Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

TUNTUTAN DAN AGENDA REFORMASI

DISUSUN

KELOMPOK 3
1. APRIANI RISKI
2. JULIAN TARIGAN
3. SRIKANTI

GURU PEMBIMBING :
ABDUL RAHMAN, S.Pd
KATA PENGENTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga


makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Takengon,…………….
Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Balakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. Sejarah Awal Lahirnya Reformasi............................................................3

B. Kronologis Jatuhnya Pemerintah Orde Baru.............................................4

C. Tujuan Reformasi......................................................................................5

D. Faktor Pendorong Terjadinya Reformasi..................................................6

E. Sebab Umum Lahirnya Gerakan Reformasi..............................................9

F. Kronologis Peristiwa Reformasi................................................................17

G. Suksesi (Pergantian Pimpinan)..................................................................21

H. Agenda pada Reformasi dalam Berbagai Bidang......................................22

BAB III PENUTUP.............................................................................................25

A. Kesimpulan................................................................................................25

B. Saran..........................................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik
secara konstitusional. Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik,
ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan
prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.
Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai
segi kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan
faktor yang mendorong lahirnya gerakan reformasi.Bahkan, krisis kepercayaan
telah menjadi salah satu indikator yang menentukan. Reformasi dipandang
sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan karena itu, hampir
seluruh rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya gerakan reformasi tersebut.
Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya
pergantian kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur. Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan
dapat memperbaiki kehidupan politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya.
Indoenesia harus dipimpin oleh orang yang memiliki kepedulian terhadap
kesulitan dan penderitaan rakyat. Dalam makalah ini kami akan membahas
tentang Reformasi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang terjadinya reformasi 1998 di Indonesia?


2. Apa yang menjadi tuntutan para reformis?
3. Bagaimana upaya para reformis untuk mendesak pemerintah menuju
reformasi?
4. Bagaimana kronologis terjadinya reformasi di Indonesia?
5. Apa agenda pemerintah reformasi dalam pembaruan bidang kehidupan
Indonesia?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah


2. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya reformasi
3. Untuk mengetahui tuntutan para reformis dalam memperjuangkan
reformasi
4. Untuk mengetahui upaya para reformis dalam mendesak pemerintahan
orde baru
5. Untuk mengetahui kronologis terjadinya reformasi
6. Untuk mengetahui agenda pemerintah dalam pembaruan di awal era
reformasi
7. Untuk mengetahui dampak dari terjadinya reformasi di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Lahirnya Reformasi

Reformasi merupakan suatu perubahan catatan kehidupan lama catatanan


kehidupan baru yang lebih baik. Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun
1998 merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan
pembaruan, terutama perbaikan tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi,
hukum, dan sosial. Dengan demikian, reformasi telah memiliki formulasi atau
gagasan tentang tatanan kehidupan baru menuju terwujudnya Indonesia baru.

Persoalan pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya reformasi


adalah kesulitan warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Harga-
harga sembilan bahan pokok (sembako), seperti beras, terigu, minyak goreng,
minyak tanah, gula, susu, telur, ikan kering, dan garam mengalami kenaikan yang
tinggi. Bahkan, warga masyarakat harus antri untuk membeli sembako itu.

Sementara situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak


menentu dan tidak terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan
ekonomi semakin jauh dari kenyataan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat
Indonesia semakin kritis dan tidak percaya terhadap pemerintahan Orde Baru.

Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan


masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Oleh karena itu, tujuan lahirnya reformasi
adalah untuk memperbaiki tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok merupakan
faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan reformasi. Pemerintahan Orde Baru
yang dipimpin Presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan
konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya

3
tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak


melakukan penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan
yang tertuang dalam UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat kecil. Bahkan
Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk mempertahankan
kekuasaan.

B. Kronologis Jatuhnya Pemerintah Orde Baru

 Tanggal 10 Maret 1998 melalui Sidang Umum MPR Soeharto terpilih


kembalih sebagai presiden RI untuk masa jabatan lima tahun (1998-2003)
yang ketujuh kali dengan menggandeng B.J. Habibie sebagai Wakil
Presiden.
 Tanggal 4 Mei harga BBM naik 71%, yang menimbulkan aksi demontrasi di
berbagai kota, seperti 3 hari kerusuhan di Medan dengan korban 6
meninggal.
 Tanggal 8 Mei Peristiwa Gejayan, 1 mahasiswa Yogyakarta tewas.
 Tanggal 9 Mei Presiden Soeharto berangkat ke luar negeri dalam rangka
kunjungan kenegaraan selama satu minggu ke Mesir.
 Tanggal 12 Mei Tragedi Trisakti, 4 Mahasiswa Trisakti terbunuh, yaitu
Elang Mulia Lesmana,  Hendriawan Lesmana, Heri Hertanto, dan Hafidin
Royan. Sedangkan para mahasiswa yang menderita luka ringan dan luka
parah pun tidak sedidkit jumlah, setelah bentrok dengan aparat keamanan
yang berusaha membubarkan para demontrans.
 Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. Kerusuhan juga terjadi dikota solo.
Presiden Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan-pertemuan negara
berkembang G-15 di Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke
Indonesia. Di Kairo, Presiden Soeharto  menyatakan akan mengundurkan
diri dari jabatannya sebagai presiden.

4
 Tanggal 14 Mei demontrasi terus
bertambah besar hampir seluruh
kota-kota di indonesia,demontrans
mengepung dan menduduki gedung-
gedung DPRD di daerah.
 18 Mei Ketua MPR yang juga ketua
Partai Golkar, Harmoko meminta
Soeharto untuk turun dari jabatannya
sebagai presiden.
 Jendral Wiranto mengatakan bahwa pernyataan Harmoko tidak mempunyai
dasar hukum wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi"
 Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ, Forum Kota, UI dan HMI
MPO memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR.
 Tanggal 19 Mei Soeharto berbicara di TV, menyatakan dia tidak akan turun
dari jabatannya, tetapi menjanjikan pemilu baru akan dilaksanakan
secepatnya.
 Tanggal 21 Mei Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul
9:00 WIB
 Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru indonesia.
 Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie
yang memakai simbol-simbol dan atribut keagamaan dengan mahasiswa
yang masih bertahan di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menganggap bahwa
Habibie masih tetap bagian dari rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi
mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke Universitas Atma Jaya.

C. Tujuan Reformasi
1) Reformasi politik bertujuan tercapainya demokratisasi.
2) Reformasi ekonomi bertujuan meningkatkan tercapainya masyarakat.
3) Reformasi hukum bertujuan tercapainya keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia.

5
4) Reformasi sosial bertujuan terwujudkan integrasi bangsa Indonesia.

D. Faktor Pendorong Terjadinya Reformasi

 Faktor politik meliputi hal-hal berikut.


a) Adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam kehidupan
pemerintahan.
b) Adanya rasa tidak percaya kepada pemerintah Orba yang penuh
dengan nepotisme dan kronisme serta merajalelanya korupsi.
c) Kekuasaan Orba di bawah Soeharto otoriter tertutup.
d) Adanya keinginan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
e) Mahasiswa menginginkan perubahan.
 Faktor ekonomi, meliputi hal-hal berikut.
a) Adanya krisis mata uang rupiah.
b) Naiknya harga barang-barang kebutuhan masyarakat.
c) Sulitnya mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok.
 Faktor sosial masyarakat
Adanya kerusuhan tanggal 13 dan 14 Mei 1998 yang
melumpuhkan perekonomian rakyat.
 Faktor hukum
Belum adanya keadilan dalam perlakuan hukum yang sama di
antara warga negara.

Salah satu penyebab semakin memburuknya situasi dalam negeri Indonesia


adalah terjadinya bentrokan dan aksi demonstrasi menuntut reformasi Indonesia.
Diantara tragedi bentrokan dan aksi demonstrasi yang terjadi adalah sebagai
berikut :

6
1.) Tragedi Trisakti

Soeharto
mendapatkan surat dari
Harmoko, mantan ketua
DPR saat itu, ketika
sedang menghadiri
konferensi tingkat tinggi
antar-negara di Mesir
pada tanggal 20 Mei 1998.
Isi surat itu adalah :
"Soeharto harus mengundurkan diri dari jabatan Presiden RI karena Jakarta tidak
aman lagi". Surat ditandatangani oleh 15 orang, termasuk 14 menteri Kabinet
Pembangunan VII, yang merasa telah "meninggalkan" Soeharto.

Puncak kebencian mereka pada zaman orde baru telah meradang dalam
gelombang unjuk rasa mahasiswa yang menimbulkan Tragedi Trisakti pada
tanggal 12-20 Mei 1998. Saat itu, Soeharto Hingga akhirnya, pada tanggal 21 Mei
1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden, dan pada akhirnya posisi
Soeharto digantikan oleh Baharuddin Jusuf Habibie yang sebelumnya adalah
wakil presiden terakhir pada zaman orde baru. Gerakan mahasiswa Indonesia
1998 memang begitu monumental, karena telah berhasil menurunkan Soeharto
dari jabatannya.

Meski salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut lengsernya


Soeharto telah tercapai, namun banyak yang menilai agenda reformasi belum
tercapai atau malah gagal. Sepanjang aksi unjuk rasa itu, ada empat orang yang
tertembak aparat kepolisian. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (1978 - 1998),
Heri Hertanto (1977 - 1998), Hafidin Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie
(1975 - 1998). Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di

7
tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada. Mereka telah
ditemukan tewas di bekas bangunan mal yang terbakar.

Alhasil, keluarga keempat mahasiswa yang tertembak mengadukan


penembakan oleh aparat yang mereka anggap sebagai pelanggaran HAM (Hak
Asasi Manusia) berat.

2.) Tragedi Semanggi

Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga


mencuatkan tragedi Trisakti yang menewaskan
empat orang Pahlawan Reformasi. Pasca Soeharto
mundur, nyatanya masih terjadi kekerasan terhadap
rakyat dan mahasiswa, yang antara lain
mengakibatkan tragedi Semanggi yang
berlangsung hingga dua kali. Gerakan Indonesia
1998 juga memulai babak baru dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu era
Reformasi. Akhirnya, setelah Soeharto mundur dan Baharuddin Jusuf Habibie
menjadi Presiden RI ke-3 untuk periode 1998-2003, pada November 1998,
muncul kembali Tragedi Semanggi.

Tragedi Semanggi terjadi pada tanggal 11-13 November 1998, dan terjadi
kembali pada tanggal 24 September 1999, ketika zaman Kabinet Reformasi
Pembangunan Baharuddin Jusuf Habibie telah berakhir, walaupun tanpa wakil
presiden. Mahasiswa juga menganggap bahwa rejim Baharuddin Jusuf Habibie
masih sama dengan rejim Soeharto. Kesamaan yang mudah mereka lihat yaitu
Dwifungsi ABRI/TNI. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu, masyarakat
bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di
Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian
sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh
sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut,
diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh
mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-

8
masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi
mahasiswa.

Keadaan di Gedung Nusantara boleh dikatakan aman terkendali. Tidak ada


satupun mahasiswa yang mengacaukan keamanan berani masuk. Tidak mungkin
mereka mampu menerobos pintu gerbang karena telah digembok dan di-las oleh
penjaga yang begitu ketatnya.

Penjagaan keamanan begitu diperketat sampai ke kawasan Semanggi.


Semua kendaraan pribadi dan umum dikosongkan. Namun, ketika mahasiswa
bentrok dengan penjaga keamanan yang begitu ketatnya, semua mahasiswa
berhasil dibubarkan. Namun, ada sebagian kecil dari mahasiswa yang dibubarkan,
mereka meninggal di tempat karena ditembak aparat. Hal tersebutlah yang
membuat peristiwa itu dinamakan sebagai "Tragedi Trisakti".

Tragedi Semanggi berlanjut pada tanggal 24 September 1999. Sama


seperti Tragedi Trisakti, tragedi ini mampu menurunkan tahta kepresidenan
Baharuddin Jusuf Habibie yang cuma bertahan 1 tahun. Ketika itu, pada awal
September 1999, sasaran unjuk rasa yang mereka tuju adalah rumah dinas BJ
Habibie, yang dituding mendapatkan harta kekayaannnya dari korupsi. Namun,
pada 24 September 1999, Baharuddin Jusuf Habibie akhirnya dilengserkan dari
jabatannya. Akhirnya, pada bulan Oktober 1999, MPR menunjuk Abdurrahman
Wahid dan Megawati Soekarnoputri untuk menjadi Presiden RI 1999-2004,
walaupun Kabinet Persatuan Indonesia Abdurrahman Wahid cuma bertahan 2
tahun.

E. Sebab Umum Lahirnya Gerakan Reformasi

Penyimpangan-penyimpangan pada orde baru melahirkan krisis


multidimensional yang menjadi penyebab umum lahirnya gerakan reformasi,
seperti berikut ini:

a.      Krisis Politik

9
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai
kebijakan politik pemerintahan Orde Baru.Berbagai kebijakan politik yang
dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka
pelaksanaan demokrasi Pancasila.Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam
rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya.Artinya,
demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang
semestinya, melainkan demokrasi rekayasa.

Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari penguasa,
oleh penguasa, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru, kehidupan politik
sangat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak
oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis. Ciri-ciri kehidupan politik yang
represif, di antaranya:

1. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah


dituduh sebagai tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan
Republik Indonesia).
2. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi
semu atau demokrasi rekayasa.
3. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela
dan masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
4. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap
warga negara (sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.
5. Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun
Suharto dipilih menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR,
tetapipemilihan itu merupakan hasil rekayasa dan tidak demokratis.

b. Krisis Hukum

Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas


pada bidang politik.Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan
intervensi.Artinya, kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani
kepentingan para penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh

10
keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para
penguasa.Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasal 24 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas
dari kekuasaan pemerintah (eksekutif)’.

c. Krisis Ekonomi

Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia.Ternyata, ekonomi
Indonesia tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia.Krisis
ekonomi Indonesia diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat.Pada tanggal 1 Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp
2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollar Amerika Serikat.

Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat turun menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998,
nilai tukar rupiah terus melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00
per dollar Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
berbagai kondisi, seperti:

1. Hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab


terjadinya krisis ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya
hutang negara, tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap upaya-
upaya untuk mengatasi krisis ekonomi.
2. Industrialisasi, pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara RI
sebagai negara industri. Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi
nyata masyarakat Indonesia.Masyarakat Indonesia merupakan
sebuah masyarakat agraris dengan tingkat pendidikan yang sangat
rendah (rata-rata).
3. Pemerintahan Sentralistik, pemerintahan Orde Baru sangat
sentralistik sifatnya sehingga semua kebijakan ditentukan dari
Jakarta. Oleh karena itu, peranan pemerintah pusat sangat
menentukan dan pemerintah daerah hanya sebagai kepanjangan
tangan pemerintah pusat.

11
d. Krisis Sosial

Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis


sosial.Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan
terjadinya konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama.Semua itu
berakhir pada meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah. Ketimpangan
perekonomian Indonesia memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis
sosial.Pengangguran, persediaan sembako yang terbatas, tingginya harga-harga
sembako, rendahnya daya beli masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan
terhadap krisis sosial.

e. Krisis Kepercayaan

Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi


kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden
Suharto.Ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang
demokratis, menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan
pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah
melahirkan krisis kepercayaan.

Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah


menimbulkan ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi
oleh kelompok tertentu, konglomerasi, tidak mempu menghapuskan kemiskinan
pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Kondisi dan situasi Politik di tanah air
semakin memanas setelah terjadinya peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996.
Peristiwa ini muncul sebagai akibat terjadinya pertikaian di dalam internal Partai
Demokrasi Indonesia (PDI).

Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu,


bukan hanya menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat
menuntut adanya reformasi baik didalam kehidupan masyarakat, maupun
pemerintahan Indonesia. Di dalam kehidupan politik, masyarakat beranggapan
bahwa tekanan pemerintah pada pihak oposisi sangat besar, terutama terlihat pada
perlakuan keras terhadap setiap orang atau kelompok yang menentang atau

12
memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil atau dilakukan oleh
pemerintah. Selain itu, masyarakat juga menuntut agar di tetapkan tentang
pembatasan masa jabatan Presiden.

Terjadinya ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997


telah memicu munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik
yang berbeda. Menjelang akhir kampanye pemilihan umum tahun 1997, meletus
kerusuhan di Banjarmasin yang banyak memakan korban jiwa.

Pemilihan umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara


mutlak. Golkar yang meraih kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap
pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun
1998 – 2003. Sedangkan di kalangan masyarakat yang dimotori oleh para
mahasiswa berkembang arus yang sangat kuat untuk menolak kembali pencalonan
Soeharto sebagai Presiden.

Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai
Presiden Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul
tekanan pada kepemimpinan Presiden Soeharto yang datang dari para mahasiswa
dan kalangan intelektual.

Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak


ketidakadilan. Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan
mahasiswa, masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat
menghendaki adanya reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan
masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang sebenarnya.

Krisis moneter yang melanda negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan


Juli 1996, juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi
Indonesia ternyata belum mampu untuk menghadapi krisi global tersebut. Krisi
ekonomi Indonesia berawal dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat. Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada iklim bisnis yang semakin
bertambah lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami keterpurukan yaitu dengan

13
dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Sementara itu untuk
membantu bank-bank yang bermasalah, pemerintah membentuk Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan
pemerintah ini tidak dapat memberikan hasil, karena pinjaman bank-bank
bermasalah tersebut semakin bertambah besar dan tidak dapat di kembalikan
begitu saja. Krisis moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan Negara,
tetapi juga telah menghancurkan keuangan nasional.

Memasuki tahun anggaran 1998 / 1999, krisis moneter telah


mempengaruhi aktivitas ekonomi yang lainnya. Kondisi perekonomian semakin
memburuk, karena pada akhir tahun 1997 persedian sembilan bahan pokok
sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini menyebabkan harga-harga barang naik
tidak terkendali. Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat.
Untuk mengatasi kesulitan moneter, pemerintah meminta bantuan IMF. Namun,
kucuran dana dari IMF yang sangat di harapkan oleh pemerintah belum terelisasi,
walaupun pada 15 januari 1998 Indonesia telah menandatangani 50 butir
kesepakatan (letter of intent atau Lol) dengan IMF.

Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia


tidak terlepas dari masalah utang luar negeri. Utang Luar Negeri Indonesia Utang
luar negeri Indonesia menjadi salah satu faktor penyebab munculnya krisis
ekonomi. Namun, utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya merupakan utang
Negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang swasta. Utang yang menjadi
tanggungan Negara hingga 6 februari 1998 mencapai 63,462 miliar dollar
Amerika Serikat, utang pihak swasta mencapai 73,962 miliar dollar Amerika
Serikat.

Akibat dari utang-utang tersebut maka kepercayaan luar negeri terhadap


Indonesia semakin menipis. Keadaan seperti ini juga dipengaruhi oleh keadaan
perbankan di Indonesia yang di anggap tidak sehat karena adanya kolusi dan
korupsi serta tingginya kredit macet.

Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945 Pemerintah Orde Baru mempunyai tujuan


menjadikan Negara Republik Indonesia sebagai Negara industri, namun tidak

14
mempertimbangkan kondisi riil di masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan
sebuah masyarakat agrasis dan tingkat pendidikan yang masih rendah.

Sementara itu, pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde


Baru sudah jauh menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Dalam Pasal
33 UUD 1945 tercantum bahwa dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan
oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota
masyarakat. Sebaliknya, sistem ekonomi yang berkembang pada masa
pemerintahan Orde Baru adalah sistem ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para
konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoly, dan diwarnai dengan
korupsi dan kolusi.

Pola Pemerintahan Sentralistis Sistem pemerintahan yang dilaksanakan


oleh pemerintah Orde Baru bersifat sentralistis. Di dalam pelaksanaan pola
pemerintahan sentralistis ini semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara
diatur secara sentral dari pusat pemerintah yakni di Jakarta.

Pelaksanaan politik sentralisasi yang sangat menyolok terlihat pada bidang


ekonomi. Ini terlihat dari sebagian besar kekayaan dari daerah-daerah diangkut ke
pusat. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah
terhadap pemerintah pusat. Politik sentralisasi ini juga dapat dilihat dari pola
pemberitaan pers yang bersifat Jakarta-sentris, karena pemberitaan yang berasala
dari Jakarta selalu menjadi berita utama. Namun peristiwa yang terjadi di daerah
yang kurang kaitannya dengan kepentingan pusat biasanya kalah bersaing dengan
berita-barita yang terjadi di Jakarta dalam merebut ruang, halaman, walaupun
yang memberitakan itu pers daerah.

Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa dan


gerakan rakyat pro-demokrasi pada akhir dasawarsa 1990-an. Gerakan ini menjadi
monumental karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan
Presiden Republik Indonesia pada tangal 21 Mei 1998, setelah 32 tahun menjadi
Presiden Republik Indonesia sejak dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tanggal 11 Maret 1966 hingga tahun 1998. Pada April 1998,
Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden Republik Indonesia untuk ketujuh

15
kalinya (tanpa wakil presiden), setelah didampingi Try Soetrisno (1993-1997) dan
Baharuddin Jusuf Habibie (Oktober 1997-Maret 1998). Namun, mereka tidak
mengakui Soeharto dan melaksanakan pemilu kembali. Pada saat itu, hingga
1999, dan selama 29 tahun, Partai Golkar merupakan partai yang menguasai
Indonesia selama hampir 30 tahun, melebihi rejim PNI yang menguasai Indonesia
selama 25 tahun. Namun, terpliihnya Soeharto untuk terakhir kalinya ini ternyata
mendapatkan kecaman dari mahasiswa karena krisis ekonomi yang membuat
hampir setengah dari seluruh penduduk Indonesia mengalami kemiskinan.

Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter


pada pertengahan tahun 1997. Namun para analis asing kerap menyoroti
percepatan gerakan pro-demokrasi pasca Peristiwa 27 Juli 1996 yang terjadi 27
Juli 1996. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun
berkurang. Tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan
mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda
reformasi mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.

Demontrasi di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar setelah


pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada
tanggal 4 Mei 1998. Puncak aksi para mahasiswa terjadi tanggal 12 Mei 1998 di
Universitas Trisakti Jakarta. Aksi mahasiswa yang semula damai itu berubah
menjadi aksi kekerasan setelah tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti
yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin
Royan.

Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan


kampus dan masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang
tidak demokratis dan tidak merakyat. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan
para mahasiswa mencakup beberapa tuntutan, seperti:
 Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
 Laksanakan amandemen UUD 1945,
 Hapuskan Dwi Fungsi ABRI,
 Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya,
 Tegakkan supremasi hukum,

16
 Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan
terhadap lima paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber
ketidakadilan, di antaranya :

 UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum


 UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan
Wewenang DPR / MPR
 UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
 UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum
 UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa

Gedung parlemen, yaitu Gedung Nusantara dan gedung-gedung DPRD di


daerah, menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia. Seluruh
elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu
tujuan untuk menurunkan Soeharto. Organisasi mahasiswa yang mencuat pada
saat itu antara lain adalah FKSMJ dan Forum Kota karena mempelopori
pendudukan gedung DPR/MPR.

Meski salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut lengsernya


sang Presiden tercapai, namun banyak yang menilai agenda reformasi belum
tercapai atau malah gagal. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga mencuatkan
tragedi Trisakti yang menewaskan empat orang Pahlawan Reformasi. Pasca
Soeharto mundur, nyatanya masih terjadi kekerasan terhadap rakyat dan
mahasiswa, yang antara lain mengakibatkan tragedi Semanggi yang berlangsung
hingga dua kali. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga memulai babak baru
dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu era Reformasi.

Sampai saat ini, masih ada unjuk rasa untuk menuntut keadilan akibat
pelanggaran HAM berupa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh aparat
terhadap keempat orang mahasiswa.

F. Kronologis Peristiwa Reformasi

17
Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai
berikut:

a. Keberanian Amin Rais membongkar kebobrokan sistem pengelolaan PT.


Freeport
b. Peristiwa 27 Juli 1996 (KUDATULI) yaitu penyerbuan kantor PDI yang
ditempati Megawati oleh PDI pro-Suryadi
c. Terpilihnya kembali Bpk Soeharto sebagai presiden pada bulan Maret
1998
d. Sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie
sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003.
Presiden Suharto membentuk dan melantik Kabinet Pembangunan VII.
e. Pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai
bergerak menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut
penurunan harga barang-barang kebutuhan (sembako), penghapusan
KKN, dan mundurnya Suharto dari kursi kepresidenan.
f. Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas
Trisakti Jakarta telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang
menyebabkan empat orang mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery
Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan Hendriawan Sie) tertembak hingga
tewas dan puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka. Kematian
empat mahasiswa tersebut mengobarkan semangat para mahasiswa dan
kalangan kampus untuk menggelar demonstrasi secara besar-besaran.
g. Pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan
massal dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami
kelumpuhan. Dalam peristiwa itu, puluhan toko dibakar dan isinya
dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar.
h. Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR.
i. Pada saat yang bersamaan, tidak kurang dari satu juta manusia
berkumpul di alun-alun utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri
pisowanan agung, guna mendengarkan maklumat dari Sri Sultan
Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.

18
j. Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR
mengeluarkan pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto
mengundurkan diri’.
k. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh
agama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam
rangka membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden
Suharto.
l. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden
Suharto meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua
dan beberapa anggota Mahkamah Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD
1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya kepada Wakil Presiden
B.J. Habibie sebagai Presiden RI.Pada waktu itu juga B.J. Habibie
dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.

Ruang Lingkup Reformasi


 Reformasi politik adalah demokratisasi, kebebasan berserikat berkumpul
dan mendirikan partai, serta kebebasan dalam menyampaikan pendapat.
 Reformasi bidang ekonomi adalah penyehatan ekonomi dan kesejahteraan.
 Reformasi bidang hukum adalah keadilan atas dasar HAM.
 Reformasi bidang sosial adalah integrasi nasional.
 Reformasi bidang pendidikan dan masalah kurikulum.

Reformasi politik dititik-beratkan pada demokratisasi, format baru


ini membutuhkan beberapa hal, diantaranya :
1. Rancang bangun sistem politik yang sejalan dengan tuntutan reformasi
meliputi, sistem kepartaian, pemilu, sistem perwakilan rakyat, dan
sistem penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis.
2. Aturan-aturan mengenai pelaksanaan seluruh proses tersebut.

Prasarat yag dibutuhkan dalam reformasi politik adalah sebagai berikut :

19
1. Aspek ideologi dan konstitusi yaitu berupa kebebasan
menginterprestasikan ideologi Pancasila dan konstitusi dan
menghilangkan tafsir yang bertentangan dengan demokrasi.
2. Aspek kultur yaitu mereformasi budaya politik dengan menumbuhkan
budaya yang mengarah pada keterbukaan, kejujuran, dan persamaan
keadilan dengan menghilangkan budaya tertutup dan paternalistik,
sentralistik, manipulatif, serta ketidak setaraan.
3. Aspek struktur yaitu dengan mereformasi struktur politik agar
berfungsi secara benar mengikuti kaidah demokrasi.

20
G. Suksesi (Pergantian Pimpinan)

 Sukarno–Soeharto, ada beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
a) Problem pokok adanya komunis/ PKI (nomor 4 sedunia).
b) Peristiwa Lubang Buaya.
c) Adanya dualisme: ada pro dan anti pembubaran PKI.
d) Sidang istimewa MPRS 1967 didahului turunnya Supersemar.
 Soeharto–Habibie, ada beberapa hal, antara lain sebagai berikut.
a) Problem pokok adanya krisis ekonomi meluas ke bidang
politik.
b) Adanya gerakan reformasi yang menghendaki perubahan
radikal karena KKN dalam tubuh pemerintahan. Nepotisme
berarti mengajak keluarga dalam kekuasaan. Kronisme
adalah mengajak teman-teman dalam
kekuasaan.
c) Presiden Soeharto ditolak oleh rakyat ditandai dengan
didudukinya gedung DPR/MPR oleh mahasiswa, sehingga
Soeharto menyerahkan jabatan kepada Habibie.
 Pengalaman suksesi di Indonesia
a) Pergantian pimpinan disertai kekerasan dan keributan dan
setelah turun dari jabatan, dihujat.
b) Menginginkan pergantian pimpinan yang wajar, namun
tidak ditemukan sebab tidak adanya pembatasan masa
jabatan.
c) Tidak adanya Chek and Balance yaitu tidak ada
keseimbangan dalam negara yang disebabkan
kecenderungan otoriter.
d) Etika moralitas bahwa KKN bertentangan dengan
moralitas.

21
H. Agenda pada Reformasi dalam Berbagai Bidang
a) Substansi Agenda Reformasi Politik
Subsitusi agenda reformasi politik sebagai berikut.
1. Reformasi di bidang ideologi negara dan konstitusi.
2. Pemberdayaan DPR, MPR, DPRD maksudnya agar lembaga
perwakilan rakyat benar-benar melaksanakan fungsi
perwakilannya sebagai aspek kedaulatan rakyat dengan langkah
sebagai berikut.
 Anggota DPR harus benar-benar dipilih dalam pemilu
yang jurdil.
 Perlu diadakan perubahan tata tertib DPR yang
menghambat kinerja DPR.
 Memperdayakan MPR.
 Perlu pemisahan jabatan ketua MPR dengan DPR.
3. Reformasi lembaga kepresidenan dan kabinet meliputi hal-hal
berikut.
 Menghapus kewenangan khusus presiden yang berbentuk
keputusan presiden dan instruksi presiden.
 Membatasi penggunaan hak prerogatif.
 Menyusun kode etik kepresidenan.
4. Pembaharuan kehidupan politik yaitu memperdayakan partai
politik untuk menegakkan kedaulatan rakyat, maka harus
dikembangkan sistem multipartai yang demokratis tanpa
intervensi pemerintah.
5. Penyelenggaraan pemilu.
6. Birokrasi sipil mengarah pada terciptanya institusi birokrasi yang
netral dan profesional yang tidak memihak.
7. Militer dan dwifungsi ABRI mengarah kepada mengurangi peran
sosial politik secara bertahap sampai akhirnya hilang sama sekali,
sehingga ABRI berkonsentrasi pada fungsi Hankam.
8. Sistem pemerintah daerah dengan sasaran memperdayakan
otonomi daerah dengan asas desentralisasi.

22
 Hambatan Pelaksanaan Reformasi Politik
1. Hambatan kultural : mengingat pergantian kepemimpinan
nasional dari Soeharto ke B.J. Habibie tidak diiringi pergantian
rezim yang berarti sebagian besar anggota kabinet, gubernur,
birokrasi sipil, komposisi anggota DPR/MPR masih peninggalan
rezim Orba.
2. Hambatan legitimasi : pemerintah B.J. Habibie karena belum
merupakan hasil pemilu.
3. Hambatan struktural : berkaitan dengan krisis ekonomi yang
berlarut-larut yang berdampak bertambah banyak rakyat yang
hidup dalam kemiskinan.
4. Munculnya berbagai tuntutan otonomi daerah, yang jika tidak
ditangani secara baik akan menimbulkan disintegrasi bangsa.
5. Adanya kesan kurang kuat dalam menegakkan hukum terhadap
praktik penyimpangan politik-ekonomi rezim lama seperti praktik
KKN.
6. Terkotak-kotaknya elite politik, maka dibutuhkan kesadaran
untuk bersamasama menciptakan kondisi politik yang mantap
agar transformasi politik berjalan lancar.

b) Substansi Agenda Reformasi Ekonomi


1. Penyehatan ekonomi dan kesejahteraan pada bidang perbankan,
perdagangan, dan koperasi serta pinjaman luar negeri untuk
perbaikan ekonomi.
2. Penghapusan monopoli dan oligopoli.
3. Mencari solusi yang konstruktif dalam mengatasi utang luar
negeri.

c) Substansi Agenda Reformasi Hukum


1. Terciptanya keadilan atas dasar HAM.

23
2. Dibentuk peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan
tuntutan reformasi. Misal : Bidang ekonomi dikeluarkan UU
kepailitan, dihapuskan UU subversi, sesuai semangat HAM
dilepaskan napol-tapol (amnesti-abolisi).
3. Agenda reformasi bidang hukum difokuskan pada integrasi
nasional.

d) Substansi Agenda Reformasi Pendidikan


Agenda reformasi bidang pendidikan ditujukan terutama masalah
kurikulum yang harus ditinjau paling sedikit lima tahunan.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan


kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik
secara konstitusional. Lahirnya reformasi di landasi dengan memburuknya situasi
dan kondisi dalam sebagian besar aspek kehidupan rakyat, dimulai dari aspek
ekonomi hingga mengobar ke aspek-aspek lainnya (politik, sosial, hukum, dan
lain-lain) sehingga rakyat berpendapat bahwa pemerintahan orde baru dinilai tidak
mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan
makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu,
tujuan lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dari hal tersebut, maka muncullah aksi-aksi separatis dan radikal


menentang pemerintahan orde baru yang diserukan oleh rakyat dan diobori
mahasiswa sebagai aksi penuntutan reformasi dilakukan. Dalam aksinya para
reformis menuntut akan adanya pembaruan yang termaktub dalam TRITURA.
Situasi semakin memanas dikala Hak Asasi Manusia benar-benar dianggap tidak
ada, yaitu setelah tertembaknya beberapa mahasiswa di Kampusnya akibat
penuntutan pembaruan tersebut. Kemudian sebagai upaya untuk meredakan situasi
yang brutal, maka Soeharto turun tahta dari jabatan Presiden RI pada tanggal 21
Mei 1998. Dan sejak saat itulah era reformasi Indonesia dianggap dimulai.

Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan


keprihatinan atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan sosial:

1. Reformasi bertujuan untuk menata kembali kehidupan berma-sayarakat,


berbangsa, dan bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai luhur
Pancasila.

25
2. Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi bukan untuk menjatuhkan
pemerintahan orde baru, apalagi untuk menurunkan Suharto dari kursi
kepresidenan.
3. Namun, karena pemerintahan orde baru pimpinan Suharto dipandang sudah
tidak mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Suharto diminta
untuk mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan
bangsa dan negara Indonesia di masa yang akan datang.

B. Saran

Sebagai warga negara Indonesia, sudah selayaknya kita untuk


memperjuangkan kemakmuran Indonesia dan mempertahankan NKRI seutuhnya.
Baik di era orde lama dan orde baru yang telah berlalu, maupun reformasi kita
harus dapat menjawab tantangan dunia akan peningkatan kualitas hidup bangsa
dengan memaksimalkan potensi dan melakukan yang terbaik dalam bidang
masing-masing demi kemajuan Negara dan Bangsa Indonesia. Peristiwa yang
terjadi dalam mengarungi kehidupan berbangsa dan bernegara , baik kelam atupun
membanggakan adalah proses menuju pendewasaan bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang besar guna kemakmuran hidup bukan sebagai titik perpecahan akibat
segala pengalaman yang telah terjadi. Oleh karena itu, sebaiknya kita dapat
menghargai dan melanjutkan perjuangan para pahlawan pendahulu dalam
memakmurkan dan mensejahterakan Indonesia.

26

Anda mungkin juga menyukai