Anda di halaman 1dari 4

HUKUM ACARA PERDATA DAN PRAKTIK PERADILAN PERDATA

(Dr Ratnawati SH,.M.H)


Nama : Andi Aulia Ramadhani
Nim : B011211015
Kelas : C

SOAL DAN JAWABAN


1. Buat resume tentang azas-azas dalam hukum acara perdata minimal 10 azas dan
jelaskan. apa yang dimaksud
Jawaban

1) Hakim Pasif
hakim dalam memeriksa suatu perkara bersikap pasif. Artinya, ruang lingkup atau
luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim ditentukan oleh pihak yang
beperkara dan bukan oleh hakim. Tentunya hal ini berebda dalam hukum acara
pidana dimana sengketa tidak ditentukan oleh pihak yang berperkara. Dengan kata
lain, penggugat menentukan apakah ia akan mengajukan gugatan, seberapa luas
(besar) tuntutan, juga tergantung para pihak (penggugat/tergugat) suatu perkara
akan dilanjutkan atau dihentikan, misalnya lewat perdamaian atau gugatan
dicabut. Semua tergantung para pihak, bukan pada hakim.
2) Hakim Aktif
Hakim harus aktif sejak perkara dimasukkan ke pengadilan, dalam artian untuk
memimpin sidang, melancarkan jalannya persidangan, membantu para pihak
mencari kebenaran, sampai dengan pelaksanaan putusan (eksekusi). Dalam hal ini
meskipun hakim bersifat pasif namun ia juga harus tetap aktif demi menggali
fakta dan kebenaran.
3) Mendengar Kedua Belah Pihak (audi et alteram partem)
Dalam hal ini kedua bela pihak harus didengarkan berdasarkan sdut pandang
masing-asing berdasarkan fakta dan bukti agar hakim tidak timpang dalam
memebri putusan apabila hanya mendangan informasi dari satu pihak.
4) Hakim bersifat menunggu
Segala ajuan tuntutan hak sepenuhnya diserahkan pada pihak yang
berkepentingan. Jika tidak ada tuntutan hak penuntutan, maka tidak ada hakim
yang mengurus perkara.
5) Putusan harus disertai alasan
Putusan hakim harus memuat alasan-alasan sebagai dasar untuk mengadili agar
menjadi pertanggungjawaban hakim pada putusannya terhadap para pihak,
masyarakat, pengadilan yang lebih tinggi dan ilmu hukum
6) Beracara dikenakan biaya
Saat beracara, perkara akan dikenakan biaya kepaniteraan, panggilan,
pemberitahuan, dan material. Jika pihak yang berperkara meminta bantuan
pengacara, pihak tersebut harus mengeluarkan biaya untuk jasa pengacara
tersebut.
7) Sifat Terbukanya Pengadilan
Persidangan yang dilaksanakan harus terbuka untuk umum, sehingga setiap orang
diperbolehkan untuk hadir dan mendengarkan pemeriksaan persidangan. Sidang
terbuka dilakukan untuk memberi perlindungan hak asasi manusia dalam
peradilan dan menjamin objektivitas agar hakim bersikap adil serta tidak
memihak.
8) Hakim Harus Menunjuk Dasar Hukum Putusannya
Hakim (pengadilan) tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau
kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
Larangan ini karena anggapan hakim tahu akan hukumnya (ius curia novit). Jika
dalam suatu perkara, hakim tidak menemukan hukum tertulis, hakim wajib
menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang
hidup dalam masyarakat.
9) Beracara Dikenakan Biaya
Asas hukum acara perdata selanjutnya adalah seseorang yang akan beperkara
dikenakan biaya perkara. Biaya perkara tersebut meliputi biaya kepaniteraan,
biaya panggilan, pemberitahuan para pihak, serta biaya meterai.
Namun, bagi yang tidak mampu membayar biaya perkara dapat mengajukan
perkara secara cuma-cuma (prodeo) dengan mendapat izin untuk dibebaskan dari
membayar biaya perkara, dan dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu
yang dibuat oleh pejabat setempat.
10) Tidak Ada Keharusan Mewakilkan
Tidak ada ketentuan yang mewajibkan para pihak mewakilkan pada orang lain
(kuasa) untuk beperkara di muka pengadilan, sehingga dapat terjadi langsung
pemeriksaan terhadap para pihak yang beperkara. Adapun beperkara di pengadilan
tanpa seorang kuasa akan lebih menghemat biaya.
Namun, para pihak bisa saja memberi kuasa kepada kuasa hukumnya apabila
dikehendaki. Sebab, bagi pihak yang ‘buta hukum’ tapi terpaksa beperkara di
pengadilan, kuasa hukum yang mengetahui hukum tentu sangat membantu pihak
yang bersangkutan.
2. Jelaskan Tentang Gugatan
Jawaban

Gugatan (Tuntutan Hak )


Gugatan suatu Tindakan bertujuan untuk memperoleh perlindungan hak yang
diberikan oleh pengadilan untuk mencegah Tindakan main hakim sendiri , Adapun
orang yang dapat mengajukan gugatan adalah orang yang memiliki kepentingan untuk
memperoleh perlindungan hukum
3. Syarat-Syarat Gugatan
Jawaban
1. Identitas Para Pihak
1. Nama Lengkap
2. Alamat Domisili
3. Identitas lain (Tidak Imperatif) seperti umur, pekerjaan, agama , jenis
kelamin, dan suku bangsa
4. Penegasasn ( penyebutan nama lengkap dengan jelas, alamat atau tepat tinggal
domisili, jabatan yang meakili perseroan atau badan hukum )
2. Fundamentum Petendi atau middelen Van den eis atau Posita atau dasar
tuntutan
Posita gugat adalah penjelasan “dalil atau alasan” gugatan. Ini merupakan esensi
gugatan yang berisi hal-hal penegasan hunbungan hukum antara Penggugat
dengan okjek yang disengketakan pada satu segi
3. Petitum atau tuntutan
Petitum gugat merupakan kesimpulan gugatan yang berisi rincian satu persatu
tentang apa yang diminta dan yang dikendaki Penggugat untuk dinyatakan dan
dihukumkan kepada para pihak, terutama para pihak Tergugat
4. Syarat Bentuk
Bentuknya harus tertulis maupun tidak tertulis, apabila tertulis maka syaratnya
mengikuti syarat pada poin 1, 2, dan 3. Adapun bentuk tidak tertulis ditujukan
kepada seseorang yang buta aksara.
4. Tata Cara Mengajukan Gugatan
Jawaban
1) Pihak berperkara datang ke Pengadilan Negeri dengan membawa surat
gugatan atau permohonan. Kemudian menghadap petugas Meja Pertama dan
menyerahkan surat gugatan atau permohonan, minimal 2 (dua)
rangkap.Untuk surat gugatan ditambah sejumlah Tergugat.
2) Petugas Meja Pertama (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu
berkenaan dengan perkara yang diajukan dan menaksir panjar biaya perkara
yang kemudian ditulis dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
Besarnya panjar biaya perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk
menyelesaikan perkara tersebut, didasarkan pada pasal 182 ayat (1) HIR.
3) Petugas Meja Pertama menyerahkan kembali surat gugatan atau permohonan
kepada pihak berperkara disertai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM) dalam rangkap 3 (tiga).
4) Pihak berperkara menyerahkan kepada pemegang kas (KASIR) surat gugatan
atau permohonan tersebut dan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
5) Pemegang kas menyerahkan asli Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)
kepada pihak berperkara sebagai dasar penyetoran panjar biaya perkara ke
bank.
6) Pihak berperkara datang ke loket layanan bank dan mengisi slip penyetoran
panjar biaya perkara. Pengisian data dalam slip bank tersebut sesuai dengan
Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM), seperti nomor urut, dan besarnya
biaya penyetoran. Kemudian pihak berperkara menyerahkan slip bank yang
telah diisi dan menyetorkan uang sebesar yang tertera dalam slip bank
tersebut.
7) Setelah pihak berperkara menerima slip bank yang telah divalidasi dari
petugas layanan bank, pihak berperkara menunjukkan slip bank tersebut dan
menyerahkan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kepada pemegang kas.
8) Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian menyerahkan kembali
kepada pihak berperkara. Pemegang kas kemudian memberi tanda lunas
dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan menyerahkan kembali
kepada pihak berperkara asli dan tindasan pertama Surat Kuasa Untuk
Membayar (SKUM) serta surat gugatan atau permohonan yang
bersangkutan.
9) Pihak berperkara menyerahkan kepada petugas Meja Kedua surat gugatan
atau permohonan sebanyak jumlah tergugat ditambah 2 (dua) rangkap serta
tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
10) Petugas Meja Kedua mendaftar/ mencatat surat gugatan atau permohonan
dalam register bersangkutan serta memberi nomor register pada surat
gugatan atau permohonan tersebut yang diambil dari nomor pendaftaran
yang diberikan oleh pemegang kas.
11) Petugas Meja Kedua menyerahkan kembali 1 (satu) rangkap surat gugatan
atau permohonan yang telah diberi nomor register kepada pihak berperkara.
12) Pihak/ pihak-pihak berperkara akan dipanggil oleh jurusita/ jurusita
pengganti untuk menghadap ke persidangan setelah ditetapkan Susunan
Majelis Hakim (PMH) dan hari sidang pemeriksaan perkaranya (PHS).
5. Kompetensi Absolut dan Relatif
Jawaban
Kompetensi relatif berhubungan dengan kewenangan pengadilan untuk mengadili
suatu perkara sesuai dengan wilayah hukumnya. Sedangkan kompetensi absolut
adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara menurut obyek, materi
atau pokok sengketa. Dalam hal ini kompetensi relative memishkan kewenagan
pengadilan untuk menyelesaikan perkara berdasarkan yurisdiksi wilayah misalnya
pengadilan agama makassar , pengadilan agama curup dan lain sebagainya Adapun
kopetensi abslut memisahkan berdasarkan objeknya mislanya dalam pengadilan acara
perdata yang hanya memutus objek sengketa terkait perdata , hal ini tentunya berbeda
dengan PTUN dan pengadilan lainnya yang masing-masing memiliki objek tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai