Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aturan hukum yang dipakai dalam pembagian warisan
serta alasan warga masyarakat muslim di Kota Siantar memilih aturan tersebut dan pembagian
warisan pada warga masyarakat muslim di Kota Siantar. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Subjek penelitiannya adalah masyarakat kota siantar, ustadz dan tokoh
masyarakat. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pembagian harta warisan di Kota Siantar lebih memilih
musyawarah atau mufakat sesuai hukum islam dari pada menurut adat. Alasan masyarakat kota
siantar memilih musyawarah atau mufakat udah dilakukan secara turun-temurun dan diyakini
lebih mencerminkan rasa keadilan serta dilakukan melalui kesepakatan sehingga tercipta
kerukunan antara ahli waris. Pembagian harta waris dapat berlangsung atau dapat dibagi 3 hari
setelah pemberi waris wafat atau meninggal. Ahli waris utama adalah anak, dengan bagian harta
warisan ahli waris laki-laki lebih banyak dari perempuan.
PENDAHULUAN
Perkawinan bermaksud untuk adanya hukum nasional yang mengatur
meneruskan keturunan, jika dari perkawinan khusus mengenai hukum kewarisan.
lahir seorang anak, maka tujuan perkawinan Sehingga setiap penduduk Indonesia
sebenarnya telah tercapai. Orang tua mengunakan aturan hukum yang berbeda
berkewajiban memberi jaminan baik jasmani dalam menentukan pembagian warisan
maupun rohani kepada anak–anaknya, berdasarkan hukumnya sendiri-sendiri, oleh
jaminan itu dapat berupa harta benda baik karena itu apabila orang yang meninggal itu
lahir maupun batin. Harta benda yang masyarakat yang masih tunduk kepada
bersifat lahir, misalnya tanah pekarangan, hukum adat maka yang berlaku adalah
tanah pertanian, hewan, perabot rumah hukum adat, sedangkan terhadap orang
tangga, serta barang perhiasan, dan harta asingatau timur asing berlaku hukum perdata
benda yang bersifat batin misalnya ilmu Barat dan apabila orang yang mennggal
pengetahuan. Jika dalam perkawinan hanya beraga Islam maka yang berlaku adalah
menurunkan seorang anak, anak laki-laki hukum waris Islam (samosir, 2013: 303).
atau anak perempuan pada prinsipnya sama- Hukum waris adalah hukum yang
sama mempunyai hak mewarisi harta benda mengatur segala sesuatu yang berkenaan
orang tuanya. Tetapi, apabila dalam dengan peralihan hak atas harta seseorang
perkawinan menurunkan keturunan lebih setelah ia meninggal dunia kepada ahli
dari satu anak atau tidak, dan memiliki ahli warisnya. Persoalan kewarisan adalah
waris, maka terjadilah pembagian warisan, bagaimana harta peninggalan itu
sehingga dalam kenyataanya memerlukan diperlakukan kepada siapa ia akan dialihkan
cara dan bagaimana hak dan kewajiban yang dan bagaimana cara pembagiannya. Dari
menyangkut harta benda saat yang pengertian warisan memperlihatkan adanya
meninggal dunia kepada orang yang masih tiga unsur penting, yaitu:
hidup. (Samosir,2013: 303). 1. Pewaris yaitu seseorangyang telah
Hukum waris di Indonesia masih meninggal dunia dan meninggalkan
bersifat pluraris, karena saat ini berlaku tiga sesuatu yang dapat beralih kepada
sistem hukum kewarisan, yaitu hukum waris keluarganya yang masih hidup.
adat, hukum waris islam dan hukum waris 2. Ahli waris yaitu sekumpulan orang atau
perdata. Hal ini dapat dilihat dari belum kerabat yang ada hubungan
kekeluargaan dengan orang yang berwujud maupun tidak berwujud
meninggal dunia dan berhak mewarisi benda.
atau menerima harta peninggalan yang d. Proses penerusan harta benda, yaitu
ditinggal oleh seorang pewaris. suatu proses penerusan dan pengoperan
3. Harta warisan adalah harta peninggalan kepada ahli waris yang berhak
yang dapat dibagi secara individual menerimanya yang dapat berlangsung
kepada ahli waris (Depag, 2002:11). sebelum dan sesudah meninggal dunia.
Hukum kewarisan islam juga disebut Proses ini berkaitan dengan
hukum faraid karena adanya bagian tertentu pelakasanaan pembagian warisan
bagi orang-orang tertentu dalam keadaan kepada masing–masing ahli waris
tertentu pula. Hukum kewarisan islam (Djamanat Samosir, 2013:306).
dijalankan oleh masyarakat Indonesia yang Hukum waris menurut konsepsi
mendapat pengaruh dari hukum islam. hukum perdata Barat yang bersumber pada
Dengan demikian hukum waris Islam ialah BW, merupakan bagian dari hukum harta
aturan-aturan yang mengatur tentang adanya kekayaan. Oleh karena itu, hanyalah hak dan
hak bagi para ahli waris pria dan wanita atas kewajiban yang berwujud harta kekayaan
pembagian harta peninggalan pewaris yang yang merupakan warisan dan yang akan
wafat, berdasarkan ketetapan Allah SWT diwariskan. Dalam pasal 852 KUH Perdata,
(Hilman Hadikusuma, 1996:8). telah ditentukan bahwa orang yang pertama
Unsur–unsur hukum waris, yaitu kali dipanggil UU untuk menerima warisan
sebagai berikut : adalah anak-anak dan suami atau istri.
a. Pewaris, sebagai subjek hukum waris, Bagian yang diterima oleh mereka adalah
yaitu seseorang yang mewariskan harta sama besar atara satu dengan yang lainnya.
kekayaan atau harta benda kepada ahli Hukum waris menurut BW berlaku suatu
waris. asas bahwa “Apabila seseorang meninggal
b. Ahli waris, subjek hukum waris, yaitu dunia, maka seketika itu juga segala hak dan
seorang atau beberapa orang yang kewajibannya beralih kepada sekalian ahli
berhak menerima harta peninggalan dari warisnya”. Hak-hak dan kewajiban-
pewaris. kewajiban yang beralih pada ahli waris
c. Harta atau warisan, objek pewarisan, adalah sepanjang termasuk dalam lapangan
yaitu sejumlah harta benda baik benda hukum harta kekayaan atau hanya hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang dengan teknik wawancara dan dokumentasi.
(Eman Suparman, 2005:26) Validitas data dilakukan dengan teknik
Kota Siantar Kecamatan Panyabungan triangulasi dengan sumber, yaitu
Kabupaten Mandailing Natal sebagian besar membandingkan data hasil wawancara
warga masyarakatnya beragama Islam. Kota dengan dokumen yang ada. Tahapan analisis
Siantar juga terkenal dengan banyak tokoh data adalah pengumpulan data, reduksi data,
masyarakat seperti kyai, ustadz serta para penyajian data, dan menarik
ulama. Warga masyarakat sering melakukan kesimpulan/verifikasi.
kegiatan yang berkaitan dengan syariat HASIL PENELITIAN DAN
Islam, seperti pengajian secara rutin, tahlilan PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Depag. 2002. Islam untuk Disiplin
Ilmu Hukum. Jakarta: Depag.
Hadikusuma, Hilman, 1996. Hukum
Waris Indonesia. Bandung:PT Citra Aditya
Bakti.
Samosir, Djamanat. 2013. Hukum
Adat Indonesia (Eksistensi dalam Dinamika
Perkembangan Hukum di Indonesia.
Bandung: Nuansa Aulia.
Suparman, Erman. 2005. Hukum
Indonesia dalam Prespektif Islam, Adat dan
BW. Jakarta: Refika Aditama.
Oemarsalim, 2006. Dasar-Dasar
Hukum Waris Di Indonesaia. Jakarta: PT
Rinika Cipta.
Wignyodipiro, Suroso. 1987.
Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat.
Jakarta: CV. Haji Masagung