NPM : 110110190124
Kelas : Hukum Perdata Internasional B
A. Kasus Posisi
Sepasang suami istri Warga Negara Afrika Selatan telah secara otomatis
termasuk penduduk Indonesia sebab memiliki KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas)
dari Kantor Imigrasi Ngurah Rai. Sebagaimana yang termuat dalam Akta
Perkawinan Lengkap yang diterbitkan oleh Departemen Dalam Negeri Republik
Afrika Selatan Nomor Q10424 pada tanggal 12 Desember 2005 diketahui bahwa
pasangan tersebut menikah pada tanggal 12 Desember 1975 di Afrika Selatan.
Sejak 10 (sepuluh) tahun terakhir pernikahan, keduanya tidak lagi tinggal bersama
dan juga tidak memiliki anak. Pasangan suami istri tersebut mencapai kesepakatan
untuk mengajukan permohonan perceraian ke Pengadilan Negeri Denpasar dengan
harapan permohonannya dapat dikabulkan dan pihak pengadilan bersedia mengirim
salinan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap tanpa materai kepada Kantor
Kedutaan Besar Negara Afrika Selatan yang berkedudukan di Jakarta. Adapun
dalam Perkara Nomor 172/Pdt.G/2014/PN.Dps majelis hakim memutus dengan
amar yang berbunyi sebagai berikut:
1. Menyatakan tergugat sudah dipanggil secara sah dan patut untuk menghadap
di persidangan, akan tetapi tidak hadir;
2. Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian secara “Verstek”;
3. Menyatakan perkawinan antara penggugat dengan tergugat yang telah
dilangsungkan tanggal 12 Desember 1975 sebagaimana diterangkan dalam
Akta Perkawinan Lengkap yang dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri
Republik Afrika Selatan No. Q104424 pada tanggal 12 Desember 2005,
putusan karena perceraian.
B. Pertimbangan Hakim
Selain melihat dasar/alasan penggugat dalam mengajukan gugatan
perceraian, fakta yang terungkap di persidangan melalui keterangan saksi, dan
petitum gugatan penggugat melalui kuasa hukumnya, majelis hakim juga
mempertimbangkan hal-hal berikut, yaitu:
1. Kewenangan Pengadilan Negeri Denpasar dalam mengadili dan memutus
perkara gugatan perceraian yang dilakukan oleh suami istri Warga Negara
Afrika Selatan yang telah melangsungkan perkawinan di Pretoria Afrika
Selatan;
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang hanya mengatur
tentang perkawinan campuran;
3. Pasal 207 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata);
4. Sudargo Gautama dalam bukunya berjudul Hukum Perdata Internasional
Indonesia Jilid III, menyatakan “berbeda dengan yang berlaku di Nederland,
dalam BW Indonesia tidak diperdebatkan menurut ukuran
kewarganegaraanya. Tidak dinyatakan kewarganegaraan dari para pihak.
Seperti diketahui, dalam sistem BW Indonesia memang tidak dipakai ukuran
kewarganegaraan. Yang dipakai adalah penggolongan rakyat” yang sejalan
dengan Pasal 1 KUHPerdata yang berbunyi “menikmati hak perdata tidaklah
tergantung pada hak kenegaraan.”;
5. Perceraian Internasional dalam Konvensi Internasional di Den Haag Tahun
1968 yang mendapat kesepakatan bahwa “pada saat perkara perceraian atau
hidup terpisah diajukan, haruslah salah satu ketentuan terinci dibawah ini
dipenuhi, yaitu 1) pihak tergugat mempunyai “habitual residence”-nya
(domisilinya) di negara tempat perceraian diucapkan…..”;
6. Yurisprudensi mengenai mengadili perkara gugatan perceraian antar Warga
Negara Amerika Serikat yang berdomisili (bertempat tinggal) di Indonesia
yaitu Putusan Mahkamah Agung Nomor 2640 K/Pdt/2009. Putusan
Pengadilan Tinggi DKI Nomor 141/Pdt/2009/PT.DKI, dan Putusan Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan Nomor 47/Pdt.G/2008/PN.Jak.Sel. Putusan-putusan
tersebut didasarkan pada prinsip Forum Rei (tempat tinggal tergugat) dan
prinsip Forum Actoris (tempat tinggal penggugat) yang pada intinya bahwa
Lembaga Peradilan di Indonesia memiliki yurisdiksi dan kewenangan untuk
memeriksa dan mengadili perkara gugatan perceraian dengan menerapkan
hukum acara dan hukum materiil Indonesia.
Disamping itu, penolakan majelis hakim terhadap petitum gugatan penggugat yang
meminta agar pihak pengadilan mengirimkan salinan sah putusan yang berkekuatan
hukum tetap tanpa materai kepada Kedutaan Besar Negara Afrika Selatan di Jakarta
guna dicatatkan dalam sebuah daftar yang disediakan, tidak lagi menjadi kewajiban
pihak pengadilan melainkan kewajiban itu ada pada pihak yang berperkara. Hal ini
merujuk pada berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan beserta peraturan pelaksananya.
D. Kesimpulan
Kasus perceraian Warga Negara Afrika Selatan dengan menggunakan sistem
hukum Indonesia telah memenuhi syarat untuk dapat dikategorikan sebagai kasus
hukum perdata internasional sebab memuat unsur asing yaitu kewarganegaraan
para pihak. Pengadilan yang berwenang untuk memutus dan mengadili kasus
perceraian ini adalah Pengadilan Negeri Denpasar, sebagaimana tempat tinggal
pasangan suami istri (penggugat dan tergugat) yang dilihat melalui KITAS (Kartu Izin
Tinggal Terbatas) dari Kantor Imigrasi Ngurah Rai dan tempat gugatan perkara
diajukan. Adapun kualifikasi dari kasus ini adalah hukum perkawinan dengan
menggunakan teori kualifikasi lex fori.