“PELANGGARAN HAM”
A. Pembunuhan Munir
Munir Said Thalib adalah seorang aktivis HAM yang banyak bersuara pada
zaman Orde Baru. Ia telah banyak melakukan pembelaan hukum pada
orang-orang tertindas.
Benar saja, pada tahun 2004, Munir ditemukan tewas dalam pesawat yang
sedang terbang menuju Amsterdam.
Hasil autopsi yang dilakukan oleh tim forensik Belanda menemukan adanya
senyawa arsenik dalam jasad Munir. Kuat dugaan bahwa aktivis HAM ini
sengaja diracun oleh pihak-pihak tertentu karena tidak mau berhenti
mengkritik mereka.
Kasus Munir membuat banyak aktivis menjadi was was dan lebih berhati-hati
akan keselamatan mereka saat mengkritik pemerintah atau orang-orang di
posisi kuasa lainnya.
B. Pembunuhan Massal tahun 1965
Peristiwa berdarah G30SPKI memang berakhir dengan sejumlah tanda tanya
dan mendapatkan sorotan dari berbagai pihak. Pada tahun 2012,
penyelidikan yang dilakukan oleh Komnas HAM ternyata menemukan
pelanggaran HAM yang cukup berat seusai peristiwa tersebut.
Korban dari peristiwa ini adalah anggota PKI, serta beberapa organisais
masyarakat lain yang satu jalan dengan mereka. Bahkan, banyak
masyarakat sipil yang tidak sengaja dibunuh juga karena dianggap sebagai
anggota PKI meskipun bukan.
Hal ini menyulut kemarahan para pengurus masjid dan warga sekitar karena
sangat tidak sopan. Akhirnya, mereka membakar motor dan memukuli para
bintara yang masuk tanpa izin dan tanpa melepas alas kakinya.
Menyikapi hal ini, pengurus masjid dan warga sekitar yang ikut dalam
penyerangan tersebut ditangkapi dan dijebloskan dalam penjara. Dua hari
kemudian, warga muslim Tanjung Priok melakukan demonstrasi untuk
mendukung dan meminta kebebasan teman-teman mereka.
E. Tragedi Wamena
Tragedi pelanggaran HAM juga pernah terjadi di Papua, yang sering disebut
sebagai tragedi Wamena. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 2003 pada
awal bulan April, dan berlangsung pada dini hari.
Banyak korban jiwa berjatuhan karena tragedi ini, mulai dari perampasan
paksa yang menimbulkan korban jiwa, dan pengungsian penduduk secara
paksa untuk menemukan pelaku yang masih lari.
Pada pemindahan paksa tersebut, disebutkan bahwa 42 orang meninggal
karena kelaparan, sedangkan 15 yang lain menjadi korban perampasan.
Komnas HAM yang menyelidiki kasus ini menemukan berbagai tanda bahwa
terdapat pemaksaan tanda tangan surat pernyataan, berikut juga perusakan
fasilitas umum. Bahkan di pihak Kejaksaan Agung sendiri, kasus ini masih
belum ada kemajuan karena tarik ulur antara berbagi instansi hukum.
Banyak yang menduga bahwa para aktivis diinterogasi lalu dibunuh dan
dibuang di tempat-tempat terpencil agar tidak dapat ditemukan. Ada yang
menduga bahwa mereka dimasukkan kedalam tong minyak dan diisi oleh
beton, lalu dibuang di tengah laut. Ada pula yang berasumsi bahwa jasad
mereka dibuang di hutan agar dimakan oleh hewan buas.