Anda di halaman 1dari 14

Tugas Kelompok PKN

Anggota Kelompok :
1. Adam Nugroho Karto
2. Irvan Seprianta
3. M. Rifky Fahrezy
4. Siti Aisyah Nazua
5. Wahyudin
Kasus Pembunuhan Munir
(Adam Nugroho Karto)

A. Siapakah Munir? Dan Penyebab di Bunuh


Munir Said Thalib, S.H. adalah seorang aktivis hak asasi manusia Indonesia. Ia
merupakan salah satu pendiri lembaga swadaya masyarakat Komisi untuk Orang
Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan Imparsial. Pada saat
menumpangi Garuda Indonesia Penerbangan
974 dari Jakarta menuju Amsterdam pada bulan September 2004, ia dibunuh dengan
cara diracuni minumannya menggunakan arsenik.

B. Motif Pembunuhan
Motif pembunuhan aktivis hak asasi manusia, Munir Said Thalid, pada 7 September
2004 masih misterius hingga kini. Ada dugaan Munir dibunuh karena memegang data
penting seputar pelanggaran hak asasi manusia yang di lakukan oleh Indonesia seperti
pembantaian di Talang Sari, Lampung, pada 1989, penculikan aktivis 1998, referendum
Timor Timur, hingga kampanye hitam pemilihan presiden 2004.
Motif pembunuhan juga dikaitkan dengan pemberantasan terorisme yang pada 2004
menjadi agenda nasional. Indonesia menjadi bagian “War on Terror” yang dicetuskan
Amerika Serikat setelah serangan 11 September 2001. Munir kerap mempertanyakan
metode Detasemen Antiteror dan BIN menangkap para pelaku teror tanpa
mempertimbangkan hak asasi.

C. Seperti Apa Kasusnya


Pada Senin, 6 September 2004 pukul 21.55 WIB pesawat dengan nomor penerbangan
GA-974 lepas landas dari Jakarta menuju Belanda. Dengan menaiki pesawat tersebut,
Munir berencana melanjutkan pendidikannya ke Amsterdam, Belanda. Pesawat itu
sempat transit di Bandara Changi, Singapura. Dalam perjalanan menuju Amsterdam,
tiba-tiba Munir merasa sakit perut setelah meminum segelas jus jeruk.
Munir sempat diduga sakit sebelum mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul
08.10 waktu setempat, dua jam sebelum mendarat di Bandara Schiphol, Amsterdam.
Menurut kesaksian, setelah pesawat lepas landas dari transitnya di Bandara Changi,
Munir sempat beberapa kali ke toilet dan terlihat seperti orang sakit. Dia mendapat
pertolongan dari penumpang lain yang berprofesi sebagai dokter. Munir pun
dipindahkan ke sebelah bangku dokter dan mendapat perawatan. Tak lama, Munir
dinyatakan meninggal pada ketinggian 40.000 kaki di atas tanah Rumania.
Saat pesawat GA-974 mendarat di Belanda, penumpang tak dibolehkan turun, sesuai
prosedur otoritas bandara saat ada penumpang meninggal di dalam pesawat. Setelah
menjalani pemeriksaan selama 20 menit, penumpang baru dibolehkan turun. Jenazah
Munir diturunkan dan dalam pengurusan otoritas bandara. Proses otopsi dilakukan
untuk mencari tahu penyebab tewasnya penerima berbagai penghargaan terkait HAM
di Indonesia itu.
Saat pesawat GA-974 mendarat di Belanda, penumpang tak dibolehkan turun, sesuai
prosedur otoritas bandara saat ada penumpang meninggal di dalam pesawat. Setelah
menjalani pemeriksaan selama 20 menit, penumpang baru dibolehkan turun. Jenazah
Munir diturunkan dan dalam pengurusan otoritas bandara. Proses otopsi dilakukan
untuk mencari tahu penyebab tewasnya penerima berbagai penghargaan terkait HAM
di Indonesia itu.

D. Siapakah Pelakunya?
19 Maret 2005, setengah tahun setelah kasus tersebut, tim penyidik Mabes Polri baru
menetapkan Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai tersangka dan menahannya di
Rumah Tahanan Mabes Polri. Selanjutnya, aktor lapangan yang dihukum berdasarkan
putusan pengadilan adalah pilot Garuda Indonesia, Pollycarpus Budihari Priyanto,
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Indra Setiawan, dan Sekretaris Chief Pilot Airbus
330 PT Garuda Indonesia Rohainil Aini. Kejaksaan juga mendakwa mantan Deputi V
Badan Intelijen Negara Muchdi Purwopranjono sebagai penganjur dalam pembunuhan
Munir. Akan tetapi, majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonisnya
bebas. Mahkamah Agung menguatkan putusan itu.
26 Desember 2006, terpidana dua tahun penjara Pollycarpus Budihari Priyanto
dibebaskan pada 25 Desember 2006. Ia harusnya baru bebas 19 Maret 2007, tetapi ia
mendapat dua kali remisi, remisi Natal selama satu bulan dan remisi umum susulan
selama dua bulan. Istri almarhum Munir, Suciwati dan Usman Hamid dari Komite Aksi
Solidaritas untuk Munir kecewa dengan keputusan ini. Mereka mempertanyakan
kebijakan pemberian remisi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat itu. Mereka
menilai Presiden sangat tidak peka terhadap rasa keadilan masyarakat sekaligus
memicu pertanyaan terhadap komitmen pemerintah menangani kasus ini.

E. Bentuk Kasus yang di Analisis


Bentuk Kasus ini yaitu Pembunuhan Berencana. Munir dibunuh di dalam pesawat saat
terbang dari Jakarta ke Belanda dengan racun jenis arsenik. Racun Arsenik ini
dimasukkan ke dalam minuman jus jeruk yang akan di minum Munir.

F. \Sifat Kasus yang di Analisis (Pelanggaran HAM Berat atau Ringan)


Komite Aksi Solidaritas untuk Munir dan perwakilan 11 organisasi mendatangi Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia guna menyerahkan Legal Opinion kasus Munir. Mereka
menjadikan status kasus ini diubah menjadi pelanggaran HAM berat.
Kasus Pembunuhan Marsinah
(Rifky Fahrezy)

A. Siapakah Marsinah? Dan Penyebabnya di Bunuh


Marsinah (10 April 1969 – 8 Mei 1993) adalah seorang aktivis dan buruh pabrik pada
masa Orde Baru, bekerja pada PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa
Timur yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993, setelah
menghilang selama tiga hari. Pembunuhan Marsinah adalah salah satu kasus
pelanggaran HAM berat yang pernah terjadi di Indonesia. Faktor yang menjadi
penyebab pembunuhan terhadap Marsinah diduga karena ia aktif dan terlibat dalam
aksi unjuk rasa yang menuntut agar PT. Catur Putera Perkasa menaikkan gaji buruh
sebanyak 20%.
Marsinah sendiri, selain aktif sebagai pekerja di PT. Catur Putera Perkasa, ia juga
diketahui aktif sebagai pejuang hak para buruh. Diduga, aktifitas Marsinah ini membuat
resah sejumlah pihak sehingga mengambil tindakan penculikan dan penghilangan
nyawa atas Marsinah. Sampai saat ini, kasus pelanggaran HAM penghilangan nyawa
Marsinah ini belum mendapat titik terang karena semua terdakwa sudah dibebaskan
secara murni.

B. Motif Kasus
Marsinah dibunuh karena mengancam membocorkan kegiatan ilegal perusahaan
pemalsu arloji merek terkenal namun saat polisi menggrebek perusahaan tersebut tidak
terbukti adanya pemalsuan produk, malahan perusahaan ini dipercaya mengerjakan
order dari beberapa instansi militer. Sampai saat ini motif pembunuhan Marsinah belum
diketahui dengan pasti.

C. Seperti Apa Kasusnya


Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putra Surya yang aktif dalam aksi
unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain
terlibat dalam rapat yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di
Tanggulangin, Sidoarjo.
3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon Militer
(Koramil) setempat turun tangan mencegah aksi buruh.
4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk
perusahaan harus menaikkan upah pokok dari Rp1.700 per hari menjadi Rp2.250.
Tunjangan tetap Rp550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh
buruh yang absen.
Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya
dalam kegiatan unjuk rasa dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah
seorang dari 15 orang perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan
pihak perusahaan.
Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk
rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa
mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan
mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim
Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil
pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap.
Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai
akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.

D. Pelaku dalam kasus


Sampai saat ini, kasus pelanggaran HAM penghilangan nyawa Marsinah ini belum
mendapat titik terang karena semua terdakwa sudah dibebaskan secara murni.

E. Bentuk dan Sifat kasus


Terdapat unsur penyiksaan dan pembunuhan secara sewenang wenang diluar
keputusan pengadilan dengan demikian kasus tersebut tergolong patut dianggap
kejahatan kemanusiaan yang diakui oleh peraturan hukum indonesia sebagai
pelanggaran hukum berat
Kasus pembunuhan Marsinah merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat,
karena telah melanggar hak hidup seorang manusia. Dan juga karena sudah melanggar
dari unsur penyiksaan dan pembunuhan sewenang-wenang di luar putusan pengadilan
terpenuhi.
Kasus Pembunuhan Mirna Salihin
(Irvan Seprianta)

A. Siapakah Mirna Salihin?, Dan penyebabnya di bunuh


Wayan Mirna Salihin adalah seorang desainer grafis yang namanya dikenal publik
Indonesia karena menjadi korban dari pembunuhan yang diduga menggunakan sianida.
Ia merupakan putri dari pengusaha Edi Darmawan Salihin dan Ni Ketut Sianty dan
memiliki saudara kembar bernama Sendy Salihin. Setelah merampungkan studi Jubilee
School Jakarta, Mirna kemudian pindah untuk melanjutkan studinya dan bekerja di
Australia sejak tahun 2005. Ia tercatat telah menikah dengan Arief Soemarko di Bali
pada November 2015.
Pada 6 Januari 2016, ia diketahui bertemu dengan sejumlah temannya salah satunya
adalah Jessica Kumala Wongso. Jessica dan Mirna berasal dari keluarga menengah ke
atas, tak heran keduanya juga pernah menimba ilmu di Australia. Mirna pernah bekerja
di perusahaan yang bergerak di bidang desain, Misca Design dan Monette Gifts &
Favors. yang kemudian Jessica menjadi tersangka utama dalam kasus di sebuah kafe
di Grand Indonesia.

B. Motif pembunuhan
Majelis Hakim mengungkapkan motif kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, terjadi
karena Terdakwa Jessica Kumala Wongso menyimpan rasa sakit hati dan iri melihat
kehidupan Mirna yang bahagia, Rasa kecewa makin menumpuk saat Jessica tidak
diundang ke pernikahan Mirna dengan Arief Soemarko di Bali pada tanggal 28
November 2015.

C. Seperti apa kasusnya


Pada 6 Januari 2016, Mirna, Jessica dan seorang teman lainnya bernama Hani Boon
Juwita berjanji untuk bertemu di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat.
Sebelum pertemuan ini, Jessica sudah pernah bertemu Mirna pada tanggal 8
Desember 2015 di sebuah restoran di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saat itu Mirna
yang ditemani Arief (suami Mirna) menraktir Jessica makan dan minum kopi. Pada
Pertemuan jamuan makan malam tersebut membuat pikiran terdakwa Jessica tersayat-
sayat, iri hati melihat kebahagiaan pernikahan Mirna dengan Arief, apalagi Jessica yang
mengalami depresi dan beberapa kali ingin mencoba bunuh diri sejak November tahun
2015, dikarenakan permasalahan cinta. Dugaan inilah yang menjadi dasar kasus
pembunuhan terjadi
Pada Hari pertemuan ke 2, Jessica yang tiba di lokasi lebih dulu, memesan tiga
minuman. Satu es kopi vietnam untuk Mirna dan dua cocktail untuk dirinya dan Hani.
Mirna meninggal karena meminum kopi Vietnam yang konon telah dicampur dengan
sianida oleh Jessica Kumala Wongso.
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, Mirna mengalami kejang-kejang beberapa
saat setelah dirinya meminum kopi yang sebelumnya dipesan oleh Jessica sebelum
Mirna hadir di tempat tersebut. Ia kemudian pingsan dan dilarikan klinik mal Grand
Indonesia sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Abdi Waluyo; Mirna lantas dinyatakan
meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit tersebut.
Setelah dilakukan otopsi, diketahui ada perdarahan pada lambung Mirna sebagai akibat
masuknya zat korosif yang kemudian diidentifikasi sebagai sianida. Sianida juga
ditemukan oleh Puslabfor Polri di sampel kopi yang diminum oleh Mirna. Berdasarkan
hasil olah TKP, pemeriksaan saksi, dan hasil otopsi polisi menetapkan Jessica Kumala
Wongso sebagai tersangka. Jessica dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana.

D. Siapakah Pelakunya
Setelah melakukan penyelidikan mendalam, termasuk melihat rekaman kamera CCTV,
memeriksa Jessica, Hani, keluarga Mirna, dan pegawai kafe Olivier sebagai saksi, polisi
pun menetapkan tersangka. Jessica ditetapkan sebagai tersangka pada 29 Januari
2016 karena diduga menaruh racun sianida dalam kopi yang ia pesan untuk Mirna.
Pada 16 Februari 2016, pihak Jessica mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, namun gugatan tersebut ditolak dengan alasan salah alamat.
Persidangan kasus tersebut untuk pertama kalinya digelar pada 15 Juni 2016. Butuh 32
kali persidangan sebelum akhirnya hakim memutuskan Jessica bersalah dan dihukum
20 tahun penjara pada 27 Oktober 2016.
Sejumlah kriminolog menilai kasus kematian Mirna sebagai kasus yang pelik karena
tidak ditemukan bukti yang secara langsung menunjukkan bahwa Jessica lah yang
membunuh Mirna. Tidak diketahui apakah Jessica benar-benar menaruh sianida ke
dalam minuman Mirna. Adapun CCTV Kafe Olivier hanya merekam kegiatan Jessica
memindahkan gelas kopi Mirna sebanyak dua kali dan seperti sedang mengambil
sesuatu dari tasnya.
Guru Besar Sosiologi Hukum FISIP Universitas Indonesia, Bambang Widodo Umar,
mengatakan polisi hanya mengedepankan alat bukti berupa keterangan dari beberapa
pihak yang saling kait-mengait. Sementara alat bukti yang secara langsung
menunjukkan bahwa Jessica adalah pelakunya dinilai masih kurang.

E. Bentuk dan sifat kasus yang di analisis


Jessica benar-benar dinyatakan sebagai tersangka pada akhir Januari 2016, sebelum
akhirnya divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 27 Oktober 2016,
lalu. Jessica dijatuhi hukuman kurungan penjara selama 20 tahun dalam dakwaan
pembunuhan berencana. Sampai sekarang, Jessica masih dipenjara di Rutan Pondok
Bambu, Jakarta Timur.
Kasus kematian Mirna karena racun Sianida yang diduga dilakukan oleh Jessica sangat
menyita perhatian publik enam tahun lalu. Sebab, kasus ini sarat akan misteri.
Meskipun banyak bukti yang menunjuk Jessica sebagai pelaku, tetapi tidak sedikit juga
pihak yang menduga bahwa Jessica bukanlah pelaku sebenarnya. Jessica hanyalah
wayang yang digerakkan oleh sang dalang, tetapi sampai sekarang dalang kasus ini
belum ditemukan.

Kasus Peristiwa Panial


(Wahyudin)

A. Penyebab kasus peristiwa paniai


Peristiwa pelanggaran HAM berat terjadi karena tidak adanya pengendalian yang efektif
dari komando militer, yang secara de jure dan de facto berada di bawah kekuasaan dan
pengendaliannya,” tambah Ketut. IS juga dinilai tidak mencegah atau menghentikan
perbuatan pasukannya.
Ia mengingatkan, dalam aksi pada 2014 tersebut, empat korban seluruhnya adalah
pelajar yang masih berseragam. Mereka tidak membawa senjata apapun, dan hanya
bergerak bersama ke arah lapangan Karel Gobai, Paniai, untuk berdemo. Karena itulah,
Warinussy meyakini perbuatan kekerasan bersenjata ini dilakukan tidak hanya oleh
satu orang
B. Motif kasus peristiwa paniai
Insiden Paniai terjadi pada 8 Desember 2014. Saat itu, warga sipil melakukan aksi
protes terkait pengeroyokan aparat TNI terhadap pemuda di Lapangan Karel Gobai,
Enarotali, Paniai. Peristiwa tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, yakni empat
orang meninggal dunia dan 21 orang luka-luka.
Perbuatan ini, pada saat itu juga dilakukan oleh para anggota. Berarti itu institusi secara
kemiliteran. Tetapi ini sepertinya diarahkan sebagai kasus ketidakmampuan seorang
prajurit semata-mata, dan bukan merupakan perbuatan dari institusi, katakanlah
institusi TNI yang melakukan pelanggaran HAM berat

C. Seperti apa kasus peristiwa panial


Terjadi aksi pengeroyokan yang dilakukan anggota TNI terhadap sekelompok pemuda.
Warga yang meminta penjelasan peristiwa itu, justru menjadi korban kekerasan aparat.

D. Berapa banyak korban kasus peristiwa panial


Dilaporkan sebanyak 4 orang warga sipil meninggal dunia akibat luka tembak dan
tusukan. Sedangkan 21 orang menjadi korban penganiayaan.

E. Siapa pelaku dalam peristiwa panial


Dalam kasus ini, Kejagung menetapkan seorang tersangka berinisial IS yang
merupakan purnawirawan TNI. Dia diduga terlibat dalam peristiwa Paniai pada 2014.

F. Bentuk dan Sifat Kasus yang di Analisis


Pengeroyokan yang dilakukan anggota TNI terhadap sekelompok pemuda. Warga yang
meminta penjelasan peristiwa itu, justru menjadi korban kekerasan aparat. Setidaknya
empat warga dinyatakan tewas akibat tembakan, serta 21 warga terluka.
Kasus Paniai kami simpulkan masuk dalam pelanggaran HAM Berat karena ditandai
dengan terjadinya kejahatan kemanusiaan, yaitu pembunuhan dan penganiayaan
dengan korban empat orang meninggal dan 21 luka-luka.
Kasus Pembunuhan Angeline Megawe
(Siti Aisyah Nazua)

A. Siapakah Angeline, dan penyebabnya dia di bunuh?


Angeline adalah pewaris tunggal kekayaan Margriet yang ditinggalkan suaminya,
Douglas. Hal itu terjadi karena dua anak Margriet lainnya, Yvone dan Christina, tak bisa
mewarisinya. Sebab, Yvone bukan anak Margriet dengan Douglas, tetapi dengan bapak
lainnya.

B. Motif Pembunuhan
Pembunuhan ini sudah direncanakan jauh hari. Motifnya adalah harta warisan yang
diwasiatkan oleh Douglas kepada Angeline. Sayangnya dia tak memegang surat wasiat
tersebut. Karena sebenarnya yang terjadi, tugas Margriet waktu itu hanya membunuh
Angeline saja.
Setelah Angeline dibunuh, mereka berniat menghapuskan jejak kematian Angeline
dengan cara dihilangkan. "Angeline itu memang sengaja dihilangkan. Terbukti sekarang
Margriet tersangka utama," kata Ipung.

•Peran Dua Putri


Peran Yvone dan Christina bertugas untuk melaporkan hilangnya Angeline di media
sosial. Di antaranya dengan mengajak lembaga Safe Childfoods Foundation untuk
melakukan pencarian Angeline. Karena kebetulan Yvonne menjadi salah satu relawan
di lembaga tersebut.

•Versi Keluarga Margriet


Adapun pihak keluarga Margriet masih berkukuh pada kronologi peristiwa yang
diakuinya. Pengacara Margriet, Dian Pongkor, menjelaskan kronologi yang ada pada
selebaran itu memang tidak sedetail berita acara pemeriksaan polisi. Menurut dia, sejak
Angeline dikabarkan hilang sampai ditemukan dalam keadaan meninggal, keterangan
Margriet selalu konsisten.
C. Seperti apa kasusnya
Polisi sempat kesulitan mengungkap kasus ini. Apalagi setelah Agus yang pertama kali
ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan keterangannya berubah-ubah.
Di tengah jalan, Agus malah mengaku pembunuh Angeline adalah Margriet. Hal ini
menyebabkan polisi kerja keras untuk mencari alat bukti baru. Baru pada hari ini polisi
menetapkan Margriet sebagai tersangka kasus pembunuhan.
Setelah menjatuhkan hukuman pidana penjara seumur hidup terhadap Margriet
Christina Megawe, Ketua Majelis Hakim Edward Haris Sinaga membacakan vonis
kepada terdakwa lain pembunuh Angeline, Agus Tay Handa May. Edward mengganjar
mantan pembantu Margriet itu 10 tahun penjara.
Vonis yang dijatuhkan hakim lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU)
yang menjerat Agus Tay dengan tuntutan 12 tahun penjara. Majelis hakim menganggap
Agus terbukti secara sah dan meyakinkan mengetahui adanya pembunuhan berencana
sesuai Pasal 340 KUHP juncto Pasal 56 KUHP.
Majelis hakim juga meyakini jika lelaki asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu terbukti
secara sah dan meyakinkan menyembunyikan jenazah Angeline untuk menutupi suatu
tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 181 KUHP. Namun, sejumlah faktor
membuatnya memperoleh keringanan hukuman.

D. Siapakah pelakunya
Kematian bocah kelas II SD 12 Sanur, Denpasar, Engeline Margriet Megawe. Engeline
dibunuh ibu angkat dan pembantunya
Dari hasil penyelidikan kepolisian diketahui, pelaku pembunuhan bocah malang itu
adalah ibu angkatnya yaitu Margriet Megawe dibantu mantan pembantunya Agus Tay.
Ibu angkat Angeline, Margriet dijadikan tersangka dalam kasus pembunuhan sadis
tersebut. Margriet melakukan kekerasan hingga menyebabkan Angeline
menghembuskan nafas terakhir.
"Hasil Otopsi Ahli Kedokteran Forensik RS Sanglah Denpasar menjelaskan bahwa
penyebab kematian Angeline akibat kekerasan pada bagian belakang kepala korban,"
kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.

E. Bentuk dan sifat kasus yang di analisis


Bentuk kasus adalah Pembunuhan sadis yang di karenakan harta & warisan. Kasus ini
termasuk kasus yang berat,karena terjadi pembunuhan di kasus tersebut.
Pembantaian Santa Cruz (1999)

A. Penyebab Pembantaian Santa Cruz


Pembantaian Santa Cruz (atau Pembantaian Dili) adalah peristiwa penembakan
kurang lebih 250 pengunjuk rasa pro-kemerdekaan Timor Timur di pemakaman Santa
Cruz, Dili, pada tanggal 12 November 1991, di tengah pendudukan Indonesia di Timor
Leste. Peristiwa ini diakui sebagai bagian dari genosida Timor Timur.
Pada bulan Oktober 1991, sebuah delegasi yang terdiri dari anggota
parlemen Portugal dan 12 orang wartawan dijadwalkan akan mengunjungi Timor Timur.
Para mahasiswa telah bersiap-siap menyambut kedatangan delegasi ini. Namun
rencana ini dibatalkan setelah pemerintah Indonesia mengajukan keberatan atas
rencana kehadiran Jill Joleffe sebagai anggota delegasi itu. Joleffe adalah seorang
wartawan Australia yang dipandang mendukung gerakan kemerdekaan Fretilin.
Pembatalan ini menyebabkan kekecewaan mahasiswa pro-kemerdekaan yang
berusaha mengangkat isu-isu perjuangan di Timor Timur. Kekecewaan ini
menyebabkan situasi memanas antara pihak pemerintah Indonesia dan para
mahasiswa. Puncaknya pada tanggal 28 Oktober, pecah konfrontasi antara aktivis pro-
integrasi dan kelompok pro-kemerdekaan yang pada saat itu tengah melakukan
pertemuan di gereja Motael Dili. Pada akhirnya, Afonso Henriques dari kelompok pro-
integrasi tewas dalam perkelahian dan seorang aktivis pro-kemerdekaan, Sebastião
Gomes yang ditembak mati oleh tentara Indonesia.

B. Motif Pembantaian
Dua pekan setelah itu, pagi 12 November 1991, tepat hari ini 27 tahun lalu, Pastur
Alberto Ricardo memimpin misa arwah untuk memperingati kematian Gomez di gereja
Moteal Dili. Misa diikuti ribuan umat Katolik Timor Leste. Ketika misa usai pukul 07.00
waktu setempat, sekitar lima ratusan orang keluar gereja sembari membentangkan
spanduk bergambar Xanana Gusmao, pemimpin gerakan pro-kemerdekaan Timor
Leste. Sambil terus berjalan mereka memekikkan “Timor Leste! Timor Leste! Timor
Leste!”. Iringan pengunjuk rasa itu berjalan sekitar 4 kilometer menuju pemakaman
Santa Cruz, tempat Gomez dimakamkan.
Tentara Indonesia telah bersiaga yang terdiri dari pasukan Kompi A Brimob 5485,
Kompi A dan Kompi D Batalion 303, dan kompi campuran—dengan pakaian preman
yang dibentuk pada malam sebelumnya. Selain itu Batalion 744 dan personil dari Kodim
1627 juga berada di sana. Saat itulah, seperti terlihat dari rekaman video jurnalis Inggris
Max Stahl, suasana menjadi kacau. Sirine dan suara letusan tembakan memekik
telinga. Para demonstran lari tunggang-langgang. Sementara yang lain mencari
persembunyian di antara nisan-nisan Santa Cruz.

C. Seperti Apa Kasusnya


Tentara Indonesia menembaki massa dengan membabi buta diikuti berondongan
senapan otomatis selama beberapa menit. Tentara Indonesia menembak ke tengah
kerumunan dan membuat para aktivis pro-kemerdekaan tertembak di punggung saat
mereka berusaha melarikan diri. Tentara lainnya menendang dan menusuk korban luka
serta sejumlah orang yang bersembunyi di area pemakaman.

D. Siapakah Pelakunya
Tentara Indonesia berkali-kali terbukti melakukan kekerasan massal di berbagai tempat
seperti Quelicai, Lacluta, dan Kraras, lalu politikus dan perwira Indonesia selalu
mengeluarkan pernyataan yang membenarkan tindak kekerasan ABRI. Dua hari
setelah peristiwa ini, Try Sutrisno, Panglima ABRI, mengatakan, "Tentara tidak bisa
diremehkan. Pada akhirnya kami harus menembak mereka. Perusuh seperti ini harus
ditembak, dan mereka pasti kami tembak." Kesimpulannya bahwa pelaku di balik
pembantaian ini yaitu TNI AD dan ABRI.

E. Bentuk dan Sifat Kasus yang di Analisis


Bentuk kasus ini adalah pembantaian massal di karenakan oleh kerusuhun yang
dilakukan para demonstran. Sifat kasus ini sudah jelas sekali masuk ke pelanggaran
HAM Berat karena melakukan pembantaian massal, bahkan Indonesia sampai
mendapatkan tekanan dari Internasional.

Anda mungkin juga menyukai