Disusun oleh :
SUHIRMAN
LALU WIRABAKTI
NASRI
NOVITA TRISMAWATI HERLINA
HERI PRIHATIN SEPTAHADI
LOMBOK TIMUR
2020
KATA PENGANTAR
Segala puja hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Analisa
Perbandingan Hukum Waris Islam, KUHPerdata & Hukum Adat" dengan lancar. Penyusunan
makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Hukum Perdata dengan
Dosen Pengampu, Bapak Masyhur SH, MH
Dalam proses penyusunannya, tak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu, saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi sehingga penulis
secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat, umumnya, dan untuk saya sendiri, khususnya.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di negara kita RI ini, hukum waris yang berlaku secara nasioal belum terbentuk, dan
hingga kini ada 3 (tiga) macam hukum waris yang berlaku dan diterima oleh masyarakat
Indonesia, yakni hukum waris yang berdasarkan hukum Islam, hukum Adat dan hukum
Perdata Eropa (BW). Hal ini adalah akibat warisan hukum yang dibuat oleh pemerintah
Kita sebagai negara yang telah lama merdeka dan berdaulat sudah tentu
mendambakan adanya hukum waris sendiri yang berlaku secara nasional (seperti halnya
hukum perkawinan dengan UU Nomor 2 Tahun1974, yang sesuai dengan bangsa Indonesia
yang berfalsafah Pancasila dan sesuai pula dengan aspirasi yang benar-benar hidup di
masyarakat.Karena itu mengingat bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku ras dan
agama, dalam masalah pewarisan ada yang menggunakan hukum waris islam, hukum waris
BW, dan hukum waris adat . Tapi banyak perbedaan dalam ketiga hukum waris ini baik
dalam pembagian harta siapa yang berhak menerima waris dan siapa yang tidak, dengan
memperhatikan pula pola budaya atau adat yang hidup di masyarakat yang bersangkutan.
Rumusan Masalah
2. Bagaimana Analisa Sistem Perbandingan Hukum antara Hukum Waris Islam, BW,
dan Adat?
BAB II
PEMBAHASAN
Mawaris adalah bentuk jamak dari “mirats” yang artinya “harta yang ditinggalkan
pembagiannya”.
“Pengetahuan yang berkaitan dengan harta warisan dan perhitungan utuk mengetahui
kadar harta pusaka yang wajib diberikan kepada tiap orang yang berhak”.Ilmu
mawaris disebut juga dengan “faraidh”,bentuk jamak dari “faridhah” yang artinya
Disebut dengan ilmu mawaris karena dalam ilmu ini dibicarakan hal-hal yang
berkenaan dengan harta yang ditinggalkan oleh orang-orang yang meninggal dunia.
Dinamakan ilmu faraidh karena dalam ilm ini dibicarakan bagian-bagian tertentu yang
telah ditetapkan besarnya bagi masing-masing ahli waris. Kedua istilah tersebut
prinsipnya sama yaitu ilmu yang membicrakan tentang segala sesuatu yang berkenaan
bahasa Arab yang telah menjadi bahasa Indonesia, dengan pengertian bahwa di dalam
hukum waris adat tidak semata-mata hanya akan menguraikan tentang waris dalam
Menurut Wirjono “ pengertian warisan ialah, bahwa warisan itu adalah soal apakah
seorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih
hidup.
Dalam hukum adat istilah waris lebih luas artinya dari arti asalnya, sebab terjadinya
waris tidak saja setelah adanya yang meninggal dunia tetapi selagi masih hidupnya
Hukum waris adat atau ada yang menyebutnya dengan hukum adat waris adalah
waris (Ahli waris dan bukan ahli waris) serta pengoperan dan penerusan harta waris
Untuk mengetahui secara mendalam, berikut ini kemukakan pendapat dari para ahli
hukum adat :
Pengertian hukum waris ditinjau dari Hukum Adat adalah : aturan-aturan yang
mengenai cara bagaimana dari abad ke abad penerusan & peralihan dari harta
kekayaan yang berwujud & tidak berwujud dari generasi pada generasi.
Hukum waris adat adalah hukum adat yang memuat garis-garis ketentuan tentang
sistim dan azas-azas hukum waris tentang warisan, pewaris dan waris serta cara
bagaimana harta warisan itu dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari pewaris
kepada waris. Hukum waris adat itu mempunyai corak dan sifat-sifat yang khas
Indonesia, yang berbeda dari hukum islam maupun hukum barat. Sebab
perbedaannya terletak dari latar belakang alam pikiran bangsa Indonesia yang
berfalsafah Pancasila dengan masyarakat yang bhineka tunggal ika. Latar
belakang itu pada dasarnya adalah kehidupan bersama yang bersifat tolong-
menolong guna mewujudkan dan kedamaian di dalam hidup.
3. Soepomo, 1980
yang tidak terwujud benda (immateriele goederen) dari suatu angkatan manusia
(generatie) kepada turunannya
kekayaan baik yang materiil yang manakah dari seseorang yang dapat diserahkan
kepada keturunannya serta sekaligus juga mengatur saat, cara dan proses
peralihannya
5. Iman Sudiyat
mengenai pengertian hukum waris yang disusun dalam bentuk batasan (definisi). Sebagai
pedoman dalam upaya memahami pengertian hukum waris secara utuh, beberapa difinisi
1. Wirjono Prodjodikoro
Mengemukakan: Hukum Waris adalah soal apakah dan bagaimanakah pembagian hak-
2. Soepomo
turunannya. Proses ini telah mulai pada waktu orang tua masih hidup. Proses tersebut
tidak menjadi “akuut” oleh sebab orang tua meninggal dunia. Memang meninggalnya
bapak atau ibu adalah suatu peristiwa yang penting bagi proses itu, akan tetapi
3. Santoso Pudjosubroto,
benda seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang
Selanjutnya beliau menguraikan bahwa sengketa pewarisan timbul apabila ada orang
yang meninggal, kemudian terdapat harta benda yang ditinggalkan, dan selanjutnya
terdapat orang-orang yang berhak menerima harta yang ditinggalkan itu; kemudian
Dalam bukunya “Azas-azas dan Susunan Hukum Adat” yang dialih bahasakan
“Hukum waris adalah aturan-aturan hukum yang mengenai cara bagaimana dari abad
ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tidak
Analisa Sistem Perbandingan Hukum Waris Islam, KUHPerdata / BW, dan Adat.
Berbeda dengan sistem pewarisaan hukum BW, sistem pewarisaan hukum adat menganut
sistem dengan garis keturunaan dimana terdapat patrilitial, matrilitial, parental dan bilateral
yang menjadi garis utama dalam pewarisaan dalam sistem pewarisaan hukum adat, didalam
BW sistem diatur setelah ahli waris meninggal dengan mendapat harta warisaan mulai dari
istri yang ditinggalkan sampai anak, sedangkan dalam sistem pewarisaan hukum adat,
pewarisan menganut garis keturunaan setiap suku yang berbeda beda disetiap wilayah.
waris BW dan perbandingan hukum waris adat, dimana dalam hukum waris islam, anak
laki-laki mendapat bagiaan yang lebih besar dari anak perempuaan yang sudah diatur
didalam Al-qur’an, sebagaimana terdapat 5 ciri sistem pembagiaan dalam hukum waris
pewaris ada lima, satu dari golongan laki-laki dan empat lainnya perempuan.
seayah.
B. Ashhabul furudh yang berhak Mendapat Seperempat
Adapun kerabat pewaris yang berhak mendapat seperempat (1/4) dari harta
yaitu istri. Istri, baik seorang maupun lebih akan mendapatkan seperdelapan dari
harta peninggalan suaminya, bila suami mempunyai anak atau cucu, baik anak
tersebut lahir dari rahimnya atau dari rahim istri yang lain
D. Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Bagian Dua per Tiga
Ahli waris yang berhak mendapat bagian dua per tiga (2/3) dari harta peninggalan
dua, yaitu ibu dan dua saudara (baik laki-laki ataupun perempuan) yang seibu.
Pewaris tidak mempunyai anak atau cucu laki-laki dari keturunan anak laki-laki.
Pewaris tidak mempunyai dua orang saudara atau lebih (laki-laki maupun
perempuan), baik saudara itu sekandung atau seayah ataupun seibu Asbhabul
Furudh yangMendapat Bagian Separoe.
Adapun asbhabul furudh yang berhak mendapat bagian seperenam (1/6) ada tujuh
orang. Mereka adalah (1) ayah, (2) kakek asli (bapak dari ayah), (3) ibu, (4) cucu
perempuaan keturunan anak laki-laki, (5) saudara perempuan seayah, (6) nenek asli,
Perbedaan dengan hukum waris BW dan Adat, hukum waris islam membagi harta
warisannya dengan apa yang sudah ada didalam Al’qur’an yang mana bagiaan laki
Sistem kewarisaan dalam KUHPerdata menganut pada Hukum BW, dimana Hukum BW
menganut hukum barat yang bersifat parental dan mandiri. Dimana harta warisan jika
pewaris wafat harus selekas mungkin diadakan pembagian yang merupakan ahli waris
Dalam KUHPPerdata sistem keturunaan yang dianut merupakan adalah sistem parental
atau bilateral terbatas, dimana setiap anggota keluarga menghubungkan dirinya pada
keturunan ayah dan ibunya. Kemudian sistem kewarisan yang dianut KUHPerdata
adalah sisitem individual, artinya setiap ahli waris berhak menuntut pembagian harta
warisan dan memperoleh bagian yang menjadi haknya, baik harta warisan dan ibunya
1. Golongan I
Merupakan ahli waris dalam garis lurus ke bawah dari pewaris, yaitu anak, suami /
duda, istri / janda dari si pewaris. Ahli waris golongan pertama mendapatkan hak
waris golongan pertama masih ada, maka, ahli waris golongan kedua tidak bisa
2. Golongan II,
Merupakan, ahli waris dalam garis lurus ke atas dari pewaris, yaitu, bapak, ibu dan
saudara-saudara si pewaris. Ahli waris ini baru tampil mewaris jika ahli waris
golongan pertama tidak ada sama sekali dengan menyampingkan ahli waris golongan
3. Golongan III
Merupakan, keluarga sedarah si bapak atau ibu pewaris, yaitu kakek, nenek baik
pancer bapak atau ibu dari si pewaris. Dalam hal ini, ahli waris golongan ketiga baru
mempunyai hak mewaris, jika ahli waris golongan pertama dan kedua tidak ada sama
sekali dengan menyampingkan ahli waris golongan keempat.( Pasal 853:858 BW)
4. Golongan IV
Merupakan, sanak keluarga dalam garis ke samping dari si pewaris, yaitu paman, bibi.
1. Sistem Keturunan ;
Dilhat dari segi garis keturunan maka perbedaan lingkungan hukum adat itu dapat di
bagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
2. Sistem Patrilinial (kelompok garis kebapakan)
Sistem keturunan yang ditarik menurut garis bapak, dimana kedudukan pria lebih
menonjol pengaruhnya dari kedudukan wanita di dalam pewarisan. Suku-suku yang
bergaris keturunan kebapakan antara lain adalah Gayo, Alas, Batak, Nias, Lampung,
Buru, Seram, Nusa tenggara, Irian
3. Sistem Matrilinial (kelompok garis keibuan)
Sistem keturunan yang ditarik menurut garis ibu, dimana kedudukan wanita lebih
menonjol pengaruhnya dari kedudukan pria di dalam pewarisan. Suku-suku yang
bergaris keturunan ini adalah minangkabau, enggano.
4. Sistem Parental atau Bilateral (kelompok garis ibu-bapak)
Sistem yang ditarik menurut garis orang tua, atau menurut garis dua sisi (bapak-ibu),
dimana kedudukan pria dan wanita tidak dibedakan di dalam pewarisan. Adapun suku
yang bergaris keturunan ini adalah Jawa, Sunda, Madura, dan Melayu
atau memiliki harta warisan menurut bagiannya masing-masing. Setelah harta warisan
itu diadakan pembagian maka masing-masing waris dapat menguasai dan memiliki
waris berhak untuk mengusahakan menggunakan atau mendapat hasil dari harta
musyawarah dan mufakat oleh semua anggota kerabat yang berhak atas harta
kolektif, hanya saja pengalihan harta yang tidak terbagi itu dilimpaahkan kepada anak
tertua yang bertugas sebagai pemimpin keluarga menggantikan kedudukan ayah atau
Sistem mayorat ini ada dua macam dikarenakan perbedaan sistem keturunan yang
dianut. Pertama mayoret lelaki yaitu kepemimpinan yang dipegang oleh anak laki-laki
perempuan yaitu anak tertua perempuan sebagai penunggu harta orang tua seperti
Adat
k. Jenis harta dalam perkawinan :Harta campur, harta pisah dan perjanjian kawin
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Harta warisan menurut Hukum Islam, Hukum Perdata, dan Adat itu berbeda, Harta warisan
menurut islam adalah bawaan ditambah dengan bagian dari harta bersama sesudah di
gunakan keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah,
Harta warisan menurut hukum perdata atau BW adalah seluruh harta benda beserta hak dan
kewajiban pewaris dalam lapangan hukum serta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang.
Sedangkan harta warisan menurut hukum adat adalah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh
seorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya, harta warisan itu terdiri atas ;
Harta perkawinan
Harta pusaka
Daftar Pustaka
Buku-Buku :
Internet :
http://iusyusephukum.blogspot.co.id/2015/10/makalah-hukum-waris-imenurut-hukum-
slam.html
http://gadjaonline.blogspot.co.id/2014/01/perbandingan-pembagian-harta-warisan.html
http://syauqinurul07.blogspot.co.id/2015/02/tabel-perbandingan-sistem-pewarisaan.html
http://pengayaan.com/perbandingan-hukum-waris-islam-barat-dan-adat/
[1] http://iusyusephukum.blogspot.co.id/2015/10/makalah-hukum-waris-imenurut-hukum-
slam.html
[2] Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2015. h 7-8
[3] http://gadjaonline.blogspot.co.id/2014/01/perbandingan-pembagian-harta-warisan.html
[4] http://gadjaonline.blogspot.co.id/2014/01/perbandingan-pembagian-harta-warisan.html
[5] http://syauqinurul07.blogspot.co.id/2015/02/tabel-perbandingan-sistem-pewarisaan.html
[6] http://syauqinurul07.blogspot.co.id/2015/02/tabel-perbandingan-sistem-pewarisaan.html
[7] http://syauqinurul07.blogspot.co.id/2015/02/tabel-perbandingan-sistem-pewarisaan.html
[8] http://pengayaan.com/perbandingan-hukum-waris-islam-barat-dan-adat/