0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
730 tayangan11 halaman
Tragedi Trisakti pada Mei 1998 mengakibatkan kematian 4 mahasiswa setelah terjadi penembakan oleh aparat keamanan selama unjuk rasa di kampus. Kerusuhan selanjutnya meluas ke kota-kota besar lainnya akibat kemarahan masyarakat atas kebrutalan aparat. Komnas HAM menyimpulkan adanya bukti awal pelanggaran HAM berat selama tragedi tersebut, namun rekomendasinya kurang ditindak
Tragedi Trisakti pada Mei 1998 mengakibatkan kematian 4 mahasiswa setelah terjadi penembakan oleh aparat keamanan selama unjuk rasa di kampus. Kerusuhan selanjutnya meluas ke kota-kota besar lainnya akibat kemarahan masyarakat atas kebrutalan aparat. Komnas HAM menyimpulkan adanya bukti awal pelanggaran HAM berat selama tragedi tersebut, namun rekomendasinya kurang ditindak
Tragedi Trisakti pada Mei 1998 mengakibatkan kematian 4 mahasiswa setelah terjadi penembakan oleh aparat keamanan selama unjuk rasa di kampus. Kerusuhan selanjutnya meluas ke kota-kota besar lainnya akibat kemarahan masyarakat atas kebrutalan aparat. Komnas HAM menyimpulkan adanya bukti awal pelanggaran HAM berat selama tragedi tersebut, namun rekomendasinya kurang ditindak
yang terjadi pada bulan Mei 1998, terjadi. Tragedi yang telah mengorbankan jiwa manusia dan harta benda tersebut, sampai saat ini, belum ada tanda- tanda kapan ada penyelesaiannya.
Pada Mei 1998, terjadi peristiwa yang disebut dengan
Tragedi Trisakti pada 12 Mei dan Kerusuhan Massal pada 13-15 Mei di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Tragedi Trisakti memakan 4 korban jiwa yang semuanya merupakan mahasiswa dari universitas Trisakti. Kejadian tersebut bermula dari protes yang dimulai pada pukul 10 siang dan diikuti lebih dari 6.000 mahasiswa, staff, dan dosen yang berkumpul di lapangan parkir Universitas Trisakti. Sesaat setelah kembali inilah, cemoohan terdengar dari kumpulan polisi dan tentara, diikuti dengan rentetan tembakan yang menyebabkan para demonstran panik dan tercerai berai. Kekacauan ini memakan dua korban jiwa, yaitu Elang Mulya Lesmana dan Hendriawan Sie yang saat itu sedang berusaha masuk ke ruangan rektorat di gedung Dr. Syarif Thayeb. Korban jiwa kembali jatuh ketika para mahasiswa yang belum mengungsi berkumpul di sebuah ruangan terbuka. Tentara-tentara yang diposisikan di atap gedung terdekat terus menembak, melukai banyak mahasiswa dan mengambil nyawa dari Heri Hartanto dan Hafidin Royan. Penembakan baru berhenti pada pukul 8 malam, dan pihak kampus bergegas membawa mereka yang terluka menuju rumah sakit terdekat. Peristiwa kerusuhan massal 13-15 Mei 21998, adalah kemarahan publik atas tindakan brutal aparat keamanan dalam peristiwa Trisakti, yang dialihkan kepada masyarakat etnis tertentu. Laporan TGPF menghasilkan delapan poin rekomendasi, tapi sebagian besar tidak ditindaklanjuti oleh pemerintah, misalnya terkait dengan rehabilitasi dan kompensasi bagi para korban ataupun pengadilan militer untuk petinggi ABRI yang diduga terlibat dan/atau membiarkan tragedi tersebut. Salah satu rekomendasi TGPF yang ditindaklanjuti adalah Komnas HAM membentuk Tim Penyelidikan Pro- Justicia dugaan pelanggaran HAM yang berat atas Tragedi Mei. Pada 2003, Tim Penyelidikan Komnas HAM menyimpulkan adanya bukti permulaan yang cukup atas dugaan telah terjadinya kejahatan terhadap kemanusiaan dalam Tragedi Mei sebagaimana diatur dalam Pasal 9 UU tentangPengadilan HAM. Berdasarkan catatan Komnas HAM, hasil penyelidikan Komnas HAM disampaikan ke Kejaksaan Agung selaku penyidik dan penuntut pada 9 September 2003. Selain itu, Komnas HAM mengadakan pertemuan-pertemuan dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat agar mengeluarkan rekomendasi pembentukan Pengadilan HAM ad hoc. Hak Yang Dilanggar Salah satu hak yang dilanggar dalam peristiwa tersebut adalah hak dalam kebebasan menyampaikan pendapat. Hak menyampaikan pendapat adalah kebebasan bagi setiap warga negara dan salah satu bentuk dari pelaksanan sistem demokrasi pancasila di Indonesia. Peristiwa ini menggoreskan sebuah catatan kelam di sejarah bangsa Indonesia dalam hal pelanggaran pelaksanaan demokrasi pancasila, dan yang selanjutnya penggusuran terhadap rumah warga selalu terjadi setiap tahun. Warga Negara. Penyebab Terjadinya Trisakti Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat.Dalam perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena 14 menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Penyelesaian Pembentukan lembaga yang mengurus Hak Warga Negara dan pelanggarannya juga merupakan upaya yang memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Lembaga-lembaga tersebut diantaranya KOMNAS HAM, pusat-pusat/Lembaga Kajian HAM yang terbentuk di berbagai daerah, LSM dan sebagainya. Lembaga-lembaga ini di samping berupaya mensosialisasikan peraturan-peraturan tentang HAM juga menerima pengaduan-pengaduan pelanggaran HAM dan Hak Warga Negara dan meneruskan kepada lembaga yang berwenang untuk memprosesnya. THANKS! NAMA : LUSI FARIYA HANDAYANI KELAS : XI KI 2 NO.ABSEN : 21 CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik