Mata Kuliah ini membahas tentang HATAH INTERN dan HATAH EXTERN
(Hukum Perdata Internasional), beserta dengan masing-masing kasus dan
penyelesainnya baik dalam maupun HATAH INTERN maupun Hukum Perdata
Internasional (HPI) / HATAH EXTERN.
6. CAPAIAN PEMBELAJARAN :
B. KATA PENGANTAR
Mata Kuliah HATAH ini pembagiannya terdiri atas HATAH INTERN yang
berlaku secara intern dilingkungan hukum di Indonesia beserta contoh-contoh
kasusnya dan HATAH EXTERN atau lebih dikenal sebagai Hukum Perdata
Internaisonal (HPI) beserta contoh-contoh kasus-kasusnya dan HPI ini sebenarnya
merupakan hukum nasionalnya masing-masing Negara karena adanya titik pertalian
antara hukum nasionalnya masing-masing warga Negara ( ) dinamakan HPI. Semoga
mahasiswa dapat memahami Mata Kuliah Hukum Antar Tata Hukum ini.
Terima Kasih
Tangerang Selatan
Penyusun
C. DAFTAR ISI
b. Kata Pengantar
c. Daftar Isi
a) Tujuan Pembelajaran
b) Uraian Materi
c) Latihan Soal/Tugas
d) Daftar Pustaka
PERTEMUAN KE 5
STATUS PERSONAL DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP
KEWARGANEGARAAN DAN DOMISILLI.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Dalam BAB ini akan dijelaskan pengertian status personal warga negara dalam kaitannya
dengan kewarganegaraan dan domisili, sehingga mahasiswa mampu :
1. Memahami dan Menjelaskan pengertian tentang status personal seseorang
warga negara dimata hukum, kaitannya tentang personal seseorang warga
negara yang menganut sistem kewarganegaraan dan domisili.
B. URAIAN MATERI
Bahwa pengertian status personal adalah kondisi atau keadaan suatu pribadi dalam
hukum yang diberikan atau diakui oleh negara untuk mengamankan dan melindungi
lembaga lembaganya.Status personal ini meliputi hak dan kewajiban, kemampuan dan
ketidakmampuan seseorang bersikap tindak di bidang hukum, yang unsur unsurnya
tidak dapat berubah atas kemampuan pemiliknya.
Walaupun terdapat perbedaan mengenai status personal ini, pada dasar ini status
personal adalah kedudukan hukum seseorang yang umumnya ditentukan oleh hukum
dari negara dia dimana ia dianggap terkait secara permanen. Sedangkan yang
menyangkut kewarganegaraan diawali dengan perinsip bahwa setiap negara yang
merdeka dan berdaulat yang tidak memiliki warga negara.
Suatu negara tidak memilik unsur lengkap bilamana tidak memiliki warga negara,
karena menurut ilmu negara suatu negara harus memiliki tiga unsur pokok, yaitu :
memiliki wilayah tertentu, organisasi tertentu, dan suatu kelompok tertentu. Untuk
domisili atau pengaturan hukum domisili yang berlaku pada setiap negara tidak sama.
Secara umum pengertian domisili adalah negara atau tempat menetap yang menurut
hukum dianggap pusat kehidupan seseorang (centre of his life).
Status Personal (Personal Law) merupakan salah satu masalah krusial dan terpenting
dalam hukum keluarga (Family Law) titik tau untuk menentukan status personal
memiliki perbedaan diantara bebagai sistem hukum didunia, perbedaan tsb sebagai
berikut:
1. Sistem Common Law umumnya menerima prinsip domisili (Domicile) sebagai titik
taut yang relevan yang menentukan status personal seseorang. Status personal
seseorang ditentukan berdasarkan hukum dimana yang bersangkutan berdomisili;
2. Sistem hukum Civie Law umumnya menerima prinsip nasional (Nationality) sebagai
titik taut yang relevan untuk menentukan status personal seseorang, status personal
seseorang ditentukan berdasarkan hukum nasional dimana ia menjadi warga negara.
3. Sedangkan menurut sistem hukum islam adalah mengaitkan status personal seseorang
dengan hukum agamanya
Terkait dengan kewarganegaraan, apabila negara diartikan sebagai suatu organisasi yaitu
organisasi kekuasaan, maka suatu organisasi memerlukan orang-orang yang dianggap sebagai
anggota organisasi yang bersangkutan, maka warga negara adalah anggota negara yang
bersangkutan. Pembatasan mengenai siapa yang merupakan warga negara, suatu negara
ditetapkan oleh negara yang bersangkutan, hal ini merupakan hak mutlak bagi negara yang
berdaulat.
Kebebasan suatu negara untuk menentukan siapa menjadi warga negara dibatasi olh prinsip-
prinsip umum (General Prinsiples) Hukum internasional mengenai kenegaraan.
Pembatasan terhadap kebebasan tersebut antara llain menyatakan:
a. Orang orang yang tidak mempunyai hubungan apapun dengan suatu negara tidak boleh
dimasukan sebagai warga negara dari negara yang bersangkutan;
b. Suatu negara tidak boleh menentukan siapa-siapa yang merupakan warga negara suatu
warga lainnya.
Terdapat dua azas utama dalam mmenentukan kewarganegaraan seseorang, yaitu:
a. Azas tempat tinggal (ius soli); dan
b. Azas keturunan (ius sanguinis)
Menerut azas ius soli, kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahiran,
Contohnya: Si A dilahirkan di negara X, maka si A merupakan warga negara dari
warga negara X tersebut.
Sedangkan azas ius sanguinis kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan
keturunannya, Contoh: Si B lahir dibelanda dari kedua orangtuanya yang
berkewarganegaraan Indonesia, maka Si B adalah warga negara Indonesia. Akibat
digunakannya cara yang berbeda dalam menentukan kewarganegaraan tersebut dapat
menimbulkan lebih dari satu kewarganegaraan, yaitu kewarganegaraan dengan kedudukan
bifatride atau multi pratiade. Dapat pula seseorang tidak mempunyai kewarganegaraan sama
sekali (apatried)
Terkait dengan domisili, istilah domisili harus dibedakan dengan istilah lain yang
mengambarkan hubungan individdu terhadap suatu tempat tertentu. Ketentuan umunya
menentukan bahwa seseorang dapat memiliki banyak kediaman (residendce) dibeberapa
negara yang ia dapat dan senangi, tetapi hanya satu tempat yang dapat di kualifikasikan
sebagai domisili seseorang.
Dalam sistem Commen Law terdapat tiga macam domisili yaitu, domicile origin, domicile of
defendence dan domicile of choice, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Setiap orang memperoleh domicile of origin, pada waktu kelahirannya, bagi anak sah,
domicile of origin adaah negara dimana ayahnya berdomisili pada saat sang anak
dilahirkan. Bagi anak luar kawin, domisili ibunyalah yang menentukan. Domisili sang
ayah tersebut dapat berupa domicile of choice attau domicile of origin. Konsepsi
domicile of origin yang dianut di inggris dalam memberlakukan hukum bagi status
personal, ternyata hampir sama menyerupai konsepsi kewarganegaraan, karena
dimanapun seseorang berada hukum yang berlaku baginya adalah hukum dari negara
ia berasal.
c. Setiap orang tidak bergantung pada orang lain dan memiliki kemampuan untuk
mendapat suatu domisili pilihan (domicile of choice) untuk berkediaman di suatu
negara yang bukan negara asalnya dengan maksud untuk menetap disana secara
permanen.
Domisili pilihan ditentukan oleh suatu bukti bahwa yang bersangkutan memiliki maksud
untuk menetap dikediamannya itu secara permanen dan secara factual dia berkediaman
disana, dan ini merupakan persoalan fakta daripada hukum.persoalan kediaman ini tidak
harus untuk jangka waktu panjang, tetapi sepanjang hal tersebut dapat dibuktikan bahwa
seseorang memiliki maksud untuk menetap secara permanen.
Menurut sistem prancis (eropa konntinental) iistilah domisili cukup memenuhi syarat
kemampuan dan tempat kediaman saja, dengan kata lain istilah domisili lebih ditekankan
pada temat kediaman saja. Hal semacam ini mirip dengan apa yang dinamakan habitual
residence ini dapat menjadi domicile if choice bilamana diiringi dengan keinginan untuk
terus menerus menetap ditempat yang baru secara permanen.
Didalam sistem common law suatu domisili pilihan akan lepas, manakala seseorang
meninggalkan negara dimana ia berdomisili untuk maksud tidak akan pernah kembali lagi,,
atau manakala dia meninggalkan negara itu untuk maksud tertentu dan memutuskan untuk
tidak kembali lagi.
Pengertian domisili menurut sistem inggris ini memang sangat aneh, tidak begitu mudah
untuk orang inggris berubah-ubah menentukan domisilinya, persyaratannya yang
bersangkutan harus menetap, harus terlebih dahulu memiliki yang namanya anumusmacudi
(hasrat atau keinginan) untuk berdiam dijakarta. Sehari hari hidup dijakarta dan tidak ada
pikiran mau kembali kenegaranya (inggris) kalau keadaan seperti ini berlangsung maka baru
dianggap memiliki domicile of choice. Dengan menghapus domicile of origin.
Tetapi sebaliknya walaupun yang bersangkutan telah menentukan domicile of choice, apabila
yang bersangkutan memiliki keinginan suatu saat atau suatu waktu akan kembali ke inggris,
maka yurisprudensi dan penulis HPI Inggris yang bersangkutan tidak dianggap telah benar-
benar memperoleh domicile of choice. Maka domicile of origin yang bersangkutan dianggap
telah hidup kembali, inilah yang dinamakan Doctrine of Revival, jadi bisa revive atau hidup
kembali.
Keadaan seperti ini sebenarnya merupakan suatu bukti bahwa bagi orang inggris yang
memilih domisili negara lain selalu khawatir dengan nasib harta benda yang dimilikinya,
yang suatu saat nanti meninggal akan diberlakukan hukum negara dimana terakhir
berdomisili. Yang bersangkutan belum percaya penuh dengan sistem hukum waris negara
lain, selain sistem hukum negara aslinya apabila bagi orang-orang inggris yang memiliki
kekayaan yang banyak.
ALASAN PENDUKUNG PRINSIP KEWARGANEGARAAN
Sebelumnya telah diterangkan bahwa terdapat beberapa cara untuk menentukan status
personal seseorang, masing masing cara saling berlainan satu sama lain dan sulit untuk di
kompromikan.
Bagi pendukung kewarganegaraan (nasionalitas) ada beberapa alasan mempertahankan
prinsip ttersebut yaitu:
1. Prinsip nasionalitas merupakan yang paling cocok bagi warga negara suatu negara
tertentu, pembuat hukum nasional lebih mengenal keperibadian dan kebutuhan warga
negaranya.
2. Prinsip nasionalitas lebih permanen dari hukum domisili, karena prinsip nasionalitas
tidak begitu mudah dirubah sebagaimana domisili, padahal status personal seorang
warga negara yang mengatur memerlukan kepastian.
3. Hukum domisili sering ditemukan memiliki kesamaan dengan sikap hukum hakim,
dalam banyak hal ini dan kondisinya yang bersamaan selalu sesuai dengan hukum
hakim, suatu perkara yang diajukan kepada hakim dimana para pihak atau pengugat
bertempat tinggal merupakan pegangan utama untuk menentukan kopetensi atau
yuridiksi hakim. Dan hal ini juga merupakan kepentingan para pihak sendiri yang
didapat seorang hakim karena hakim tentu lebih mengenal hukum nasionalnya sendiri
dibanding dengan hukum asing.
4. Sangat cocok diterapkan untuk negara-negaranya yang mengenal pruralisme hukum.
Hukum domisili sebagai satu satunya hukum yang dapat digunakan dalam negara
negaranya yang struktur hukumnya tidak mengenal unifikasi hukum seperti amerika
serikat yang tiap tiap negara bagiannya memiliki hukum perdatanya sendiri. Dalam
keadaannya demikian prinsip nasionalitas tidak dapat dipakai dalam penyelesaian HPI
sehingga perlu dibantu dengan prinsip domisili
5. Untuk mencegah adanya kelompok orang asing yang berstatus imigran yang tetap
mempertahankan hubungan mereka sesuai hukumnya mereka dan dalam taraf yang
lebih luas ikatan-ikatan dengan asal mereka.
Pandangan menurut Sudargo Gautama, terkait dengan hukum domisili bahwa Indonesia
menganut prinsip domisili dengan alasan sebagai berikut:
1. Alasan praktis dapat diperkecil berlakunya hukum asing yang dipakai adalah hukum
nasional indonesia dan dapat dimudahkan hakim indonesia dalam mengadili perkara
HPI
2. Di Indonesia masih banyak kekurangan bahan bacaan atau materi, sumber-sumber
hukum disamping itu juga masih terdapat persoalan intern khususnya pemahaman
bahasa asing dan ini juga berpengaruh terhadap penguasaan materi asing itu sendiri.
3. Secara geografis negara indonesia terletak dalam lingkungan negara negara tetangga
yang memiliki prinsip domisili
4. Apabila tetap ingin mempertahankan prinsip nasionalitas, hal ini dapat dilakukan suatu
kombinasi antara prinsip domisili dan nasionalitas. Misalnya dapat ditentukan bahwa
prinsip nasionalitas akan dipertahankan terhadap orang orang asing yang belum 2
tahun menetap di indonesia, apabila mereka sudah lebih 2tahun menetap di indonesia,
maka tidak akan dipakai lagi hukum nasional mereka berkenan dengan status
personalnya, huku indonesialah yang berlaku ini merupakan kedudukan status
personal suatu warga negara dan kaitannya dengan prinsip kewarganegaraan dan
prinsip domisili.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Coba saudara jelaskan ciri-ciri suatu negara yang menganut prinsip nasionalitas
(kewarganegaraan) dengan prinsip domisili!
2. Apakah dalam menjalankan prinsip tersebut diatas masing masing negara memiliki
persamaan dalam menjalankan aturan hukumnya yang berkaitan dengan HPI .
tolong dijelaskan menurut pengetahuan saudara?
D. DAFTAR PUSTAKA
Sudargo Gautama. 2010. Hukum Antar Tata Hukum. Bandung, PT. Alumni. 2010.