Anda di halaman 1dari 8

ANALISA YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM

DALAM SENGKETA WARIS ADAT

Oleh Nanin Koeswidi Astuti1

Abstract
Inheritance is one of the most important events in human life, because every human being will experience
the phase of death. At the time of the death of this person of course raises a new legal event that is the
transfer of rights and responsibilities of a deceased to his heirs. Customary inheritance law based the division
of inheritance based on patrilineal, matrilineal and bilateral / parental kinship systems and also based on
collective inheritance systems, individual inheritance systems or major inheritance systems.

Kata Kunci: Sengketa Waris Adat, Hukum Waris Adat, Harta Waris, Pewarisan

Pendahuluan orang yang telah meninggal dunia. Hukum waris


Di Indonesia terdapat tiga sistem hukum yang merupakan perhubungan hukum yang terkait dengan
mengatur masalah warisan, yaitu hukum adat, hukum meninggalnya seseorang dan harta benda atau harta
Islam dan hukum perdata barat. Perbedaan sistem hu- kekayaan yang akan berpindah kepada ahli waris be-
kum tersebut terkait juga dengan pembagian golon- rikut hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang mele-
gan penduduk berdasarkan Pasal 131 IS jo Pasal 163 kat di dalamnya.
IS pada saat pemerintahan Hindia-Belanda. Masyara-
kat yang tunduk pada hukum perdata barat maka hu- Permasalahan
kum yang berlaku adalah hukum waris perdata barat, 1. Apakah yang menjadi dasar pembagian harta
orang timur asing yang tunduk pada hukum perdata warisan menurut hukum waris adat?
barat juga memberlakukan hukum waris perdata ba-
2. Bagaimana penyelesaian sengketa pembagian
rat, jika masyarakat tunduk pada hukum adat maka
harta warisan menurut hukum waris adat oleh
berlaku hukum waris adat dan mereka yang beraga-
Hakim?
ma Islam tunduk pada hukum waris Islam. Perbedaan
hukum waris ini sampai saat ini pun masih beraneka
ragam dan diberikan kebebasan bagi masyarakat un- Tujuan Penulisan
tuk memilih sistem hukum yang sesuai dengan kebu- 1. Untuk mengetahui dasar pembagian warisan me-
tuhan mereka. nurut hukum waris adat.
Pewarisan merupakan salah satu peristiwa pen- 2. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa pem-
ting di dalam siklus kehidupan manusia, karena setiap bagian harta warisan menurut hukum waris adat
manusia pasti akan mengalami fase kematian. Pada yang oleh Hakim.
saat kematian seseorang ini tentu saja menimbulkan
suatu peristiwa hukum baru yaitu peralihan hak-hak
dan tanggung jawab seorang yang telah meninggal Pengertian Hukum Waris Adat
kepada para ahli warisnya, dan juga hubungannya Hukum waris adat berkaitan dengan siklus hi-
dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban orang dup manusia di dunia, yaitu kelahiran, perkawinan,
lain. Oleh karena itu, ahli waris secara otomatis demi dan meninggal dunia. Ketiga siklus tersebut merupa-
hukum memperoleh hak milik atas semua harta ke- kan peristiwa penting di dalam kehidupan manusia.
kayaan termasuk hak-hak dan kewajiban-kewajiban Manusia sebagai subyek hukum, pembawa hak dan
kewajiban sejak saat dilahirkan dan berakhir pada
1
Dosen Tetap Fakultas Hukum UKI saat manusia meninggal dunia, namun di dalam hu-
Jurnal Hukum tô-râ, Vol. 2 No. 3, Desember 2016

kum waris adat seorang manusia yang meninggal daerah lainnya tentu tidak luput dari pengaruh per-
dunia hubungan-hubungan hukum tidak secara oto- kembangan masyarakat yang dinamis, agama, pendi-
matis berakhir, karena seorang yang meninggal terse- dikan, hukum adat di daerah lain juga perkembangan
but masih memiliki keluarga, baik anak, bapak, ibu, ilmu pengetahuan dan teknologi.
kakek, nenek dan sanak keluarga lainnya. Obyek hukum adat waris yang sangat penting
Para ahli hukum adat memberikan beberapa pen- adalah pewaris, ahli waris, dan harta warisan atau
gertian hukum waris adat. Menurut Djaren Saragih da- harta peninggalan, merupakan unsur-unsur yang ha-
lam bukunya: “Pengantar Hukum Adat Indonesia”3 rus ada pada pewarisan yang bersifat mutlak. Unsur
“Hukum waris dalam suasana hukum adat adalah pewaris dan ahli waris dinamakan subyek hukum
komplek kaidah-kaidah yang mengatur proses waris, sedangkan harta peninggalan disebut obyek
penerusan dan pengoperan daripada harta, baik hukum waris.6
material maupun immaterial dari suatu generasi
ke gerasi berikutnya. Proses maksudnya bahwa Pengertian pewaris adalah seseorang yang me-
pewarisan hukum adat bukan selalu actual dengan ninggalkan harta warisan, ahli waris adalah sese-
adanya kematian, walaupun tidak ada kematian orang atau sekelompok orang yang berhak atas har-
proses pewarisan tetap ada, penerusan dan pen- ta warisan dan harta warisan adalah harta kekayaan
goperan atau meneruskan dari generasi ke gene- baik material maupun immaterial.
rasi berikutnya tetap berlangsung. Jadi pewarisan
Ahli waris menurut hukum adat waris, meliputi ahli
bukan merupakan pewarisan individual”.
waris utama dan ahli waris pengganti. Ahli waris uta-
Menurut Hilman Hadikusuma, hukum waris adat
ma adalah semua orang yang berhak menjadi ahli waris
adalah:
berdasarkan hubungan darah dengan si pewaris, kelom-
“Hukum adat waris adalah aturan-aturan hukum
pok utama menutup kelompok yang lain.7 Sedangkan
adat yang mengatur tentang bagaimana harta pe-
ninggalan itu atau warisan itu diteruskan atau ahli waris pengganti adalah ahli waris adalah ahli waris
dibagi dari pewaris kepada para ahli waris dari yang tampil sebagai ahli waris dengan menyingkirkan
generasi ke generasi berikutnya”.4 ahli waris utama karena mereka tidak mewaris, karena
Menurut Soepomo, hukum waris adat adalah: masih ada hubungan dengan si pewaris.
“Hukum waris adat memuat peraturan-peraturan
yang mengatur proses meneruskan dan mengoperkan Penyelesaian Sengketa
(mengalihkan) barang-barang harta benda dan ba-
Kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat me-
rang-barang yang tidak berwujud (immaterielle goe-
rupakan hal yang dicita-citakan oleh semua anggota
deren) dari satu angkatan manusia (generatie) kepada
keturunannya. Proses itu telah dimulai dari waktu masyarakat. Kerukunan menciptakan suasana yang
orang tua masih hidup”.5 aman, tentram, ada keseimbangan di dalam hidup,
Dari beberapa pendapat ahli hukum adat menge- akan tetapi seringkali keadaan ini terganggu dengan
nai pengertian hukum waris dapat disimpulkan bahwa adanya faktor yang mengganggu kondisi keseimban-
hukum waris adat merupakan seperangkat aturan men- gan tersebut. Faktor yang mengganggu keseimban-
genai pengalihan harta kekayaan milik orang yang te- gan tersebut dinamakan sengketa.
lah meninggal dunia, baik materiil maupun immaterial Sengketa (dispute) terjadi apabila pihak yang
dari dari satu generasi ke generasi berikutnya. mempunyai keluhan atau seorang atas namanya, te-
lah meningkatkan perselisihan pendapat yang semula
Unsur-Unsur Hukum Waris Adat merupakan perdebatan dua pihak (diadic) menjadi hal
yang memasuki bidang public. Keluhan ini dilakukan
Proses pewarisan seseorang yang meninggal du-
dengan sengaja dan aktif dengan maksud supaya ada
nia kepada ahli warisnya dari satu generasi ke gene-
suatu tindakan atau tanggapan mengenai tuntutan
rasi berikutnya menurut pandangan adat masyarakat
yang diinginkannya. Dengan demikian sengketa pa-
di Indonesia yang berbeda antara satu daerah dengan
ling tidak melibatkan tiga pihak (triadic). Keterliba-
tan pihak ketiga dapat disebabkan inisiatifnya sendiri
2
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Juri-
metri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal. 11.
3
Djaren Saragih, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Edisi III,
6
Bandung: Tarsito, 1996, hal.147. Soerjono Soekanto dan Soleman B.Taneko, Hukum Adat Indone-
4
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, sia, Jakarta: Rajawali, 1986, hal.289.
7
Bandung: Mandar Maju, 1992, hal.211. Djamanat Samosir, Hukum Adat Indonesia: Eksistensi dalam Di-
5
Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat, Jakarta: Pradnya Para- namika Perkembangan Hukum di Indonesia, Bandung: Nuansa
mita, 1986, hal.79. Aulia, 2013, hal. 320-322.
Analisa Yuridis tentang Putusan Hakim dalam Sengketa Waris Adat Nanin Koeswidi Astuti

atau karena salah satu pihak atau kedua pihak yang Oleh karena itulah sistem waris adat di Indonesia
bersengketa menginginkan adanya pihak ketiga.8 memiliki kekhasan yang berbeda diantara masing-
Beberapa cara penyelesaian sengketa yang di- masing daerah.
gunakan oleh para pihak yang bersengketa maupun Dalam menentukan dasar pembagian harta
para pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa warisan menurut hukum adat, kita terlebih dahulu
adalah:9 harus mengetahui tentang sistem hukum waris adat
1) Membiarkan apa yang terjadi (lumping it), da- yang ada di Indonesia. Sistem hukum waris adat me-
pat dipilih pada saat pra-konflik, dimana pihak miliki ciri khas yang berbeda, baik dengan hukum
yang diperlakukan tidak adil, gagal menyampai- waris perdata barat maupun dengan hukum Islam da-
kan tuntutannya, sehingga tuntutannya dibiarkan lam menentukan pembagian warisan.
berlalu begitu saja. Dalam setiap sengketa dapat Dasar pembagian harta warisan di lingkungan
terjadi peredaman (deskalasi), dimana salah satu hukum adat menurut Oemarsalim, pada hakikatnya
pihak yang bersengketa berusaha membiarkan berdasarkan pada asas kerukunan diantara para ahli
atau menghindari sengketa. waris. Artinya mereka tidak semata-mata memper-
2) Menghindar atau mengelak (avoidance), pihak hitungkan secara ilmu pasti dalam membagi harta
yang dirugikan memilih untuk mengurangi hu- warisan mengenai nilai harga dari benda-benda ter-
bungan-hubungan dengan pihak lawan sengke- tentu yang dibagikan terhadap mereka masing-ma-
tanya atau menghentikan dan memutuskan hu- sing, asal mereka masing-masing mendapat bagian
bungan di antara kedua pihak yang bersengketa. yang pantas saja. Terdapatya hakikat rasa keadilan
3) Pemaksaan atau koersi (coertion), cara ini dila- yang harus dipergunakan sejauh mungkin dan sesu-
kukan melalui pemaksaan, kekerasan kepada pi- ai dengan adat kebiasaan yang ternyata bertahun-ta-
hak lawan untuk mengikuti kebenaran subyektif hun diuji bersama atas kebaikannya. Sebagai contoh
salah satu pihak yang bersengketa. pola berpikir masyarakat adat yang konkret atau ti-
4) Perundingan (negotiation), dua pihak yang ber- dak abstrak, biasanya merupakan penyerahan barang
sengketa langsung berunding atau berbicara dan warisan tertentu terhadap seorang ahli waris tertentu,
di dalam perundingan tidak ada pihak ketiga. berdasarkan kepatutan atau kepantasan sebagai con-
5) Mediasi (mediation), suatu cara penyelesaian toh sebidang sawah tertentu diserahkan kepada ahli
sengketa dengan menggunakan jasa perantara waris A, sebidang pekarangan atau rumah tertentu
baik diminta atau ditentukan secara sepihak un- diberikan kepada ahli waris B, suatu keris tertentu di-
tuk menyelesaikan suatu proses perkara. berikan diberikan kepada ahli waris C (biasanya laki-
laki) dan suatu kalung atau subang tertentu diberikan
6) Peradilan (adjudication), penyelesaian sengketa
kepada ahli waris D (biasanya seorang wanita).11
ditentukan melalui lembaga peradilan adat mau-
Berbeda dengan pembagian menurut hukum
pun negara yang memiliki kekuatan hukum me-
adat, dasar pembagian harta warisan menurut hukum
maksa.
Islam terdapat 2 (dua) golongan ahli waris, ahli waris
7) Arbitrase, dua belah pihak yang bersengketa se-
ke-1 (satu) disebut padara “asabat” yang dianggap
pakat untuk meminta perantara pihak ketiga, dan
dengan sendirinya sejak dahulu kala sebelum ada
sejak awal telah disepakati bahwa mereka akan
agama Islam menurut hukum adat ditanah Arab dan
menerima keputusan tersebut.
ahli waris ke-2 (dua) orang-orang yang oleh beberapa
pasal dari Kitab Al-Qur’an ditambahkan selaku ahli
Dasar Pembagian Harta Warisan Menurut waris pula (koranisce erfgenamen).12 Sedangkan da-
Hukum Waris Adat sar pembagian harta warisan menurut hukum perdata
Indonesia memiliki penduduk 237.641.326 jiwa (Burgerlijk Wetboek) mengenal 4 golongan ahli waris
dan mempunyai lebih dari 1.300 jenis suku bangsa10. dimana adanya golongan ke-1 (satu) akan menutup
golongan yang lain secara berurutan sesuai dengan
8
Sulistyowati Irianto, Perempuan Di Antara Berbagai Pilihan Hu- derajat hubungan mereka, sebagaimana diatur dalam
kum, Studi Mengenai Strategi Permpuan Batak Toba untuk Men-
dapatkan Akses kepada Harta Waris Melalui Proses Penyelesaian
Sengketa, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004, hal.54.
9
T.O.Ihromi, Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, Jakar- 11
Oemarsalim, Dasar-dasar Hukum Waris Indonesia, Jakarta:
ta: Yayasan Obor Indonesia, 2003, hal.210-212. PT.Rineka Cipta, 2012, hal. 50-55.
10
https://www.bps.go.id, diunduh pada 20 April 2017, jam 21.00 12
Ibid, hal. 56.
WIB.
Jurnal Hukum tô-râ, Vol. 2 No. 3, Desember 2016

Pasal 852 sampai dengan Pasal 861 Kitab Undang- ra perorangan/individual. Cirinya harta warisan
Undang Hukum Perdata.13 dibagi-bagikan diantara ahli waris, seperti di
Untuk mengetahui dasar pembagian harta warisan daerah Jawa, Sulawesi (Toraja), Madura, Aceh,
menurut hukum adat terlebih dahulu kita harus men- Lombok, Irian. Sebagai contoh masyarakat Jawa,
getahui sistem kekerabatan yang ada di Indonesia. setiap anak dapat memperoleh secara peroran-
Ada 3 (tiga) sistem kekerabatan yang ada di Indone- gan/individual harta warisan dari ayah, ibu atau
sia, yaitu:14 kakek, neneknya.
1) Sistem patrilineal, sistem kekeluargaan yang me- 3) Sistem kewarisan mayorat, system dimana harta
narik garis keturunan berdasarkan garis bapak, warisan yang tidak terbagi-bagi hanya diwarisi
seperti di daerah Batak, Ambon, Irian, Timor, oleh seorang anak. Cirinya harta warisan diwa-
Bali. Seorang perempuan yang sudah menikah ris oleh seluruh atau sebagian oleh seorang anak
akan keluar dari kekerabatan dan masuk dalam saja, seperti pada masyarakat Bali, Semendo di
lingkungan kekerabatan suaminya, begitu juga Sumatra Selatan, Lampung, Irian Jaya, Kerinci.
dengan anak-anaknya. Sistem mayorat ada 2 (dua) macam, yaitu:
2) Sistem Matrilineal, sistem kekeluargaan yang a. Mayorat laki-laki, anak laki-laki tertua/ su-
menarik garis keturunan berdasarkan garis ibu, lung atau keturunan laki-laki merupakan ahli
seperti di daerah Minangkabau. Setelah perkawi- waris tunggal dari pewaris, seperti di masya-
nan, maka seorang suami masuk dalam kekera- rakat Lampung (anak penyimbang), Bali dan
batan si istri demikian pula anak-anak yang lahir Irian Jaya.
secara otomatis masuk dalam kekeluargaan ibu. b. Mayorat perempuan tertua/sulung, apabila
3) Sistem bilateral/ parental, sistem kekerabatan yang anak perempuan tertua merupakan ahli waris
menarik garis keturunan dari kedua sumber, yaitu tunggal dari pewaris, seperti di masyarakat
garis bapak dan garis ibu, seperti di daerah Jawa, Sumatra Selatan (Tanah Semendo) disebut
Aceh, Sumatra Selatan, Kalimantan, Sulawesi, tunggu tubing (penunggu harta). Mayorat pe-
Ternate, Lombok. Tidak ada perbedaan antara rempuan bungsu, anak perempuan menjadi
anak laki-laki dan anak perempuan sama-sama se- ahli waris ketika pewaris meninggal dunia.
bagai ahli waris dari kedua orang tua mereka.
Hukum waris adat mengenal 3 (tiga) sistem Penyelesaian Sengketa Pembagian Harta
kewarisan, yaitu:15 Warisan Menurut Hukum Waris Adat oleh
1) Sistem kewarisan kolektif, sistem dimana harta Hakim
peninggalan tidak terbagi-bagi secara peroran- Dalam prakteknya Hakim di dalam menyelesai-
gan. Cirinya harta warisan diwarisi secara bersa- kan sengketa pembagian harta warisan menurut hu-
ma-sama (tidak dibagi-bagikan) oleh sekumpulan kum waris adat adalah dengan melihat kepada sistem
ahli waris. Para ahli waris tidak boleh memiliki kekerabatan para pihak yang bersengketa.
harta peninggalan secara pribadi, tetapi hanya Putusan Mahkamah Agung Republik Indone-
memakai, menguasai, mengelola dan menikma- sia terkait dengan amar putusan dalam sengketa
ti hasil. Seperti pada masyarakat Minangkabau, waris adat, beserta analisa yuridis, adalah sebagai
Ambon, Flores (Ngadhubhaga) dan Minahasa. Di berikut:16
Ambon dinamakan tanah dati yang diurus oleh 1) Putusan MARI No. 761/PDT.G/2013/PN.Dps
kepala dati, di Minahasa dinamakan tanah kala- tanggal 26 Pebruari 2014
keran yang dikuasai oleh Tua Unteranak, Haka Kaidah dan Dasar Hukum:
Umbawa/Mapontol, di Minangkabau dinamakan Menyatakan seorang janda bukan ahli waris tapi
gangam bauntiq, dimasyarakat Flores (masyara- berhak menikmati harta warisan. Mengacu pada
kat woe-woe) dan Ngadhubhaga dinamakan ngo- Yurisprudensi MARI No.358K/Sip/1971 tanggal
ra ngadhubhaga dan ngora aba woe. 14 Juni 1971.17
2) Sistem kewarisan individual, system dimana ahli
waris ditentukan mewarisi harta warisan seca-
16
http://putusan.mahkamahagung.go.id/ diunduh pada tanggal 21
13
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Per- April 2017, jam 21.00 WIB.
data (Burgerlijk Wetboek), Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1992. 17
http://jdih.pn-sungguminasa.go.id/,diunduh pada tanggal 27 Ap-
14
Oemarsalim, Ibid, hal. 6-8. ril 2017, jam 20.00 WIB.
15
Djamanat Samosir, Op.Cit, 2013, hal. 311-314.
Analisa Yuridis tentang Putusan Hakim dalam Sengketa Waris Adat Nanin Koeswidi Astuti

Analisa Yuridis: jang masa, bukan pemilikan harta benda dari


Hukum waris adat Bali berpatokan pada sistem orang tua yang telah meninggal.20
kekerabatan/kekeluargaan kepurusa, dimana orang Hakim memberikan keputusan sesuai dengan asas
yang diperhitungkan sebagai ahli waris dalam ga- kepatutan dan asas keadilan. Dimana harta yang
ris pokok keutamaan dan garis pokok pengganti dikuasai oleh janda dari almarhum suaminya
adalah laki-laki, sepanjang tidak terputus haknya merupakan harta gono gini atau merupakan har-
sebagai ahli waris. Sedangkan anak perempuan ta pencarian yang diperoleh selama perkawinan
dan janda bukanlah ahli waris, tetapi apabila anak dengan mengacu pada yurisprudensi Putusan
perempuan tersebut tidak kawin (deha tua), maka
MARI No.54K/Sip/1959 tanggal 25 Oktober
ia berhak atas pembagian harta orang tuanya seba-
1958 dan Putusan MARI No.320K/Sip/1958 tan-
gai nafkah hidupnya (pengupa jiwa).18
ggal 17 Januari 1959.
Hakim memutuskan sesuai dengan sistem kekera-
3) Putusan MARI No.10/Pdt.G/2013/PN.KBR tan-
batan yang dianut masyarakat adat Bali mengenai
waris adat yaitu purusa. ggal 4 Juli 2013
2) Putusan MARI No.429/PDT.G/2013/PN.JKT. Kaidah dan Dasar Hukum:
TIM tanggal 1 April 2014. Menyatakan bahwa masalah sengketa gelar/sako
Kaidah dan Dasar Hukum: pusako sebagaimana yang telah diputuskan oleh
Menyatakan seorang janda diberi hak untuk Surat Keputusan Kerapatan Adat Nagari Gantung
menguasai harta peninggalan (harta warisan) al- Ciri No.01/KPSA/KAN/GTCR-2012 adalah pe-
marhum suaminya seumur hidup. Berdasarkan rihal yang selalu mengikut sako (gelar). Sehingga
hukum adat Batak sesuai dengan asas kepatutan Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk men-
dan kepantasan mengacu pada yurisprudensi Pu- gadili perkara yang berkaitan dengan sako (gelar)
tusan MARI No.54K/Sip/1959 tanggal 25 Okto- mengacu pada Yurisprudensi Mahkamah Agung
ber 1958 dan Putusan MARI No.320K/Sip/1958 RI Reg No.250K/Sip/1968 tanggal 18 Maret
tanggal 17 Januari 1959.19 1969.21
Analisa Yuridis: Analisa Yuridis:
Menurut hukum waris adat Batak Toba Suku Kerapatan Adat Nagari merupakan Lembaga
Batak Toba adalah garis silsilah (Tarombo) adat Minangkabau di tingkat nagari yang ber-
yang diwariskan turun-temurun pada anak tugas sebagai penjaga dan pelestari adat dan
laki-laki. Sementara anak perempuan (bo- budaya Minangkabau. di bawah pengawasan
ru-red) tak pernah dijadikan penerus garis Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangka-
silsilah (tarombo) sebab anak perempuan bau (LKAAM) mulai dari tingkat kecamatan
(boru) akan mewarisi garis silsilah (tarombo) hingga provinsi.22
suaminya pasca perkawinan. Warisan pa- Perselisihan/persengketaan mengenai gelar
ling dasar dan fundamental bagi Batak Toba seorang penghulu bukanlah wewenang peng-
adalah mewarisi garis silsilah, bukan harta hulu, melainkan wewenang Kerapatan Adat
kebendaan sebagaimana sering diperseng- Nagari setempat, mengacu pada Yurisprudensi
ketakan antara anak laki-laki dengan anak Mahkamah Agung RI Reg No.250K/Sip/1968
perempuan atas harta peninggalan orang tua. tanggal 18 Maret 196923 yang isinya menya-
Penulisan silsilah (tarombo) pada Batak Toba takan: “perselisihan/persengketaan mengenai
sebagai simbol keturunan (sundut-red) selalu gelar seorang penghulu bukanlah wewenang
didasarkan pada anak laki-laki yang mewari- Pengadilan Negeri, melainkan wewenang Ke-
si marga bapaknya bukan marga ibu seperti rapatan Adat Nagari Setempat”.
yang diwarisi sistem garis keturunan matrili-
neal. Padahal, garis silsilah (tarombo) inilah
20
J.C Vergouwen, Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba, Yo-
warisan paling dasar bagi Batak Toba sepan- gyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2004, hal.377-378.
21
http://jdih.pn-sungguminasa.go.id/, diunduh pada tanggal 27 Ap-
ril 2017, jam 22.00 WIB.
22
18
Wayan P Windia dan Ketut Sudantra, Pengantar Hukum Adat http://id.wikipedia.org/wiki/Kerapatan_Adat_Nagari,diunduh
Bali, Cet.1, Bali: Lembaga Dokumentasi dan Publikasi Fakultas pada tanggal 27 April 2017, jam 23.00 WIB.
23
Hukum Universitas Udayana, 2006, hal. 119. http://jdih.pn-sungguminasa.go.id/, diunduh pada tanggal 27 Ap-
19
http://putusan.mahkamahagung.go.id, diunduh pada tanggal 21 ril 2017, jam 22.00 WIB.
April 2017, jam 21.30 WIB.
Jurnal Hukum tô-râ, Vol. 2 No. 3, Desember 2016

Oleh karena itu Tim Penyelesaian sengketa Para ketua-ketua adat, kepala suku, ketua rumah
Adat tidak dapat digugat mengenai penye- adat sangat fungsional untuk proses penyelesaian
lesaian masalah gelar (sako) dan Pengadilan sengketa tanah adat yang demikian.24
Negeri tidak berwenang untuk mengadili ma- Transaksi jual beli atas tanah sengketa yang me-
salah gelar (sako) tersebut. rupakan harta warisan yang belum dibagi kepada
4) Putusan MARI No.149/Pdt.G/2015/PN.Kpg. ahli waris atau ahli waris lain sesuai dengan ke-
sepakatan dan ketentuan adat yang berlaku tidak
Kaidah dan Dasar Hukum: mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.
Menyatakan bahwa apabila harta yang dipero- 5) Putusan MARI No.278/Pdt.G/2014/PN Mnd.
leh seseorang adalah merupakan harta warisan Kaidah dan Dasar Hukum:
yang belum dibagi kepada para ahli waris maka Menyatakan bahwa setiap waris berhak untuk
sebelum penentuan hak kepemilikan perorangan, mengusahakan menggunakan atau mendapat ha-
maka terhadap harta warisan tersebut perlu di- sil dari harta peninggalan sebagai kesatuan yang
tetapkan pembagiannya kepada masing-masing tidak terbagi-bagi penguasaan dan pemilikannya,
ahli waris. cara pemakaian untuk kepentingan dan kebutu-
Oleh karena tanah yang menjadi obyek sengketa han masing-masing waris diatur bersama atas da-
belum dibagi waris kepada semua ahli waris dan sar musyawarah dan mufakat oleh semua anggota
ahli waris pengganti maka segala produk hukum kerabat yang berhak atas harta peninggalan.
berupa sertifikat hak milik dinyatakan tidak mem- Hakim mengacu pada Yurisprudensi MARI
punyai kekuatan hukum yang mengikat. No.182K/Sip/1970 tanggal 10 Maret 1971 bahwa
“pembagian harta warisan yang belum terbagi hu-
Hakim mengacu pada Yurisprudensi MARI
kum adat yang harus diperlakukan adalah hukum
No.916K/Sip/1973 tanggal 19 Desember 1972
adat yang berlaku pada saat pembagian tersebut
menyebutkan: “dalam hukum adat dengan lewat- dilaksanakan”.
nya waktu saja Hak Milik Adat Tanah akan hapus” Analisa Yuridis:
jo Yurisprudensi MARI No.439K/Sip/1968 tanggal Hukum adat Minahasa mengenal sistem kewa-
8 Januari 1969 jo Yurisprudensi MARI No.182K/ risan kolektif, dimana harta peninggalan tidak
Sip/1970 tanggal 10 Maret 1971 yang menyata- terbagi-bagi secara perorangan, para ahli waris
kan: “tuntutan pengembalian barang warisan dari tidak boleh memiliki harta peninggalan secara
pihak ketiga kepada para ahli waris yang berhak pribadi, tetapi hanya untuk memakai, menguasai
tidak perlu diajukan semua ahli waris”. atau mengelola dan menikmati hasil.25
Analisa Yuridis: Sistem pewarisan menurut hukum waris adat
Masyarakat Ngadhu-haga memiliki keyakinan Minahasa dimana harta peninggalan diteruskan
bahwa antara rumah adat, tanah, dan leluhur ada- dan dialihkan pemilikannya dari pewaris kepada
lah satu kesatuan yang utuh dan total. Rumah adat waris sebagai kesatuan yang tidak terbagi-bagi
adalah simbol rahim ibu asal yaitu leluhur. Tanah penguasaan dan pemilikannya, melainkan setiap
adalah simbol kesuburan dan kesuburan bersum- waris berhak untuk mengusahakan menggunakan
ber pada rahim ibu bumi. Jadi, rumah adat, tanah,
atau mendapat hasil dari harta peninggalan itu.
dan leluhur, terutama perempuan adalah satu ke-
satuan konsep yakni konsep kesuburan. Sehing- Bagaimana cara pemakaian untuk kepentingan
ga, dalam pandangan masyarakat Ngadhu-bhaga, dan kebutuhan masing-masing waris diatur ber-
model penyelesaian sengketa tanah adat harus sama atas dasar musyawarah dan mufakat oleh
dilakukan dalam ruang lingkup rahim ibu yaitu semua anggota kerabat yang berhak atas harta
leluhur dan leluhur itu berasal dari rumah induk peninggalan di bawah bimbingan kerabat.
yang diberi nama sesuai dengan nama ibu asal. 6) Putusan MARI No.2125 K/Pdt/2004 tanggal 30
Berdasarkan cara pandang yang demikian, maka November 2006
pola penyelesaian sengketa tanah adat bersifat in- Kaidah dan Dasar Hukum:
ternal. Dengan demikian, rumah adat mempunyai
Hakim tingkat kasasi sependapat dengan putusan
peran penting dan woe yaitu komunitas ikatan
kerabat merupakan tempat yang paling tepat. hakim di tingkat PN dan PT bahwa: sengketa ta-
nah adat yang dihibahkan kepada anak angkat se-
dangkan masih ada ahli waris pengganti adalah ti-
24
Ter Haar Bzn, Begiselen en Stelsel van Het Adatrecht. Dalam
25
Soebekti Poesponoto (penerjemah) Asas-asas dan Susunan Hu- Djamanat Samosir, Op.cit, hal.311-312.
kum Adat, Cet.5, Jakarta : Pradnya Paramita, 1980, hal.102. 26
Djamanat Samosir, Op.cit, hal.317
Analisa Yuridis tentang Putusan Hakim dalam Sengketa Waris Adat Nanin Koeswidi Astuti

dak sah dan segala bentuk surat maupun akta yang Anak angkat berhak mewaris harta peninggalan
terbit sebagai akibat perbuatan mengalihkan hak orang tua angkat yang tidak merupan harta yang
tidak mempunyai kekuatan hukum yang sah. diwarisi orang tua angkat, hal ini berarti terhadap
Ahli waris tidak dipermasalahkan baik dari anak harta pusaka anak angkat tidak berhak mewaris.
perkawinan pertama maupun dari perkawinan
kedua karena mereka berhak untuk mewaris ta- Kesimpulan
nah waris adat yang belum dibagi sesuai dengan 1. Hukum waris adat mendasarkan pembagian har-
hukum adat Jawa.. ta warisan berdasarkan pada sistem kekerabatan
Hakim mengacu pada Yurisprudensi MARI yang ada. Memperhatikan masyarakat adat tunduk
No.182K/Sip/1970 tanggal 10 Maret 1971 bahwa pada sistem kekerabatan yang ada di Indonesia,
“pembagian harta warisan yang belum terbagi hu- apakah termasuk dalam sistem kekerabatan patri-
kum adat yang harus diperlakukan adalah hukum lineal yang menarik garis keturunan dari pihak ba-
adat yang berlaku pada saat pembagian tersebut pak, sistem kekerabatan Matrilineal yang menarik
dilaksanakan”. garis keturunan berdasarkan garis ibu, atau sistem
Analisa Yuridis: kekerabatan bilateral/ parental yang menarik garis
Sistem kekeluargaan bilateral kedudukan keturunan dari kedua sumber, yaitu garis bapak
anak laki-laki dan perempuan mempunyai dan garis ibu. Selain itu juga melihat pada sistem
hak yang sama atas harta orang tuanya. kewarisan menurut hukum adat, apakah menggu-
ahli waris pengganti, yaitu apabila seorang nakan sistem kewarisan kolektif, sistem dimana
ahli waris meninggal terlebih dahulu dari si harta peninggalan tidak terbagi-bagi secara pero-
pewaris. Ahli waris pengganti adalah anak rangan, sistem kewarisan individual, sistem dimana
dari ahli waris atau cucu si pewaris.26 ahli waris ditentukan mewarisi harta warisan seca-
Jadi semua ahli waris tanpa melihat pada kedudu- ra perorangan/individual ataukah sistem kewarisan
kan anak laki-laki dan perempuan berhak mewaris mayorat, sistem dimana harta warisan yang tidak
tanpa melihat juga apakah ahli waris tersebut anak terbagi-bagi hanya diwarisi oleh seorang anak.
dari perkawinan pertama maupun perkawinan ke- 2. Dari beberapa putusan Mahkamah Agung dan Ha-
dua mereka tetap berhak sebagai ahli waris dengan kim yang diperoleh, pada umumnya putusan Hakim
pembagian sesuai dengan hukum adat Jawa. yang mengenai sengketa pembagian harta warisan
7) Putusan MARI No.445 K/Pdt/2002 tanggal 24 adat dengan memperhatikan sistem kekerabatan dan
Februari 2005. juga sistem kewarisan yang ada pada suatu masya-
Kaidah dan Dasar Hukum: rakat hukum adat dan mengacu pada yurisprudensi
Hakim tingkat kasasi membatalan putusan hakim Mahkamah Agung mengenai waris adat.
di tingkat PN dan tingkat PT Putusan ini dijadi-
kan yurisprudensi Mahkamah Agung No.445K/ Saran
Pdt/2002 pada tanggal 24 Februari 2005 bahwa: 1. Para pihak yang bersengketa mengenai waris
“orang melanjutkan segala kewajiban dari orang adat seharusnya tetap mempertimbangkan rasa
yang meninggal sesuai dengan keterangan kepa- keadilan sesuai dengan hukum adat yang ada di
la desa dan Banjar Adat dan mengabenkan orang dalam masyarakat supaya kerukunan diantara se-
yang meninggal tersebut, terbukti sebagai anak sama ahli waris dapat terjaga dan juga pembagian
angkat dan berhak mewarisi harta peninggalan”. harta warisan disesuaikan dengan kepantasan dan
Analisa Yuridis: kepatutan sesuai dengan pengaturan hukum adat-
Menurut hukum adat Bali yang menganut sistem nya masing-masing.
hukum patrilineal bahwa hanya anak laki-laki 2. Hakim dapat terus mengeksplorasi kekayaan
yang berhak sebagai ahli waris begitu juga den- hukum adat di Indonesia khususnya mengenai
gan anak angkat, sedangkan anak perempuan dan pembagian harta warisan, sehingga dapat lahir
janda pada masyarakat adat Bali bukan merupa- yurisprudensi-yurisprudensi mengenai hukum
kan ahli waris.27 waris adat yang disesuaikan dengan perkemban-
gan masyarakat hukum adat yang dinamis, kare-
na hukum adat merupakan hukum asli Indonesia
27
Ibid, hal.321. yang harus dilestarikan.

Anda mungkin juga menyukai