mendapat tahun belum juga ada seorang ahli waris yang
warisan yaitu suami atau isteri dan tampil atau melaporkan diri, maka weeskamer
anak-anak, masing-masing berhak akan melakukan pertanggungjawaban tentang
mendapat bagian yang sama pengurusan harta peninggalan itu kepada
jumlahnya (pasal 852 BW). negara, dan selanjutnya harta tersebut akan
b. Apabila tidak ada orang sebagaimana menjadi milik negara.
tersebut di dtas, maka yang kemudian Menurut ketentuan pasal 838 KUH Perdata,
berhak mendapat warisan adalah yang dianggap tidak patut menjadi ahli waris
orang tua dan saudara dari orang tua dan karenanya tidak berhak mewaris ialah: 10
yang meninggal dunia, dengan a. Mereka yang telah dihukum karena
ketentuan bahwa orang tua masing- dipersalahkan telah membunuh atau
masing sekurang-kurangnya mencoba membunuh pewaris.
mendapat seperempat dari warisan b. Mereka yang dengan putusan hakim
(pasal 854 BW). Pengadilan dipersalahkan karena dengan
c. Apabila tidak ada orang sebagaimana fitnah telah mengajukan pengaduan
tersebut di atas, maka warisan dibagi terhadap pewaris mengenai suatu
dua, separuh untuk keluarga pihak ibu kejahatan yang diancam dengan
dan separuh lagi untuk pihak keluarga hukuman penjara lima tahun lamanya
ayah dari yang meninggal dunia, atau hukuman yang lebih berat.
keluarga yang paling dekat berhak c. Mereka yang dengan kekerasan telah
mendapat warisan. Jika anak-anak mencegah pewaris membuat atau
atau saudara-saudara dari pewaris mencabut surat wasiatnya.
meninggal dunia sebelum pewaris, d. Mereka yang telah menggelapkan,
maka tempat mereka diganti oleh merusak atau memalsukan surat wasiat
keturunan yang sah (pasal 853 BW). pewaris.
Di dalam KUH Perdata (BW) dikenal pula
harta peninggalan yang tidak terurus yaitu jika PENUTUP
seorang meninggal dunia lalu mempunyai Dari 2 (dua) sistem pewarisan yang ada baik
harta, tetapi tidak ada ahli warisnya, maka hukum waris adat dan hukum waris perdata,
harta warisan itu dianggap sebagai tidak dapat disimpulkan bahwa kehidupan
terurus. Dalam hal yang demikian itu maka masyarakat di Indonesia tidak dapat
Balai Harta peninggalan (Wesskamer) dengan menggunakan hukum waris perdata secara
tidak usah menuggu perintah dari Pengadilan nasional, karena beragamnya suku dan budaya
di Indonesia, sehingga dalam sistem pewarisan
9
Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya
10
Paramita, Jakarta, 1996, hal. 123. ibid hal. 127

4
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 3/Mar/2019

perlu juga diterapkan hukum adat waris yang


berlaku di setiap daerah yang ada.Oleh sebab
itu, para ahli waris perlu mengadakan
konsultasi dengan orang-orang yang ahli
dibidang pewarisan seperti notaris, ahli hukum
perdata, ahli hukum adat, dan para pihak yang
terkait bahkan pemerintah desa atau kelurahan
setempat. Hal ini untuk mengurangi rasa tidak
adil dan pembagiannya dapat dilakukan secara
merata atau dapat dibagi sesuai dengan surat
wasiat dari pewaris sehingga hubungan antara
anggota keluarga tetap baik dan harmonis.

DAFTAR PUSTAKA
A. Suriyaman Mustari Pide, Hukum Adat:
dahulu, sekarang, dan akan datang,
Liberty, Yogyakarta, 2014.
Ali, Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga,
Hukum Pembuktian menurut KUH
Perdata (BW), Bina Aksara, Jakarta, 1984.
Djalal. Maman Abd, Hukum Mawaaris, CV
Pustaka Setia, Bandung, 2006.
Subekti, Hukum Perdata, Intermasa, Bandung,
1995,
------------, Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai