Anda di halaman 1dari 4

Tragedi Trisakti, Mei 1998

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang
harus diperoleh oleh setiap manusia. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali
dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan
lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Dalam hal
pemenuhan hak, kita hiduptidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain.

Pelanggaran hak asasi manusia memang bertentangan dengan hukum yang berlaku di
Indonesia, akan tetapi, masih banyak ditemukan sejumlah kasus pelanggaran hak asasi
manusia di Indonesia. Salah satu contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia
adalah Tragedi Trisakti 1998. Jaminan hak asasi manusia yang telah dilanggar dalam kasus
itu adalah jaminan hak untuk hidup. Jaminan hak asasi tersebut tercantum pada UUD 1945
Pasal 28A.

Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28A yang berbunyi: Setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Dalam pasal 28A tersebut
jelas diterangkan bahwa pasal tersebut menjamin hak seseorang untuk hidup. Tetapi, dalam
kasus Tragedi Trisakti 1998, para anggota polisi dan militer/TNI yang terlibat dalam kasus itu
telah merenggut hak hidup mahasiswa Universitas Trisakti dengan cara menginjak,
memukuli, dan menembak mahasiswa secara brutal. Akibat dari peristiwa itu, empat orang
dinyatakan tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka parah.

Kasus tersebut mengakibatkan beberapa kejadian yang juga menimbulkan


pelanggaran hak asasi manusia. Salah satunya terjadi amuk massa dimana-mana, bahkan etnis
China juga menjadi sasarannya. Selain membunuh, massa yang mengamuk itu juga
memperkosa para wanita keturunan etnis tersebut. Hanya dari sebuah kasus yang melanggar
satu bahkan lebih jaminan hak asasi manusia saja, dapat mengakibatkan pelanggaran hak
asasi manusia yang lain.

Kronologi Tragedi Trisakti

Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa dan gerakan
rakyat pro-demokrasi pada akhir dasawarsa 1990-an. Gerakan ini menjadi monumental
karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan Presiden Republik
Indonesia pada tangal 21 Mei 1998, setelah 32 tahun menjadi Presiden Republik Indonesia.
Pemerintahan orde baru mulai goyah pada awal th 1998. Pada April 1998, Soeharto
terpilih kembali menjadi Presiden Republik Indonesia untuk ketujuh kalinya (tanpa wakil
presiden) Namun, terpliihnya Soeharto untuk terakhir kalinya ini ternyata mendapatkan
kecaman dari mahasiswa karena krisis ekonomi yang membuat hampir setengah dari seluruh
penduduk Indonesia mengalami kemiskinan.

Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter pada


pertengahan tahun 1997. Tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan
mahasiswa.

Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa, terutama setelah


pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4
Mei 1998.

Demonstrasi digulirkan sejak sebelum Sidang Umum (SU) MPR 1998 diadakan oleh
mahasiswa Yogyakarta dan menjelang serta saat diselenggarakan SU MPR 1998 demonstrasi
mahasiswa semakin menjadi-jadi di banyak kota di Indonesia termasuk Jakarta, sampai
akhirnya berlanjut terus hingga bulan Mei 1998.

Setelah keadaan semakin panas dan hampir setiap hari ada demonstrasi tampaknya
sikap Brimob dan militer semakin keras terhadap mahasiswa apalagi sejak mereka berani
turun ke jalan. Pada tanggal 12 Mei 1998 ribuan mahasiswa Trisakti melakukan demonstrasi
menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden Indonesia saat itu yang telah terpilih
berulang kali sejak awal orde baru. Mereka juga menuntut pemulihan keadaan ekonomi
Indonesia yang dilanda krisis sejak tahun 1997.

Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR di


Slipi. Dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka kembali ke kampus dan sore
harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan itu berlangsung
sepanjang sore hari dan mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal dunia dan puluhan
orang lainnya baik mahasiswa dan masyarakat masuk rumah sakit karena terluka.

Sepanjang malam tanggal 12 Mei 1998 hingga pagi hari, masyarakat mengamuk dan
melakukan perusakan di daerah Grogol dan terus menyebar hingga ke seluruh kota Jakarta.
Mereka kecewa dengan tindakan aparat yang menembak mati mahasiswa. Jakarta geger dan
mencekam.

Mahasiswa mahasiswa yang Gugur sebagai pahlawan reformasi pada saat terjadinya
Tragedi Trisakti adalah:
Elang Mulya
Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998
Hafidin Royan
Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998
Hendriawan Sie
Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998.
Hery Hartanto
Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998

HAK YANG DI LANGGAR

Salah satu hak yang dilanggar dalam peristiwa tersebut adalah hak dalam kebebasan
menyampaikan pendapat. Hak menyampaikan pendapat adalah kebebasan bagi setiap warga
negara dan salah satu bentuk dari pelaksanan sistem demokrasi pancasila di Indonesia.
Peristiwa ini menggoreskan sebuah catatan kelam di sejarah bangsa Indonesia dalam hal
pelanggaran pelaksanaan demokrasi pancasila. Dari awal terjadinya peristiwa sampai
sekarang, pengusutan masalah ini begitu terlunta-lunta. Sampai sekarang, masalah ini belum
dapat terselesaikan secara tuntas karena berbagai macam kendala. Sebenarnya, beberapa saat
setelah peristiwa tersebut terjadi, Komnas HAM berinisiatif untuk memulai untuk mengusut
masalah ini. Komnas HAM mengeluarkan pernyataan bahwa peristiwa ini adalah
pelanggaran HAM yang berat. Masalah ini pun selanjutnya dilaporkan ke Kejaksaan Agung
untuk diselesaikan. Namun, ternyata sampai sekarang masalah ini belum dapat diselesaikan
bahkan upayanya saja dapat dikatakan belum ada. Belum ada satupun langkah pasti untuk
menyelesaikan masalah ini. Alasan terakhir menyebutkan bahwa syarat kelengkapan untuk
melakukan siding belum terpenuhi sehingga siding tidak dapat dilaksanakan. Seharusnya jika
pemerintah benar-benar menjunjung tinggi HAM, seharusnya masalah ini harus diselesaikan
secara tuntas agar jelas agar segala penyebab terjadinya peristiwa dapat terungkap sehingga
keadilan dapat ditegakan.

Solusi

Sebenarnya ada beberapa solusi yang dapat mengatasi kasus Trisakti khususnya kasus
yang berkaitan tentang pelanggaran hak asasi manusia untuk hidup.
Pertama, pemerintah melalui Komnas HAM, harus menyelidiki dengan seksama
tentang apa yang terjadi pada saat itu, penyebab timbulnya masalah, dan siapa saja
pelaku yang berperan serta dalam masalah itu.

Kedua, jika ternyata Komnas HAM dan pemerintah tidak sanggup melakukan
penegakan hak asasi manusia di Indonesia, maka kita harus meminta lembaga yang
lebih tinggi, yaitu PBB. Hal ini bertujuan untuk mengambil alih kasus ini sebelum
kasus ini kadaluarsa dan ditutup.

Ketiga, menghargai hak-hak asasi dari warga negara Indonesia, dengan


mengusahakan secara maksimal agar hak kita untuk hidup dijunjung tinggi, begitu
pula hak asasi lain seperti hak kita untuk memperoleh penghidupan yang layak,
perekonomian yang baik, kebebasan mengemukakan pendapat, perlakuan yang sama
dihadapan hukum, dan lain sebagainya.

Keempat, pemerintah yang berwenang harus menegakkan/menegaskan hukum yang


berlaku yang berkaitan dengan jaminan hak asasi manusia di Indonesia, serta
memberikan sanksi yang berat dan tegas bagi pelaku pelanggaran hak asasi manusia.
Saya berharap, dengan beberapa solusi tadi dapat mengurangi kasus-kasus
pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia khususnya pelanggaran hak hidup.

Anda mungkin juga menyukai