Anda di halaman 1dari 5

UTS HUKUM PERDATA

1. Jelaskan apakah Kitab Undang-undang Hukum Perdata masih berlaku


seluruhnya? Bagaimanakah hubungan hukum perdata dengan hukum acara
perdata, jelaskan pernyataan anda dengan contoh konkrit! Hukum perdata bersifat
memaksa namun dalam satu waktu dapat bersifat mengatur, bagaimana
pemahaman anda terhadap pernyataan ini!

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek (BW) masih berlaku
sampai saat ini namun tidak seluruhnya atau berlaku tidak secara utuh. Hal ini
diakibatkan banyaknya peraturan di dalam BW yang sudah tidak relevan atau sudah
usang sehingga tidak dapat diterapkan di Indonesia. Peraturan - peraturan di dalam BW
yang sudah tidak berlaku digantikan oleh peraturan perundang - undangan baru.
Namun, jika tidak ada peraturan perundang - undangan baru yang menggantikannya
maka tetap berlaku aturan di dalam BW sesuai dengan Pasal II Aturan Peralihan UUD
1945 & PP No.2/1945. Selain itu, aturan BW yang masih berlaku juga bertindak sebagai
Hukum Transitoir yaitu untuk mencegah kekosongan hukum dikarenakan belum ada
aturan baru yang menggantikannya. Peraturan dalam BW juga menjadi tidak berlaku
apabila dikesampingkan dan mati oleh yurisprudensi atau putusan - putusan hakim.

Hukum perdata pada dasarnya terdiri atas hukum perdata materiil dan hukum perdata
formil. Hukum perdata materiil merupakan segala hukum pokok yang mengatur
kepentingan - kepentingan perseorangan. Sementara hukum perdata formil adalah
hukum yang mengatur bagaimana cara mempertahankan berlakunya hukum perdata
materiil atau proses penegakan hukum perdata materiil. Hukum perdata formil inilah
yang sering kita sebut dengan hukum acara perdata. Jadi hukum acara perdata
mempertahankan berlakunya hukum perdata melalui proses penegakan hukum. Contoh
konkrit?

Hukum perdata bersifat memaksa berarti peraturan hukum tidak boleh dikesampingkan
sehingga harus ditaati oleh orang yang berkepentingan. Sementara itu, hukum perdata
bersifat mengatur berarti peraturan hukum boleh dikesampingkan oleh orang yang
berkepentingan selama kepentingannya menghendaki peraturan tersebut
dikesampingkan. Hukum perdata merupakan bagian daripada hukum yang mengatur
kepentingan - kepentingan perseorangan sehingga pada bidang ini kehendak individu
memiliki peranan yang besar. Namun, ada peraturan - peraturan yang bersifat memaksa
yang bertujuan untuk membatasi kehendak individu - individu tersebut agar tidak ada
kehendak yang merugikan satu pihak. Jadi meskipun terdapat peraturan - peraturan
yang bersifat memaksa untuk membatasi kehendak yang ada, hukum perdata tetaplah
hukum privat yang dimana kepentingan perseorangan atau individu memiliki peranan
yang besar sehingga mereka tetap memiliki hak untuk membuat aturan - aturan
tambahan terutama dalam sebuah perjanjian.
2. A adalah seorang satpam perumahan elit di Kelapa Gading Jakarta, ketika siang
hari ketika ia bekerja menjaga perumahan tersebut A dalam keadaan segar bugar,
namun ketika malam hari A harus memakan obat (dalam pengawasan dokter) agar
bisa dalam keadaan normal tidak sakit ingatan. Apakah A dapat melakukan suatu
tindakan demi kepentingannya sendiri, semisal menjual tanah? Jelaskan jawaban
saudara beserta dasar hukumnya!

Setiap orang adalah subjek hukum tetapi tidak semua orang cakap hukum. Cakap
hukum berarti bisa melakukan perbuatan hukumnya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Cakap hukum sendiri termasuk syarat yang bersifat umum. Berdasarkan undang -
undang, orang yang tidak cakap hukum yaitu:
a. Orang - orang yang belum dewasa yaitu anak yang belum mencapai umur 18
tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan
b. Orang - orang yang ditaruh dibawah pengampuan yaitu orang dewasa tapi dalam
keadaan dungu, gila atau mata gelap, dan pemboros
c. Orang - orang yang dilarang undang - undang untuk melakukan perbuatan -
perbuatan hukum tertentu misalnya orang yang dinyatakan pailit

Melihat pada pasal 433 BW, dikatakan bahwa “Setiap orang dewasa, yang selalu dalam
keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap harus ditaruh dibawah pengampuan, pun
jika ia kadang - kadang cakap mempergunakan pikirannya. Seorang dewasa boleh juga
ditaruh di bawah pengampuan karena keborosannya”.

Berfokus pada kata “selalu”, maka dalam kasus ini A bisa dikatakan tidak termasuk
orang yang berada di dalam pengampuan. Walaupun terdapat frasa “pun jika ia kadang
- kadang cakap mempergunakan pikirannya”, A dalam kasus ini bisa dikeluarkan dari
kategori orang di bawah pengampuan. Hal ini disebabkan A selalu dalam keadaan sehat
dan bugar atau normal pada siang hari dan pada malam hari A juga normal jika minum
obat. A dalam keadaan tidak normal atau sakit ingatan jika tidak meminum obat di
malam hari. Selain itu, untuk dikategorikan sebagai seorang yang ditaruh di bawah
pengampuan harus ada putusan yang diucapkan dalam sidang terbuka berdasarkan
pasal 442 BW. Jadi, sejauh ini A dapat dikatakan cakap hukum atau mampu melakukan
perbuatan hukumnya sendiri.

Selanjutnya, mengenai contoh semisal A melakukan tindakan menjual tanah. Melihat


kepada pasal 1457 BW, jual - beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain
untuk membayar harga yang telah di janjikan. Berdasarkan pasal 506 BW,
tanah/pekarangan termasuk ke dalam kebendaan tak bergerak. Hal ini berarti untuk
melakukan tindakan menjual tanah maka A akan melakukan suatu perjanjian yaitu
perjanjian jual - beli.

Melihat kepada pasal 1320 BW, sahnya suatu perjanjian memerlukan 4 syarat yaitu :
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
c. Suatu hal tertentu
d. Suatu sebab yang halal

Untuk dapat melakukan tindakan menjual tanah, A harus memenuhi keempat syarat
diatas. Mengenai poin b, berdasarkan pasal 1330 BW maka orang yang tak cakap untuk
membuat suatu perjanjian adalah :
a. Orang - orang yang belum dewasa
b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan
c. Orang - orang perempuan, dalam hal - hal yang ditetapkan oleh undang -
undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang - undang telah
melarang membuat perjanjian - perjanjian tertentu

Kembali kepada penjelasan di awal, maka A dapat dikategorikan cakap untuk membuat
suatu perjanjian. Jadi saudara A dapat atau berhak untuk menjual tanah sendiri tanpa
bantuan orang lain.

3. A adalah seorang laki - laki muslim, menikah dengan B wanita beragama katolik.
Mereka pertama kali menikah secara siri di hadapan seorang pemuka agama islam
secara hukum Islam, beberapa saat kemudian mereka dinikahkan lagi tetapi di
gereja, Bukti pernikahan mereka adalah kutipan akta perkawinan catatan sipil dan
surat perkawinan gereja. Dalam perjalanannya masing - masing tetap
mempertahankan keyakinannya. Kemudian karena terjadi ketidakcocokan, maka si
A (suami) berencana menceraikan istrinya

a. Jelaskan pernikahan manakah yang sah menurut hukum positif di


Indonesia!
Berdasarkan Pasal 2 Undang - Undang Perkawinan, perkawinan dianggap sah
apabila dilakukan menurut hukum agama masing - masing dan dicatatkan
menurut peraturan perundang - undangan yang berlaku yaitu bagi agama Islam
dicatatkan di KUA dan bagi non Islam dicatatkan di catatan sipil. Berarti, pada
kasus tersebut pernikahan yang sah adalah pernikahan yang dilakukan di gereja
karena terdapat bukti pernikahan yaitu kutipan akta perkawinan catatan sipil dan
surat perkawinan gereja.

b. Bagaimanakah prosedur untuk perceraian dalam kasus tersebut!


Berdasarkan pasal 40 Undang - Undang Perkawinan, gugatan perceraian dapat
diajukan kepada pengadilan. Proses perceraian tidak lepas dari proses yang
telah dilakukan sebelumnya yaitu proses perkawinan. Dalam kasus ini,
perkawinan yang sah adalah perkawinan menurut agama istri yaitu agama
katolik. Untuk itu, prosedur perceraian pun mengikuti prosedur perceraian agama
katolik. Berarti dalam kasus ini pasangan tersebut harus menundukkan diri pada
agama katolik karena pencatatan pernikahannya terdapat dalam catatan sipil.
Pada kasus ini, perceraian terjadi karena alasan yang termasuk ke dalam
kategori poin f pada Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975. Gugatan
perceraian dapat diajukan kepada pengadilan di tempat kediaman tergugat.
Selanjutnya, surat gugatan perlu mendapat persetujuan dari pengadilan sesuai
dengan yang tertera pada Pasal 22 ayat 2 PP No. 9 Tahun 1975. Setelah
mendapat persetujuan, kedua belah pihak akan dipanggil ke pengadilan sesuai
yang tertera pada pasal 26, 27, dan 28 PP No.9 Tahun 1975. Pada saat
pemanggilan, hakim akan berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak
sesuai pasal 31. Lalu, apabila tercapai kata damai maka gugatan batal
sementara jika tidak tercapai kata damai maka pemeriksaan akan dilakukan
dalam sidang tertutup. Selanjutnya, pada pasal 34 dijelaskan bahwa putusan
perceraian akan diucapkan dalam sidang terbuka dan suatu perceraian terjadi
beserta akibat - akibatnya terhitung sejak saat pendaftarannya pada daftar
pencatatan kantor pencatatan.

4. Sumi dan Ardi telah menikah selama 5 tahun lamanya, dan telah memiliki seorang
anak bernama Juwita berusia 3 tahun. Pada mulanya Ardi hanyalah salesman
biasa tetapi karena ketekunannya ia merintis usaha di bidang textile dan berhasil.
Lalu ardi melakukan perkawinan poligami secara diam diam dengan sari. Menurut
saudara bagaimanakah keabsahan perkawinan poligami yang dilakukan oleh Ardi
jika dilihat menurut UU perkawinan! Jelaskan menurut saudara, adakah
perlindungan hukum bagi Sumi sebagai istri sah!

Secara hukum diperlukannya surat izin yaitu persetujuan dari seorang istri untuk
melakukan poligami. Bila pernikahan tersebut tanpa persetujuan dari istri maka
pernikahan tersebut tidak sah dan cacat hukum. Hal ini tertuang dalam didalam UU No 1
tahun 1974 dan pasal 3 ayat 2 dimana seorang suami dapat melakukan poligami jika
ada izin dari istri.
Dan perlindungan untuk Sumi maka Sumi dapat menggugat suaminya ke pengadilan
sesuai dengan pasal 279 KUHP. Dan istri dapat mengajukan permohonan pembatalan
perkawinan kepada Pengadilan dalam daerah hukum dimana perkawinan dilakukan
atau tempat tinggal kedua suami isteri, suami atau isteri. Setelah itu batalnya suatu
perkawinan dimulai setelah keputusan Pengadilan.

5. Pewaris A (nenek) meninggalkan 3 orang ahli waris golongan I yaitu ketiga


anaknya B, C, dan D. B memiliki istri yaitu E dan melahirkan 2 anak yaitu F dan G,
Namun karena B telah meninggal dunia maka hak warisnya digantikan oleh
keturunannya yaitu F dan G.
a. Bagaimana cara pembagian warisan yang benar menurut hukum perdata?
Dalam KUHPer, penerima waris diatur di Pasal 832. Mereka pun dipisahkan
menjadi empat golongan (nanti dicopas di KUHPER aja).

b. Apakah E mendapatkan bagian B yang sudah meninggal?


Berdasarkan Pasal 852 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),
apabila Pewaris meninggal dunia dan meninggalkan suami atau istri yang hidup
terlama beserta anak atau keturunannya, mereka mewaris bagian yang sama
besarnya. Ahli waris ini disebut sebagai ahli waris Golongan I. Oleh karena itu,
berdasarkan pertanyaan, yang menjadi ahli waris adalah istri dan satu orang
anak.

Anda mungkin juga menyukai