Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERBANDINGAN HUKUM DOMISILI SECARA YURIDIS MENURUT


HUKUM DIBERBAGAI NEGARA
Dibuat untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Hukum Perdata

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Dra. Hj. Faridatul Fauziah, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh :

1. Muhamad Habib Syailandra (1111200019)


2. Dewa (11112000)
3. Aji Muklis (11112000)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


FAKULTAS HUKUM
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu menyelesaikan pembuatan makalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Hukum Kepariwisataan dengan judul “Perbandingan Hukum Domisili
Secara Yuridis Menurut Hukum Diberbagai Negara”.

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Serang, 30 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Domisili.................................................................................3
B. Perbandingan Hukum Domisili Secara Yuridis Menurut Hukum
Diberbagai Negara...................................................................................5
C. Pendapat Para Ahli Terhadap Prinsip Domisili.......................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu unsur yang paling hakiki dalam suatu kehidupan berbangsa
dan bernegara adalah domisili. Domisili merupakan hal yang penting dalam
suatu kehidupan masarakat karna merupakan suatu identitas yang
melambangkan dimana seseorng bertempat tinggal selain dari pada itu
domisili juga digunakan untuk mengetahui atau menunjukan pengadilan mana
yang dapat mengadili jika sewaktu-waktu terjadi perkara. Maka dari itu
domisili seseorang dalam suatu negara haruslah jelas agar dapat
mempertahankan hak - hak serta melakukan bela negara dan ikut serta dalam
perbagai elemen pemerintahan. Pengertian domisili itu sendiri adalah domisili
adalah terjemahan dari domicile atau woonplaats yang artinya tempat tinggal.
Menurut kitab undang-undang hukum perdata tempat kediaman itu
seringkali ialah rumahnya, kadang-kadang kotanya. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa setiap orang dianggap selalu mempunyai tempat tinggal
di mana ia sehari-harinya melakukan kegiatannya atau dimana ia
berkediaman pokok. Kadang - kadang menetapkan tempat kediaman
seseorang itu sulit, karena selalu berpindah - pindah (banyak rumahnya).
Untuk memudahkan hal tersebut dibedakan antara tempat kediaman hukum
(secara yuridis) dan tempat kediaman yang sesungguhnya.1 Penting adanya
domisili yaitu untuk membantu pemerintah serta aparat hukum untuk
melakukan pencarian jika suatu saat terjadi kasus hukum di dalam lingkup
masyarakat.
Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, domisili atau tempat
kediaman adalah “tempat dimana seseorang dianggap hadir mengenai hak –
haknya dan memenuhi kewajibannya juga meskipun kenyataannya tidak di
tempat tersebut”. Sedangkan menurut Vollmar, tempat tinggal merupakan
tempat seseorang melakukan Perbuatan Hukum, adapun disebut Perbuatan
Hukum adalah suatu yang menimbulkan akibat hukum. Misalnya, jual – beli,

1
Kitab Undang – undang Hukum Perdata

1
sewa – menyewa, tukar –menukar, hibah, leasing, dsb.
Tempat kediaman hukum pada umumnya adalah sama dengan tempat
kediaman senyatanya, akan tetapi tidak perlu selalu demikian. Domisili
sangat pentig bagi subjek hukum, karena :
1. Domisili digunakan untuk menentukan dimana seseorang harus
melakukan perkawinan. hal ini berhubungan dengan suatu peraturan
bahwa perkawinan harus dilaksanakan di tempat salah satu pihak ( Pasal
76 KUH Perdata ).
2. Untuk menentukan dimana subjek hukum harus dipanggil dan ditarik di
muka pengadilan.
3. Untuk menentukan pengadilan mana yang berkuasa terhadap subjek
hukum tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas adapun rumusan masalah dari makalah ini,
diantaranya :
1. Bagaimana Perbandingan Hukum Domisili Secara Yuridis Menurut
Hukum Diberbagai Negara?
2. Bagaimana pendapat para ahli terhadap prinsip Domisili?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
ialah :
1. Untuk mengetahui Perbandingan Hukum Domisili Secara Yuridis
Menurut Hukum Diberbagai Negara
2. Untuk mengetahui pendapat para ahli terhadap prinsip Domisili

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Domisili
Dalam Hukum Perdata, domisili diatur pada bab tersendiri di dalam
KUHPerdata yang tertuang pada Pasal 17 hingga Pasal 25 dalam Bab III
tentang tempat tinggal atau domisili. KUHPerdata menyebutkan bahwa setiap
orang dianggap bertempat tinggal di tempat yang dijadikan pusat
kediamannya. Bila tidak ada tempat kediaman yang demikian, maka tempat
kediaman yang sesungguhnya dianggap sebagai tempat tinggal. Perubahan
tempat tinggal terjadi dengan pindah rumah secara nyata ke tempat lain
disertai niat untuk menempatkan pusat kediamannya di sana. Niat itu
dibuktikan dengan menyampaikan pernyataan kepada Kepala Pemerintahan
baik di tempat yang ditinggalkan, maupun di tempat tujuan pindah rumah
kediaman. Bila tidak ada pernyataan, maka bukti tentang adanya niat itu harus
disimpulkan dari keadaankeadaannya. Disebutkan pula dalam KUHPerdata
keadaan-keadaan tertentu yang menentukan tempat tinggal atau domisili
seseorang, sebagai berikut :
1. Mereka yang ditugaskan untuk menjalankan dinas umum, dianggap
bertempat tinggal di tempat mereka melaksanakan dinas.
2. Seorang perempuan yang telah kawin bertempat tinggal pada suaminya.
3. Anak dibawah umur mengikuti tempat tinggal orang tuanya atau yang
dikuasakan kepada mereka atau walinya.
4. Orang dewasa yang berada di bawah pengampuan mengikuti tempat
tinggal pengampuan mereka.
5. Buruh mempunyai tempat tinggal di rumah majikannya bila mereka
tinggal serumah dengannya.
6. Rumah kematian seseorang yang meninggal dunia adalah rumah tempat
tinggalnya terakhir.
7. Dalam hal telah dilakukan pemilihan tempat tinggal yang lain daripada
tempat tinggal yang sebenarnya, maka dituangkan dalam suatu akta.

3
Ketentuan lain yang berkaitan dengan domisili dalam hukum acara
perdata adalah ketentuan yang diatur dalam HIR pada Pasal 118 dalam Bab
IX mengenai wewenang pengadilan negeri dalam mengadili perkara perdata.
Pasal tersebut menyebutkan bahwa gugatan perdata pada tingkat pertama
harus diajukan kepada pengadilan negeri di tempat diam si tergugat, atau jika
tempat diamnya tidak diketahui maka diajukan di tempat tinggalnya yang
sebenarnya. Dan apabila tidak diketahui tempat diam si tergugat dan tempat
tinggalnya yang sebenarnya maka gugatan diajukan kepada pengadilan negeri
di tempat tinggal penggugat. Keadaan lain diatur bahwa apabila gugatan itu
tentang barang tetap, maka diajukan di dalam daerah hukum dimana terletak
barang tersebut. Atau apabila telah dipilih tempat tinggal dengan surat akta,
maka gugatan dapat diajukan dalam daerah hukum tempat tinggal yang
dipilih itu.
Prof. Subekti dalam bukunya berjudul “Pokok-pokok Hukum Perdata”
menyebutkan bahwa tiap orang menurut hukum, harus mempunyai tempat
tinggal yang dapat dicari. Tempat tinggal tersebut dinamakan domisili. Sama
halnya dengan Badan Hukum harus mempunyai tempat kedudukan tertentu.
Biasanya orang mempunyai domisili di tempat kediaman pokok. Tetapi bagi
orang yang tidak mempunyai tempat kediaman tertentu, domisili dianggap
berada di tempat ia sungguh-sungguh berada.2
Sebagian orang mempunyai domisili mengikut pada domisili orang
lain, misalnya istri, anak, dan seseorang yang dalam pengampuan. Ada juga
domisili yang dipilih berhubungan dengan suatu urusan misalnya pemilihan
yang ditetapkan dalam suatu kontrak. Terhadap seseorang yang meninggal,
rumah kematian merupakan “domisili penghabisan” dari orang yang
meninggal tersebut. Domisili penghabisan ini penting untuk menentukan
hukum mana yang berlaku dalam soal warisannya, hakim mana yang
berkuasa mengadili dan dalam hal mengajukan gugatan terhadap hutang-
hutang si meninggal kepada ahli warisnya.3
Domisili secara garis besar dibedakan menjadi dua pengertian antara

2
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta, 1994, hlm. 21.
3
Ibid, hlm. 22

4
lain4 :
1. Tempat tinggal sesungguhnya, yaitu tempat seseorang melakuan hak dan
memenuhi kewajiban perdata pada umumnya. Tempat tinggal yang
sesungguhnya dapat dibedakan pula atas dua macam yaitu :
a) Tempat tinggal yang bebas atau yang berdiri sendiri tidak
terikat/bergantung pada hubungannya dengan pihak lain;
b) Tempat tinggal yang tidak bebas artinya tempat tinggal yang terikat
bergantung pada pihak lain misalnya tempat tinggal anak belum
dewasa dirumah orang tua/walinya tempat tinggal orang yang berada
di bawah pengampunan atau dirumah pengampunya buruh
mempunyai tempat tinggal di rumah majikannya jika buruh itu
tinggal bersama majikannya.
2. Tempat tinggal yang dipilih, yaitu jika dalam suatu sengketa di
pengadilan kedua belah pihak yang berperkara atau salah satunya dapat
memilih tempat tinggal lain dari tempat tinggal mereka yang sebenarnya.
Pemilihan tempat tinggal ini dilakukan dengan suatu akta.
Dengan demikian, bahwa dalam artian yuridis domisili adalah tempat di
mana seseorang harus dianggap selalu berada untuk memenuhi kewajiban
serta melaksanakan hak-haknya itu. Tujuan dari penentuan domisili ini adalah
untuk mempermudah para pihak dalam mengadakan hubungan hukum
dengan pihak lainnya.5

B. Perbandingan Hukum Domisili Secara Yuridis Menurut Hukum


Diberbagai Negara
Aliran HPI di negara-negara dunia saling berbeda dalam menentukan
status personil seseorang baik sebagai warga negaranya maupun warga
Negara asing. Sebagian Negara menganut prinsip kewarganegaraan, dimana
status personil WN/WNA ditentukan oleh hukum nasionalnya masing-
masing. Sebaliknya sebagian lagi menganut prinsip domisili yang
menentukan status personil seseorang ditentukan oleh hukum yang berlaku di
tempat domisilinya/teritorialnya.
4
Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, CV Pustaka Setia, Bandung, 2015, hlm. 104.
5
Erlina, Hukum Perdata Indonesia, UBL Press, Lampung, 2021, hlm. 77.

5
Prinsip Nasionalitas / kewarganegaraan banyak dianut oleh Negara-
negara Eropa Kontinental, diantaranya: Perancis, Italia, Belgia, Luxemboug,
Belanda, Indonesia, Rumania, Bulgaria, Finlandia, Junani, Honggaria,
Polandia, Portugal, Spanyol, Swedia, Turki, Tiongkok, dan Negara-negara
Amerika Latin antara lain: Costa Rica, Republik Dominika, Ecuador, Haiti,
Honduras. Mexico, Panama, dan Venezuela.
Sedangkan Prinsip Domisili banyak dianut oleh Negara - negara
Anglo Saxon, diantaranya : Semua Negara-negara bekas jajahan Inggris yang
menganut sistem common law (Amerika Serikat, Malaysia, Singapura,
Australia dsb), Scotlandia, Africa Selatan, Quebec, Denmark, Norwegia,
Iceland, dan Negara-negara Amerika Latin: Argentina, Brazilia, Guatemala,
Nicaragua, Paraguay, dan Peru.
Domisili dapat dibedakan menurut sistem hukum yang mengaturnya
yaitu menurut Common Law (hukum Inggris) dan Eropa Continental.
1. Di dalam Common Law atau hukum Inggris, domisili dibagi menjadi tiga
macam yaitu :
a) Domicile of Origin, adalah tempat tinggal seseorang ditentukan oleh
tempat asal seseorang sebagai tempat kelahiran ayahnya yang sah.
b) Domicile of Dependence, adalah tempat tinggal yang ditentukan oleh
domisili oleh ayah bagi anak yang belum dewasa, domisili ibu bagi
anak yang tidak sah, dan seorang ibu ditentukan oleh domisili
suaminya.
c) Domicile of Choice, adalah tempat tinggal yang ditentukan oleh atau
dari pilihan seseorang yang telah dewasa, di samping tindak
tanduknya sehari-hari. Domicile of Choice ini (domisili yang dipilih)
ini menurut Salim, HS., dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1) Domisili yang ditentukan oleh undang-undang adalah tempat
kediaman berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan. Biasanya terdapat dalam hukum acara,
waktu melakukan eksekusi, dan orang yang akan mengajukan
eksepsi (tangkisan). Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 66 UU No.
7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yang berbunyi:

6
“Seorang suami yang ingin menggugat istrinya, maka ia harus
mengajukan gugatan di tempat tinggal istrinya”
2) Domisili secara bebas, adalah tempat kediaman yang dipilih
secara bebas oleh para pihak yang akan mengadakan kontrak
atau hubungan hukum. Misalnya, A melakukan pembayaran
pada B maka kedua belah pihak mh Kantor Notaris sebagai
tempat pembayaran.6
Ada empat syarat yang harus dipenuhi oleh para pihak dalam
menentukan domisili yang dipilih, yakni :
1) Pilihan harus terjadi dengan perjanjian.
2) Perjanjian harus diadakan secara tertulis.
3) Pilihan hanya dapat terjadi untuk satu atau lebih perbuatan
hukun atau hubungan hukum tertentu.
4) Untuk pilihan itu diperlukan adanya kepentingan yang wajar.
2. Di dalam hukum Eropa Kontinental, khususnya KUHPerdata dan tempat
tinggal dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu7 :
a) Tempat tinggal sesungguhnya
Tempat tinggal sesungguhnya yang dapat berupa :
1) Tempat tinggal bebas
Pasal 17 ayat 1 dan 2 mencerminkan domisili yang bebas karena
memungkinkan orang bertempat tinggal yang senyatanya dan hal
ini bergantung pada keadaan, bahkan ada orang yang mempunyai
tempat tinggal yang senyatanya dan hal ini bergantung pada
keadaan, bahkan ada orang yang mempunyai tempat tinggal di
beberapa tempat dan bebas menentukan tempat tinggal sendiri.
2) Tempat tinggal tidak bebas
Pasal 21 dan Pasal 22 KUH Perdata (BW) tempat tinggalnya
tergantung pada tempat tinggal orang lain. Pasal 21 BW
berbunyi :
(1).Anak yang belum dewasa (dewasa menurut Pasal 330 BW,
21 tahun, Pasal 47 dan 50 UU No. 1 Tahun 1974, 18 tahun)
6
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Cet.2, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 39.
7
Sriwaty Sakkirang, Hukum Perdata, Penerbit Teras, Yogyakarta, 2011,. Hlm.38

7
mengikuti tempat tinggal orangtua atau walinya.
(2).Orang ditaruh di bawah pengampunan/kuratele (Pasal 433
BW) mengikuti tempat tinggal pengampu/koratornya.
(3).Istri mengikuti tempat tinggal suami, tetapi dengan
berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 khususnya Pasal 31
dengan sendirinya memengaruhi kedudukan istri yang tidak
cakap menjadi cakap untuk melakukan perbuatan hukum.
Dalam Pasal 22 BW disebutkan : Tempat tinggal buruh
mengikuti tempat tinggal majikannya, kecuali buruh yang belum
dewasa yang mengikuti tempat tinggal orang tua/walinya, buruh
yang ditaruh pengampunan/curate mengikuti
pengampu/kuratornya, buruh istri mengikuti suaminya.
b) Tempat tinggal yang dipilih
Untuk menentukan sengketa perdata, pihak-pihak yang
berkepentingan/salah satu pihak, berhak bebas dengan suatu akta
memilih tempat lain dari tempat tinggal mereka sebenarnya. Pasal 24
menyebutkan “dalam suatu sengketa perdata di muka hakim, kedua
belah pihak yang berperkara atau salah satu dari mereka, berhak
bebas dengan akta memilih tempat tinggal lain daripada tempat
tinggal mereka sebenarnya”.
Pemilihan itu boleh dilakukan secara mutlak, dengan mana ia
berlaku sampai dengan pelaksanaan keputusan, atau bolehlah
dibatasinya sedemikian rupa, sebagaimana kedua belah pihak satu
atau dari salah satu dari mereka menghendakinya. Dalam hal-hal
demikian surat-surat juru sita, dakwaan-dakwaan dan tuntutan
tercantum atau termaksud dalam akta itu, boleh dilakukan di tempat
tinggal yang dipilih dan di muka hakim tempat tinggal itu.
Pasal 25 BW menyatakan “jika hak sebaliknya tidak
diperjanjikan, maka masingmasing pihak diperbolehkan mengubah
tempat tinggal yang dipilih untuk diri sendiri, asal tempat tinggal
yang baru tidak lebih dari sepuluh pal jauhnya dari yang baru dan
perubahan itu diberitahukan kepada pihak lawannya.

8
Dilihat dari segi terjadinya peristiwa hukum, tempat tinggal itu
dapat digolongkan empat jenis, yaitu8 :
1) Tempat tinggal yuridis. Terjadinya karena peristiwa hukum
kelahiran, perpindahan, atau mutasi. Tempat tinggal yuridis
ini dibuktikan oleh KTP atau bukti-bukti lain.
2) Tempat tinggal nyata. Terjadi karena peristiwa hukum
keberadaan yang sesungguhnya, umumnya dibuktikan
dengan kehadiran selalu di tempat.
3) Tempat tinggal pilihan. Terjadi karena peristiwa hukum
membuat perjanjian, dan tempat tinggal itu dipilih oleh
pihak-pihak yang membuat perjanjian itu. Tempat tinggal ini
dibuktikan oleh akta autentik yang mereka buat di muka
notaris.
4) Tempat tinggal ikutan atau tergantung. Terjadi karena
peristiwa hukum keadaan status seseorang yang ditentukan
oleh undang-undang. Pembuktiannya melalui akta
perkawinan, KK, KTP Orang Tua, Putusan Pengadilan
tentang Penunjukan Wali Pengampu.

C. Pendapat para ahli terhadap prinsip Domisili


Alasan – alasan para ahli yang mendukung terhadap Prinsip Domisili,
diantaranya ialah :
1. Hukum domisili adalah hukum dimana seseorang sesungguhnya hidup.
Dimana seseorang sehari-hari hidup, tidak saja beradaptasi /
mencocokkan diri terhadap kebiasan-kebiasaan, bahasa, pandangan social,
tetapi juga terhadap ketentuan-ketentuan hukum di Negara bersangkutan
yang mengenai status personilnya.
2. Prinsip Nasionalitas seringkali membutuhkan Prinsip Domisili Dalam
praktek Prinsip Nasionalitas/kewarganegaraan seringkali tidak Dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa dibantu prinsip domisili.
3. Prinsip Domisili sama dengan hukum sang Hakim. Diajukannya perkara

8
Erlina, Op.cit, hlm. 81.

9
ke hadapan hakim dari tempat tinggalnya para pihak /tergugat yang
menentukan kompetensi juridiksi hakim. Dalam kepentingan para pihak
hakim seyogyanya memakai hukumnya sendiri, karena seorang hakim
lebih mengenal hukum nasionalnya itu dari pada hukum asing.
4. Cocok untuk negara-negara dengan pluralisme hukum.
Prinsip nasionalitas tidak dapat dipakai dalam suatu Negara yang struktur
hukumnya tidak mengenai persatuan hukum. Untuk mengetahui hukum
perdata mana yang berlaku bagi seorang WN yang hukumnya plural
( setiap daerah berlainan hukum/ ada penggolongan WN) maka perlu
diperhatikan domisilinya.
5. Demi kepentingan adaptasi dan asimilasi para imigran.
Prinsip Domisili mencegah adanya kelompok - kelompok orang/imigran
yang mempertahankan hubungan mereka dan ikatan-ikatan dengan
Negara mereka, sehingga prinsip ini dapat mempercepat adaptasi dan
asimilasi orang-orang asing.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tempat tinggal (domisili) adalah tempat di mana seseorang
tinggal/berkedudukan serta mempunyai hak dan kewajiban hukum tempat
tinggal dapat berupa wilayah/daerah dan dapat pula berupa rumah kediaman,
kantor yang berada dalam wilayah/daerah tertentu. Tempat tinggal manusia,
pribadi biasa disebut tempat kediaman. Sedangkan tempat tinggal badan
hukum biasa disebut tempat kedudukan. Tempat tinggal sering juga disebut
alamat.
Stelsel-stelsel/aliran HPI di negara-negara dunia saling berbeda dalam
menentukan status personil seseorang baik sebagai warga negaranya maupun
warga Negara asing. Sebagian Negara menganut prinsip kewarganegaraan,
dimana status personil WN/WNA ditentukan oleh hukum nasionalnya
masing-masing. Sebaliknya sebagian lagi menganut prinsip domisili yang
menentukan status personil seseorang ditentukan oleh hukum yang berlaku di
tempat domisilinya/teritorialnya.
Dalam Common Law atau hukum Inggris, domisili dibagi menjadi tiga
macam yaitu :
1. Domicile of Origin
2. Domicile of Dependence
3. Domicile of Choice
Dalam hukum Eropa Kontinental, khususnya KUHPerdata dan tempat
tinggal dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
1. Tempat tinggal sesungguhnya
2. Tempat tinggal yang dipilih

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Erlina, Hukum Perdata Indonesia, UBL Press, Lampung, 2021.
Neng Yani Nurhayani, Hukum Perdata, CV Pustaka Setia, Bandung, 2015.
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Cet.2, Sinar Grafika, Jakarta,
2003.
Sriwaty Sakkirang, Hukum Perdata, Penerbit Teras, Yogyakarta, 2011
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta, 1994.

Peraturan Perundang - Undangan


Kitab Undang – undang Hukum Perdata

12

Anda mungkin juga menyukai