Anda di halaman 1dari 6

PANDANGAN TENTANG BENTUK WARISAN ORANG TUA KEPADA ANAK

Oka SuputraYasa1 , Shinta Devi ISR 2


Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran
1
❑ osuputra@ student . ciputra . ac . id
2
❑ shinta . rahayu @ciputra . ac .id

Abstrak
Warisan adalah harta peninggalan yang berupa barang-barang atau hutang dari orang yang meninggal,
yang seluruhnya atau sebagian ditinggalkan atau diberikan kepada ahli waris atau orang-orang yang telah
ditetapkan menurut surat wasiat. Dalam penelitian ini akan di bahas mengenai sistem ahli waris secara
Undang-Undang maupun secara adat serta pandangan orang tua tentang bentuk warisan kepada anak yang
paling ideal dan aman.
Kata Kunci:Warisan, Sistem ahli waris, pandangan orang tua, bentuk warisan

Abstract
An inheritance is the property of the deceased, all or part of which is left behind or given to the heir or
those who have been determined according to the will. In this study, we will discuss both the legal and
customary inheritance system and the parents' view of the most ideal and safe form of inheritance for
children.
Keywords: Inheritance, system of heirs, parental view, form of inheritance

PENDAHULUAN warisan atas tanah. Hubungan persaudaraan bisa


berantakan jika masalah pembagian harta
Manusia akan mengalami suatu peristiwa yang warisan seperti rumah atau tanah tidak dilakukan
dinamakan kematian. Dengan terjadinya dengan adil.
peristiwa kematian seseorang, menimbulkan Soepomo mengatakan Hukum adat waris
akibat hukum yaitu pengurusan dan kelanjutan memuat peraturan-peraturan yang mengatur
hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang tentang proses meneruskan serta mengoperkan
yang meninggal dunia. Proses tersebut dikenal barang-barang harta benda dan barang-barang
dengan istilah kewarisan. Kewarisan berarti ada yang tidak berwujud benda (immaterial
orang yang meninggal dunia sebagai pewaris, goederen) dari suatu angkatan manusia
ada harta warisan atau harta peninggalan, dan (generatie) kepada keturunannya. Proses-proses
ada ahli waris. itu tidak menjadi akut oleh sebab orang tua
Warisan adalah harta peninggalan yang berupa meninggal dunia. Memang meninggalnya Bapak
barang-barang atau hutang dari orang yang atau Ibu adalah suatu peristiwa yang penting
meninggal, yang seluruhnya atau sebagian dalam proses itu, akan tetapi tidak
ditinggalkan atau diberikan kepada ahli waris mempengaruhi secara radikal proses penerusan
atau orang-orang yang telah ditetapkan menurut dan pengoperan harta benda tersebut (Soepomo,
surat wasiat. Masalah warisan memang selalu 2000).
enak untuk dikaji, karena tidak jarang masalah Harta warisan selalu meliputi baik aktiva
hukum yang satu ini menjadi masalah serius maupun pasiva pewaris. Pasal 833 Kitab
rusaknya tatanan ikatan persaudaraan yang Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
sudah dibangun berpuluh-puluh tahun karena mengatakan bahwa sekalian ahli waris dengan
perebutan warisan khususnya menyangkut sendirinya karena hukum memperoleh hak milik
atas segala barang, segala hak dan segala
piutang si yang meninggal. dan, Pasal 955 Kitab HASIL DAN PEMBAHASAN
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
berbunyi pada saat si yang mewariskan Pembagian Warisan kepada Anak di
meninggal dunia, sekalian mereka yang dengan Lingkungan Narasumber
wasiat tersebut diangkat menjadi waris, seperti
pun mereka yang demi Undang-Undang berhak Narasumber berdomisili di Makassar namun
mewarisi sesuatu bagian dalam warisan, demi tinggal dilingkungan yang didominasi orang-
Undang-Undang pula memperoleh hak milik orang Bali. Dengan demikian maka penelitian
atas harta peninggalan si meninggal. Dalam akan dilakukan dilingkungan masyarakat Bali.
suatu keluarga juga ada boedel, boedel keluarga, Di masyarakat Bali, pembagian harta waris
seperti misalnya harta persatuan, walaupun masih sangat berkaitan dengan sistem pewarisan
istilah boedel keluarga lebih jarang digunakan, adatnya. Ketika si pewaris meninggal terkadang
dalam Pasal 834 KUHPerdata menyatakan harta pewaris tersebut belum dibagikan kepada
bahwa: ahli waris berhak mengajukan gugatan keturunannya. Dalam beberapa hal, seseorang
untuk memperoleh warisannya terhadap semua terkadang membagi harta waris secara
orang yang memegang besit atas seluruh atau kekeluargaan. Pembagian harta warisnya
sebagian warisan itu dengan hak alas hak berdasarkan hukum waris adat Bali. Akan tetapi
ataupun tanpa alas hak, demikian pula terhadap ketika pembagian tersebut dilaksanakan,
mereka yang dengan licik telah menghentikan terkadang ada seseorang yang tidak terima
besitnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa barang dengan pembagian waris tersebut karena dirasa
siapa yang merasa oleh karena kedudukannya kurang adil atau tidak sesuai dengan yang
sebagai ahli waris berhak untuk menuntut hak- diharapkan. Di sisi lain, ketika pewaris telah
haknya sebagai ahli waris baik secara litigasi meninggal, akan tetapi harta waris belum
ataupun non-litigasi. dibagikan kepada keturunannya sehingga
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka menimbulkan sengketa. Akibat dari adanya
tujuan penelitian ini yaitu mengetahui bentuk sengketa tersebut penyelesaiannya yaitu dengan
dibawa ke pengadilan oleh para ahli waris. Dan
warisan yang paling cocok untuk diwariskan dengan di bawanya sengketa hukum waris
kepada keturunan tanpa menurunkan nilai dan tersebut ke pengadilan, tentunya hal ini juga
tujuan utama warisan tersebut yakni sebagai mempengaruhi jumlah harta waris yang akan
dasar untuk membantu ahli waris dalam dibagikan atau diperoleh.
menjalani hidupnya.
Sistem Hukum Kekerabatan di masyarakat
Bali
METODE
Hukum waris adat memuat tiga unsur pokok,
Peneliti memilih menggunakan metode yaitu:
penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi
komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan 1. Mengenai subyek hukum waris, yaitu
penelitian. Etnografi adalah strategi penelitian siapa yang menjadi pewaris dan siapa
kualitatif, yang melibatkan kombinasi lapangan yang menjadi ahli waris;
dan observasi, yang berusaha untuk memahami. 2. Mengenai kapan suatu warisan itu
fenomena budaya yang mencerminkan dialihkan dan bagaimana cara yang
pengetahuan dan sistem makna yang dilakukan dalam pengalihan harta waris
membimbing kehidupan kelompok budaya. Data tersebut serta bagaimana bagian masing-
diperoleh melalui metode observasi pasrtisipasi masing ahli waris;
dan wawancara dengan tenik rekam dan catat. 3. Mengenai obyek hukum waris itu
Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis sendiri, yaitu tentang harta apa saja yang
secara diskriptif kualitatif. dinamakan harta warisan, serta apakah
harta-harta tersebut semua dapat keturunan ayah. Selain yang
diwariskan. diungkapkan di atas, prinsip ini juga
diterapkan di Bali. Dalam hal ini hanya
Prinsip-prinsip garis keturunan terutama anak laki-laki saja yang berhak mewaris.
berpengaruh terhadap penetapan ahli Sedangkan prinsip matrilineal yaitu
waris maupun bagian harta peninggalan prinsip keturunan yang mengikuti dari
yang diwariskan (baik yang materiil garis keturunan ibu. Sistem hukum
maupun yang immaterial).Menurut warisan atas dasar kekerabatan ini sudah
Hazairin, terdapat tiga prinsip pokok berlaku sejak dahulu kala, sebelum
garis kekerabatan, antara lain: masuknya ajaran-ajaran agama di
1. Patrilineal Yang menimbulkan Indonesia, seperti Hindu, Islam, dan
kesatuan-kesatuan kekeluargaan Kristen. Sistem ini diterapkan di
yang besar-besar, seperti clan, Minangkabau. Di dalam sistem ini, yang
marga, di mana setiap orang itu berhak untuk mewaris yaitu anak
selalu menghubungkan dirinya perempuan saja. Di samping sistem
hanya kepada ayahnya. Oleh kekerabatan di atas, hukum waris adat
karena itu, termasuk ke dalam clan mengenal adanya tiga sistem pewarisan,
ayahnya, yakni dalam sistem yaitu:
patrilineal murni seperti di tanah 1. Sistem Pewarisan Kolektif Sistem
Batak atau di mana setiap orang itu Pewarisan Kolektif yaitu sistem
menghubungkan dirinya kepada kewarisan di mana para ahli waris
ayahnya atau kepada maknya, mewarisi harta peninggalan pewaris
tergantung kepada bentuk secara bersama-sama (kolektif). Hal
perkawinan orang tuanya itu, dan ini terjadi karena harta peninggalan
karena itu termasuk ke dalam clan yang diwarisi itu merupakan harta
ayahnya ataupun ke dalam clan turun temurun dan tidak dapat
ibunya yakni -dalam sistem dibagi pemilikannya kepada
patrilineal yang beralih-alih, seperti masing-masing ahli waris. Dengan
di Lampung dan Rejang; kata lain, harta peninggalan itu tidak
2. Matrilineal Yang juga dapat dimiliki oleh seorang saja,
menimbulkan kesatuan-kesatuan melainkan harus dimiliki secara
kekeluargaan yang besar-besar, bersama-sama, misalnya: harta
seperti clan, suku, di mana setiap pusaka di Minangkabau, rumah
orang itu selalu menghubungkan gadang yang merupakan tanah
dirinya hanya kepada maknya atau marga, tidak dapat dijual namun
ibunya, dan karena itu termasuk ke dapat digadaikan, tanah di
dalam clan, suku, maknya itu; dan Semenanjung Hitu (Ambon).
3. Bilateral/Parental Yang mungkin 2. Sistem pewarisan mayorat Sistem
menimbulkan kesatuan-kesatuan pewarisan mayorat adalah sistem
kekeluargaan yang besar-besar, kewarisan dimana harta peninggalan
seperti tribe, rumpun, di mana pewaris hanya diwarisi oleh seorang
setiap orang itu menghubungkan anak tertua, sama dengan pewarisan
dirinya dalam hal keturunan baik kolektif namun diwaris oleh anak
kepada maknya maupun kepada tertua. Sistem pewarisan mayorat ini
ayahnya. dibagi atas dua bagian, yaitu: (a)
mayorat laki-laki, yaitu apabila anak
Dari pendapat Hazairin tersebut laki-laki tertua (keturunan laki-laki)
dapat dikatakan bahwa dalam sistem yang waris tunggal dari si pewaris,
kekerabatan patrilineal prinsip dengan catatan anak tersebut harus
keturunannya yaitu mengikuti garis menghidupi orang tua dan adik-
adiknya, misalnya pada masyarakat
Lampung dan Bali’ (b). mayorat tua dan saudaranya yang lebih muda
perrempuan, yaitu apabila anak atau adik-adiknya.
perempuan tertua yang merupakan
ahli waris tunggal dari si pewaris, Pandangan Narasumber Mengenai Bentuk
dengan catatan anak tersebut harus Warisan kepada Anak
menghidupi orang tua dan adik- Peneliti melakukan sesi wawancara dengan
adiknya, misalnya pada masyarakat narasumber mengenai pandangannya tentang
suku Semendo di Sumatera Selatan, warisan. Disini peneliti melakukan wawancara
suku Dayak Landak dan Suku interpersonal atau hanya menggunakan 1
Dayak Tayan di Kalimantan Barat narasumber saja. Dari hasil wawancara tersebut
(anak pangkalan). peneliti menemukan bahwa subjek
3. Sistem Pewarisan Individual menggambarkan bentuk warisan yang ingin ia
Berdasarkan sistem ini, maka setiap wariskan ke anaknya ialah Pendidikan, subjek
ahli waris mendapatkan atau mempertegas argumennya tersebut dengan
memilki harta warisan menurut memaparkan tingginya tingkat konflik antar
bagiannya masing-masing. Pada saudara untuk memperebutkan hak waris dari
umumnya sistem ini dijalankan di warisan orang tuanya. Dari hal tersebut subjek
masyarakat yang menganut sisten menerangkan bahwa ia tak ingin anak-anaknya
kemasyarakatan parental atau bertengkar hanya untuk warisan dalam bentuk
bilateral seperti masyarakat Jawa. harta, maka subjek mengatakan bahwa warisan
Atau dengan kata lain, di dalam terbaik ialah dalam bentuk Pendidikan. Subjek
sistem pembagian harta warisan ini, mengatakan bahwa ia akan sebisa mungkin
harta peninggalan dapat dibagi- menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya
bagikan dari pemiliknya atau sebagai bekal ia menjalani kehidupannya, subjek
pewaris kepada ahli warisnya dan tak ingin juga anaknya berfikiran untuk
dimiliki secara pribadi. memiliki warisan dalam bentuk harta maka dari
itu subjek juga menjelaskan rencananya Ketika
Dari tiga sistem pewarisan di atas, ia meninggal kelak seluruh hartanya
diketahui bahwa dalam hukum waris disumbangkan ke panti asuhan dan sekolah-
adat Bali berlaku sistem pewarisan sekolah yang membutuhkan jadi takkan ada
mayorat yaitu sistem kewarisan dimana harta yang bisa diperebutkan oleh anaknya.
harta peninggalan pewaris hanya Akan tetapi peneliti tak puas begitu saja
diwarisi oleh seorang anak tertua, sama dengan hasil tersebut. Peneliti pun
dengan pewarisan kolektif namun mengumpulkan masyarakat Bali di lingkungan
diwaris oleh anak tertua. Sistem narasumber termasuk narasumber sebelumnya.
pewarisan mayorat ini dibagi atas dua Pada pertemuan tersebut peneliti melakukan
bagian, yaitu: (a) mayorat laki-laki, forum diskusi dengan masyarakat Bali di
yaitu apabila anak laki-laki tertua lingkungan tersebut. Hasilnya, setelah berdiskusi
(keturunan laki-laki) yang waris tunggal yang lumayan alot, hampir dari keseluruhan
dari si pewaris, dengan catatan anak narasumber sepakat bahwa bentuk warisan yang
tersebut harus menghidupi orang tua dan paling baik adalah Pendidikan. Mereka sepakat
adik-adiknya.Dalam prinsip ini yang kalau warisan dalam bentuk harta memiliki
mendapat harta warisan hanya anak banyak pengaruh negative kepada keturunan
yang tertua saja, sedangkan saudaranya mereka, dibanding dengan Pendidikan jelas kata
yang lain dalam hal ini tidak mereka warisan dalam bentuk harta merupakan
mendapatkan harta si pewaris. Akan sebuah pedang bermata dua yang dapat
tetapi, meskipun anak tertualah yang membahayakan masa depan keturunan mereka.
hanya mendapatkan harta tersebut, ia
memiliki kewajiban atau tanggung SIMPULAN DAN SARAN
jawab bahwa ia harus menghidupi orang A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang
dilakukan dapat disimpulkan: DAFTAR PUSTAKA

1. Warisan dalam bentuk harta Wowor, K. (2019). Hukum Harta Warisan atas
memiliki dampak negative yang Tanah menurut Hukum Perdata. Lex
sangat jelas. Hal ini diperkuat Privatum, 7(6).
dengan banyaknya kasus konflik
antar saudara dan juga dengan Warsita, I. P. A., Suwitra, I. M., & Sukadana, I.
adanya Undang-Undang yang K. (2020). Hak Wanita Tunggal terhadap
mengatur hal ini menunjukkan Warisan dalam Hukum Adat Bali. Jurnal
bahwa kasus yang berhubungan Analogi Hukum, 2(1), 83-87.
dengan warisan dalam bentuk harta.
2. Berdasarkan kutipan dari Soepomo,
warisan tak hanya dalam bentuk Hulu, K. I., & Telaumbanua, D. (2022).
harta dan benda berwujud saja tetapi Kepemilikan Hak Atas Tanah Warisan Yang
ada juga yang tak berwujud seperti Diperoleh Melalui Harta Peninggalan Orang
Pendidikan. Hasil dari penelitian Tua. Jurnal Panah Keadilan, 1(2), 52-61.
menunjukkan bahwa narasumber
sepakat bentuk warisan baik dan Rogers, M., Munte, H., & Jawak, J. E. P. (2021).
ideal ialah Pendidikan ANALISIS YURIDIS HAK WARIS
B. Saran TERHADAP ANAK ANGKAT DALAM
Adapun saran yang dapat disampaikan HUKUM ADAT BATAK
dalam penelitian ini antara lain: SIMALUNGUN. JURNAL RECTUM: Tinjauan
1. Untuk orang tua yang mewariskan Yuridis Penanganan Tindak Pidana, 3(2), 181-
harta kepada anaknya mungkin bisa 194.
dipikirkan secara matang akan
segala konsekuensi yang mungkin Haryono, A., Arifianto, L., Prasetyowati, I., &
akan timbul AA, S. I. (2020). COVID-19: DAMPAKNYA
2. Untuk anak yang mendapat warisan TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL DAN
dalam bentuk harta dari orang KOMUNIKASI PADA JAMAAH MASJID DI
tuanya, sebisa mungkin DAERAH TAPAL KUDA. UNEJ e-Proceeding,
dimanfaatkan dengan maksimal 401-407.
kearah yang positif dan digunakan
sebaik-baiknya serta hindarilah Febriawanti, D., & Mansur, I. A. (2020).
konflik dengan saudara yang Dinamika Hukum Waris Adat di Masyarakat
mungkin akan timbul dari perebutan Bali Pada Masa Sekarang. Media Iuris, 3(2),
warisan. 119-132.
3. Untuk anak yang mendapat warisan
dalam bentuk Pendidikan dari orang Wintari, M. E., & Suparta, G. A. (2022). Sistem
tuanya, gunakanlah kesempatan Kewarisan: Hak Wanita dalam Hukum Adat
tersebut untuk menempuh Bali. Pariksa: Jurnal Hukum Agama
Pendidikan setinggi-tingginya dan Hindu, 6(1), 67-75.
juga kejarlah cita-cita dengan
Pendidikan yang telah didapat.

Anda mungkin juga menyukai