Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemilihan Perkara

Di Negara Hukum seperti Indonesia, perceraian tidak begitu saja dapat

dilakukan. Ada beberapa ketentuan hukum yang harus ditaati oleh setiap anggota

masyarakat, juga suatu badan peradilan yang berfungsi melaksanakan kekuasaan

kehakiman untuk menegakkan hukum dan keadilan. Sebagaimana disebutkan dalam

pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, bahwa perceraian hanya dapat

dilakukan di depan sidang pengadilan, setelah pengadilan yang bersangkutan

berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

Khulu’ (Cerai Gugat) adalah perceraian yang terjadi atas permintaan isteri

dengan memberi tebusan atau iwadl kepada dan atas persetujuan suaminya. Dalam

peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yang merupakan Peraturan Pelaksana

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dalam hal teknis yang

menyangku kompetensi wilayah pengadilan -seperti dalam cerai talak- mengalami

perubahan. Pasal 73 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 menyatakan:

a. Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada pengadilan yang

daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apabila

penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin

tergugat;
b. Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan perceraian

diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman

tergugat;

c. Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka

gugatan diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi

perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada pengadilan Agama Jakarta

Pusat. (Lihat Pasal 132 KHI jo Pasal 20 PP Nomor 9 Tahun 1975).1

Setiap perkara perceraian jika pihak yang berperkara adalah beragama Islam,

tentunya yang berwenang menyelesaikan perkara perceraian adalah Pengadilan

Agama. Diantara beberapa perkara yang masuk dan telah diputus oleh Pengadilan

Agama Pamekasan adalah perkara dengan Nomor 1127/Pdt.G/2017/PA.Pmk

tentang Cerai gugat.

Perkara tersebut telah diputuskan oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama

Pamekasan, dimana didalam putusannya berisi tentang pemberian izin kepada

Pemohon untuk menjatuhkan talak terhadap Termohon.

Perkara ini menarik untuk dianalisi karena dalam kasus yang saya pilih,

bahwa hubungan suami isteri dalam keluarga mulai goyah dan mengalami keretakan

yang disebabkan adanya perselisihan dan pertengkaran bahwa penyebab

perselisihan dan pertengkaran tersebut karena Tergugat tidak bertanggung jawab

terhadap Penggugat atas nafkah setiap hari dan juga jarang pulang tanpa alasan dan

1
Jamaluddin, Buku Ajar Hukum Perkawinan, (Sulawesi:Unimal Press:2016). Hlm. 113
tujuan yang jelas penulis merasa tertarik untuk memilih perkara ini yang akan

dianalisis.

B. Tujuan

Adapun tujuan adanya pemilihan terhadap dua kasus diatas, dalam

Pengadilan Agama adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis perkara cerai talak di Pengadilan Agama

2. Untuk membantu para pihak dalam mengetahui dan mentaati tata cara proses

berperkara dalam hukum acara perdata.

C. Kegunaan

Hasil laporan ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan antara lain sebagai

berikut :

1. Secara teoritis

a. Dapat mengembangkan pemikiran mengenai Ilmu Hukum yang telah

diperoleh selama perkuliahan, khususnya bagi Mahasiswa STAIN Prodi

Al- Akhwal Al-Syakhshiyyah (AHS)

2. Dapat menyumbangkan pengetahuan dan pemikiran yang bermanfaat di bidang

Ilmu Hukum khususnya Hukum Acara Peradilan Agama, mengenai

pembebanan biaya dan hak-hak yang harus di penuhi suami dalam kasus cerai

talak Secara praktis

Diharapkan hasil Laporan ini dapat menjadi sarana untuk memberikan

informasi dan referensi bagi para pembaca dan peneliti berikutnya, serta dapat
memberikan keterangan lebih tentang pembebanan biaya dan hak-hak yang harus di

penuhi kasus cerai talak di Pengadilan Agama.

D. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan yang penulis lakukan selama melakukan praktek di

Pengadilan Agama Pamekasan antara lain sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu Penulis mengadakan pengamatan, pemantauan dan

pencatatan langsung ke lokasi penelitian yaitu pengadilan Agama Pamekasan

2. Interview, yaitu Penulis melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-

pihak yang berkepentingan yang bertujuan untuk mendapatkan data-data

yang diperlukan sehubungan dengan onyek penelitian

3. Studi Kepustakaan, yaitu dengan cara Penulis mencari buku-buku yang

berhubungan dengan obyek yang diteliti dan juga yang berhubungan dengan

laporan ini
BAB II

DISKIRIPSI PERKARA CERAI GUGAT DALAM PUTUSAN NOMOR

1127/PDT.G/2017/PA.PMK DI PENGADILAN AGAMA PAMEKASAN

A. Pengajuan Perkara di Pengadilan Agama.

Perkara yang masuk ke Pengadilan Agama harus mengikuti prosedur

pengajuan perkara sebagaimana aturan yang berlaku di Pengadilan Agama. Dan

mengenai pengajuan perkara di Pengadilan Agama dalam perkara yang penulis

pilih adalah sebagai berkut :

1. Pihak Pemohon datang ke Pengadialan Agama dengan membawa surat gugatan.

2. Pihak Pemohon mengahadap petugas meja I dan menyerahkan surat gugatan.

3. Petugas meja I memberikan penjelasan yang diangap perlu berkenaan dengan

perkara yang diajuakan dan menaksir panjar biaya perkara yang kemudian

ditulis dalam surat kuasa untuk membayar (SKUM), besarnya panjar biaya

perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara

tersebut didasarkan pada Pasal 182 ayat (1) HIR atau Pasal 90 UU RI Nomor 3

Tahun 2006. Tentang perubahan atas UU Nomor: 7 Tahun1989. Tentang

Peradialan agama2.

4. Petugas meja I menyerahakan kembali surat gugatan kepada pihak Pemohon

disertai dengan surat kuasa untukmembayar (SKUM) dalam rangakap tiga

5. Pihak Pemohon menyerahkan surat gugatan tersebut dan surat kuasa untuk

membayar (SKUM)kepada pemengang kas (KASIR)

2
Undang-undang Perdata (Jakarta : Rhedbook Publisher, 2008), hlm. 34.
6. Pemegang kas(KASIR) menandatangani surat kuasa untuk membayar (SKUM)

dan kemudan membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal penerimaan

perkara dalam surat kuasa untuk membayar (SKUM) dan dalam surat gugatan.

7. Pemegang kas menyerahkan surat asli dari surat kuasa untuk membayar

(SKUM) kepada pihak Pemohon sebagai dasar penyetoran panjar biaya perkara

ke Bank.

8. Pihak Pemohon datang keloket layanan bank dan mengisi slip penyetoran panjar

biaya perkara. Pengisian data dalam slip bank tersebut sesuai dengan surat kuasa

untuk membayar (SKUM). Seperti nomor urut dan besarnya biaya penyetoran.

Kemudian pihak Pemohon menyerahkan slip bank yang telah diisi dan

menyetorkan uang sebesar yang terera dalam slip Bank tersebut.

9. Setelah pihak Pemohon menerima slip bank yang telah divalidasi dari petugas

layanan bank. Pihak Pemohon menunjukkan slip bank tersebut dan

menyerahkan surat kuasa untuk membayar (SKUM) kepada pemegang kas.

10. Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian memberi tanda lunas dalam

surat kuasa untuk membayar (SKUM) dan menyerahkan kembali kepada pihak

Pemohon asli dan salinan tindasan pertama surat kuasa untuk membayar

(SKUM) serta surat gugatan yang bersangkutan.

11. Pihak Pemohon menyerahkan kepada meja II surat gugatan sebanyak jumlah

Termohon ditambah 2 rangkap serta tindasan pertama surat kuasa untuk

membayar (SKUM)
12. Petugas meja II mendaftar atau mencatat surat gugatan dalam register

bersangkutan serta memberi nomor register pada surat gugatan n tersebut yang

diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh pemegang kas.

13. Petugas meja II menyerahkan kemali 1 rangkap surat gugatan yang telah diberi

nomor register dengan Nomor 1127/Pdt.G/2017/PA.Pmk kepada pihak

Pemohon. Dan

14. Pendaftaran selesai

Setelah itu, Pihak pihak yang berperkara akan dipanggil oleh jurusita atau

jurusita penganti untuk menghadap persidangan, tepatnya pada tanggal setelah

ditetapkan susunan Hajelis Hakim (PMH) dan Hari Sidang(PHS) pemeriksaan

perkaranya. Dan dalam perkara yang Penulis pilih Hari Sidangnya ditetapkan

pada hari rabu dengan Majelis Hakim Drs. H. Mudjahidin AR., M.HUM, M.

Safi’I, S.Ag. dan NURRJUMAATUN AGUSTINAH, s.Ag sebagai anggota dan

Dra. Hj. Rofi’ah, M.HES. Sebagai panitera pengganti

B. Proses Persidangan

Para pihak baik penggugat maupun tergugat adalah bertempat tinggal di

Pamekasan, jadi kewenangan yang mengadili adalah Pengadilan Agama Pamekasan

atau yang disebut dengan kewenangan Absolut. Proses sidang pertama mediasi,

mediasi bisa dikatakan gagal karena tergugat tidak hadir, tergugat sudah di panggil

oleh Juru Sita secara patut dan sah akan tetapi tergugat tidak hadir Pasal 125 ayat

(1) HIR atau Pasal 78 Rv.3 Proses pemeriksaan perkara perdata didepan sidang

dilakukan melalui tahap-tahap dalam hokum acara perdata, setelah hakim terlebih

3
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Cet 4, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Hlm. 383
dahulu berusaha dan tidak berhasil mendamaikan para pihak yang bersengketa.

Upaya mendamaikan tersebut dilakukan pada tahap mediasi. Adapun tahap-tahap

pemeriksaan persidangan adalah sebagai berikut:

a. Tahap pemeriksaan awal

b. Tahap perdamaian

c. Perubahan atau pencabutan gugatan

d. Pembacaan Gugatan

Pihak penggugat berhak meneliti kembali apakah seluruh materi (dalil gugat dan

petitum) sudah benar dan lengkap. Hal-hal yang tercantum dalam surat gugat

itulah yang menjadi acuan pemeriksaan dan pemeriksaan tidak boleh keluar dari

surat gugatan.

e. Jawaban Tergugat

Pihak tergugat diberi kesempatan untuk membela diri dan mengajukan segala

kepentingannya terhadap penggugat melalui hakim.

f. Replik Penggugat

Penggugat dapat menegaskan kembali gugatannya yang disangkal oleh tergugat

dan dapat mempertahankan diatas serangan-serangan oleh tergugat.


g. Duplik Tergugat

Tergugat dapat menjelaskan kembali yang disangkal oleh penggugat. Replik dan

duplik dapat diulang-ulang sehingga hakim memandang cukup untuk yang

kemudian dilanjutkan dengan pembuktian.

h. Pembuktian

Penggugat mengajukan alat-alat bukti untuk mendukung dalil-dalil gugat.

Demikian juga tergugat mengajukan semua alat-alat bukti untuk mendukung

jawabannya (sanggahannya). Masing-masing berhak menilai alat bukti pihak

lawannya.

i. Kesimpulan para pihak

Masing-masing pihak (penggugat dan tergugat) mengajukan pendapat akhir

tentang hasil pemeriksaan.

j. Putusan Hakim

Hakim menyampaikan segala pertimbangannaya tentang perkara itu dan

menyimpulkannya dalam amar putusan untuk mengakhiri sengketa.


C. Penetapan/Putusan

SALINAN PUTUSAN

Nomor : 1127/Pdt.G/2017/PA.Pmk

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Pamekasan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu


dalam tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara antara :

PENGGUGAT, umur 34 tahun, agama Islam, pekerjaan Ibu rumah tangga, bertempat
tinggal di KABUPATEN PAMEKASAN, selanjutnya
disebut Penggugat;

MELAWAN
TERGUGAT, umur 40 tahun, agama Islam, pekerjaan Swasta, bertempat tinggal di
KABUPATEN PAMEKASAN, selanjutnya disebut
Tergugat ;

Pengadilan Agama tersebut;


Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara;

Setelah mendengar keterangan Penggugat, dan telah memeriksa bukti-bukti di


persidangan;

DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan Gugatan cerai dengan
suratnya tertanggal 19 Oktober 2017 dan telah terdaftar di Kepaniteraan Perkara
Pengadilan Agama Pamekasan pada Register Nomor : 1127/Pdt.G/2017/PA.Pmk,
tanggal 19 Oktober 2017 telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri menikah pada tanggal 07
September 2000 yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama
Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan sebagaimana bukti Duplikat Akta
Nikah Nomor : B-546/Kua.13.22.03/PW.01/X/2017 tanggal 17 Oktober 2017 ;

2. Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup rukun sebagaimana


layaknya suami isteri di rumah orang tua Penggugat selama kurang lebih 15 tahun 7
bulan dan selama tersebut telah melakukan hubungan sebagaimana layaknya suami
isteri (ba'da dukhul) dan telah dikaruniai 2 orang anak bernama : ANAK KE 1
PENGGUGAT DENGAN TERGUGAT, umur 16 tahun, ANAK KE 2
PENGGUGAT DENGAN TERGUGAT, umur 5 tahun saat ini kedua anak tersebut
dalam asuhan Penggugat ;

3. Bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat hidup rukun dan harmonis,
akan tetapi sejak 1 tahun 6 bulan yang lalu rumah tangga Penggugat dan Tergugat
mulai goyah dan mengalami keretakan karena terjadi perselisihan dan pertengkaran ;

4. Bahwa penyebab perselisihan dan pertengkaran tersebut karena Tergugat tidak


bertanggung jawab terhadap Penggugat atas nafkah setiap hari dan juga jarang
pulang tanpa alasan dan tujuan yang jelas ;

5. Bahwa akibat perselisihan dan pertengkaran tersebut, kini Penggugat dan Tergugat
telah pisah rumah selama 1 bulan, Tergugat pergi meninggalkan Penggugat dan
pulang kerumah orang tua Tergugat sendiri ;

6. Bahwa atas keadaan yang demikian itu, menyebabkan Penggugat merasa tidak
sanggup lagi melanjutkan hubungan rumah tangga dengan Tergugat, dan bermaksud
mengakhirinya dengan perceraian ;

7. Bahwa, Penggugat sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara
ini ;
Berdasarkan alasan/dalil-dalil di atas, Penggugat mohon Kepada Bapak Ketua
melalui Majelis Hakim Pengadilan Agama Pamekasan, agar memeriksa dan mengadili
perkara ini, selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya :

Primair :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat ;

2. Menjatuhkan talak satu bain sughro Tergugat (TERGUGAT) terhadap Penggugat


(PENGGUGAT) ;

3. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat ;

Subsidair :

- Atau menjatuhkan putusan lain yang seadil-adilnya ;

Menimbang, bahwa pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditetapkan
Penggugat hadir sendiri menghadap, sedangkan Tergugat tidak hadir dan tidak pula
mengutus kuasanya, meskipun Tergugat telah dipanggil dengan patut, sedangkan tidak
ternyata bahwa tidak datangnya itu disebabkan oleh suatu halangan yang sah, maka
pemeriksaan perkara ini dilanjutkan tanpa hadirnya Tergugat ;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan dengan


menyarankan kepada pihak Penggugat untuk tidak meneruskan Gugatannya dan rukun
kembali dengan Tergugat, akan tetapi tidak berhasil ;

Menimbang, bahwa oleh karena usaha perdamaian tidak berhasil, maka


pemeriksaan diteruskan dengan membacakan surat Gugatan Penggugat yang isinya
tetap dipertahankan oleh Penggugat ;

Menimbang, bahwa Penggugat telah meneguhkan dalil-dalil Gugatannya


dengan menyerahkan alat bukti di persidangan berupa surat sebagai berikut :

- Fotokopi Duplikat Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Pamekasan
Kabupaten Pamekasan Nomor : B-546/Kua.13.22.03/PW.01/X/2017 Tanggal 17
Oktober 2017 yang sudah bermaterai cukup dan sudah dicocokkan dengan aslinya
(bukti P);

Menimbang, bahwa Penggugat telah menghadirkan saksi-saksi/keluarganya,


yaitu :

1. SAKSI KE 1 PENGGUGAT, umur 62 tahun, agama Islam, pekerjaan tani,


bertempat tinggal di KABUPATEN PAMEKASAN, sebagai saksi I;
Menimbang, bahwa saksi I di hadapan sidang telah memberikan keterangan
dibawah sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut :

- Bahwa saksi kenal dengan Penggugat dan Tergugat sebab saksi ayah kandung
Penggugat

- Bahwa saksi mengetahui antara Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang
sah, dan telah dikaruniai 2 orang anak ;

- Bahwa saksi mengetahui rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat semula
rukun harmonis tetapi sejak 1 tahun 6 bulan yang lalu rumah tangga mereka sudah
tidak ada keharmonisan lagi terjadi perselisihan dan pertengkaran penyebabnya
karena Tergugat sebagai suami tidak bertanggung jawab tidak pernah memberi
nafkah kepada Penggugat dan anak-anaknya dan pulang ke rumah orang tuanya
sendiri tapa pamit;

- Bahwa saksi mengetahui Penggugat dan Tergugat sudah pisah rumah sampai
sekarang sudah 2 bulan;

- Bahwa saksi sudah mendamaikan Penggugat dan Tergugat, namun tidak berhasil ;

2. SAKSI KE 2 PENGGUGAT, umur 53 tahun, agama Islam, pekerjaan tani,


bertempat tinggal di KABUPATEN PAMEKASAN, sebagai saksi II ;
Menimbang, bahwa saksi II di hadapan sidang telah memberikan keterangan
dibawah sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut :

- Bahwa saksi kenal dengan Penggugat dan Tergugat sebab saksi paman Penggugat ;
- Bahwa saksi mengetahui antara Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang
sah, dan telah dikaruniai 2 orang anak ;

- Bahwa saksi mengetahui rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat semula
rukun harmonis tetapi sejak 1 tahun 6 bulan yang lalu rumah tangga mereka sudah
tidak ada keharmonisan lagi terjadi perselisihan dan pertengkaran penyebabnya
karena Tergugat sebagai suami tidak bertanggung jawab tidak pernah memberi
nafkah kepada Penggugat dan anak-anaknya dan pulang ke rumah orang tuanya
sendiri tapa pamit;

- Bahwa saksi mengetahui Penggugat dan Tergugat sudah pisah rumah sampai
sekarang sudah 2 bulan;

- Bahwa saksi sudah mendamaikan Penggugat dan Tergugat, namun tidak berhasil;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi-saksi tersebut Penggugat menyatakan


benar seluruhnya ;

Menimbang, bahwa Penggugat tidak mengajukan tambahan keterangan dan alat


bukti/ saksi lagi dan mohon agar perkaranya segera diputus;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini cukup ditunjuk


segala hal ikhwal yang telah termuat dalam Berita Acara Persidangan perkara ini
dianggap sebagai bagian dalam putusan ini;

PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Gugatan Penggugat adalah sebagaimana
telah diuraikan di atas;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim sudah berusaha menasehati Penggugat agar


rukun kembali, akan tetapi tidak berhasil ;

Menimbang, bahwa Tergugat tidak hadir di persidangan meskipun telah


dipanggil dengan resmi dan patut, lagi pula ketidakhadirannya tersebut tidak disebabkan
oleh suatu halangan yang sah, maka Tergugat yang telah dipanggil secara resmi dan
patut tidak datang menghadap harus dinyatakan tidak hadir dan putusan atas perkara ini
dijatuhkan dengan Verstek (Pasal 125 ayat (1) HIR);

Menimbang bahwa Penggugat dalam surat Gugatannya mendalilkan bahwa


sejak 1 tahun 6 bulan yang lalu rumah tangga Penggugat dan Tergugat mulai goyah
dan tidak harmonis, yang penyebabnya karena Tergugat tidak bertanggung jawab
terhadap Penggugat atas nafkah setiap hari dan juga jarang pulang tanpa alasan dan
tujuan yang jelas;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalilnya tersebut Penggugat


mengajukan bukti surat (P) serta menghadirkan saksi di persidangan;

Menimbang, bahwa bukti P (Kutipan Akta Nikah) adalah akta autentik yang
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan menentukan, oleh karenanya
maka berdasarkan surat bukti tersebut, nyata terbukti bahwa antara Penggugat dan
Tergugat terikat perkawinan yang sah;

Menimbang, bahwa dua orang saksi Penggugat tersebut di atas masing-masing


pada pokoknya menerangkan bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi
pisah tempat tinggal yang disebabkan karena Tergugat sebagai suami tidak bertanggung
jawab tidak pernah memberi nafkah kepada Penggugat dan anak-anaknya dan pulang ke
rumah orang tuanya sendiri tapa pamit;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim dapat menerima keterangan saksi tersebut


sebab keterangan saksi dibawah sumpah dan keterangannya satu sama lainnya
bersesuaian sehingga memenuhi syarat formal yang diatur dalam Pasal 172 HIR;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi tersebut di atas


ditemukan fakta bahwa rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi
perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun kembali sebagai
layaknya suami isteri;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta tersebut di atas Majelis Hakim
berkesimpulan bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat tidak baik lagi dan tujuan
perkawinan sebagaimana tercantum dalam al-Qur'an surat ar-rum ayat 21 dan ketentuan
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yakni “ membina rumah tangga yang
penuh rasa kasih sayang” serta membentuk rumah tangga (keluarga) yang kekal dan
bahagia, tidak terwujud lagi. Oleh karena itu Majelis hakim berpendapat perceraian
lebih maslahat dari pada mempertahankan perkawinan yang tidak membawa
kebahagiaan. Hal ini sejalan dengan kaidah fiqhiyah yang berbunyi ;

Artinya:”Menolak kerusakan harus lebih didahulukan dari pada menarik


kemaslahatan”.

Menimbang, bahwa dengan demikian Gugatan Penggugat telah beralasan


hukum, sesuai dengan Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal
19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi
Hukum Islam;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas,


maka Gugatan Penggugat patut untuk dikabulkan;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 84 Undang-Undang Nomor 7


Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 50
Tahun 2009 jo Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Serta surat Ketua
Muda Uldilag Mahkamah Agung RI Nomor ; 28/TUADA-AG/X/2002, kepada Panitera
Pengadilan Agama Pamekasan diperintahkan untuk mengirimkan salinan putusan
perkara ini yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat
Nikah Kantor Urusan Agama sebagaimana tersebut dalam diktum putusan ini;

Menimbang, bahwa karena perkara tersebut termasuk bidang perkawinan, maka


sesuai dengan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua
dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, biaya perkara ini dibebankan kepada
Penggugat;

Mengingat Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah


diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 dan ketentuan hukum lain serta hukum syar'i
yang berkaitan dengan perkara ini;

MENGADILI
1. Menyatakan bahwa Tergugat yang telah dipanggil secara resmi dan patut untuk
menghadap persidangan, tidak hadir;

2. Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek;

3. Menjatuhkan talak satu ba'in sughra Tergugat (TERGUGAT) terhadap Penggugat


(PENGGUGAT) ;

4. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Pamekasan untuk mengirimkan


salinan putusan ini yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada Pegawai
Pencatat Nikah KUA Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan untuk dicatat
dalam daftar yang disediakan untuk itu;

5. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.


316.000,- ( tiga ratus enam belas ribu rupiah);

Demikian putusan ini dijatuhkan di Pengadilan Agama Pamekasan pada hari


Rabu tanggal 22 Nopember 2017 Masehi bertepatan dengan tanggal 03 Rabiul Awal
1439 Hijriyah, oleh kami Drs. H. Mudjahidin AR., M.Hum. selaku Ketua Majlis,
Nurjumaatun Agustinah, S.Ag. dan M. Safi'i, S.Ag. masing-masing selaku Hakim
Anggota serta didampingi oleh Dra. Hj. Rofi'ah, M.HES. sebagai Panitera Pengganti,
dan pada hari itu juga diucapkan pada sidang yang terbuka untuk umum oleh Ketua
Majelis dengan didampingi Hakim-Hakim Anggota dengan dihadiri oleh Penggugat
tanpa hadirnya Tergugat.
Hakim Anggota Ketua Majelis

TTD TTD

Nurjumaatun Agustinah, S.Ag. Drs. H. Mudjahidin AR.,


M.Hum.

Hakim Anggota

TTD

M. Safi'i, S.Ag. Panitera Pengganti

TTD

Dra. Hj. Rofi'ah, M.HES.


Perincian Biaya Perkara :
1. Biaya pendaftaran Rp. 30.000,-

2. Biaya Proses Rp. 50.000,-

3. Biaya Panggilan Rp. 225.000,-

4. Redaksi Rp. 5.000,-

5. Materai Rp. 6.000,-

JUMLAH Rp. 316.000,-

( tiga ratus enam belas ribu rupiah )

Untuk salinan yang sesuai dengan aslinya

Oleh Panitera PA. Pamekasan

TTD

MOH. ALI SYAMSI, S.H.


D. Analisis Putusan

Perceraian merupakan bagian dari pernikahan, karena tidak akan ada

perceraian tanpa diawali dengan pernikahan terlebih dahulu. Perceraian dalam

istilah fiqh disebut talaq yang berarti membuka ikatan, membatalkan perjanjian.4

Kemudian kata tersebut dipakai oleh para ahli fiqh sebagai satu istilah yang berarti

perceraian antara suami dan istri.

Talak dalam arti khusus adalah perceraian yang diajtuhkan oleh pihak suami

saja.5 Karena salah satu bentuk dari perceraian antara suami dan istri itu ada yang

disebabkan karena talak, maka untuk selanjutnya istilah talak disini dimaksudkan

sebagai talak dalam arti khusus.

Dalam pasal 38 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

disebutkan bahwa perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian dan atas

keputusan pengadilan.6

4
Wasman, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Yogyakarta : Teras, 2011), hlm. 83.
5
Ibid., hlm. 83.
6
Undang-Undang R.I. Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Surabaya : Kesindo Utama, 2010),
hlm. 13.
Talak yang merupakan salah satu bentuk putusnya perkawinan hanya dapat

dilakukan melalui proses tertentu seperti harus adanya permohonan dan dilakukan

di depan siding pengadilan beserta alasan-alasannya.7

Analisis perkara yang saya pilih di Pengadilan Agama mengenai cerai talak

dalam hal ini menarik untuk dianalisis, karena menanggapi dari perkara ini yakni

mengalami keretakan karena terjadi perselisihan dan pertengkaran, Bahwa penyebab

perselisihan dan pertengkaran tersebut karena istri tidak patuh terhadap perintah

suami dan istri Tidak mau diajak berumah tangga di rumah orang tua suami karena

istri tidak kerasan tinggal di rumah orang tua suami tanpa sebab yang jelas, akibat

perselisihan dan pertengkaran tersebut, kini suami dan istrinya telah pisah rumah

selama 1 bulan, suami pergi meninggalkan istri dan suami pulang kerumah orang

tuanya sendiri, Bahwa atas keadaan yang demikian itu menyebabkan suami merasa

tidak sanggup lagi melanjutkan hubungan rumah tangga dengan istrinya, dan

bermaksud mengakhirinya dengan perceraian.

Mejelis Hakim sudah berusaha untuk menasehati suami agar mau damai

dengan istri dan rukun kembali dan mau melanjutkan rumah tangganya kembali,

namun sang suami tetap dengan pendiriannya untuk melanjutkan perkara

perceraiannya.

Karena sang istri tidak hadir dalam persidangan walau telah dipanggil secara

resmi dan patut, dan tidak mengutus kuasa hukum dan tidak memberikan alasan

yang jelas dan resmi, sang istri pun tidak dapat memperjuangkan hak-hak yang

7
Amir Nuruddin dan Azhari Akamal, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2012),
hlm. 207.
timbul dari perkara cerai talak ini, karen majelelis hakim mengabul Permohanan

Pemohon dengan putusan Verstek.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keputusan Majelis Hakim dalam kasus Nomor 1127/Pdt.G/2017/PA.Pmk

telah mengabulkan Permohonan Pemohon untuk berpisah dengan Termohon

sudah sesuai dengan Undang-Undang dan Hukum Islam dan dalam menentukan

putusan verstek, karena Termohon tidak menghadiri proses persidangan yang di

langsungkan dan tidak mengutus kuasa hukumnya dan tidak menyatakan alasan

yang resmi dan jelas atas ketidak hadirannya.

B. Saran dan Rekomendasi

1. Bagi mahasiswa/i untuk masa yang selanjutnya agar lebih dipersiapkan dengan

matang baik teori dan prosedural praktik di peradilan, dengan bekal yang cukup

luas itulah mahasiswa/i mampu beradaptasi dengan ilmu peradilan serta mampu

mengikuti proses praktik peradilan dengan baik, lancar dan benar.


2. Bagi Dosen Pendamping diharapkan untuk selalu inten untuk membimbing dan

mendidik mahasiswa/i, kalau bisa disetiap lembaga peradilan para dosen juga

ikut andil dalam memberikan wawasan keilmuan pada kami dalam proses

persidangan, karena kami masih buta dengan suasana Proses beracara sampai

dijatuhkannya putusan.

DAFTAR PUSTAKA

Jamaluddin, Buku Ajar Hukum Perkawinan, (Sulawesi:Unimal Press:2016).

Undang-undang Perdata (Jakarta : Rhedbook Publisher, 2008),

Harahap Yahya, Hukum Acara Perdata, Cet 4, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),

Wasman, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Yogyakarta : Teras, 2011),

Undang-Undang R.I. Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Surabaya : Kesindo

Utama, 2010),

Nuruddin Amir dan Akamal Azhari, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta :

Kencana, 2012),

Anda mungkin juga menyukai