Anda di halaman 1dari 17

Penerapan Ilmu Waris Di Dusun Gempol Kerep

Disusun Oleh :

1. Imamul Arifin
Email : imamul@pens.ac.id

2. Bayu Febriono Putra (3121510602)


3. Ardian Rahmananda Saputra (3121510603)
4. M Choirul Mufassirin (3121510607)

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Jl.


Raya ITS, Keputih, kec. Sukolilo Kota Surabaya
Tahun Ajaran 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Metode Penelitian 4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum Waris Islam adalah hukum yang mengatur tentang peralihan kepemilikan atas harta
warisan seorang ahli waris dan menentukan siapa yang berhak atas warisan dan sampai sejauh
mana. 1 Literatur Islam memiliki beberapa istilah yang menentukan hukum Islam. Ilmu Farid.

Di Indonesia saat ini sedang banyak kasus yang bermula dari pembagian warisan. mereka
yang semula bersaudara tiba - tiba berpecah karena masalah iri dengan saudara yang memndapat
harta warisan yang banyak. mereka terkadang rela melakukan apapun guna mengambil harta
saudaranya.

Didalam syariat islam hal ini sudah dijelaskan sangat rinci, namun pada kegiatanya banyak
orang yang belum atau malah melupakan ilmu mawaris ini. mereka beranggapan pembagian
warisan yang terpenting adalah sama rata. Mereka beanggapan pembagian warisan yang terpenting
adalah sama rata hal ini tebntunya salah. Menurut syariat islam ada beberapa hal dan ketentuan
pembagian warisan.

Dari masalah diatas karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang
pembagian warisan menurut islam agar masyarakat bisa menerapkan ilmu tentang warisan dengan
benar dan agar tidak memutus tali silaturahmi antar saudara. Karena sekarang ditengah masyarakat
banyak yang masih belum memahami dan melaksanakan pembagian warisan sesuai dengan syariat
dan kaidah islam.
1.2 Rumusan Masalah

1. Siapa saja yang berhak menerima hak waris dalam syariat islam dan undang-undang?
2. Siapa saja yang berhak dan tidak berhak mendapat warisan
3. Bagaimana kaedah prioritas dalam penyaluran harta peninggalan mayit sebelum pembagian
hak waris?
4. Bagaimana perbandingan perhitungan hak waris menurut Hukum Islam
5. Bagaimana Hukum mempelajari ilmu Mawaris?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan orang yang berhak menerima warisan sesuai islam

2. .Untuk mengetahui siapa saja yang berhak mendapatkan warisan.

3. Menjelaskan proritas penyaluran harta waris sebelum peninggalan mayit.

4. mendeskripsikan cara menghitung perbandingan hak waris.

5. menjelaskan hukum waris sesuai syariat.

1.4 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat normatif dan empiris secara hukum. Norma hukum, yaitu
penyelidikan hukum dengan menampilkan bahan pustaka atau data sekunder sebagai dasar
penyelidikan dengan menyelidiki peraturan dan literatur tentang masalah yang diselidiki. Empiris
dan yuridis adalah pendekatan sastra yang didasarkan pada tata cara, buku atau literatur hukum,
serta bahan masalah dan diskusi dalam penelitian ini, mengumpulkan data langsung pada subjek
studi tentang pembagian hak waris kepada anak angkat dari sudut Islam. Apakah hukum waris
berlaku di Indonesia.
1.5 Kajian Pustaka
Kajian ini membahas tentang ilmu bunga mawar dalam Islam. Untuk mengetahui dan
memperjelas bahwa penelitian ini menunjukkan perbedaan yang sangat besar dari hasil
penelitian-penelitian sebelumnya tentang hereditas, maka perlu dijelaskan dan dipelajari secara
seksama hasil penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian - penelitian tersebut adalah :
1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Tri Nur Sulistiana Mahasiswa UM Palembang
dengan judul : Analisis Hukum Pemisahan Harta Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk
memastikan bahwa ahli waris selalu menerapkan prinsip-prinsip hukum Islam ketika
membagi harta dan membekali ahli waris dengan pengetahuan, termasuk yang tidak
diketahui atau tidak ada (mafqud), untuk menganalisis dan menjelaskan. Bagi yang lain,
ahli waris adil tentang jumlah uang yang mereka terima. Permasalahan dalam karya ini
adalah bagaimana menyelesaikan proses pembagian warisan jika terjadi kehilangan ahli
waris (mafqud) menurut hukum Islam dan batas waktu pewarisan ahli waris (mafqud)
hilang menurut hukum Islam.

2. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Taufiq Qurosyid Mahasiswa Institut Agama Islam
Negeri Metro dengan Judul :Pemahaman masyarakat tentang hukum waris Islam. Jenis
penelitian ini adalah penelitian lapangan, yang bersifat deskriptif dan berusaha
memecahkan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta dan karakteristik
populasi. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Sumber
data primer digunakan untuk memperoleh informasi tentang pemahaman masyarakat
tentang hukum waris Islam dan penegakannya, yaitu cara mewawancarai 8 warga muslim
laki-laki dan 2 pemuka agama yang melakukan pembagian waris. Sumber data sekunder
adalah bahan atau data yang melengkapi atau mendukung sumber data primer.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kewarisan

Pengertian kewarisan menurut KUHPerdata memperlihatkan unsur yaitu:

1. Seorang ahli waris atau "erflater" yang meninggalkan kekayaan ketika dia meninggal. Faktor
pertama ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana dan sejauh mana hubungan antara
pewaris dan hartanya dipengaruhi oleh jenis lingkungan keluarga di mana pewaris berada.

2. Orang atau ahli waris kelipatan (erfgenaam) yang berhak menerima sisa harta benda itu
mengangkat masalah pewarisan dan mengizinkan pewarisan itu dialihkan kepada ahli waris.

3. Haratenshap, bentuk sisa harta yang dialihkan kepada ahli waris, adalah bagaimana dan sejauh
mana keberadaan harta yang dialihkan itu dipengaruhi oleh jenis lingkungan keluarga di mana
pewarisan bersama itu ada.Menimbulkan pertanyaan apakah akan menerima. Dalam kompilasi
hukum Islam, Pasal 171 (a) merupakan undang-undang yang mengatur tentang peralihan hak
milik seorang ahli waris (tirkah), yang berhak menjadi ahli waris dan masing-masing ahli waris,
yang akan menentukan berapa besarnya harta warisan. . Dalam konteks hukum adat, hukum waris
adalah seperangkat hukum yang mengatur peralihan dari satu generasi ke generasi berikutnya.Van
Dyck percaya bahwa hukum umum pewarisan adalah seperangkat aturan yang mengatur proses
pewarisan dan pemindahan barang berwujud dan tidak berwujud dari generasi ke generasi.
Definisi ini menjelaskan bahwa konsep pewarisan dalam common law of inheritance melibatkan
tiga poin penting. (2) Aset berwujud dan tidak berwujud. (3) Dari generasi ke generasi. Volmar
berpendapat bahwa hukum waris berarti pemindahan a. gigi Seluruh harta, hak dan kewajiban ahli
waris kepada ahli waris. Sementara itu, A Pitro menyatakan hukum waris adalah seperangkat
ketentuan yang mengatur tentang akibat-akibat dari keadaan-keadaan penting sebagai akibat dari
pemindahan harta benda dari yang meninggal kepada ahli waris sehubungan dengan
meninggalnya seseorang. Hubungan mereka dan hubungan dengan pihak ketiga. Hukum Waris
Salim HS adalah keseluruhan peraturan perundang-undangan, baik tertulis maupun tertulis, yang
mengatur tentang peralihan harta dari ahli waris kepada ahli waris, bagian yang diterima, dan
hubungan antara ahli waris dengan pihak ketiga. dinyatakan dengan jelas. Pendapat Pitro dan
Salim agak luas karena tidak hanya mengatur hubungan antara ahli waris dan ahli waris dalam
pengalihan harta, tetapi juga hubungan antara ahli waris dengan pihak ketiga yang berkaitan
dengan hutang seumur hidup mereka.

B. Sistem Kewarisan Menurut Islam


1. Pengertian dan Dasar Hukum Waris

Mawaris atau Faraid adalah aturan yang berkaitan dengan pembagian warisan. Pengetahuan
tentang perhitungan pembagian harta warisan dan pengetahuan tentang pembagian harta warisan
diperlukan oleh semua pemegang hak waris. Masing-masing ahli waris, jika ia menerima
bagiannya dengan cara yang "khusus", dan jika ia juga menerimanya dengan
'ashabah. Dalam pandangan Islam, para ahli mengatakan bahwa sesuatu yang berupa ahli waris
yang masih hidup, harta benda (uang), tanah, atau harta benda yang sah secara syar'i memiliki
hak milik. Sebagaimana disebutkan di atas, KHI warisan berlaku. Hukum yang mengatur tentang
pengalihan hak berlaku untuk huruf a Pasal 1. Hak waris (tirkah) yang menentukan hak waris dan
jumlahnya. Hukum Waris KHI menganut salah satu asas bilateral. Artinya, seseorang menerima
hak waris dari kedua belah pihak dalam hubungan kekerabatan, baik dalam hubungan orang
tua-anak-anak laki-laki. Kriteria ini secara eksplisit didefinisikan dalam QS. Puisi AnNisa: 7, 11,
12, 176. Hak waris baru terjadi ketika beberapa faktor harus dipenuhi. Artinya, ahli waris adalah
seseorang yang diyakini telah meninggal pada saat ini atau sebagai akibatnya. Keputusan
Peradilan Islam meninggalkan ahli waris dan harta benda. Kedua, ahli waris adalah hubungan
kekerabatan atau perkawinan dengan ahli waris pada saat meninggal, agama yang menjadi Islam,
dan menjadi ahli waris tidak dilarang oleh hukum. Ketiga, warisan adalah harta yang ditinggalkan
oleh ahli waris yang baik atas haknya dan haknya. Alasan hukum waris dapat ditemukan dalam
Pasal 7 surat kepada Nisa. 14, 33, 34, 176, 233. Ahli waris dianggap muslim jika dapat dikenali
dari KTP-nya. Atau pengakuan, praktik, atau kesaksian. Untuk bayi baru lahir, anak yang lahir
atau di bawah umur yang dinamai menurut agama ayah atau komunitasnya. Dalam hal ahli waris
meninggal dunia, ahli waris mempunyai kewajiban-kewajiban berikut sebelum pembagian harta:
53A. Tolong atur dan laksanakan pemakaman. NS. Penyelesaian utang berupa pengobatan dan
perawatan, termasuk kewajiban ahli waris dan penagihan utang. C. Pelaksanaan wasiat ahli waris.
D. Membagi harta warisan di antara ahli waris yang memenuhi syarat.

2. Berlakunya Hukum Waris

Jika seorang Muslim meninggal setelah pemakaman mayat dan meninggalkan hartanya, keluarga
bertanggung jawab untuk mengelola sisa-sisa harta dalam langkah-langkah berikut:
A. Kami akan mendanai peraturan pemakaman.
B. Jika jenazah belum membayar zakat, bayar zakat mati.
C. Membayar hutang-hutangnya apabila si mayat meninggalkan hutang.
D. Membayarkan wasiatnya, jika si mayat mewasiatkan sebelum meninggal
dunia.
E. Tentukan sisa harta almarhum setelah dilunasi semuanya Sebagai ahli waris bernama Tirkah
atau Mauruts. Properti Didistribusikan ke ahli waris mayat di bawah Hukum Warisan Islam.

C. Golongan Yang Berhak mendapat warisan

1. Ahli waris menurut Undang-undang

Aturan hukum BW menetapkan Bagian dari keluarga dan peruntukan harta yang berhak mewarisi
Warisannya. Bagian dari susunan genetik untuk anak-anak yang lahir di luar itu Perkawinan antara
lain diatur sebagai berikut :
a) 1/3 dari anak-anak yang berhak jika anak-anak itu lahir di luar nikah menjadi ahli waris dengan
anak dan janda Atau duda tertua yang masih hidup.
b) Jika anak tersebut lahir di luar negeri, 1/2 bagian anak menurut undang-undang Perkawinan
diwarisi bersama dengan ahli waris Kelompok kedua dan kelompok ketiga.
c) 3/4 dari bagian anak sah, apabila anak yang lahir di luar perkawinan menjadi ahli waris
bersamasama ahli waris golongan keempat, yaitu sanak keluarga pewaris sampai derajat keenam.
d) Jika anak itu lahir di luar negeri, 1/2 bagian anak menurut undang-undang Pernikahan mewarisi
dengan kakek atau Nenek dari pewaris setelah kemunculan Kloving. Oleh karena itu, dalam hal
ini Proporsi anak haram bukan 3/4, alasannya adalah Ahli waris kelompok keempat ini sebelum
pembagian real estat, Pertama dibelah dua / kloving sampai anak lahir di luar Perkawinan
menerima setengah dari properti dan 1/4 bagian sah anak. 1/4 bagian warisan dari keluarga ayah
dan warisan yang sah dari anak Menjadi 1/2 bagian dari garis induk. Namun, dalam hal ahli waris
Tidak meninggalkan ahli waris sampai dengan 6 derajat, Anak-anak meskipun mereka hanya
memiliki anak haram Menerima warisan atau seluruh properti dari legitimasi Menurut beberapa
ahli, itu jatuh ke tangan anak haram Hanya ahli waris. Ini tidak seperti anak yang lahir dari
perzinahan. Dan anak-anak dari orang tua yang tidak boleh menikah Keduanya sangat erat
hubungannya sehingga BW tidak berhak atas warisan dari orang tuanya. Anak-anak ini hanya
mendapat bagian sederhana Sebuah kehidupan untuk mencari nafkah.
Kemudian hukum membentuk tatanan keluarga Menjadi pusaka, d. H. Istri dan suamiku
tertinggal Keluarga ahli waris yang sah atau tidak sah. Ahli waris yang sah atau ahli waris dari
usus oleh kerabat Ada empat kelompok. Yaitu:
a.) Golongan Pertama
Kelompok pertama juga merupakan keluarga lurus Berikut ini mencakup anak-anak dan
keturunan mereka dengan suaminya: Atau perempuan terlantar atau berumur panjang. Suami Atau
wanita yang berumur paling panjang baru saja dikenali.
Sebelumnya sebagai ahli waris pada tahun 1935 Pasangan itu tidak saling mewarisi. Bagian
dari grup pertama itu Termasuk garis lurus anggota keluarga d. H. Anak dan keturunannya, janda
atau janda yang ditinggalkan/ Setiap orang yang berumur panjang akan mendapat bagian sama.
Jadi saya punya empat anak Setelah itu, masing-masing janda menerima 1/5 bagian Properti yang
terdaftar.

Ketika salah satu anak meninggal Dahulu seorang ahli waris, jika mempunyai lima orang
anak, maka cucu ahli waris tersebut, maka bagian kelima dari anak tersebut akan dibagi.
Anak-anaknya yang menggantikan posisi ayahnya Meninggal dunia (dalam sistem hukum waris
BW) Disebut plaatsvulling, dalam hukum waris Islam Disebut penerus dan, menurut hukum adat,
ahli waris. Ahli waris Pasambei) Sampai setiap cucu mendapat 1/25 bagian. Berbeda dengan saat
ayahku meninggal Meninggalkan ahli waris yang terdiri dari satu anak dan tiga anak Cucu, maka
hak cucu dikecualikan dari anak (anak dikecualikan) anaknya sebagai ahli waris).

b). Golongan Kedua


Kelompok kedua adalah keluarga lurus. Termasuk orang tua dan saudara laki-laki dan
perempuan Dan keturunannya. Ada aturan khusus untuk orang tua Jaminan bagian mereka
setidaknya 1/4 Mereka mewarisi bersama, tetapi dari warisan Saudara ahli waris. Jadi jika Anda
memiliki tiga saudara laki-laki Seorang pewaris biasa ayah dan ibuku, Ayah dan ibu
masing-masing mendapat bagian Seluruh warisan, setengah dari warisan Masing-masing diwarisi
oleh tiga bersaudara Terima 1/6 bagian. Untuk ibu atau ayah dari salah satunya Yang mati dan
hidup paling lama sebagai berikut:
(1) 1/2 dari seluruh harta warisan ketika menjadi ahli waris Dengan pria dan saudara kandung
Cewek itu sama.
(2) 1/3 dari total harta warisan pada saat menjadi ahli waris Dengan dua saudara laki-laki pewaris.
(3)1/4 bagian dari seluruh harta warisan, bila ia menjadi ahli waris bersamasama dengan tiga
orang atau lebih saudara pewaris. Apabila ayah dan ibu semuanya sudah meninggal dunia, maka
harta peninggalan seluruhnya jatuh pada saudara pewaris,
Dari ahli waris yang masih hidup dari kelompok kedua. Namun, Ternyata menjadi satu-satunya
saudara yang masih hidup Saudara kandung ayah atau ibu dengan hanya ahli waris dan materi
genetik Pertama dibagi menjadi dua bagian dan bagian 1 akan diberikan Untuk
saudara-saudaraku.

c). Golongan Ketiga


Kelompok ketiga adalah ahli waris, yang meliputi kakek-nenek dan nenek moyang yang
jauh dari ahli waris. Kelompok ahli waris ketiga terdiri dari keluarga-keluarga yang berbaris
setelah ayah dan ibu, yaitu kakek-nenek, dan berlanjut sampai waktu yang tidak ditentukan oleh
ahli waris. Artinya menjadi ahli waris. Dengan demikian, jika ahli waris tidak pernah
meninggalkan ahli waris primer dan sekunder. Dalam hal ini, sebelum membagi harta warisan,
harus dibagi menjadi dua bagian (cengkeh), yang setengahnya milik kerabat ahli waris dan
setengah lainnya milik luar angkasa ahli waris. Departemen harus menyediakan setengah dari
tanaman anyelir. Warisan dari kakek dari pihak ayah. Bagian ibu harus diteruskan ke nenek.
Cara pembagiannya adalah dengan membagi harta warisan menjadi dua. Bagian untuk
kakek-nenek dari pihak ayah dan satu bagian Untuk kakek nenek dari pihak ibu. Pemisahan
didasarkan pada Pasal 850 dan 853 (1):
a) 1/2 dari pihak ayah.
b) 1/2 di sisi ibu.
d). Golongan Keempat
Ahli waris dalam kelompok keempat termasuk anggota garis itu. Kerabat lain selain di desa
keenam. akan melakukan Itu berarti keluarga sampingan yang terdiri dari paman dan bibi. kepada
keturunannya, kepada ayahnya, kepada garis keturunannya di pihak ibu. Keturunan paman dan
bibi tingkat 6 Dihitung dari jenazah (kematian). Jika bagian dari garis Jika ibu tidak memiliki ahli
waris sampai derajat keenam Bagian dari garis ibu pergi ke ahli waris dari pihak ayah.
Kebalikannya persis sama.

D. Tahap Pembagian Waris


Pertama, mengeluarkan biaya untuk pengurusan si mayit atau disebut tajhizul janazah. Yang
dimaksud dengan tajhizul janazah mulai dari pengurusan biaya sakit, memandikan, mengkafani,
menshalatkan dan terkahir menguburkan. Seluruh biaya yang timbul dari pengurusan tersebut
diambil dari harta yang ditinggalkan oleh pewaris.
Kedua, melunasi hutang. Kewajiban melunasi utang dilakukan oleh orang yang berhutang
sendiri. Orang lain tidak berkewajiban untuk membayar hutang mereka Orang mati. Untuk itu,
keluarga wajib melakukannya Pembayaran hutang. Pelunasan utang di atas dilakukan dari aset
Ditinggal ahli waris. Jika ada kekurangan harta yang tersisa, keluarga tidak akan Anda
berkewajiban untuk membayar hutang almarhum. Hanya keluarga yang memiliki Kewajiban
moral untuk melunasi.
Karena itu, orang Indonesia biasanya bangun sebelum acara Pemakaman selalu dari
keluarga dan bersedia memberi tahu Lunasi semua hutang pewaris. Tidak ada yang harus
berhutang dalam hal ini Ketika dia berpikir dia tidak bisa membayar. Pendapat ini didasarkan pada
Beberapa sikap Nabi Muhammad ketika menolak shalat jenazah Seseorang yang belum melunasi
hutangnya. Sikap yang diinginkan Nabi Muhammad Utang menunjukkan bahwa itu tidak mudah.
Ketiga, mengeluarkan wasiat ahli waris. wasiat adalah pernyataan berikut. Setelah dia
meninggal, bertindaklah sebagaimana mestinya. Jumlah Wasiat yang Diizinkan Dalam Islam,
hingga sepertiga (1/3) dari kekayaan tetap.
Salah satu syarat pembagian harta warisan Keluarga terlebih dahulu menunjukkan adanya
surat tersebut. Adanya ambiguitas informasi walikota dan pembagian warisan Mencapai pria
melalui kehidupan keluarga. Nah, inilah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh seseorang yang
ingin membelah diri. Peninggalan Desa Sembayat.
Proses pembagian warisan dalam keputusan Warisan anak-anak adalah sebagai berikut:
sebelum rapat dimulai Keluarga itu didampingi oleh kepala suku biasa, Dr Kirin. Mengumumkan
nama-nama ahli waris yang menerima warisan. nanti Wakil ketua membuka pertemuan dengan
sebuah pernyataan. untuk pertanyaan petugas bea cukai Ahli waris menyatakan bahwa mereka
siap untuk mengadakan pertemuan. kekerabatan. Kemudian Panglima bertanya. Perubahan konten
pesan usang. Setelah membaca surat ahli Ahli waris, lalu meminta kepala keluarga untuk melamar
Bagian dari warisan yang akan dijalankan.
Setelah seorang kepala biasa meminta informasi kepada pewaris Perdata, salah satu tugas
Kabag Sembayat Hal ini untuk menyelidiki apakah hubungan hukum itu bersifat fundamental.
Bagian warisan. Hubungan ini wajib menurut hukum umum. Hal ini dibuktikan ketika ahli waris
menginginkan agar permohonan dikabulkan.

E. Perbandingan Hak Waris


Setiap ahli waris memiliki besaran bagian masing-masing dalam hukum waris Islam. Untuk
mengetahui hal tersebut, kamu bisa melihat tabel pembagian harta warisan menurut Islam di
bawah ini.

Besaran
Ahli Waris Keterangan
Bagian
1 anak wanita 1/2 Seorang diri
2 atau lebih anak wanita 2/3 Bersama-sama
Anak wanita bersamaan
2:1 2 untuk pria, dan 1 untuk wanita
dengan anak pria
Ayah 1/3 atau 1/6 Bila tidak ada keturunan / bila ada keturunan
Bila ada keturunan atau saudara dengan jumlah 2 atau
Ibu 1/6 atau 1/3
lebih / bila tidak ada keduanya
Ibu 1/3 Sisa dari duda atau janda bila bersama dengan ayah
Duda 1/2 atau 1/4 Bila tidak ada keturunan/ bila ada keturunan
Janda 1/4 atau 1/8 Bila tidak ada keturunan/ bila ada keturunan
*tidak ada keturunan dan ayah
Saudara Pria dan Perempuan
1/6 atau 1/3 Masing-masing / bila jumlah 2 atau lebih bersamaan
Seibu

Saudara Kandung Seayah 1/2  atau 2/3 Bila sendiri / bila jumlah 2 atau lebih bersama-sama
Saudara Pria Seayah 2:1 dengan Saudara Perempuan
Tidak
Pengganti Dari ahli waris yang digantikan
melebihi

F. Landasan Hukum Mawaris


Ilmu mawaris mengatur peralihan harta dari pewaris kepada para ahli warisnya yang masih hidup.
Dasar hukum ilmu ini berdasarkan Al-Quran Surat An-Nisa Ayat (4) ayat 7 yang terjemahannya
berbunyi:

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi
orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit
atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”.
Sedangkan ketentuan pembagian warisan seperti dijelaskan dalam Al-Quran Surat An-Nisa (4)
ayat 11-12. Dalam ayat tersebut dijelaskan siapa saja dan berapa besar bagian yang didapatkan oleh
para ahli waris.  
BAB III
HASIL PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Gempolkerep. Desa Gempolkerep berada di Kecamatan
Gedeg Kabupaten Mojokerto. Desa Gempolkerep berbatasan langsung dengan Desa Gedeg
disebelah timur, Desa Gembongan disebelah barat, Desa Bandung disebelah utara dan Sungai
Brantas disebelah selatan. Desa gempolkerep memiliki 2 dusun yang terbagi dalam 25 Rukun
Tetangga (RT) Dan 5 Rukun Warga (RW). Desa ini berjarak 6 Km dari Kabupaten Mojokerto. Desa
ini memiliki wilayah seluas 161, 174 Km2 dan memiliki penduduk sebanyak 3827 Jiwa yang rata
rata bekerja sebagai pedagang, buruh pabrik dan petani.

2. Hasil Penelitian
Kami memilih Desa Gempolkerep sebagai objek penelitian karena desa ini dulunya adalah
pusat syiar agama islam diwilayah Kecamatan Gedeg. Tujuan melakukan penelitian ini adalah
untuk mengetahui wawasan masyarakat khususnya masyarakat desa gempolkerep tentang hak
waris yang sesuai dengan aturan aturan islam. Kami menemui 3 narasumber di desa itu, yang
membuahkan hasil yaitu, sebanyak 2 narasumber mengetahui tentang hukum hukum pembagian
warisan dalam islam, namun sangat disayangkan ada 1 narasumber yang belum mengetahui bahkan
tidak mengerti hukum hukum warisan dalam islam, menurutnya pembagian hak waris itu disama
ratakan. Kita ingin mengedukasi masyarakat terlebih masyarakat Desa Gempolkerep agar
menggunakan prinsip prinsip pembagian warisan dalam islam.

Masih terdapat beberapa masyarakat yang masih tidak menggunakan ilmu waris untuk
membagi warisan. Misalnya seperti membagi warisan sesuai kebutuhan dan kesepakatan tidak
sesuai hukum islam berlaku bagi mereka yang terpenting kedua belah pihak atau pihak yang
bersangkutan tidak masalah atau sepakat maka bisa dilakukan sesuai keinginan mereka. Padahal
dalam islam sudah terdapat aturan yang mengatur tentang ilmu mawaris tersebut.

Meskipun begitu terdapat juga orang yang memahami betul tentang ilmu mawaris sehingga
mereka benar - benar menerapkanyya dalam pembagian harta warisan. Selain mengacu pada
hukum islam atau Al-Quran dan Hadist. Mereka juga mengacu pada UU sehingga mereka
melakukan perhitungan terlebih dahulu sebelum langsung membagikannya. Sebagian juga terdapat
yang menyerahkan perkara pembagian ilmu waris ini kepada para petinggi agama seperti pada
Ustadz, dan Kyai sehingga mereka mengaku merasa tidak takut salah dalam mengambil keputusan
utnuk masalah pembagian warisan.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ilmu waris adalah ilmu yang mempelajari tentang pembagian harta warisan
yang sangat sedikit sekali dipelajari untuk saat ini. Dalam hadits marfu’ disebutkan,
“Wahai Abu Hurairah, pelajarilah ilmu faroidh (ilmu waris) dan ajarkanlah karena
ilmu tersebut adalah separuh ilmu dan saat ini telah dilupakan. Ilmu warislah yang
akan terangkat pertama kali dari umatku.” (HR. Ibnu Majah, Ad Daruquthni, Al
Hakim, Al Baihaqi. Hadits ini dho’if).
Dalam pembagian Ahli waris, alangkah baiknya tetap berpedoman pada
aturan atau hukum yang diterapkan pada agama islam, mulai dari kapan berlakunya
warisan tersebut, golongan yang berhak, tahap-tahap dalam proses pembagian
hingga perbangingan-perbangingan yang digunakan dalam perhitungannya.

2. Saran
- Masyarakat perlu bisa membedakan antara persamaan dan keadilan, karena
dalam pembagian harta warisan sebagian orang menganggap keadilan mesti
dengan persamaan terutama pada gender. Ketika kita memiliki dua anak,
yang satu anak SD dan yang satu lagi masih Balita, tentu saja kebutuhan
mereka tidak bisa disamakan. Begitu pula dalam hal waris, Al Qur’an
menetapkan bahwa anak laki-laki mendapatkan dua kali anak perempuan. Ini
namanya adil karena laki-laki mesti menanggung istri, sehingga warisnya
tentu saja lebih besar dari wanita yang nantinya akan menjadi tanggungan
suaminya. Jadi tidak mesti sama antara anak laki-laki dan anak perempuan
dalam masalah waris. Allah berfirman : “Dan jika kamu memutuskan perkara
mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil,
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.” (QS. Al Maidah: 42).

Oleh karena itu, Allah lebih mencintai orang-orang yang berbuat adil.
- Dengan adanya proposal yang berjudul “Ilmu Mawaris, Yang Terlupakan” ini
diharapkan mampu untuk memberikan pengetahuan dan masukan kepada
masyarakat umum baik di Kota maupun di desa dalam memahami hukum
kewarisan Islam, dan diharapkannya dapat lebih meningkatkan integritas
hukum dalam pengambilan putusan secara adil apabila adanya permasalahan
pada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai