Anda di halaman 1dari 5

Urutan Materi PKN (HAM)

Pengertian

Hak Asasi Manusia atau disingkat HAM merupakan sebuah konsep hukum dan normative yang menyatakan bahwa
manusia memiliki hak melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. HAM berlaku kapan saja, dimana saja
dan kepada siapa saja sehingga sifatnya universal, tidak dapat dicabut, tidak dapat dibagi, saling berhubungan dan
saling bergantung.

Dalam terminology modern , hak asasi manusia dapat digolognkan menjadi hak sipil dan politik yang berkenaan
dengan kebebasan sipil, serta hak ekonomi, sosial , dan budaya yang berkaitan dengan akses ke barang public.

Macam macam HAM


1. Hak Asasi Pribadi (kebebasan masuk dan mengikuti suatu organisasi, kebebasan mengusulkan pendapat,
kebebasan untuk memilih, memeluk dan menjalankan kepercayaan dan agama)
2. Hak Asasi Politik (hak menjadi warga negara, hak untuk memilih dan dipilih, hak untuk masuk dan
mendirikan partai politik)
3. Hak Asasi Ekonomi (hak memiliki, mecari dan mengumpulkan kekayaan, kebebasan memilih pekerjaan, hak
untuk menjual, membeli dan menyewa)
4. Hak Asasi Hukum (hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukun dan pemerintahan)
5. Hak Sosial dan Budaya(hak untuk mengembangkan dan berpartisipasi dalam budaya, hak untuk
mendapatkan perlindungan terhadap karya cipta, hak untuk mendapatkan Pendidikan, Kesehatan,
kesejahteraan dan Pendidikan yang lain)
6. Hak Asasi dalam Tata Cara Peradilan dan Perlindungan (hak dalam mendapat peradilan dan perlindungan
untuk penahanan, penangkapan, peradilan, penyitaan atau penggeledahan)

Contoh kasus
1. Sejarah Tragedi Trisakti
12 Mei 1998, peristiwa penembakan dalam demonstrasi yang menuntut presiden seoharto turun dari
jabatannya. Dalam penembakan tersebut, empat orang mahasiswa Universitas Trisakti tewas.
a. Elang Luhur Lesmana (1978 – 1998)
b. Heri Hertanto (1977 – 1998)
c. Hafidin Royan (1976 – 1998)
d. Hendrawan Sie (1975 – 1998)
Mengutip dari laporan Komisis Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS), 4 mahasiswa tewas tertembak
saat berada di dalam kampus triskati dan meregang nyawa akibat peluru tajam. Di anggota tubuh mereka
peluru tajam ditemukan bersarang di tempat tempat vital seperti kepala, tenggorokan dan dada.

Kronologi
1998 perekonomian Indonesia mulai goyah akibat krisis moneter yang terjadi sepanjang tahun 1997 – 1999.
M. Dawam Rahardjo dalam buku Orde baru dan Orde Transisi menyebit krisis 1998 semakin diperburuk oleh
kondisi pemerintahan di Indonesia yang dipenuhi praktik korupsi, kolusi serta nepotisme (KKN).kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah kala itu turun drastis. Apalagi, di tengah kondisi perekonomian yang
amburadul, rezim pemerintahan Surhato semakin rajin membungkam suara kritis dari masyarakat sipil. Pada
tahun-tahun krisis itulah, pemerintahan Orde Baru menampakkan wajah negara yang bengis dan otoriter.

alhasil, mahasiswa di berbagai daerah melakukan aksi demonstrasi besar-besaran. Narasi mereka serupa,
yakni untuk menurunkan Presiden Suharto—yang telah berkuasa 32 tahun lamanya—karena dianggap
semakin represif, antikritik, dan melanggengkan KKN.

di Jakarta, civitas akademika Universitas Trisakti turut menggelar aksi damai di dalam kampus pada 12 Mei
1998. Sejak pagi, aksi yang diisi mimbar bebas dan panggung orasi di pelataran parkir depan Gedung Syarid
Thayeb itu melibatkan ribuan mahasiwa serta dosen. Baru pada siang harinya, sekitar pukul 12.30 WIB, massa
aksi yang berjumlah 6.000-an orang berniat menggelar longmarch ke Gedung DPR/MPR. Mereka ingin
bergabung bersama massa aksi dari kampus lain yang sudah lebih dahulu berada di kompleks parlemen.
namun, massa yang sedang bersiap melakukan longmarch dari kampus Trisakti itu diadang oleh barisan aparat
militer bersenjata. Perwakilan mahasiswa pun bernegosiasi dengan pimpinan komando aparat, Letkol Inf. A.
Amril, meski hanya menemui jalan buntu. Intinya, mahasiswa dilarang melakukan longmarch dengan alasan
berpitensi memicu kemacetan dan kerusuhan di ibu kota. Akhirnya, massa aksi tertahan di gerbang kampus
Trisakti dan melanjutkan orasi. Sore harinya, sekitar pukul 16.45 WIB, wakil mahasiswa mengumumkan hasil
negosiasi lanjutan, yang mana hasil kesepakatan adalah baik aparat keamanan maupun mahasiswa sama-sama
mundur. Aksi demonstrasi siap untuk diakhiri.

akhirnya, mahasiswa bergerak mundur secara perlahan, demikian juga aparat keamanan. Namun, tiba-tiba
ada seorang yang mengaku alumni (meski tidak lulus) bernama Mashud, berteriak dengan mengeluarkan kata-
kata kasar dan kotor ke arah massa aksi di kampus Trisakti. Ulah Mashud itu memancing massa mahasiswa
untuk bergerak karena mengira ia salah seorang aparat keamanan yang menyamar. Pada sekitar pukul 17.00-
17.05 WIB, sejumlah saksi melihat Mashud lari ke barisan aparat yang berjaga karena dikejar massa. Insiden ini
menimbulkan ketegangan antara massa demonstran dan aparat. Sebenarnya, ketegangan tersebut sudah
hampir mereda, dan banyak mahasiswa peserta aksi di kampus Trisakti berjalan untuk membubarkan diri.
Namun, situasi berubah ketika ada sejumlah aparat keamanan meledek, menertawakan, dan mengucapkan
kata-kata kotor kepada mahasiswa. Pancingan itu segera membuat massa mahasiswa kembali berbalik arah.

ada saat yang bersamaan, barisan aparat langsung menyerang massa dengan tembakan dan pelemparan gas
air mata. Massa mahasiswa pun panik, dan berlarian menuju area kampus Trisakti. Saat itulah, aparat
melakukan penembakan yang membabi buta, pelemparan gas air mata hampir di setiap sisi jalan, pemukulan
dengan pentungan dan popor senjata, penendangan dan penginjakan terhadap banyak peserta aksi. Bahkan,
terjadi pelecehan seksual terhadap para mahasiswi. Sebagian aparat juga menyerbu ke pintu gerbang kampus
dan membuat formasi menembak. Tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban luka
hingga meninggal dunia. Akhirnya, tiga mahasiswa tewas seketika di dalam kampus, dan satu orang lainya
meninggal dunia di rumah sakit. Beberapa orang dalam kondisi kritis, sementara korban luka-luka akibat
tembakan ada 15 orang.

setahun setelah kejadian, proses hukum berjalan dan menyeret enam terdakwa yang masing-masing dihukum
2 sampai 10 bulan. Tiga tahun berselang, sembilan terdakwa kasus penembakan mahasiswa Trisakti diadili di
Pengadilan Militer dan dijatuhi hukuman 3 sampai 6 tahun penjara. Namun, hingga hari ini, dalang dari tragedi
Trisakti sama sekali belum pernah diadili. Peristiwa ini pun menambah panjang daftar kasus pelanggaran Hak
Asasi Manusia (HAM) di Indonesia yang proses hukumnya jalan di tempat.

UU yang dilanggar
UUD 1945 Pasal 28A “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”

2. G30S PKI
Gerakan 30 September (G30S) adalah sebuah peristiwa berlatar belakang kudeta yang terjadi selama satu
malam pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965 yang mengakibatkan gugurnya enam jenderal
serta satu orang perwira pertama militer indonesia dan jenazahnya dimasukkan ke dalam suatu lubang
sumur lama di area Lubang buaya, Jakarta timur.
Korban :
1. Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani
2. Mayor Jenderal TNI Raden Soeprapto
3. Mayor Jenderal TNI Mas Tirtodarmo Haryono
4. Mayor Jenderal TNI Siswondo Parman
5. Brigadir Jenderal TNI Donald Isaac Panjaitan
6. Brigadir Jenderal TNI Sutoyo Siswomiharjo
7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean
Kronologi

Kronologi G30S PKI


1. Awal Pemberontakan
Singkat: Awal Pemberontakan
Peristiwa G30S PKI terjadi selama dua hari satu malam, yakni mulai 30 September sampai 1 Oktober tahun
1965. Pada tanggal 30 September 1965, kegiatan koordinasi dan persiapan, selanjutnya pada tanggal 1
Oktober 1965 dinihari kegiatan pelaksanaan penculikan dan pembunuhan.Berikut kronologi singkat awal
pemberontakan G30S PKI:

- Gerakan 30 September 1965 berada di bawah kendali Letkol Untung dari Komando Batalion I resimen
Cakrabirawa
- Letkol Untung pemimpin Gerakan 30 September 1965
- Letkol Untung menunjuk Lettu Dul Arief menjadi ketua pelaksanaan penculikan.
- Pasukan bergerak mulai pukul 03.00, enam Jendral menjadi korban penculikan dan pembunuhan yakni
Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan dan
Brigjen Sutoyo dan satu perwira yakni Lettu Pierre Tendean. Keseluruhannya dimasukkan ke dalam lubang di
kawasan Pondok Gede, Jakarta.
- Satu Jendral selamat dalam penculikan ini yakni Jendral A.H. Nasution, namun putrinya menjadi korban yakni
Ade Irma Suryani serta ajudannya Lettu Pierre Tendean. Korban lain adalah, Brigadir Polisi K.S. Tubun wafat
ketika mengawal rumah Dr. J. Leimena.
- Gerakan ini menyebar juga di Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta, Kolonel Katamso dan Letkol. Sugiono menjadi
korban karena tidak mendukung gerakan ini.
- Setelah berhasil menculik dan membunuh petinggi AD, PKI menguasai gedung Radio Republik Indonesia. Dan
mengumumkan sebuah Dekrit yang diberi nama Dekrit no.1, yakni pernyataan bahwa gerakan G30S adalah
upaya penyelamatan negara dari Dewan Jendral yang ingin mengambil alih negara.

2. Penumpasan Pemberontakan
Akibat peristiwa pada 30 September 1965 itu, banyak petinggi AD tidak diketahui keberadaannya. Setelah
menerima laporan serta membuat perkiraan, Soeharto mengambil kesimpulan bahwa para perwira tinggi itu
telah diculik dan dibunuh, lalu langsung mengambil alih pimpinan AD guna menindaklanjuti peristiwa
tersebut.
Pada 1 Oktober 1965, penumpasan pemberontakan G30S PKI pun dimulai. TNI berusaha menetralisasi
pasukan-pasukan yang menduduki Lapangan Merdeka. Selanjutnya, Mayjen Soeharto menugaskan Kolonel
Sarwo Edhi Wibowo untuk merebut kembali gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi. Dengan dikuasainya RRI
dan Telekomunikasi, pada jam 20.00 WIB Soeharto mengumumkan bahwa telah terjadi perebutan
kekuasaan oleh pasukan G30S. Diumumkan pula bahwa Presiden Soekarno dan Menko Hankam/KASAB
Jenderal A.H. Nasution dalam keadaan selamat.
Pada 2 Oktober 1965, operasi berlanjut ke kawasan Halim Perdanakusuma, tempat pasukan G30S
mengundurkan diri dari kawasan Monas Kawasan. Pada tanggal yang sama atas petunjuk Polisi Sukitman
yang berhasil lolos dari penculikan PKI, pasukan pemerintah menemukan lokasi jenazah para perwira di
lubang sumur tua yang disebut Lubang Buaya.
Pada 4 Oktober 1965, dilakukan pengangkatan jenazah tersebut dan keesokan harinya dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Para perwira yang gugur akibat pemberontakan ini diberi
penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.

3. Pasca Pemberontakan
Upaya penumpasan terus dilakukan, rakyat Indonesia turut membantu dan mendukung penumpasan
tersebut. Demonstrasi anti-PKI berlangsung di Jakarta. Operasi penumpasan pun berlanjut dengan
menangkap orang-orang yang dianggap bertanggung jawab pada peristiwa itu.
Selanjutnya, atas desakan rakyat yang menuntut PKI untuk dibubarkan, puncaknya pada saat Presiden
Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), Soeharto langsung mengeluarkan
larangan terhadap PKI dan ormas-ormas di bawahnya.

UU yang dilanggar
Konstitusi UUD 1945 memasukkan ketentuan mengenai perlindungan HAM (BAB XA SD J) pada perubahan
Kedua sekitar tahun 1999-2002. Peristiwa G30S PKI jelas perbuatan MAKAR dengan maksud menggulingkan
pemerintah yang sah (Pasal 107 KUHP).

3. Kasus Pembunuhan Munir


Munir Said Thalib, S.H (8 Desember 1965 – 7 September 2004) adalah seorang aktivis HAM Indonesia.
Pada 7 September 2004, aktivis hak asasi manusia (HAM), Munir Said Thalib, meninggal dunia karena diracun
ketika sedang dalam penerbangan menuju Belanda.

Kronologi
Pada 6 September 2004, sekitar pukul 21.55 WIB, pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan
GA 974, yang ditumpangi Munir, lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta. Munir terbang ke Belanda dalam
rangka melanjutkan studi pascasarjana. Pesawat yang ditumpangi Munir, sempat transit di Changi,
Singapura, pada 7 September 2004 sekitar pukul 00.40 waktu setempat. Saat transit, Munir terlihat duduk di
Coffee Bean. Pada pukul 01.50 dini hari, pesawat lepas landas dari Changi dan melanjutkan penerbangan ke
Amsterdam, Belanda. Namun, baru tiga jam setelah terbang dari Changi, Munir diketahui sakit. Ia beberapa
kali ke toilet.

Munir dipindahkan dari tempat duduknya di kursi 40G ke kursi di samping dokter itu. Adapun dokter itu
duduk di kursi 1J. Setelah sempat dirawat oleh dokter itu, nyawa Munir pada akhirnya tidak dapat
diselamatkan. Munir mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 08.10 waktu setempat, ketika pesawat
berada di ketinggian 40.000 kaki di atas tanah Rumania. Munir yang berangkat dari Jakarta dalam keadaan
sehat, meninggal dunia sebelum pesawat mendarat di Amsterdam. Pesawat yang ditumpangi Munir
mendarat di Bandara Schiphol, Amsterdam, pada 7 September 2004 pukul 10.00 waktu setempat. Setelah
mendarat, 10 petugas polisi militer masuk ke pesawat untuk menjalankan prosedur pemeriksaan saat ada
penumpang meninggal dunia dalam penerbangan.

Jenazah Munir sempat diautopsi oleh pemerintah Belanda, sebelum kembali dibawa ke Indonesia untuk
dimakamkan. Pada 12 September 2004, jenazah Munir pun dimakamkan di Kota Batu, Jawa Timur. Berselang
dua bulan setelah kematian Munir, Institut Forensik Belanda (NFI) mengabarkan bahwa racun arsenik dalam
jumlah dosis yang fatal ditemukan di tubuh sang aktivis HAM. Dari sanalah, mulai muncul kecurigaan Munir
meninggal karena diracun di pesawat. Adapun pihak keluarga mendapatkan informasi terkait temuan racun
dalam hasil autopsi Munir melalui media Belanda. Mendengar informasi tersebut, pada 12 November 2004,
istri Munir, Suciwati, kemudian mendatangi Mabes Polri untuk meminta hasil autopsi suaminya. Namun,
Suciwati gagal mendapatkan hasil autopsi Munir. Selanjutnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
yang kala itu belum lama menjabat menggantikan Megawati, berjanji akan menindaklanjuti kasus
pembunuhan Munir.

Sejumlah LSM kemudian mengadakan jumpa pers di kantor KontraS untuk mendesak pemerintah segera
melakukan investigasi, menyerahkan hasil autopsi kepada keluarga Munir, dan membentuk tim penyelidikan
independen dengan melibatkan masyarakat sipil. Desakan kepada pemerintah untuk mengungkap pelaku
beserta dalang di balik kasus pembunuhan Munir pun disuarakan masyarakat di berbagai daerah.

Pada 28 November 2004, sebanyak delapan kru Garuda yang melakukan penerbangan bersama Munir,
diperiksa di Mabes Polri. Selanjutnya, total ada 21 orang yang diperiksa terkait kasus Munir. Setelah
mendapatkan desakan dan gelombang demonstrasi dari masyarakat dan para aktivis HAM, SBY akhirnya
mengesahkan Tim Pencari Fakta (TPF) untuk kasus Munir pada 23 Desember 2004. Pada 2005, TPF mulai
mendesak Polri untuk segera menetapkan tersangka dalam kasus Munir. TPF menilai, Polri terlalu lamban
dalam mengungkap pembunuhan Munir, sedangkan pihak Garuda seakan menutup-nutupi kasus tersebut.
Pada 28 Februari 2005, TPF menyebut, pihak manajemen Garuda diduga memalsukan surat penugasan
Pollycarpus, seorang pilot Garuda, yang turut dalam penerbangan bersama Munir. Pada 3 Maret 2005, TPF
melaporkan temuan terkait kasus Munir kepada SBY. TPF menyebut terdapat indikasi kejahatan konspiratif
dalam kasus pembunuhan Munir karena ada kecurigaan keterlibatan oknum PT Garuda Indonesia dan
pejabat direksi Garuda. Pada 14 Maret 2005, penyidik dari Bareskrim Polri memeriksa Pollycarpus.
Kemudian, pemeriksaan terhadap Pollycarpus kembali dilakukan pada 15 Maret 2005. Selain Pollycarpus,
ada enam calon tersangka lain (empat dari PT Garuda Indonesia), yang direkomendasikan TPF. Selain itu, TPF
juga mengendus keterlibatan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam kasus Munir. Sebab, terdapat data
percakapan antara Pollycarpus dengan orang BIN, Muchdi Purwoprandjono atau Muchdi Pr, sebelum dan
sesudah pembunuhan Munir. Pollycarpus juga disebut menerima perintah dari BIN untuk membunuh Munir.
Pada 18 Maret 2005, Pollycarpus resmi ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Munir. Ia ditahan di
rumah tahanan Mabes Polri. Setelah melewati penyelidikan panjang dan beberapa kali persidangan, pada 20
Desember 2005, Pollycarpus dijatuhi vonis 14 tahun penjara karena menjadi aktor pembunuhan Munir.
Adapun Direktur Utama PT Garuda Indonesia Indra Setiawan divonis satu tahun penjara lantaran dianggap
menempatkan Pollycarpus sebagai extra crew di jadwal penerbangan Munir. Sementara itu, tokoh-tokoh BIN
(Badan Intelejen Negaran, terbebas dari tuntutan atas pembunuhan Munir. Setelah mendapatkan berbagai
remisi hukuman, Pollycarpus yang semestinya baru keluar dari penjara pada 2022, sudah bebas bersyarat
pada November 2014. Namun, selepas menjalani hukuman, Pollycarpus tetap kukuh menyatakan bahwa dia
bukanlah pembunuh Munir.

Pasal 340 KUHP “Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam dengan pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup
atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun”

UU no 26 thun 2000 tentang pengadilan ham, mnuia dibentuk untuk menciptakan kepastian hukum dan
penegakan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pasal 7 UU nomor 26 tahun 2000,


Kejahatan genosida, dalam pasal 8 uu nomor 26 tahun 2000 kejahatan genosida diartikan sebagai perbuatan
dengan maksud mengahancurkan atau memusnahkan seluruh atau Sebagian kelompok bangsa, ras, etnis
dan agama dengan cara,
1. Membunuh anggota kelompok
2. Menimbulkan penderitaan fisik atau mental yang berat
3. Menciptakan kehidupan kelompok yang mengakibatkan kemusnahan secara fisik
4. Memaksakan Tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran dalam kelompok
5. Memindahkan secara paksa anak anak dari suatu kelompok ke kelompok lainny
Kejahatan terhadap kemanusiaan, dalam pasal 9 uu nomor 26 tahun 2000, diartikan sebagai perbuatan
berbentuk serangan secara meluas atau sistematis dan ditujukan langsung kepada penduduk sipil.
Contohnya seperti pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran, kekerasan seksual, penganiayaan,
perampasan kemerdekaan dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai