DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat yang telah ia berikan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Kemudian ucapan
terimakasih kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, baik berupa sarana prasarana maupun berupa ide-ide atau gagasan-gagasan sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat dalam rangka melengkapi tugas mata
kuliah Hukum Perdata Internasional sebagai bahan diskusi Status Personal Badan Hukum
( Reach Persona ).
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan dan kekurangan kami
mohon maaf. Kritik maupun saran kami buka demi makalah yang terbaik yang sebisa kami
berikan . Atas perhatiannya kami haturkan ungkapan terimakasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. KESIMPULAN
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Perbedaan antara hukum internasional dalam pengertian publik dengan hukum perdata
internasional bukanlah ditinjau dari unsur perbedaan subyeknya dengan menyatakan bahwa
subyek hukum internasional publik adalah negara sedangkan subyek hukum internasional
perdata adalah individu. Dalam perkembangan perbedaan semacam ini tidak dapat
dipertanggung jawabkan sebab antara keduanya dapat dimiliki subyek hukum negara atau
individu. Oleh karena itu yang paling tepat adalah dengan meninjau urusan yang diatur oleh
keduanya, jika mengatur urusan yang bersifat publik maka disebuy sebagai hukum internasional
publik tetapi jika mengatur urusan ynag bersifat perdata disebut sebagai hukum perdata
internasional. Dan persamaan anatar hkum ini bahwa sama-sama melewati bayar wilayah suatu
negara.
Hukum perdata internasional adalah hukum nasional yayng dibuat untuk hubungan
hubungan hukum internasional dalam bukunya penghatar hukum perdata internasional
indonesia ,prof. Sudargo gautama mendefenisikan bahwa hukum perdata internasioanal sebagai
keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang
berlaku, atau apakah ynag merupakan hukum, jika hubungan-hubungan atau peristiwa-pristiwa
antara warga negara pada suatu waktu tertentu memperlihatkan titik pertalian dengan stelsel-
stelses dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih negara, ynag berbeda dalam lingkungan
kuasa, tempat, pribadi dan soal-soal.
B. RUMUSAN MASALAH
a. apakah ynag dimaksud dengan status personal dan badan hukum ?
b. bagaimanakah prinsip status personal badan hukum ?
c. bagaimakaha prinsip status personal badan hukum perdata internasioanal di
indonesia .?
C. TUJUAN
1
BAB II
PERBAHASAN
Menurut konsepsi luas, status personal meliputi berbagai hak-hak hukum pada umumnya,
termasuk permulaan (lahirnya) dan terhentinya kepribadian, kemampuan untuk melakukan
perbuatan hukum, perlindungan kepentingan pribadi, persoalan yang berkaitan dengan hukum
keluarga dan waris.
Konsepsi yang antara lain dianut oleh Perancis ini tidak menggangap sebagai status
personal ; hukum harta benda perkawinan, pewarisan, dan ketidakmampuan bertindak di bidang
hukum dalam hal khusus, misalnya dokter tidak diperkenankan memperoleh suatu hak yang
timbul dari pasiennya.
1
Gautama,Sudargo. Hukum Perdata Internasional.Jilid II Bagian I (buku 7). Alumni. Bandung: 1981
2
3. Konsepsi yang Lebih Sempit
Konsepsi ini sama sekali tiidak memasukkan hukum keluarga dan waris dalam jangkauan
status personal. Asas atau aliran dalam menentukan status personal yaitu :
Domisili adalah negara atau tempat menetap yang menurut hukum dianggap
sebagai pusat kehidupan seseorang (centre of this life).2 Macam-macam Domisli menurut Hukum
Inggris.
2
1984. Masalah-masalah Baru Hukum Perdata Internasional. Penerbit Alumni : Bandung.
3
Prinsip ini paling cocok untuk perasaan hukum seseorang. Lebih permanen dari hukum
domisili. Prinsip kearganegaraan membawa lebih banyak kepastian. Alasan Pendukung Prinsip
Domisili, Hukum domisli adalah hukum dimana yang bersangkutan sesungguhnya hidup. Prinsip
kewarganegaraan seringkali memerlukan bantuan domisili. Hukum domisli seringkali sama
dengan hukum sang hakim, Cocok untuk negara-negara yang mengenal pluralisme hukum
Dalam hukum perdata internasional terdapat yang namanya status personal, yaitu
penyelesaian suatu kasus HPI dengan menganut prinsip kewarganegaraan. Status personal
adalah kondisi atau keadaan suatu pribadi dalam hubum yang diberikan/ diakui oleh Negara
untuk mengamankan dan melindungi lembaga-lembaganya . Status personal ini meliputi hak dan
kewajiban, kemampuan dan ketidakmampuan bertindak di bidang hukum, yang unsure-unsurnya
tidak dapat berubah atas kemauan pemiliknya . Walaupun terdapat perbedaan tentang status
personal ini, pada dasarnya status personal adalah kedudukan hukum seseorang yang umumnya
ditentukan oleh hukum dari Negara dimana ia dianggap sah secara permanen .3
Untuk menentukan status personil seseorang, negara-negara di dunia menganut dua
prinsip. Pertama, Prinsip kewarganegaraan. Yaitu status personil orang (baik warganegara
maupun asing) ditentukan oleh hukum nasional mereka. Kedua, Prinsip domisili. Yaitu status
personil seseorang ditentukan oleh hukum yang berlaku di domisilinya.
Dalam hal ini terdapat istilah Pro kewarganegaraan:
3
Purbacaraka, Purnadi dan Agus Brotosusilo, Sendi-Sendi Hukum Perdata Internasional Suatu Orientasi,
CV Rajawali.Jakarta : 1989, hal.45.
4
1. Prinsip ini cocok untuk perasaan hukum nasional dari warganegara tertentu , lebih
cocok lagi bagi warga negara yang bersangkutan
2. Lebih permanen dari hukum domisili, karena prinsip kewarganegaraan lebih tetap
dari pada prinsip domisili dimana kewarganegaraan tidak demikian mudah diubah-ubah seperti
domiili, sedangkan status personil memerlukan stabilitas sebanyak mungkin.
3. Prinsip kewarganegaraan membawa kepastian lebih banyak:
a. pengertian kewarganegaraan lebih mudah diketahuidaripada domisili
seseorang, karena adanya peraturan tentang kewarganegaraan yang lebih
pasti adri negara yang bersangkutan
b. Ditetapkan cara-cara memperoleh kewarganegaraan suatu Negara
Selain itu, juga terdapat istilah Pro domisili. Hukum domisili adalah hukum yang
bersangkutan sesungguhnya hidup, dimana seseorang sehari-hari sesungguhnya hidup, sudah
sewajarnya jika hukum dari tempat itulah yang dipakai untuk menentukan status personilnya.
Prinsip kewarganegaraan seringkali memerlukan bantuan domisili. Seringkali ternyata prinsip
kewarganegaraan tidak dapat dilaksanakan dengan baik tanpa dibantu prinsip-prinsip domisili. 4
Contoh: apabila terdapat perbedaan kewarganegaraan dalam satu keluarga dimana suami
istri berbeda, kewaganegaraan anak-anak bisa punya kewarganegaraan berbeda tergantung
domisili (terutama setelah perceraian). Hukum domisili seringkali sama dengan hukum sang
hakim. Dalam banyak hal, hukum domisili ini juga bersamaan adanya dengan hukum sang
hakim. Cocok dengan negara dengan pluralisme hukum. Hukum domisili adalah satu-satunya
yang dapat dipergunakan dengan baik dalam negara yang struktur hukumnya tidak mengeal
persatuan hukum. Domisili menolong dimana prinsip kewarganegaraan tidak dapat dilaksanakan
Negara-negara dengan prinsip kewarganegaraan/domisili dapat dilihat dalam tabel:
A. KEWARGANEGARAAN DOMISILI
Perancis, belgia, luxemburg, monaco, belanda, rumania, finlandia, jerman, yunani,
hungaria, montenegro, polandia, portugal, spanyol, swedia, turki, iran, tiongkok, jepang,
kostarika, republik dominika, equador, haiti, honduras, mexico, panama, venezuela
4
Ibid, hal.55.
5
Semua negara-negara inggris yang menganut “common law”, scotlandia, afrika selatan,
quebec, denmark, norwegia, iceland, negara-negara amerika latin, argentina, brazilia, guatemala,
nicaragua, paraguay.
B. PRINSIP KEWARGANEGARAAN
Prinsip umum tentang kewarganegaraan adalah :
1. Asas kelahiran (ius soli), yaitu kewarganegaraan seseorang ditentkan oleh tempat
kelahiran. Contoh: Ada orang tua Y melahirkan di wilayah X, anak berkewarganegaraan
X.
2. Asas keturunan (ius sanguins), kewarganegaraan berdasarkan kketurunan daripada orang
yang bersangkutan. Contoh: Ada orang tua Y melahirkan di wilayah X, anak
berkewarganegaran Y.
Dwi kewarganegaraan (bipartide) adalah orang dapat meiliki dua kewarganegaraan
(bipatride) atau lebih dari dua kewarganegaraan. Bipartide timbul karena dianutnya berbagai asas
yang berbeda dalam peraturan kewarganegaraan. Apabila suatu negara menganut asas kelahiran
dan negara lain menganut asas keturunan. Contoh: orang tau A cina (ius sanguins) (tinggal di
indonesia lebih dari 20 tahun) maka menurut undang-undang kewarganegaraan dianggap sebagai
warganegara melahirkan di indonesia, maka anaknya punya dua kewarganegaraan. Cara
mencegah bipartide dapat dilakukan dengan melakukan perjanjian bilateral, misalnya antara
indonesia dengan cina. Undang-undang no.2 tahun 1958 dimana dalam waktu 20 hari sejak (20-
1-1960 s/d 10-1-1962) orang yang berstatus dwi kewarganegaraan harus memilih salah satu dan
melepaskan yang lain.5
Apartide adalah orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan. Contoh: terjadinya
pencabutan kewarganegaraan, kelahiran anak dengan orang tua ius solli di negara ius sangins.
Apartide dapat terjadi karena orang tua menganut ius solli, melahirkan anak do negara yang
menagnut ius sanguins, maka anak yang dilahirkan apartide. Cara mencegah dapat dilakukan
dengan mengguakan titik taut pengganti untuk menentukan kewarganegaraan yang digunakan
sebagai faktor yang menentukan hukum yang harus diperlukan. Pemakaian hukum domisili atau
kediaman, dan pemakaian kewarganegaraan terakhir.
C. PRINSIP DOMISILI
5
Khairandy,Ridwan dkk, Pengantar Hukum Internasional Indonesia, GamaMedia. Yogyakarta : 1999.
Hal.17-22.
6
Pada dasarnya yang disebut dengan prinsip domisili adalah Negara atau tempat menetap
yang menurut hukum dianggap sebagai pusat kehidupan seseorang (centre of his life). Pengertian
hukum domisili ini sesungguhnya berasal dari hukum inggris. Hukum domisili ini didasarkan
pada kediaman permanen seseorang .
Macam-macam domisili menurut hukum inggris, dikenal dengan tiga macam domisili,
yaitu :
1. Domicile of origin. Pada konsep domisili ini, setiap orang memperoleh
domicile of origin nya pada waktu kelahirannya. Yaitu Negara dimana ayahnya
bedomisili pada saat ia dilahirkan.
2. Domicile of Choice. Untuk memper2oleh domisili ini, menurut system hukum
inggris diharuskan untuk memenuhi persyaratan, yaitu:
a. Kemampuan (capacity)
b. Tempat kediaman (residence)
c. Hasrat (intentioan)
3. Domicile by Operation of The Law.
Domisili ini adalah domisili yang dimiliki orang-orang yang tergantung
pada domisili orang lain (dependent).
4. Doctrine of Revival
Sisi lain yang pantas mendapat perhatian adalah apa yang dinamakan doctrine of
revival. Menurut doktrin ini,apabila seseorang telah melepaskan domisili semula, tetapi
tidak memperoleh domisili yang lainnya, maka domicile of origin-nya lah yang hidup
kembali.
Status Personal adalah keadaan suatu pribadi dalam hukm yang diberikan atau diakui
oleh Negara untuk mengamankan dan melindungi lembaga. Untuk menentukan status personil
seseorang, Negara di dunia menganut 2 prinsip, yakni Prinsip Kewarganegaraan, yakni status
personil orang baik warganegara ataupun asing ditentukan oleh hukum nasional. Ke-2, yakni
adalah prinsip domisili, yakni status personil seorang ditentukan oleh hukum yang berlaku di
domisili orang tersebut tinggal.6
6
Gautama. Sudargo. Cetakan ke-3. 1979. Hukum Perdata Internasional Indonesia. PT.Eresco : Jakarta.
7
Kewenangan/kemampuan untuk bertindak dalam hukum, hidup dan matinya badan
hukum, ada tidaknya badan hukum, batas-batas kemampuan bertindak dalam hukum, termasuk
wajib tidaknya membayar pajak.Prinsip yang dipakai untuk menentukan Status Personal badan
hukum:
Badan Hukum tunduk kepada Hukum dari negara di mana badan-badan hukum ini
didirikan. Akan tetapi apabila badan hukum bersangkutan melaksanakan kegiatan utamanya di
dalam wilayah indonesia, maka akan berlakulah hukum Indonesia.7
Hak-hak atas tanah boleh dinikmati oleh badan hukum asing. Syaratnya ialah badan
hukum tersebut harus didirikan, Menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia (ps.
30 HGU, ps. 36 HGB, ps. 42 Hak Pakai).
pasal 5 (2): Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan
hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang.
Pasal 5 (1): Perseroan mempunyai nama dan tempat kedudukan dalam wilayah negara Republik
Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar.
7
Sudargo Gautama. 1984. Masalah-masalah Baru Hukum Perdata Internasional. Penerbit Alumni : Bandung. Hlm.
73-76
8
Pasal 17: Perseroan mempunyai tempat kedudukan di daerah kota atau kabupaten dalam
wilayah negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar. Tempat kedudukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus merupakan kantor pusat Perseroan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
9
Dalam praktek hukum di Indonesia, diakui prinsip kumulatif (penggabungan) dari Prinsip
Inkorporasi dan Prinsip Kedudukan Manajemen yang Efektif. Dimana Status Personal adalah
keadaan suatu pribadi dalam hukum yang diberikan atau diakui oleh Negara untuk
mengamankan dan melindungi lembaga. Untuk menentukan status personil seseorang, Negara di
dunia menganut 2 prinisp, yakni Prinsip Kewarganegaraan, yakni status personil orang baik
warganegara ataupun asing ditentukan oleh hukum nasional.
B. SARAN
Perbedaan antara hukum internasional dalam pengertian publik dengan hukum perdata
internasional bukanlah ditinjau dari unsur perbedaan subyeknya dengan menyatakan bahwa
subyek hukum internasional publik adalah negara sedangkan subyek hukum internasional
perdata adalah individu. Jadi Teruslah Menjaga Kedamaian Warganegara Dan Negara Kita , Dan
Menjalani Hukum Dengan Ketentuan Yang Berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
10
1984. Masalah-masalah Baru Hukum Perdata Internasional. Penerbit Alumni : Bandung.
Purbacaraka, Purnadi dan Agus Brotosusilo. Sendi-Sendi Hukum Perdata Internasional Suatu
Orientasi. CV Rajawali.Jakarta : 1989
Gautama. Sudargo. Cetakan ke-3. 1979. Hukum Perdata Internasional Indonesia. PT.Eresco :
Jakarta.
11