Anda di halaman 1dari 12

1.

Dekrit Presiden
a. Apa yang anda ketahui tentang konsepsi Presiden, jelaskan?
Pada bulan Februari 1957, Presiden Soekarno
memanggil semua pejabat sipil dan militer
beserta semua pimpinan partai politik ke
Istana Merdeka. Dalam pertemuan tersebut
dikeluarkan konsepsi berisi:
1.Dibentuk kabinet gotong royong
yang terdiri atas wakil-wakil semua
partai ditambah dengan golongan
fungsional.
2.Dibentuk dewan nasional. Anggotaanggotanya adalah wakil-wakil partai
dan golongan fungsional dalam masyarakat. Fungsi Dewan adalah
member nasehat kepada cabinet baik diminta maupun tidak.
Konsepsi itu ditolak beberapa partai yakni Masyumi, NU, PSII, Partai
Katolik, dan PRI. Mereka berpendapat bahwa susunan ketatanegaraan
secara radikal harus diserahkan kepada konstituante. Kemudian dengan
alasan menyelamatkan Negara, Presiden Soekarno mengajukan suatu
konsepsi dengan nama Demokrasi Terpimpin. Konsepsi presiden itu
mendapat tantangan yang hebat. Masalahnya menjadi sangat serius
karena konstituante mengalami kemacetan dalam menerapkan dasar
Negara. Sekelompok partai menghendaki Pancasila agar menjadi dasar
Negara namun sekelompok partai lainnya menghendaki agar agama islam
sebagai dasar Negara. Dalam upaya mengatasi kemacetan konstituante,
muncul gagasan untuk kembali ke UUD 1945 dari kalangan ABRI.
Pemungutan suara dilaksanakan 3 kali dan hasilnya suara yang setuju
selalu lebih banyak daripada suara yang menolak kembali ke UUD 1945.
Tetapi anggota yang hadir belum memenuhi quorum. Dalam situasi dan
kondisi seperti ini, beberapa tokoh partai politik mengajukan usul kepada
presiden Soekarno agar mendekritkan kembali berlakunya UUD 1945 dan
pembubaran konstituante.
b. Sebutkan isi dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959!
Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno menyampaikan dekrit kepada
seluruh rakyat Indonesia. Adapun isi Dekrit Presiden tersebut adalah:

1.pembubaran Konstituante,
2.berlakunya kembali UUD
1945, dan tidak
berlakunya lagi UUD S 1950,
serta
3.pemakluman bahwa
pembentukan MPRS
dan DPAS akan dilakukan dalam
waktu sesingkat-singkatnya.
Dengan dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 maka negara kita
memiliki kekuatan hukum untuk
menyelamatkan negara dan bangsa
Indonesia dari ancaman perpecahan.
Sebagai tindak lanjut dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 maka dibentuklah
beberapa lembaga negara yakni: Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS), Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
maupun Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR - GR). Dalam
pidato Presiden Soekarno berpidato pada tanggal 17 Agustus 1959 yang
berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita. Pidato yang terkenal dengan
sebutan Manifesto Politik Republik Indonesia (MANIPOL) ini oleh DPAS
dan MPRS dijadikan sebagai Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Menurut Presiden Soekarno bahwa inti dari Manipol ini adalah UndangUndang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi
Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia. Kelima inti manipol ini sering
disingkat USDEK.
Dengan demikian sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan bernegara ini baik di
bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya. Dalam bidang politik,
semua lembaga negara harus berintikan Nasakom yakni ada unsur
Nasionalis, Agama, dan Komunis. Dalam bidang ekonomi pemerintah
menerapkan ekonomi terpimpin, yakni kegiatan ekonomi terutama dalam
bidang impor hanya dikuasai orang- orang yang mempunyai hubungan
dekat dengan pemerintah. Sedangkan dalam bidang sosial budaya,
pemerintah melarang budaya-budaya yang berbau Barat dan dianggap
sebagai bentuk penjajahan baru atau Neo Kolonialis dan imperalisme
(Nekolim) sebab dalam hal ini pemerintah lebih condong ke Blok Timur.
c. Jelaskan apa yang dimaksud Manipol-USDEK!
Manipol adalah akronim dari Manifesto Politik Republik Indonesia,
merupakan pemikiran presiden Soekarno yang disampaikan dalam
pidatonya berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita pada saat
peringatan HUT RI ke 14, 17 Agustus 1959. Pidato tersebut merupakan

penjelasan
resmi
atau
pertanggungjawaban
atas
Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Pada bulan
September 1945 atas usulan DPA
Manipol ditetapkankan sebagai Garis
Besar Haluan Negara (GBHN)dalam Tap
MPRS no. I/MPRS/1960. Intisari Manipol
terdiri dari : UUD 1945, Sosialisme
Indonesia,
Demokrasi
Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian
Indonesia (USDEK). Manipol seperti
ajaran Bung Karno lainnya dipengaruhi
paham Marxisme. Manipol juga disejajarkan dengan program PKI seperti
yang digariskan oleh Konggres Nasional PKI V. Mengapa Manipol dengan
mudah diterima sebagian besar rakyat pada waktu itu. Masalah tersebut
tidak lepas dari kegagalan demokrasi Parlementer. Pemerintahan yang
intsabil dan kesejahteraan rakyat yang kian merosot menyebabkan rakyat
mendambakan orang kuat yang diharapkan mampu menghantar ke
masa depan yang lebih baik. Muncullah Bung Karno dengan Manifesto
Politiknya yang populer disertai kata-kata dan janji-janji indah, yang
sebenarnya tidak lebih sebagai indoktrinasi belaka. Hampir Semua partai
dan golongan mendukung Manipol. Walaupun belakangan dirasakan
pemerintahan Bung Karno selama masa Demokrasi Terpimpin adalah
bentuk otoriterianisme.
2. Bagaimana pengertian Demokrasi terpimpin sesuai konstituante dan
bagaimana praktik pelaksanaannya?
Demokrasi Terpimpin adalah sebuah istilah untuk sebuah pemerintahan
demokrasi dengan peningkatkan otokrasi. Pemerintahan dilegitimasi oleh
pemilihan umum yang walaupun bebas dan adil, digunakan oleh pemerintah
untuk melanjutkan kebijakan dan tujuan yang sama.
Praktik pelaksanaanya:
a. Kedudukan residen diatas MPRS.
b. Presiden mengangkat MPRS.
c. Pembubaran DPR hasil pemilu dan pembentukan DPR-GR.
3. Uraikan terjadinya penyimpangan UUD 1945 dibidang politik pada
masa Demokrasi Terpimpin!
Penyimpangan-penyimpangan UUD 1945 selama ORLA sebagai berikut :
a. Kedudukan Presiden, berdasarkan UUD 1945, kedudukan presiden di
bawah MPR. Namun pada masa ORLA, MPRS justru tunduk kepada
presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan dan
ditetapkan MPRS. Buktinya presiden justru mengangkat ketua dan
wakil-wakil ketua MPRS yang masing-masing diambilkan dari pimpinan
partai-parti besar (PNI, NU, dan PKI).
b. Pembentukan
MPRS,
dalam
UUD
1945
disebutkan
bahwa
pengangkatan anggota MPR sebagai lembaga tertinggi Negara harus
melalui pemihihan umum. Namun presiden Soekarno justru
mengeluarkan Penetapan Presiden No. 2 tahun 1959 yang berisi
pembentukan MPRS.

c. Manifesto Politik Republik Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai


Manipol dijadikan sebagai Garis-garis Besar Haluan Negara. Manipol
merupakan pidato presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959.
Padahal menurut ketentuan UUD 1945 yang menetapkan GBHN adalah
MPR.
d. Pembubaran DPR hasil Pemilu dan pembentukan DPR-GR oleh
Presiden. Berdasarkan UUD 1945 kedudukan presiden dan DPR sejajar,
sehingga presiden tidak berhak membubarkan DPR. Pembentukan DPR
pun harus dari Pemilihan Umum, bukan oleh presiden. Namun presiden
Soekarno telah membubarkan DPR hasil Pemilu 1955 karena lembaga
tersebut menolak Rancangan Anggaran Belanja Negara (RAPBN) yang
diajukan presiden. Berdasarkan UUD 1945 semestinya pemerintah
menggunakan APBN tahun yang sebelumnya jika RAPBN yang diajukan
ditolak oleh DPR, bukannya membubarkan DPR dan membentuk DPRGR.
e. Pengangkatan Presiden seumur hidup. Oleh MPRS presiden Soekarno
diangkat dan ditetapkan sebagai presiden seumur hidup. Ketetapan
tersebut bertentangan dengan UUD 1945 yang menyebutkan presiden
dipilih untuk lima tahun masa jabatan dan sesudah itu dapat dipilih
kembali. Pengangkatan presiden seumur hidup menunjukkan gejala
kultus individu terhadap presiden Soekarno. Karena Bung Karno juga
mendapat gelar-gelar kehormatan lainnya seperti Pemimpin Besar
Revolusi (PBR).
f. Garis politik Luar negeri UUD 1945 adalah politik luar negeri bebas
aktif. Bebas berarti tidak terikat oleh suatu ideology atau oleh politik
Negara asing atau blok Negara-negara tertentu. Aktif artinya dengan
sumbangan nyata Indonesia giat mengembangkan kebebasa,
persahabatan, dan kerjasama internasional dengan menghormati
kedaulatan Negara lain. Namun selama ORLA politik luar negeri
Indonesia dibawa condong ke Negara blok Timur. Indonesia akrab
dengan Uni Soviet dan Republik Rakyat China yang berhaluan komunis
dengan membentuk posros Jakarta-Peking-Moskow. Di pihak lain
Indonesia berkonfrontasi dengan Negara blok barat, bahkan dengan
Negara tetangga, Malaysia. Sehingga politik bertetangga baik (good
neighbor policy) pun tidak dijalankan.
g. Masuknya pengaruh PKI
Konsep nasakom member peluang kepada PKI untuk memperlua dan
mengembangkan pengaruhnya. Secara perlahan-lahan dan hati-hati,
PKI berusaha menggeser kekuatan-kekuatan yang menghalanginya
dan berusaha menggeser kedudukan Pancasila dan UUD 1945
digantikan menjadi komunis.
4. Apa yang anda ketahui tentang Dekon, jelaskan!
Dekon adalah akronim dari Deklarasi Ekonomi yang dikeluarkan pemerintah
Orde Lama pada tanggal 28 Maret 1963. Dekon berisi 14 paket peraturan
pokok atau peraturan pelaksanaan yang dimaksudkan sebagai strategi dasar
ekonomi Indonesia dan merupakan bagian dari strategi umum Revolusi
Indonesia. Tujuan dari Dekon adalah menciptakan ekonomi yang bersifat
nasional, demokratis, dan bebas dari sisa-sisa imperialisme, untuk mencapai
tahapan kemajuan ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.

Mengingat pada masa Demokasi Terpimpin tidaklah mudah untuk


mendapatkan bantuan luar negeri maka prinsip yang dipakai dalam
membangun ekonomi pada masa itu lebih mengandalkan pada sistem
ekonomi Berdikari (berdiri dengan kaki sendiri). Pelaksanaan Dekon
menimbulkan dampak stagnasi perkembangan ekonomi, hal ini disebabkan
pelaksanaan peraturan pokok ternyata bertentangan dengan prinsip-prinsip
Dekon sendiri. Dekon dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya ternyata
tidak mampu mengatasi kemerosotan ekonomi, bahkan memperbesar beban
hidup rakyat karena indeks biaya hidup semakin meningkat, harga barang
naik, dan laju inflasi semakin meningkat. Kesimpulannya Dekon telah gagal
membawa kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
5. Apakah yang anda ketahui tentang politik mencusuar dan semboyan
politik adalah panglima!
a. Politik mercusuar
Negara begitu melindungi, mengayomi, berperan aktif dikancah
internasional, namun tidak mempedulika n nasib Negara dan bangsanya
sendiri. Politik mercusuar dilakukan agar Negara tersebut menjadi Negara
yang hebat dimata dunia, disegani dan disanjung dengan berbagai peran
yang dilakukan untuk dunia. Sementara rakyatnya dibiarkan terlunta-lunta
dengan segala permasalahan dalam negeri.
Politik luar negeri mengarah pada politik mercusuar antara lain:
A. Membagi kekuasaan politik dunia menjadi dua, yaitu:
- Oldefo ( Old Established Forces), yaitu kekuatan lama yang telah
mapan yakni negara-negara kapitalis yang neokolonialis dan
imperialis(Nekolim)
- Nefo ( New Emerging Forces) , yaitu kekuatan baru yang sedang
muncul yakni negara-negara progresif revolus ioner
B. Menyelenggarakan pesta olahraga Negara-negara NEFO yang dikenal
dengan nama GANEFO (Games of New Emerging Forces)
C. Membentuk poros Jakarta-Peking (Politik Poros)
D. Terjadinya konfrontasi dengan Malaysia, karena Malaysia dianggap
sebagai Negara Neokolim (antek-antek Negara Barat) dan menentang
pembentukan Negara federasi Malaysia. Akibatnya Indonesia keluar
dari PBB karena Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB.
b. Politik adalah Panglima adalah asas yang diterapkan pada masa
Demokrasi Terpimpin. Dalam asas tersebut berlaku ketentuan bahwa arah
politik bangsa dan Negara yaitu demokrasi terpimpin menjadi panduan
semua aspek kehidupan. Dalam lapangan ekonomi misalnya diberlakukan
ekonomi terpimpin. Sayangnya pelaksanaan demokrasi terpimpin lebih
kuat unsur terpimpinnya daripada unsur demokrasinya. Dampaknya figur
sang pemimpin yaitu Bung Karno sangat mendominasi semua
pengambilan kebijaksanaan pemerintahan sehingga tidak ubahnya seperti
pelaksanaan pemerintahan yang otoriter. Dampak lainnya semua

kehidupan serba dipolitisir, sehingga keputusan-keputusan departemen


bahkan keputusan Negara berbau politik.
6. Tentang Politik Luar Negeri Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin.
a. Bagaimana konsep politik luar negeri Indonesia sesuai dengan
UUD 1945
Politik luar negeri Indonesia dilaksanakan berdasarkan pada pancasila dan
UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 khususnya alinea II dan IV menegaskan
bahwa Negara Indonesia sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat
berhak menentukan nasibnya sendiri serta berhak mengatur hubungan
kerjasama dengan Negara lain.
b. Bagaimanakah pelaksanaan politik luar negeri Indonesia selama
masa Demokrasi Terpimpin!
a. Terjadinya konfrontasi Nefo dan Oldefo
b. Politik konfrontasi Malaysia
c. Politik Mercusuar
d. Politik Gerakan Non-Blok
c. Apa yang dimaksud dengan Nefo dan Oldefo
Nefo(New Emergenzing Force) antara tahun 1959-1965 dikenal
sebagai sebuah kekuatan Negara-negara berkembang yang dipelopori
oleh Indonesia, India, China, Rusia, Mesir, dan Aljazaire. Anggota Nefo
terdiri dari Negara-negara yang ada di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Nefo anti imperalisme dan kolonialisme.
Oldefo (Old Established Force) merupakan kekuatan lama yang telah
mapan yakni Negara-negara kapitalis yang neokolonialisme dan
Imperealisme (neokolim).
7. Uraikan kebijakan yang ditempuh pemerintah orde lama dalam
upaya membangun karakter bangsa (nation and character building)?
Latar belakang:
Selama masa Demokrasi terpimpin, pemerintah member perhatian pada
pembinaan kepribadian bangsa (Nations and Character Building). Ini sesuai
dengan bagian terakhir dari semboyan USDEK (UUD 1945, Sosialisme,
Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Bangsa). Bangsa
Indonesia yang sangat heterogen dirasakan belum memliki kepribadian
Nasional yang mantap. Untuk itu diupayakan pengembangan kebudayaan
nasional dengan berbagai cara.
Factor-faktor pendorong:
a. Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki
b. Para pendiri Negara menuangkan keinginannya dalam pembukaan UUD
1945 alinea ke-2
c. Fakta impirik : Indonesia mengalami krisis multidimensi termasuk krisis
jati diri.
Langkah-langkah yang ditempuh pemerintah orde lama dalam upaya
membangun karakter bangsa :
a. Diadakan penyaringan ketat terhadap unsur budaya asing
b. Unsur budaya asing yang dianggap merusak kepribadian nasional dilarang
c. Menghidupkan tari-tarian dan lagu-lagu daerah

d. Menciptakan lagu-lagu perjuangan untuk membangun semangat


kebangsaan
e. Melarang hal-hal yang melemahkan perjuangan
Membangun karakter bangsa yang ditempuh pemerintah orde lama
mempunyai kelebihan, yakni member rasa percaya diri sebagai suatu bangsa
sehingga pada masa itu Indonesia mampu menyelangggarakan Asia Games
IV, Games of the New Emerging Fprces (Ganofo, suatu event olahraga
dikalangan Negara-negara Nefo). Karena rasa kebanggaan yang kuat, Irian
Barat bethasil dikembalikan kepangkuan Ibu Pertiwi. Selain kelebihan,
pembangunan karakteristik bangsa juga memiliki kekurangan yaitu
pembinaan iCharacter BuildingI ini dapat menimbulkan sikap lebih dari
bangsa lain dan memandang rendah bangsa lain, contohnya dalam
konfrontasi dengan Malaysia dan Negara-negara Barat.
8. Apa yang anda ketahui tentang Trikora dan Papera!
Trikora adalah tri komandan rakyat yang dibentuk oleh pemerintah
Republik
Indonesia dalam upaya membebaskan Irian Barat
(Papua) dari
kekuasaan Bangsa Belanda
Pepera
(Penentuan Pendapat Rakyat)
adalah referendum yang diadakan pada
tahun 1969 di Papua Barat yang untuk menentukan
status daerah bagian barat Pulau Papua, antara
milik Belanda atau Indonesia. Pemilihan suara ini
menanyakan apakah sisa populasi mau
bergabung dengan Republik Indonesia
atau merdeka. Para wakil yang dipilih dari populasi dengan suara bulat
memilih persatuan dengan Indonesia dan hasilnya diterima oleh PBB,
meskipun validitas suara telah ditantang dalam retrospeksi.
Dasar papera yakni Referendum dan melakukan yang telah ditetapkan
dalam Perjanjian New York; Pasal 17 yang sebagian mengatakan:
"Indonesia akan mengundang Sekretaris Jenderal untuk menunjuk seorang
Wakil yang" .. "akan melaksanakan tanggung jawab Sekretaris-Jenderal
untuk memberikan saran, membantu, dan berpartisipasi dalam
pengaturan yang menjadi tanggung jawab dari Indonesia untuk
pelaksanaan pemilihan bebas. Sekretaris Jenderal akan, pada waktu yang
tepat, menunjuk PBB Perwakilan sehingga dia dan stafnya mungkin
menganggap tugas mereka dalam satu tahun wilayah sebelum
penentuan-diri. ".. "Perwakilan PBB dan stafnya akan memiliki kebebasan
yang sama gerakan seperti yang disediakan bagi personel dimaksud
dalam Pasal XVI".
Perjanjian ini berlanjut dengan Pasal 18:
Pasal XVIII Indonesia akan membuat pengaturan, dengan bantuan dan
partisipasi PBB Perwakilan dan stafnya, untuk memberikan orang-orang di

wilayah, kesempatan untuk melaksanakan kebebasan memilih.


Pengaturan demikian akan mencakup:

Konsultasi (musyawarah) dengan dewan perwakilan mengenai prosedur


dan metode yang harus diikuti untuk memastikan secara bebas
menyatakan kehendak penduduk.

Penentuan tanggal yang sebenarnya dari pelaksanaan pilihan bebas


dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Persetujuan ini.

Formulasi pertanyaan sedemikian rupa sehingga memungkinkan


penduduk untuk memutuskan

a. apakah mereka ingin tetap dengan Indonesia, atau


b. apakah mereka ingin memutuskan hubungan dengan Indonesia.

Kelayakan dari seluruh orang dewasa, pria dan wanita, bukan warga asing
untuk berpartisipasi dalam tindakan penentuan nasib sendiri akan
dilaksanakan sesuai dengan praktek internasional, yang bertempat tinggal
pada saat penandatanganan Persetujuan ini, termasuk mereka warga
yang berangkat setelah 1945 dan yang kembali ke wilayah itu untuk
melanjutkan tinggal setelah berakhirnya pemerintahan Belanda.
Menurut Pasal 17 dari New York Agreement, plebisit itu tidak terjadi
sampai satu tahun setelah kedatangan wakil PBB Fernando Ortiz-Sanz di
wilayah pada tanggal 22 Agustus 1968. Namun setelah NASA
mengumumkan jadwal penerbangan Apollo 11 mendarat di Bulan untuk
Juli, Indonesia mengusulkan plebisit yang dilakukan enam minggu-minggu
awal selama bulan Juli 1969.
Perjanjian New York ditetapkan bahwa semua laki-laki dan perempuan di
Papua yang tidak asing memiliki hak untuk memilih dalam UndangUndang. Jenderal Sarwo Edhi Wibowo, bukan dipilih 1025 orang Melanesia
dari perkiraan populasi 800.000 sebagai wakil Barat New Guinea untuk
suara. Mereka memilih publik dan secara bulat mendukung tersisa dengan
Indonesia. PBB mencatat hasil dengan Resolusi Majelis Umum 2504.
Menurut Hugh Lunn, wartawan dari Reuters, orang-orang yang dipilih
untuk suara itu diperas menjadi suara menentang kemerdekaan dengan
ancaman kekerasan terhadap orang-orang mereka. Kontemporer
diplomatik kabel menunjukkan. Amerika diplomat mencurigai bahwa
Indonesia tidak bisa memenangkan pemungutan suara yang adil , dan
juga mencurigai bahwa suara itu tidak dilaksanakan secara bebas, namun
para diplomat melihat acara sebagai "kesimpulan terdahulu" dan "marjinal
untuk kepentingan AS
Sebagai bagian dari perjanjian New York , Indonesia sebelum akhir tahun
1969 wajib menyelenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat di Irian Barat.
Pada awal tahun 1969, pemerintah Indonesia mulai menyelenggarakan
Pepera. Penyelenggaraan Pepera dilakukan 3 tahap yakni sebagai berikut,

o
o
o

Tahap pertama dimulai pada tanggal 24 maret 1969. Pada tahap ini
dilakukan konsultasi dengan deewan kabupaten di Jayapura mengenai
tata cara penyelenggaraan Pepera.
Tahap kedua diadakan pemilihan Dewan Musyawarah pepera yang
ebrakhir pada bulan Juni 1969
Tahap ketiga dilaksanakan pepera dari kabupaten Merakuke dan berakhir
pada tanggal 4 Agustus 1969 di Jayapura.
Pelaksanaan Pepera itu turut disaksikan oleh utusan PBB,
utusan Australia dan utusan Belanda. Ternyata hasil Pepera menunjukkan
masyarakat Irian Barat menghendaki bergabung dengan NKRI. Hasil
Pepera itu dibawa ke sidang umum PBB dan pada tanggal 19 November
1969, Sidang Umum PBB menerima dan menyetujui hasil-hasil Pepera.
Setelah Kejatuhan Soeharto tahun 1998, Uskup Agung Desmond Tutu
aktivis Hak Asasi Manusia dan beberapa anggota parlemen Amerika dan
Eropa meminta Sekretaris PBB Kofi Annan untuk meninjau peran PBB
dalam pemungutan suara. Ada ura-ura yang telah memangil PBB untuk
melakukan referendum sendiri, dengan semua suara pemilih dan kritik
mengatakan Perjanjian New York adalah sah biarpun tidak dilibatkan
masyarakat asli Papua tetapi Penentuan Pendapat Rakyat tidak memenuhi
Kriteria atau tidak sesuai dengan praktek Hukum Internasional, Hak Asasi
Manusia, danDemokrasi yaitu dengan cara "One Man One Vote" satu
orang satu suara, tetapi dilakukan menurut kebiasaan Indonesia dengan
"Musyawarah" banyak orang satu suara. Para peserta Penentuan
Pendapat Rakyat dipilih dan memilih oleh Indonesia sendiri, malah para
peserta diteror dan diintimidasi dalam pelaksanaan Penentuan Pendapat
Rakyat 1969.
Mereka menyerukan suara juga menunjuk pada lisensi tahun 30 dimana
Indonesia dijual kepada perusahaan Freeport-McMoRan untuk hak
penambangan Papua pada tahun 1967, dan untuk respon militer
Indonesia terhadap referendum Timor Timur sebagai pendukung untuk
mendiskreditkan 1969 Tindakan Pemilihan Bebas. Posisi Pemerintah
Indonesia bahwa PBB mencatat hasil memvalidasi pelaksanaan dan
hasilnya. Tuntutan tersebut itu karena Penentuan Pendapat Rakyat
Referendum tidak diadakan sesuai dengan praktek Hukum Internasional,
HAM dan Demokrasi yaitu dengan cara "One Man One Vote" satu orang
satu suara, tetapi Penentuan Pendapat Rakyak malah dilakukan menurut
kebiasaan Indonesia yaitu Musyawarah "satu suara banyak orang". dan
para peserta PEPERA itu dipilih oleh pemerintah Indonesia Sendiri, dan
para peserta itu diintimidasi dan teror oleh Militan dan Militer TRIKORA
Indonesia yang dikomandoankan oleh Soeharto 1963 setelah setahun
mendeklarasikan kemerdekaan negara West Papua pada tanggal 1
Desember 1962. Trikora yang dikomandoankan untuk membubarkan
negara baru West Papua yang terbentuk itu dan mensukseskan penentuan
Pendapat Rakyat (PEPERA) 1969 dengan pengkondisian yaitu

menghabiskan Organisasi Papua Merdeka yang mendirikan negara West


Papua yang lengkap dengan atribut negara.
9. Mengapa Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia dan apa isi
Dwikora?
Ketika konfrontasi dengan Indonesia Malaysia berlangsung, secara
mengejutkan negara Malaysia dicalonkan sebagai anggota tidak tetap Dewan
keamanan PBB. Indonesia jelas muak dan tidak menyetujui pencalonan itu.
Dalam pidatonya pada tanggal 31 Desember 1946, Bung karno menyatakan
ketidak setujuannya atas pencalonan Malaysia. Pernyataan yang Mulia
paduka presiden kita ini disertai ancaman akan out dari member PBB
seandainya PBB menerima malaysia menjadi member tidak tetap Dewan
keamanan PBB.
Pada hari yang sama, kepala perutusa tetap Republik Indonesia untuk PBB
menyampaikan isi pidato presiden Republik Indonesia kepada sekretaris
jenderal PBB U Thant. Berikut isi pidato Bung karno tersebut:
Agar para anggota PBB tidak mendukung masuknya malaysia kedalam PBB;
Agar anggota-anggota PBB lebih memilih tetap tinggalnya Indonesia dalam
PBB daripada mendukung masuknya malaysia kedalam Dewan keamanan
PBB;
Memperingatkan
PBB
bahwa
Indonesia
bersungguh-sungguh
akan
melaksanakan Niatnya.
Pada kenyataanya, Indonesia tidak memperoleh hasil yang diharapkan.
Seminggu setelah keluar ancaman Indonesia, malaysia terpilih sebagai
anggota tidak tetap Dewan keamanan PBB. Dalam menyikapi kenyataan ini,
pada rapat umum Anti pangkalan Militer Asing di kalarta, yang Mulia Paduka
presiden republik Indonesia Ir. Soekarno atau Bung karno menyatakan
Indonesia keluar dari Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) sejak tanggal 7
januari 1965.
Peristiwa keluarnya Indonesia dari PBB merupakan puncak keterkucilan
Indonesia dari pergaulan internasional yang didominasi Amerika Serikat, tapi
keluarnya Indonesia dari PBB juga sekali lagi menunjukkan kepada dunia
bahwa Indonesia tidak mau dipandang sebelah mata atau dilecehkan
eksistensinya sebagai negara yang berdaulat dan moment ini juga sebagai
tanda kebesaran kharisma pemimpin Indonesia yang pernah lahir dibumi
pertiwi ini, Bung karno sang Putra fajar.
Isi Dwikora :
a. Perhebat pertahanan Revolusi Indonesia
b. Bantu perjuangan rakyat Malaysiauntuk membebaskan diri dari
Neokolonialisme Inggris
10.
Mengapa Indonesia keluar dari PBB pada masa Demokrasi
Terpimpin?
Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965 karena Malaysia
diterima sebagai anggota PBB sedangkan saat itu Indonesia baru
berkonfrontsi dengan Malaysia. Presiden menganggap PBB hanya menjadi
boneka Malaysia. Banyak Negara yang hanya diam dan pasrah. Presiden
Soekarno menganggap PBB telah menjadi boneka imperalis dan sekutunya.
Anggapan ini terjadi setelah Malaysia diterima sebagai anggota tidak tetap
DK PBB.

Tanggal 20 Januari 1965, Bung Karno menarik Indonesia dari keanggotaan


PBB. Ini karena ketidak-becusan PBB dalam menangani persoalan anggotaanggotanya, termasuk dalam kaitan konflik Indonesia Malaysia. Ada enam
alasan yang tak bisa dibantah siapa pun, termasuk Sekjen PBB sendiri, yang
menjadi dasar Indonesia menarik diri dari keanggotaan PBB.
1. Soal kedudukan PBB di Amerika Serikat. Bung Karno mengkritik, dalam
suasana perang dingin Amerika Serikat dan Uni Sovyet lengkap dengan
perang urat syaraf yang terjadi, maka tidak sepatutnya markas PBB justru
berada di salah satu negara pelaku perang dingin tersebut. Bung Karno
mengusulkan agar PBB bermarkas di Jenewa, atau di Asia, Afrika, atau daerah
netral lain di luar blok Amerika dan Sovyet.
2.

PBB yang lahir pasca perang dunia kedua, dimaksudkan untuk bisa
menyelesaikan pertikaian antarnegara secara cepat dan menentukan. Akan
tetapi yang terjadi justru PBB selalu tegang dan lamban dalam menyikapi
konflik antar negara. Indonesia mengalami dua kali, yakni saat pembebasan
Irian Barat, dan Malaysia. Dalam kedua perkara itu, PBB tidak membawa
penyelesaian, kecuali hanya menjadi medan perdebatan. Selain itu, pasca
perang dunia II, banyak negara baru, yang baru saja terbebas dari
penderitaan penjajahan, tetapi faktanya dalam piagam-piagam yang
dilahirkan maupun dalam preambule-nya, tidak pernah menyebut perkataan
kolonialisme. Singkatnya, PBB tidak menempatkan negara-negara yang baru
merdeka secara proporsional.

3.

Organisasi dan keanggotaan Dewan Keamanan mencerminkan peta


ekonomi, militer dan kekuatan tahun 1945, tidak mencerminkan bangkitnya
negara-negara sosialis serta munculnya perkembangan cepat kemerdekaan
negara-negara di Asia dan Afrika. Mereka tidak diakomodir karena hak veto
hanya milik Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, dan Taiwan. Kondisi yang tidak
aktual lagi, tetapi tidak ada satu orang pun yang berusaha bergerak
mengubahnya.

4. Soal sekretariat yang selalu dipegang kepala staf berkebangsaan Amerika.


Tidak heran jika hasil kebijakannya banyak mengakomodasi kepentingan
Barat, setidaknya menggunakan sistem Barat. Bung Karno tidak dapat
menunjung tinggi sistem itu dengan dasar, Imperialisme dan kolonialisme
adalah anak kandung dari sistem Negara Barat. Seperti halnya mayoritas
anggota PBB, aku benci imperialisme dan aku jijik pada kolonialisme.
5. Bung Karno menganggap PBB keblinger dengan menolak perwakilan Cina,
sementara di Dewan Keamanan duduk Taiwan yang tidak diakui oleh
Indonesia. Di mata Bung Karno, Dengan mengesampingkan bangsa yang
besar, bangsa yang agung dan kuat dalam arti jumlah penduduk,

kebudayaan, kemampuan, peninggalan kebudayaan kuno, suatu bangsa yang


penuh kekuatan dan daya-ekonomi, dengan mengesampingkan bangsa itu,
maka PBB sangat melemahkan kekuatan dan kemampuannya untuk
berunding justru karena ia menolak keanggotaan bangsa yang terbesar di
dunia.
6. Tidak adanya pembagian yang adil di antara personal PBB dalam lembagalembaganya. Bekas ketua UNICEF adalah seorang Amerika. Ketua Dana
Khusus adalah Amerika. Badan Bantuan Teknik PBB diketuai orang Inggris.
Bahkan dalam persengketaan Asia seperti halnya pembentukan Malaysia,
maka plebisit yang gagal yang diselenggarakan PBB, diketuai orang Amerika
bernama Michelmore.
Bung Karno tidak hanya keluar dari PBB. Lebih dari itu, ia membentuk Konferensi
Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces/ Conefo) sebagai alternatif
persatuan bangsa-bangsa selain PBB. Konferensi ini sedianya digelar akhir tahun
1966. Langkah tegas dan berani Sukarno langsung mendapat dukungan banyak
negara, khususnya di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Bahkan sebagian Eropa
juga mendukung.

Anda mungkin juga menyukai