PENDAHULUAN
1
LatarBelakang
Menurut Wikipedia Munir Said Thalib merupakan seorang aktivis dan
pejuang HAM Indonesia. Ia dihormati oleh para aktivitis, LSM ( Lembaga
Swadaya Masyarakat ) , hingga dunia internasional.
Tanggal 16 April 1996, Munir mendiriikan Komosi untuk Orang
Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) serta menjadi Koordinator Badan
Pekerja di LSM ini. Di lembaga ini lah nama Munir mulai bersinar, saat dia
melakukan advokasi terhadap para aktifis yang menjadi korban penculikan
rejim penguasa Soeharto. Perjuangan Munir tentunya tak luput dari berbagai
teror berupa ancaman kekerasan dan pembunuhan terhadap diri dan
keluarganya.Usai kepengurusannya di KontraS, Munir ikut mendirikan
Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia, Imparsial, di mana ia
menjabat sebagai Direktur Eksekutif.
Saat menjabat Koordinator KontraS namanya sangat melambung
sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu.
Ketika itu dia membela para aktifis yang menjadi korban penculikan Tim
Mawar dari Kopassus yang dipimpin oleh Prabowo Subianto ( Ketum
GERINDRA ). Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan
pencopoton Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan di adilinya para
anggota Tim Mawar.
Atas perjuangan Munir yang tidak kenal lelah, ia pun memperoleh
"The Right Livelihood Award" di Swedia pada tahun 2000, Sebuah
penghargaan prestisius yang disebut juga sebagai Nobel alternatif dari
Yayasan The Right Livelihood Award Jacob von Uexkull, Stockholm,
Swedia di bidang pemajuan Hak Asasi Manusia dan Kontrol sipil terhadap
Militer di Indonesia. Sebelumnya, Majalah Asia Week juga menobatkannya
menjadi salah seorang dari 20 pemimpin politik muda Asia pada tahun 1999
dan Man of The Year versi Majalah Ummat pada tahun 1998.
BAB 2
Pembahasan
2.1
BIOGRAFI
Munir begitulah ia sering disapa, Seorang pria sederhana yang
bersahaja. Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara Said Thalib dan
Jamilah. Ia adalah seorang tokoh, seorang pejuang sejati, seorang
pembela HAM di Indonesia. Pria kelahiran Malang, 8 Desember 1964 ini
adalah seorang aktivis muslim ekstrim yang kemudian beralih menjadi
seorang Munir yang menjunjung tinggi toleransi, menghormati nilai-nilai
kemanusiaan, anti kekerasan dan berjuang tanpa kenal lelah dalam melawan
praktik-praktik otoritarian serta militeristik. Ia adalah seorang aktivis yang
sangat aktif memperjuangkan hak orang yang tertindas. Selama hidupnya ia
berkomitmen untuk membela siapa saja yang haknya terdzalimi.
2.2
Munir wafat pada tanggal 7 September 2004, di pesawat Garuda GA974 kursi 40 G dalam sebuah penerbangan menuju Amsterdam, Belanda.
Perjalanan itu adalah sebuah perjalanan untuk melanjutkan study-nya ke
Universitas Utrecht. Ia dibunuh dengan menggunakan racun arsenik yang
yang ditaruh ke makanannya oleh Pollycarpus Budihari Priyanto.
Pollycarpus adalah seorang pilot Garuda yang waktu itu sedang cuti.
Dan pada saat keberangkatan Munir ke Belanda, secara kontroversial
ia diangkat sebagai corporate security oleh Dirut Garuda. Sampai sekarang,
kematian seorang Munir, sang Pahlawan orang Hilang, sang pendekar HAM
ini masih sebuah misteri. Jenazahnya dimakamkan di taman makam umum
kota Batu. Ia meninggalkan seorang istri bernama Suciwati dan dua orang
anak, yaitu Sultan Alif Allende dan Diva. Sejak tahun 2005, tanggal
kematian Munir, 7 September, oleh para aktivis HAM dicanangkan sebagai
Hari Pembela HAM Indonesia .
Untuk memperingati satu tahun kepergian Munir, diluncurkan film
dokumenter karya Ratrikala Bhre Aditya dengan judul Bunga Dibakar di
Goethe-Institut, Jakarta Pusat, 8 September 2005.
Film ini menceritakan perjalanan hidup Munir sebagai seorang suami,
ayah, dan teman. Munir digambarkan sosok yang suka bercanda dan sangat
mencintai istri dan kedua anaknya. Masa kecil Munir yang suka berkelahi
layaknya anak-anak lain dan tidak pernah menjadi juara kelas juga
ditampilkan. Munir dibunuh di era demokrasi dan keterbukaan serta harapan
akan hadirnya sebuah Indonesia yang dia cita-citakan mulai berkembang.
Semangat inilah yang ingin diungkapkan lewat film ini.
Sebuah film dokumenter lain juga telah dibuat, berjudul Garuda's
Deadly Upgrade hasil kerja sama antara Dateline (SBS TV Australia) dan
Off Stream Productions.Pada peringatan tahun kedua, 7 September 2006, di
Tugu Proklamasi diluncurkan film dokumenter berjudul "His Strory". Film
ini bercerita tentang proses persidangan Pollycarpus dan fakta-fakta yang
terungkap di pengadilan, dan sejak 2005, tanggal kematian Munir 7
6
September, oleh para aktivis HAM dicanangkan sebagai Hari Pembela HAM
Indonesia.
2.4
Penghargaan
2.5
Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin
melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang
bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir
bolak balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor
kondisi Munir.
Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang
kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya. Penerbangan
menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum
mendarat 7 September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di bandara
Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia.
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi
Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa
arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia.
Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang
menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya.
Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis
14 tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim
menyatakan bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti,
menaruh arsenik di makanan Munir, karena dia ingin mendiamkan
pengkritik pemerintah tersebut.
Hakim Cicut Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan
Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang
terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.
Selain itu Presiden Susilo juga membentuk tim investigasi independen,
namun hasil penyelidikan tim tersebut tidak pernah diterbitkan ke publik.
BAB 3
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Munir adalah seorang aktivis HAM yang menjunjung tinggi toleransi,
menghormati nilai-nilai kemanusiaan, anti kekerasan dan berjuang tanpa
kenal lelah dalam melawan praktik-praktik otoritarian serta militeristik.Ia
juga seorang aktivis yang sangat aktif memperjuangkan hak-hak orang
tertindas. Selama hidupnya ia selalu berkomitmen untuk selalu membela
siapa saja yang haknya terdzalimi.
Munir juga menyelesaikan beberapa kasus yaitu seperti : kasus Araujo
dalam tuduhan pemisahan Timor Timur dari Indonesia di tahun 1992,
Penasehat Hukum Kasus Marsinah di tahun 1994, Penasehat Hukum George
Junus Adit jondro di tahun 1994, pensehat hukum kasus hilangnya 24 aktivis
dan mahasiswa di Jakarta tahun 1997-1998, Penasehat hukum kasus
pembunuhan terhadap masyarakat sipil di TanjungPriok, kasus penembakan
mahasiswa di Semanggi pada Tragedi Semanggi I dan II, penggagas Komisi
Perdamaian dan Rekonsiliasi di Maluku dan masih banyak lagi.
Sosok Munir yang pemberani dan tangguh dalam meneriakan
kebenaran membuatnya diganjar beragam penghargaan baik dalam maupun
luar negeri seperti : Munir dinobatkan sebagai Man of The Year (1998) versi
Majalah Ummah, Penghargaan Pin Emas sebagai Lulusan Unibraw dan Satu
dari 100 Tokoh Indonesia Abad XX versi Majalah Forum Keadilan. di luar
negeri, dirinya mendapat penghargaan The Right Livelihood Award
(Alternative Nobel Prizes) untuk promosi HAM dan kontrol sipil atas
militer, dinobatkan menjadi As Leader for the Millennium dari Asia Week di
tahun 2000, dan An Honourable Mention of the 2000 UNESCO Madanjeet
Singh Prize atas usahanya dalam mempromosikan toleransi dan Anti
Kekerasan.
Munir wafat pada tanggal 7 September 2004, di pesawat Garuda GA974 kursi 40 G dalam sebuah penerbangan menuju Amsterdam, Belanda.
Perjalanan itu adalah sebuah perjalanan untuk melanjutkan study-nya ke
Universitas Utrecht. Ia dibunuh dengan menggunakan racun arsenik yang
yang ditaruh ke makanannya oleh Pollycarpus Budihari Priyanto.
Pollycarpus adalah seorang pilot Garuda yang waktu itu sedang cuti.
10