Anda di halaman 1dari 6

Pelanggaran HAM pada Tragedi Trisakti 1998

Anggota Kelompok:
1) Intan Aulia Pratiwi
2) Rizkya Annurie Ramadhani
3) Nadia Syakira Aurellia
4) Lusi Rahma Kamalia Putri
5) Shaskya Mega Saputra
6) Jonathan Kurniawan Togatorop
7) Arnesten Bukit
8) Rayhan Hayatul Ikhlas

SMAN 28 KABUPATEN TANGERANG


Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang
berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun.

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai norma hukum tertinggi telah memuat pasal-pasal yang menjamin
perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM.

Oleh karena itu, sebagai warga negara yang baik, kita mempunyai kewajiban untuk menjunjung tinggi nilai
hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan golongan, status, keturunan, dan lain-lain.

Sehingga, melanggar hak asasi seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan dengan
kita melanggar hak asasi seseorang, berarti kita telah merenggut hak asasi orang tersebut.

Pelanggaran hak asasi manusia memang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia, akan tetapi,
masih banyak ditemukan sejumlah kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.

Jenis-jenis Hak Asasi Manusia (HAM)


1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
Ini adalah jenis HAM yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama,
kebebasan bergerak, dan sebagainya. Hak-hak asasi pribadi ini sebagai berikut: Hak kebebasan untuk
bergerak, berpergian, dan berpindah-pindah tempat, hak kebebasan untuk memilih dan aktif dalam
organisasi atau perkumpulan, dan kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing.

2. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)


Ini adalah jenis HAM untuk memiliki sesuatu, membeli, dan menjual serta memanfaatkannya. Hak-hak
asasi ekonomi ini sebagai berikut: hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli, hak kebebasan mengadakan
perjanjian kontrak, hak kebebasan memiliki sesuatu dan hak memiliki atau mendapatkan pekerjaan yang
layak.

3. Hak Asasi Politik (Political Rights)


Ini adalah jenis HAM untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam suatu
pemilihan umum), hak untuk mendirikan partai politik dan sebagainya. Hak-hak asasi politik ini sebagai
berikut: hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan, hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan,
hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik lainnya, dan hak untuk membuat dan
mengajukan suatu usulan petisi.

4. Hak Asasi Hukum (Rights Of Legal Equality)


Ini adalah jenis HAM yang berkaitan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Hak-hak asasi hukum
sebagai berikut: hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan, hak untuk
menjadi pegawai negeri sipil (PNS), dan hak untuk mendapatkan layanan dan perlindungan hukum.
5. Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Cultural Rights)
Ini adalah jenis HAM yang berkaitan dengan hak untuk memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan
kebudayaan dan sebagainya. Hak-hak asasi sosial budaya ini sebagai berikut: hak menentukan, memilih, dan
mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan pengajaran, dan hak untuk mengembangkan budaya yang
sesuai dengan bakat dan minat.

6. Hak Asasi Dalam Tata Cara Peradilan dan Perlindungan Hukum (Procedural Rights)
Ini adalah jenis HAM yang berisi peraturan dalam penahanan, penangkapan, penggeledahan, peradilan dan
sebagainya. Hak-hak asasi peradilan ini sebagai berikut: hak mendapatkan pembelaan hukum di pengadilan.
Dan hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan penyelidikan di muka
hukum.
Tragedi Trisakti 1998
Kasus Pelanggaran Berat HAM di Indonesia

Pada Mei 1998 terjadi demonstrasi besar-besaran yang merenggut nyawa mahasiswa. Peristiwa bersejarah itu
dikenal dengan nama Tragedi Trisakti. Tragedi Trisakti ini menimpa mahasiswa saat sedang berdemonstrasi
menuntut Soeharto untuk turun dari jabatannya. Kejadian mengenaskan ini menewaskan empat orang
mahasiswa Universitas Trisakti. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan
Hendriawan Sie. Keempat pemuda tersebut tewas tertembak di dalam kampus.

Latar Belakang
Awal tahun 1998, perekonomian di Indonesia tengah terganggu. Hal ini dipengaruhi oleh adanya krisis
finansial Asia sepanjang tahun 1997 sampai 1999. Mahasiswa kemudian melakukan aksi demonstrasi
besar-besaran ke Gedung Nusantara, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.

Kronologi
Para mahasiswa melakukan aksi damai dari Kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pukul 12.30.
Sayangnya, aksi mereka dihalangi oleh Polri yang disusul dengan kedatangan militer. Beberapa mahasiswa
kemudian mencoba untuk bernegosiasi dengan pihak Polri. Akhirnya pukul 17.15, para mahasiswa bergerak
mundur. Pergerakan ini diikuti dengan majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai
menembakkan peluru mereka ke arah para mahasiswa. Karena panik, mereka tercerai berai, sebagian besar
melarikan diri dan berlindung di Universitas Trisakti. Aparat keamanan tidak berhenti melemparkan
tembakan peluru mereka. Satu per satu korban mulai berjatuhan dan dilarikan ke Rumah Sakit Sumber
Waras.
Penembakan
Penembakan yang terjadi terhadap mahasiswa diketahui tidak hanya dilakukan oleh aparat keamanan yang
berada di hadapan para demonstran. Dalam berbagai dokumentasi televisi, juga terlihat adanya tembakan
yang berasal dari atas fly over Grogol dan jembatan penyebrangan. Aparat keamanan tidak hanya
menembaki mereka dengan peluru karet, tetapi juga menggunakan peluru tajam. Wakil Ketua Komnas
HAM, Marzuki Darusman, yang turut hadir di kampus Trisakti menyatakan adanya serangan terhadap
kemanusiaan dalam menangani massa. Mahasiswa yang menjadi korban dilarikan ke Rumah Sakit Sumber
Waras. Suasana memilukan pun sangat terasa di Unit Gawat Darurat RS Sumber Waras. Dari aksi
penembakan ini terdapat enam korban yang tewas. Kemudian beberapa hari kemudian dipastikan ada empat
mahasiswa Trisakti yang juga menjadi korban.

Siapa pelaku penembakan Tragedi Trisakti?


Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, ditemukan serpihan peluru kaliber 5,56 mm di tubuh salah satu
korban mahasiswa Universitas Trisakti, Heri Hertanto. Hasil otopsi Tim Pencari Fakta ABRI juga
mengungkapkan hasil yang sama. Namun, Kapolri yang menjabat saat itu, Jenderal Pol Dibyo Widodo
membantah jika anak buahnya menggunakan peluru tajam. Kapolda Metro Jaya Hamami Nata juga
menyatakan bahwa polisi hanya menggunakan tongkat pemukul, peluru kosong, peluru karet, dan gas air
mata. Persidangan terhadap enam terdakwa beberapa tahun kemudian juga tidak dapat menjawab siapa yang
menjadi pelaku di balik peristiwa nahas tersebut. Misteri penembakan ini masih terus menyelimuti sejarah
kelam 12 Mei 1998. Akan tetapi, empat mahasiswa yang tewas dalam Tragedi 12 Mei 1998 ini dikenang
sebagai Pahlawan Reformasi oleh pihak kampus. Nama empat mahasiswa itu diabadikan menjadi nama jalan
di Kampus Usakti, Nagrak, dan Bogor.

Empat mahasiswa Trisakti yang menjadi korban


1. Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur Trisakti, angkatan 1996) mengalami luka tembak
menembus jantung hingga ke punggung.
2. Hafidin Royan (Fakultas Teknik Sipil Trisakti, angkatan 1995) mengalami luka tembak di kepala.
3. Heri Hertanto (Fakultas Teknik Industri Trisakti, angkatan 1995) mengalami luka tembak di
punggung.
4. Hendriawan Sie (Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Trisakti, angkatan 1996) mengalami luka
tembak di pinggang.

Penyebab Tragedi Trisakti


Tragedi Trisakti memiliki beberapa faktor, yaitu krisis kepercayaan, krisis hukum, krisis politik, dan krisis
ekonomi. Keadaan ekonomi Indonesia mengalami krisis pada permulaan tahun 1998. Hal ini karena
dampak dari krisis finansial Asia yang terjadi selama tahun 1997-1999. Disisi lain, pemerintahan Orde Baru
yang dipimpin oleh Presiden Soeharto cenderung otoriter dan tidak demokratis. Banyak kritik dari rakyat
yang dibungkam dan bahkan beberapa orang yang berani mengkritik akan dihilangkan secara paksa.
Terlebih lagi, kehakiman berada dalam kontrol Presiden Soeharto.
Penyebab tragedi Trisakti kemudian memancing berbagai situasi yang memburuk seperti terjadinya
kerusuhan Mei 1998, peristiwa Semanggi I dan peristiwa Semanggi II yang juga menelan korban luka, tewas
dan kerugian materil serta kerusakan mental yang tidak sedikit. Kerusuhan dan berbagai peristiwa yang
terjadi setelah itu tetap tidak menggoyahkan konsentrasi para mahasiswa untuk bergerak dan menuntut
adanya perubahan. Mahasiswa telah berhasil menguasai kompleks gedung MPR/DPR pada 18 Mei 1998.
Soeharto pada akhirnya mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan menyerahkan jabatannya pada Wakil
Presiden BJ. Habibie sebagai Presiden RI ketiga untuk memerintah dan meninggalkan ciri pokok orde baru
yang selama ini dipraktekkan dalam pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai