lantang dan berani menyuarakan ketidakadilan Munir Said Thalib atau yang biasa kita kenal sebagai Munir, lahir di Malang pada 8 Desember 1965 dari pasangan Said Thalib dan Jamilah. Pria keturunan Arab ini kemudian menjadi pejuang HAM yang tanpa kenal lelah melawan praktek otoritarian dan militeristik ketika itu. Banyak kasus-kasus pelanggaran HAM lain yang menjadi perhatian serius Munir. Di antara kasus- kasus tersebut adalah Tragedi Trisakti, Kerusuhan Mei, Semanggi, Talangsari Lampung, Timur Leste, Papua, Aceh, Ambon, Poso dan lainnya. Perjuangannya itu tentu tidak dilaluinya dengan mulus. Ia seringkali mendapat ancaman dan kekerasan. Bahkan, rumahnya di Batu, Malang pernah dipasangi bom oleh orang tak dikenal. Munir mengawali karier dalam kasus-kasus pembelaan HAM dengan menjadi relawan di LBH Surabaya pada 1989 hingga akhirnya menjadi Direktur LBH Semarang di tahun 1996. Munir kemudian menduduki berbagai jabatan di YLBHI hingga mendirikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS). Jabatan terakhir dirinya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau HAM Indonesia Imparsial. dinobatkan menjadi As Leader for the Millennium dari Asia Week di tahun 2000, dan An Honourable Mention of the 2000 UNESCO Madanjeet Singh Prize atas usahanya dalam mempromosikan toleransi dan Anti Kekerasan.