Pendahuluan
Pada 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatan Presiden Republik
Indonesia yang telah ia duduki selama 32 tahun. Pengunduran dirinya menandakan
berakhirnya Orde Baru dan dimulainya Masa Reformasi. Presiden kedua Indonesia
yang dijuluki sebagai “The Smiling General” itu mundur setelah terjadi unjuk rasa
mahasiswa besar besaran yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia.
Tuntutan Mahasiswa
Ada beberapa tuntutan mahasiswa dalam unjuk rasa yang berlangsung pada Mei 1998
tersebut, yaitu :
Dalam poin poin tuntutan tersebut, terdapat poin mengenai penegakan hukum, HAM
dan pemberantasan KKN. Hal ini disebabkan mahasiswa menilai pada zaman Orde
Baru, hukum dan HAM tidak ditegakkan dengan baik.
Walaupun ada kemajuan dalam pemenuhan HAM dibidang ekonomi dan pendidikan,
kenyataannya pemerintahan Orde Baru juga melakukan beberapa pelanggaran HAM
berat. Di bawah ini adalah garis waktu beberapa pelanggaran HAM pada masa Orde
Baru :
1966
1967
1969
Tempat Pemanfaatan Pulau Buru dibuka, ribuan tahanan yang tidak diadili
dikirim ke sana .
Operasi Trisula dilancarkan di Blitar Selatan.
Tidak menyeluruhnya proses referendum yang diadakan di Irian Barat, sehingga
hasil akhir jajak pendapat yang mengatakan ingin bergabung dengan Indonesia
belum mewakili suara seluruh rakyat Papua.
Dikembangkannya peraturan- peraturan yang membatasi dan mengawasi
aktivitas politik, partai politik dan organisasi kemasyarakatan. Di sisi lain, Golkar
disebut- sebut bukan termasuk partai politik.
1970
1971
1973
1974
Penahanan sejumlah mahasiswa dan masyarakat akibat demo anti Jepang yang
meluas di Jakarta yang disertai oleh pembakaran-pembakaran pada peristiwa
Malari. Sebelas pendemo terbunuh.
Pembredelan beberapa koran dan majalah, antara lain ‘Indonesia Raya’
pimpinan Muchtar Lubis.
1975
1977
1978
1980
1982
1983
1984
1985
1986
1989
1991
1992
Keluar Keppres tentang Monopoli perdagangan cengkeh oleh perusahaan-nya
Tommy Suharto.
Penangkapan Xanana Gusmao.
1993
1994
1995
1996
1997
1998
Kerusuhan Mei di beberapa kota meletus, aparat keamanan bersikap pasif dan
membiarkan. Ribuan jiwa meninggal, puluhan perempuan diperkosa dan harta
benda hilang. Tanggal 13 – 15 Mei 1998.
Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa Trisakti di jakarta , dua hari
sebelum kerusuhan Mei.
Pemberantasan KKN di Zaman Orde Baru
Pada masa awal Orde Baru, melalui pidato kenegaraan pada 16
Agustus 1967, Soeharto terang-terangan mengkritik Orde Lama, yang tidak mampu
memberantas korupsi dalam hubungan dengan demokrasi yang terpusat ke istana.
Pidato itu seakan memberi harapan besar seiring dengan dibentuknya Tim
Pemberantasan Korupsi (TPK), yang diketuai Jaksa Agung. Namun, ternyata
ketidakseriusan TPK mulai dipertanyakan dan berujung pada kebijakan Soeharto untuk
menunjuk Komite Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap bersih dan
berwibawa, seperti Prof Johannes, I.J. Kasimo, Mr Wilopo, dan A.
Tjokroaminoto, dengan tugas utama membersihkan Departemen Agama, Bulog, CV
Waringin, PT Mantrust, Telkom, Pertamina, dan lain-lain.
Empat tokoh bersih ini jadi tanpa taji ketika hasil temuan atas kasus korupsi
di Pertamina, misalnya, sama sekali tidak digubris oleh pemerintah. Lemahnya posisi
komite ini pun menjadi alasan utama. Kemudian, ketika Laksamana Sudomo diangkat
sebagai Pangkopkamtib, dibentuklah Operasi Tertib (Opstib) dengan tugas antara lain
juga memberantas korupsi. Perselisihan pendapat mengenai metode pemberantasan
korupsi yang bottom up atau top down di kalangan pemberantas korupsi itu sendiri
cenderung semakin melemahkan pemberantasan korupsi, sehingga Opstib pun hilang
seiring dengan makin menguatnya kedudukan para koruptor di singgasana Orde Baru.