Anggota Kelompok :
1. Adam Nugroho Karto
2. Irvan Seprianta
3. M. Rifky Fahrezy
4. Siti Aisyah Nazua
5. Wahyudin
Kasus Pembunuhan Munir
(Adam Nugroho Karto)
B. Motif Pembunuhan
Motif pembunuhan aktivis hak asasi manusia, Munir Said Thalid, pada 7 September
2004 masih misterius hingga kini. Ada dugaan Munir dibunuh karena memegang data
penting seputar pelanggaran hak asasi manusia yang di lakukan oleh Indonesia seperti
pembantaian di Talang Sari, Lampung, pada 1989, penculikan aktivis 1998, referendum
Timor Timur, hingga kampanye hitam pemilihan presiden 2004.
Motif pembunuhan juga dikaitkan dengan pemberantasan terorisme yang pada 2004
menjadi agenda nasional. Indonesia menjadi bagian “War on Terror” yang dicetuskan
Amerika Serikat setelah serangan 11 September 2001. Munir kerap mempertanyakan
metode Detasemen Antiteror dan BIN menangkap para pelaku teror tanpa
mempertimbangkan hak asasi.
D. Siapakah Pelakunya?
19 Maret 2005, setengah tahun setelah kasus tersebut, tim penyidik Mabes Polri baru
menetapkan Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai tersangka dan menahannya di
Rumah Tahanan Mabes Polri. Selanjutnya, aktor lapangan yang dihukum berdasarkan
putusan pengadilan adalah pilot Garuda Indonesia, Pollycarpus Budihari Priyanto,
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Indra Setiawan, dan Sekretaris Chief Pilot Airbus
330 PT Garuda Indonesia Rohainil Aini. Kejaksaan juga mendakwa mantan Deputi V
Badan Intelijen Negara Muchdi Purwopranjono sebagai penganjur dalam pembunuhan
Munir. Akan tetapi, majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonisnya
bebas. Mahkamah Agung menguatkan putusan itu.
26 Desember 2006, terpidana dua tahun penjara Pollycarpus Budihari Priyanto
dibebaskan pada 25 Desember 2006. Ia harusnya baru bebas 19 Maret 2007, tetapi ia
mendapat dua kali remisi, remisi Natal selama satu bulan dan remisi umum susulan
selama dua bulan. Istri almarhum Munir, Suciwati dan Usman Hamid dari Komite Aksi
Solidaritas untuk Munir kecewa dengan keputusan ini. Mereka mempertanyakan
kebijakan pemberian remisi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat itu. Mereka
menilai Presiden sangat tidak peka terhadap rasa keadilan masyarakat sekaligus
memicu pertanyaan terhadap komitmen pemerintah menangani kasus ini.
B. Motif Kasus
Marsinah dibunuh karena mengancam membocorkan kegiatan ilegal perusahaan
pemalsu arloji merek terkenal namun saat polisi menggrebek perusahaan tersebut tidak
terbukti adanya pemalsuan produk, malahan perusahaan ini dipercaya mengerjakan
order dari beberapa instansi militer. Sampai saat ini motif pembunuhan Marsinah belum
diketahui dengan pasti.
B. Motif pembunuhan
Majelis Hakim mengungkapkan motif kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, terjadi
karena Terdakwa Jessica Kumala Wongso menyimpan rasa sakit hati dan iri melihat
kehidupan Mirna yang bahagia, Rasa kecewa makin menumpuk saat Jessica tidak
diundang ke pernikahan Mirna dengan Arief Soemarko di Bali pada tanggal 28
November 2015.
D. Siapakah Pelakunya
Setelah melakukan penyelidikan mendalam, termasuk melihat rekaman kamera CCTV,
memeriksa Jessica, Hani, keluarga Mirna, dan pegawai kafe Olivier sebagai saksi, polisi
pun menetapkan tersangka. Jessica ditetapkan sebagai tersangka pada 29 Januari
2016 karena diduga menaruh racun sianida dalam kopi yang ia pesan untuk Mirna.
Pada 16 Februari 2016, pihak Jessica mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, namun gugatan tersebut ditolak dengan alasan salah alamat.
Persidangan kasus tersebut untuk pertama kalinya digelar pada 15 Juni 2016. Butuh 32
kali persidangan sebelum akhirnya hakim memutuskan Jessica bersalah dan dihukum
20 tahun penjara pada 27 Oktober 2016.
Sejumlah kriminolog menilai kasus kematian Mirna sebagai kasus yang pelik karena
tidak ditemukan bukti yang secara langsung menunjukkan bahwa Jessica lah yang
membunuh Mirna. Tidak diketahui apakah Jessica benar-benar menaruh sianida ke
dalam minuman Mirna. Adapun CCTV Kafe Olivier hanya merekam kegiatan Jessica
memindahkan gelas kopi Mirna sebanyak dua kali dan seperti sedang mengambil
sesuatu dari tasnya.
Guru Besar Sosiologi Hukum FISIP Universitas Indonesia, Bambang Widodo Umar,
mengatakan polisi hanya mengedepankan alat bukti berupa keterangan dari beberapa
pihak yang saling kait-mengait. Sementara alat bukti yang secara langsung
menunjukkan bahwa Jessica adalah pelakunya dinilai masih kurang.
B. Motif Pembunuhan
Pembunuhan ini sudah direncanakan jauh hari. Motifnya adalah harta warisan yang
diwasiatkan oleh Douglas kepada Angeline. Sayangnya dia tak memegang surat wasiat
tersebut. Karena sebenarnya yang terjadi, tugas Margriet waktu itu hanya membunuh
Angeline saja.
Setelah Angeline dibunuh, mereka berniat menghapuskan jejak kematian Angeline
dengan cara dihilangkan. "Angeline itu memang sengaja dihilangkan. Terbukti sekarang
Margriet tersangka utama," kata Ipung.
D. Siapakah pelakunya
Kematian bocah kelas II SD 12 Sanur, Denpasar, Engeline Margriet Megawe. Engeline
dibunuh ibu angkat dan pembantunya
Dari hasil penyelidikan kepolisian diketahui, pelaku pembunuhan bocah malang itu
adalah ibu angkatnya yaitu Margriet Megawe dibantu mantan pembantunya Agus Tay.
Ibu angkat Angeline, Margriet dijadikan tersangka dalam kasus pembunuhan sadis
tersebut. Margriet melakukan kekerasan hingga menyebabkan Angeline
menghembuskan nafas terakhir.
"Hasil Otopsi Ahli Kedokteran Forensik RS Sanglah Denpasar menjelaskan bahwa
penyebab kematian Angeline akibat kekerasan pada bagian belakang kepala korban,"
kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
B. Motif Pembantaian
Dua pekan setelah itu, pagi 12 November 1991, tepat hari ini 27 tahun lalu, Pastur
Alberto Ricardo memimpin misa arwah untuk memperingati kematian Gomez di gereja
Moteal Dili. Misa diikuti ribuan umat Katolik Timor Leste. Ketika misa usai pukul 07.00
waktu setempat, sekitar lima ratusan orang keluar gereja sembari membentangkan
spanduk bergambar Xanana Gusmao, pemimpin gerakan pro-kemerdekaan Timor
Leste. Sambil terus berjalan mereka memekikkan “Timor Leste! Timor Leste! Timor
Leste!”. Iringan pengunjuk rasa itu berjalan sekitar 4 kilometer menuju pemakaman
Santa Cruz, tempat Gomez dimakamkan.
Tentara Indonesia telah bersiaga yang terdiri dari pasukan Kompi A Brimob 5485,
Kompi A dan Kompi D Batalion 303, dan kompi campuran—dengan pakaian preman
yang dibentuk pada malam sebelumnya. Selain itu Batalion 744 dan personil dari Kodim
1627 juga berada di sana. Saat itulah, seperti terlihat dari rekaman video jurnalis Inggris
Max Stahl, suasana menjadi kacau. Sirine dan suara letusan tembakan memekik
telinga. Para demonstran lari tunggang-langgang. Sementara yang lain mencari
persembunyian di antara nisan-nisan Santa Cruz.
D. Siapakah Pelakunya
Tentara Indonesia berkali-kali terbukti melakukan kekerasan massal di berbagai tempat
seperti Quelicai, Lacluta, dan Kraras, lalu politikus dan perwira Indonesia selalu
mengeluarkan pernyataan yang membenarkan tindak kekerasan ABRI. Dua hari
setelah peristiwa ini, Try Sutrisno, Panglima ABRI, mengatakan, "Tentara tidak bisa
diremehkan. Pada akhirnya kami harus menembak mereka. Perusuh seperti ini harus
ditembak, dan mereka pasti kami tembak." Kesimpulannya bahwa pelaku di balik
pembantaian ini yaitu TNI AD dan ABRI.