Anda di halaman 1dari 3

Peristiwa 27 Juli

Penyerbuan Kantor Partai Demokrasi Indonesia tanggal 27 Juli 1996. Dalam kasus
ini 5 orang tewas, 149 orang luka-luka dan 23 orang hilang. Keputusan majelis hakim kasus
ini menetapkan 4 terdakwa dinyatakan bebeas dan 1 orang terdakwa divonis 2 bulan 10
hari. Massa mulai melempari dengan batu dan bentrok, ditambah lagi kepolisian dan
anggota TNI dan ABRI datang berserta Pansernya. Peristiwa ini disebabkan oleh para
pendukung Megawati Soekarno Putri yang menyerbu dan mengambil alih kantor DPP PDI
di Jakarta Pusat pada tanggal 27 Juli 1996. Kerusuhan meluas sampai ke jalan-jalan, massa
mulai merusak bangunan dan rambu-rambu lalu-lintas. Dikabarkan lima orang meninggal
dunia, puluhan orang (sipil maupun aparat) mengalami luka-luka dan sebagian ditahan.
Menurut Komnas Hak Asasi Manusia, dalam peristiwa ini telah terbukti terjadinya
pelanggaran HAM.

Penculikan Aktivis 1997/1998

Salah satu kasus pelanggaran HAM di Indonesia yaitu kasus penculikan aktivis
bualn April 1997- April 1999. Kasus penculikan dan penghilangan secara paksa para aktivis
pro-demokrasi, sekitar 23 aktivis pro-demokrasi diculik. Peristiwa ini terjadi menjelang
pelaksanaan PEMILU 1997 dan Sidang Umum MPR 1998. Kebanyakan aktivis yang diculik
disiksa dan menghilang, meskipun ada satu yang terbunuh. 9 aktivis dilepaskan dan 13
aktivis lainnya masih belum diketahui keberadaannya sampai kini. Banyak orang
berpendapat bahwa mereka diculik dan disiksa oleh para anggota militer/TNI. Kasus ini
pernah ditangani oleh komisi HAM.

Kasus Pembunuhan Munir

Munir Said Thalib bukan sembarang orang, dia adalah aktifis HAM yang pernah
menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Munir lahir di Malang, tanggal 8 Desember
1965. Munir pernah menangani kasus pelanggaran HAM di Indonesia seperti kasus
pembunuhan Marsinah, kasus Timor-Timur dan masih banyak lagi. Munir meninggal pada
tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia ketika ia sedang
melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Spekulasi mulai bermunculan, banyak
berita yang mengabarkan bahwa Munir meninggal di pesawat karena dibunuh, serangan
jantung bahkan diracuni. Namun, sebagian orang percaya bahwa Munir meninggal karena
diracuni dengan Arsenikum di makanan atau minumannya saat di dalam pesawat. Kasus
ini sampai sekarang masih belum ada titik jelas, bahkan kasus ini telah diajukan ke
Amnesty Internasional dan tengah diproses. Pada tahun 2005, Pollycarpus Budihari
Priyanto selaku Pilot Garuda Indonesia dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena terbukti
bahwa ia merupakan tersangka dari kasus pembunuhan Munir, karena dengan sengaja ia
menaruh Arsenik di makanan Munir dan meninggal di pesawat. Dalam kasus ini vonis
mengalami beberapa perubahan. Pada awalnya Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menetapkan vonis 14 tahun penjara, tetapi putusan kasasi MA mengatakan Pelaku tidak
terbukti membunuh. Ia hanya dihukum 2 tahun penjara atas penggunaan surat palsu.
Kemudian Tim Pengacara Munir mengajukan peninjauan kembali (PK) atas keputusan MA
tersebut, akhirnya pelaku dihukum 20 tahun dipenjara karena terbukti dan telah
meyakinkan telah melakukan pembunuhan terhadap Munir
Pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah

Marsinah merupakan salah satu buruh yang bekerja di PT. Catur Putra Surya (CPS)
yang terletak di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Masalah muncul ketika Marsinah bersama
dengan teman-teman sesama buruh dari PT. CPS menggelar unjuk rasa, mereka menuntut
untuk menaikkan upah buruh pada tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Dia aktif dalam aksi unjuk
rasa buruh. Masalah memuncak ketika Marsinah menghilang dan tidak diketahui oleh
rekannya, dan sampai akhirnya pada tanggal 8 Mei 1993 Marsinah ditemukan meninggal
dunia. Mayatnya ditemukan di sebuah hutan di Dusun Jegong, Kecamatan Wilangan,
Nganjuk, Jawa Timur dengan tanda-tanda bekas penyiksaan. Menurut hasil otopsi,
diketahui bahwa Marsinah meninggal karena penganiayaan berat.

Penembakan Mahasiswa Trisakti

Kasus penembakan mahasiswa Trisakti tanggal 12 Mei 1998. merupakan salah satu
kasus penembakan kepada para mahasiswa Trisakti yang sedang berdemonstrasi oleh
para anggota polisi dan militer. Bermula ketika mahasiswa-mahasiswa Universitas Trisakti
sedang melakukan demonstrasi setelah Indonesia mengalami Krisis Finansial Asia pada
tahun 1997 menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Peristiwa ini dikenal
dengan Tragedi Trisakti. Dikabarkan puluhan mahasiswa mengalami luka-luka, dan
sebagian meninggal dunia, yang kebanyakan meninggal karena ditembak dengan
menggunakan peluru tajam oleh anggota polisi dan militer/TNI. Kasus ini masuk dalam
daftar catatan kasus pelanggaran HAM di Indonesia, dan pernah diproses.
Kasus Bom Bali

Peristiwa bom Bali menjadi salah satu terorisme yang terbesar di Indonesia.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 2002. Sebuah bom diledakkan di kawasan Legian Kuta, Bali
oleh sekelompok jaringan teroris. Akibat peristiwa ini sebanyak 202 orang meninggal
dunia, mulai dari tulis asing hingga warga lokal yang ada disekitar lokasi. Kepanikan seoat
melanda di seluruh pnjuru Indonesia akibat peristiwa ini. Aksi bom Bali ini juga banyak
memicu tindakan terorisme dikemudian hari.

Peristiwa Tanjung Priuk

Kerusuhan Tanjung Priuk tanggal 12 September 1984. Dalam kasus ini 24 orang
tewas, 36 orang luka berat dan 19 orang luka ringan. Keputusan majelis hakim kasus ini
menetapkan 14 terdakwa seluruhnya dinyatakan bebas. Dipicu oleh warga sekitar yang
melakukan demonstrasi pada pemerintah dan aparat yang hendak melakukan
pemindahan makam keramat Mbah Priuk. Para warga yang menolak dan marah kemudian
melakukan unjuk rasa, hingga memicu bentrok antara warga dengan anggota polisi dan
TNI. Akibatnya banyak warga yang luka-luka, bahkan hingga menyebabkan kematian.

Tragedi Semanggi
Tragedi Semanggi I pada tanggal 13 November 1998. Dalam kasus ini 5 orang
tewas, kemudian terjadi lagi tragedi Semanggi II pada tanggal 24 September 1999. Yang
memakan 5 orang korban meninggal dan 217 korban luka-luka. Awal November 1998
pemerintahan transisi Indonesia mengadakan sidang istimewa untuk menentukan pemilu
berikutnya. Dan membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan.
Mahasiswa bergolak kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan BJ. Habibie
dan tidak percaya pada para anggota DPR/ MPR orde baru.

Anda mungkin juga menyukai