Anda di halaman 1dari 2

Nama : Filga Harry Widya Saputra

NIM : 20107011157

1. a. Titik taut adalah faktor-faktor yang menunjukkan kearah pemberlakuan suatu


ketentuan hukum negara tertentu. Misalnya Kewarganegaraan, Tempat Letak Benda,
Tempat Perbuatan Hukum, Domisili, dll.

b. Renvoi adalah penunjukan kembali  kaidah-kaidah HPI dari suatu sistem hukum
yang ditunjuk oleh kaidah HPI lex fori. 

c. Pembatasan terhadap Lain-Lain Bidang. Asas timbal balik berkenaan dengan


persoalan tentang pemakaian hukum asing dan karena itu mempunyai hubungan
dengan persoalan ketertiban umum. Telah diketahui bahwa pada intinya merupakan
persoalan mengenai pemakaian hukum asing, yang telah dinyatakan berlaku oleh
kaidah-kaidah HPI hakim, akan tetapi dikesampingkan secara pengecualian karena
adanya pertentangan-pertentangan asasi dengan sistem hukum hakim.

2. a. pria beragama Hindu menikah dengan wanita beragama Islam dilakukan di tempat
kediaman calon istri yang beragama Islam dan memenuhi keinginan keluarga istri
yang beragama Islam dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat, tapi kemuduan
dilakukan lagi perkawinan menurut tata cara agama Hindu bertempat di keluarga pria
yang beragama Hindu

b. Warga negara asing yang menikah secara sah dengan warga negara indonesia dapat
memperoleh kewarganegaraan republik indonesia dengan mengirimkan pernyataan
kewarganegaraan di hadapan pejabat. Pejabat adalah orang yang menduduki jabatan
tertentu yang ditunjuk oleh menteri untuk menangani masalah kewarganegaraan
republik indonesia. Dari sinilah kemudian muncul pernikahan yang menyimpang dari
cita-cita perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan yaitu membentuk sebuah
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan abadi  berdasarkan pada Tuhan Yang Maha
Esa.

3. Dengan demikian maka menurut frase “di luar wilayah hukum Republik
Indonesia” tersebut, seluruh putusan arbitrase yang dijatuhkan di luar wilayah
Republik Indonesia kedudukannya menjadi Putusan Arbitrase Internasional. Sehingga
dalam pelaksanaannya, merujuk kepada ketentuan dalam Pasal 65 - Pasal 69 UU
Arbitrase.

Sedangkan berdasarkan frase “yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia


dianggap sebagai suatu putusan arbitrase internasional”, hingga saat ini belum ada
ketentuan hukum Republik Indonesia yang mengatur mengenai hal tersebut. Sehingga
penentuan suatu putusan arbitrase dapat dikategorikan sebagai putusan arbitrase
Nasional atau Internasional, didasarkan pada di negara mana putusan tersebut
dijatuhkan.
4. Public international trade law adalah hukum yang mengatur perilaku dagang antar
negara. Sedangkan yang kedua, private international trade law adalah hukum yang
mengatur perilaku dagang secara orang perorangan (private traders) di negara-negara
yang berbeda. Meskipun ada pembedaan ini, namun para sarjana mengakui bahwa
batas-batas kedua istilah ini pun sangat sulit untuk dibuat garis batasnya.

5. Pailit merupakan keadaan dimana perusahaan selaku debitor tidak dapat membayar
hutangnya kepada kreditor karena bangrut/ pailit, sedikit berbeda dengan keadaan

insolvensi yaitu suatu kondisi dimana perusahaan tidak bisa membayar seluruh
hutangnya pada kreditur 

Misalnya advokat di persidangan tidak dianggap, sehingga posisinya kritis. Sidang


dijadwalkan jam berapa, tapi mulainya bisa terlambat sekali. Apalagi belum banyak
pengadilan yang menyediakan ruang tunggu bagi advokat. Jadi advokat seperti tamu
yang tidak diundang. Advokat sebagai tamu, disuruh datang jam berapa, disuruh
menunggu tanpa konfirmasi. Padahal secara kedudukan sebagai APH, baik hakim,
jaksa, dan advokat itu sama. Jika sesama APH saja saling tidak menghormati, apalagi
masyarakat umum.

Anda mungkin juga menyukai