DISUSUN
KELOMPOK 3
1. APRIANI RISKI
2. JULIAN TARIGAN
3. SRIKANTI
GURU PEMBIMBING :
ABDUL RAHMAN, S.Pd
KATA PENGENTAR
Takengon,…………….
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
C. Tujuan Reformasi......................................................................................5
A. Kesimpulan................................................................................................25
B. Saran..........................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
4
Tanggal 14 Mei demontrasi terus
bertambah besar hampir seluruh
kota-kota di indonesia,demontrans
mengepung dan menduduki gedung-
gedung DPRD di daerah.
18 Mei Ketua MPR yang juga ketua
Partai Golkar, Harmoko meminta
Soeharto untuk turun dari jabatannya
sebagai presiden.
Jendral Wiranto mengatakan bahwa pernyataan Harmoko tidak mempunyai
dasar hukum wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi"
Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ, Forum Kota, UI dan HMI
MPO memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR.
Tanggal 19 Mei Soeharto berbicara di TV, menyatakan dia tidak akan turun
dari jabatannya, tetapi menjanjikan pemilu baru akan dilaksanakan
secepatnya.
Tanggal 21 Mei Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul
9:00 WIB
Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru indonesia.
Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie
yang memakai simbol-simbol dan atribut keagamaan dengan mahasiswa
yang masih bertahan di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menganggap bahwa
Habibie masih tetap bagian dari rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi
mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke Universitas Atma Jaya.
C. Tujuan Reformasi
1) Reformasi politik bertujuan tercapainya demokratisasi.
2) Reformasi ekonomi bertujuan meningkatkan tercapainya masyarakat.
3) Reformasi hukum bertujuan tercapainya keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
5
4) Reformasi sosial bertujuan terwujudkan integrasi bangsa Indonesia.
6
1.) Tragedi Trisakti
Soeharto
mendapatkan surat dari
Harmoko, mantan ketua
DPR saat itu, ketika
sedang menghadiri
konferensi tingkat tinggi
antar-negara di Mesir
pada tanggal 20 Mei 1998.
Isi surat itu adalah :
"Soeharto harus mengundurkan diri dari jabatan Presiden RI karena Jakarta tidak
aman lagi". Surat ditandatangani oleh 15 orang, termasuk 14 menteri Kabinet
Pembangunan VII, yang merasa telah "meninggalkan" Soeharto.
Puncak kebencian mereka pada zaman orde baru telah meradang dalam
gelombang unjuk rasa mahasiswa yang menimbulkan Tragedi Trisakti pada
tanggal 12-20 Mei 1998. Saat itu, Soeharto Hingga akhirnya, pada tanggal 21 Mei
1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden, dan pada akhirnya posisi
Soeharto digantikan oleh Baharuddin Jusuf Habibie yang sebelumnya adalah
wakil presiden terakhir pada zaman orde baru. Gerakan mahasiswa Indonesia
1998 memang begitu monumental, karena telah berhasil menurunkan Soeharto
dari jabatannya.
7
tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada. Mereka telah
ditemukan tewas di bekas bangunan mal yang terbakar.
Tragedi Semanggi terjadi pada tanggal 11-13 November 1998, dan terjadi
kembali pada tanggal 24 September 1999, ketika zaman Kabinet Reformasi
Pembangunan Baharuddin Jusuf Habibie telah berakhir, walaupun tanpa wakil
presiden. Mahasiswa juga menganggap bahwa rejim Baharuddin Jusuf Habibie
masih sama dengan rejim Soeharto. Kesamaan yang mudah mereka lihat yaitu
Dwifungsi ABRI/TNI. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu, masyarakat
bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di
Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian
sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh
sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut,
diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh
mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-
8
masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi
mahasiswa.
9
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai
kebijakan politik pemerintahan Orde Baru.Berbagai kebijakan politik yang
dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka
pelaksanaan demokrasi Pancasila.Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam
rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya.Artinya,
demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang
semestinya, melainkan demokrasi rekayasa.
Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari penguasa,
oleh penguasa, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru, kehidupan politik
sangat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak
oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis. Ciri-ciri kehidupan politik yang
represif, di antaranya:
b. Krisis Hukum
10
keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para
penguasa.Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasal 24 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas
dari kekuasaan pemerintah (eksekutif)’.
c. Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia.Ternyata, ekonomi
Indonesia tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia.Krisis
ekonomi Indonesia diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat.Pada tanggal 1 Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp
2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollar Amerika Serikat.
Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat turun menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998,
nilai tukar rupiah terus melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00
per dollar Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
berbagai kondisi, seperti:
11
d. Krisis Sosial
e. Krisis Kepercayaan
12
memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil atau dilakukan oleh
pemerintah. Selain itu, masyarakat juga menuntut agar di tetapkan tentang
pembatasan masa jabatan Presiden.
Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai
Presiden Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul
tekanan pada kepemimpinan Presiden Soeharto yang datang dari para mahasiswa
dan kalangan intelektual.
13
dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Sementara itu untuk
membantu bank-bank yang bermasalah, pemerintah membentuk Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan
pemerintah ini tidak dapat memberikan hasil, karena pinjaman bank-bank
bermasalah tersebut semakin bertambah besar dan tidak dapat di kembalikan
begitu saja. Krisis moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan Negara,
tetapi juga telah menghancurkan keuangan nasional.
14
mempertimbangkan kondisi riil di masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan
sebuah masyarakat agrasis dan tingkat pendidikan yang masih rendah.
15
kalinya (tanpa wakil presiden), setelah didampingi Try Soetrisno (1993-1997) dan
Baharuddin Jusuf Habibie (Oktober 1997-Maret 1998). Namun, mereka tidak
mengakui Soeharto dan melaksanakan pemilu kembali. Pada saat itu, hingga
1999, dan selama 29 tahun, Partai Golkar merupakan partai yang menguasai
Indonesia selama hampir 30 tahun, melebihi rejim PNI yang menguasai Indonesia
selama 25 tahun. Namun, terpliihnya Soeharto untuk terakhir kalinya ini ternyata
mendapatkan kecaman dari mahasiswa karena krisis ekonomi yang membuat
hampir setengah dari seluruh penduduk Indonesia mengalami kemiskinan.
16
Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan
terhadap lima paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber
ketidakadilan, di antaranya :
Sampai saat ini, masih ada unjuk rasa untuk menuntut keadilan akibat
pelanggaran HAM berupa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh aparat
terhadap keempat orang mahasiswa.
17
Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai
berikut:
18
j. Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR
mengeluarkan pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto
mengundurkan diri’.
k. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh
agama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam
rangka membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden
Suharto.
l. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden
Suharto meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua
dan beberapa anggota Mahkamah Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD
1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya kepada Wakil Presiden
B.J. Habibie sebagai Presiden RI.Pada waktu itu juga B.J. Habibie
dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.
19
1. Aspek ideologi dan konstitusi yaitu berupa kebebasan
menginterprestasikan ideologi Pancasila dan konstitusi dan
menghilangkan tafsir yang bertentangan dengan demokrasi.
2. Aspek kultur yaitu mereformasi budaya politik dengan menumbuhkan
budaya yang mengarah pada keterbukaan, kejujuran, dan persamaan
keadilan dengan menghilangkan budaya tertutup dan paternalistik,
sentralistik, manipulatif, serta ketidak setaraan.
3. Aspek struktur yaitu dengan mereformasi struktur politik agar
berfungsi secara benar mengikuti kaidah demokrasi.
20
G. Suksesi (Pergantian Pimpinan)
Sukarno–Soeharto, ada beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
a) Problem pokok adanya komunis/ PKI (nomor 4 sedunia).
b) Peristiwa Lubang Buaya.
c) Adanya dualisme: ada pro dan anti pembubaran PKI.
d) Sidang istimewa MPRS 1967 didahului turunnya Supersemar.
Soeharto–Habibie, ada beberapa hal, antara lain sebagai berikut.
a) Problem pokok adanya krisis ekonomi meluas ke bidang
politik.
b) Adanya gerakan reformasi yang menghendaki perubahan
radikal karena KKN dalam tubuh pemerintahan. Nepotisme
berarti mengajak keluarga dalam kekuasaan. Kronisme
adalah mengajak teman-teman dalam
kekuasaan.
c) Presiden Soeharto ditolak oleh rakyat ditandai dengan
didudukinya gedung DPR/MPR oleh mahasiswa, sehingga
Soeharto menyerahkan jabatan kepada Habibie.
Pengalaman suksesi di Indonesia
a) Pergantian pimpinan disertai kekerasan dan keributan dan
setelah turun dari jabatan, dihujat.
b) Menginginkan pergantian pimpinan yang wajar, namun
tidak ditemukan sebab tidak adanya pembatasan masa
jabatan.
c) Tidak adanya Chek and Balance yaitu tidak ada
keseimbangan dalam negara yang disebabkan
kecenderungan otoriter.
d) Etika moralitas bahwa KKN bertentangan dengan
moralitas.
21
H. Agenda pada Reformasi dalam Berbagai Bidang
a) Substansi Agenda Reformasi Politik
Subsitusi agenda reformasi politik sebagai berikut.
1. Reformasi di bidang ideologi negara dan konstitusi.
2. Pemberdayaan DPR, MPR, DPRD maksudnya agar lembaga
perwakilan rakyat benar-benar melaksanakan fungsi
perwakilannya sebagai aspek kedaulatan rakyat dengan langkah
sebagai berikut.
Anggota DPR harus benar-benar dipilih dalam pemilu
yang jurdil.
Perlu diadakan perubahan tata tertib DPR yang
menghambat kinerja DPR.
Memperdayakan MPR.
Perlu pemisahan jabatan ketua MPR dengan DPR.
3. Reformasi lembaga kepresidenan dan kabinet meliputi hal-hal
berikut.
Menghapus kewenangan khusus presiden yang berbentuk
keputusan presiden dan instruksi presiden.
Membatasi penggunaan hak prerogatif.
Menyusun kode etik kepresidenan.
4. Pembaharuan kehidupan politik yaitu memperdayakan partai
politik untuk menegakkan kedaulatan rakyat, maka harus
dikembangkan sistem multipartai yang demokratis tanpa
intervensi pemerintah.
5. Penyelenggaraan pemilu.
6. Birokrasi sipil mengarah pada terciptanya institusi birokrasi yang
netral dan profesional yang tidak memihak.
7. Militer dan dwifungsi ABRI mengarah kepada mengurangi peran
sosial politik secara bertahap sampai akhirnya hilang sama sekali,
sehingga ABRI berkonsentrasi pada fungsi Hankam.
8. Sistem pemerintah daerah dengan sasaran memperdayakan
otonomi daerah dengan asas desentralisasi.
22
Hambatan Pelaksanaan Reformasi Politik
1. Hambatan kultural : mengingat pergantian kepemimpinan
nasional dari Soeharto ke B.J. Habibie tidak diiringi pergantian
rezim yang berarti sebagian besar anggota kabinet, gubernur,
birokrasi sipil, komposisi anggota DPR/MPR masih peninggalan
rezim Orba.
2. Hambatan legitimasi : pemerintah B.J. Habibie karena belum
merupakan hasil pemilu.
3. Hambatan struktural : berkaitan dengan krisis ekonomi yang
berlarut-larut yang berdampak bertambah banyak rakyat yang
hidup dalam kemiskinan.
4. Munculnya berbagai tuntutan otonomi daerah, yang jika tidak
ditangani secara baik akan menimbulkan disintegrasi bangsa.
5. Adanya kesan kurang kuat dalam menegakkan hukum terhadap
praktik penyimpangan politik-ekonomi rezim lama seperti praktik
KKN.
6. Terkotak-kotaknya elite politik, maka dibutuhkan kesadaran
untuk bersamasama menciptakan kondisi politik yang mantap
agar transformasi politik berjalan lancar.
23
2. Dibentuk peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan
tuntutan reformasi. Misal : Bidang ekonomi dikeluarkan UU
kepailitan, dihapuskan UU subversi, sesuai semangat HAM
dilepaskan napol-tapol (amnesti-abolisi).
3. Agenda reformasi bidang hukum difokuskan pada integrasi
nasional.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
2. Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi bukan untuk menjatuhkan
pemerintahan orde baru, apalagi untuk menurunkan Suharto dari kursi
kepresidenan.
3. Namun, karena pemerintahan orde baru pimpinan Suharto dipandang sudah
tidak mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Suharto diminta
untuk mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan
bangsa dan negara Indonesia di masa yang akan datang.
B. Saran
26