Dekrit Presiden
a. Apa yang anda ketahui tentang konsepsi Presiden, jelaskan?
Pada bulan Februari 1957, Presiden Soekarno
memanggil semua pejabat sipil dan militer
beserta semua pimpinan partai politik ke
Istana Merdeka. Dalam pertemuan tersebut
dikeluarkan konsepsi berisi:
1.Dibentuk kabinet gotong royong
yang terdiri atas wakil-wakil semua
partai ditambah dengan golongan
fungsional.
2.Dibentuk dewan nasional. Anggotaanggotanya adalah wakil-wakil partai
dan golongan fungsional dalam masyarakat. Fungsi Dewan adalah
member nasehat kepada cabinet baik diminta maupun tidak.
Konsepsi itu ditolak beberapa partai yakni Masyumi, NU, PSII, Partai
Katolik, dan PRI. Mereka berpendapat bahwa susunan ketatanegaraan
secara radikal harus diserahkan kepada konstituante. Kemudian dengan
alasan menyelamatkan Negara, Presiden Soekarno mengajukan suatu
konsepsi dengan nama Demokrasi Terpimpin. Konsepsi presiden itu
mendapat tantangan yang hebat. Masalahnya menjadi sangat serius
karena konstituante mengalami kemacetan dalam menerapkan dasar
Negara. Sekelompok partai menghendaki Pancasila agar menjadi dasar
Negara namun sekelompok partai lainnya menghendaki agar agama islam
sebagai dasar Negara. Dalam upaya mengatasi kemacetan konstituante,
muncul gagasan untuk kembali ke UUD 1945 dari kalangan ABRI.
Pemungutan suara dilaksanakan 3 kali dan hasilnya suara yang setuju
selalu lebih banyak daripada suara yang menolak kembali ke UUD 1945.
Tetapi anggota yang hadir belum memenuhi quorum. Dalam situasi dan
kondisi seperti ini, beberapa tokoh partai politik mengajukan usul kepada
presiden Soekarno agar mendekritkan kembali berlakunya UUD 1945 dan
pembubaran konstituante.
b. Sebutkan isi dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959!
Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno menyampaikan dekrit kepada
seluruh rakyat Indonesia. Adapun isi Dekrit Presiden tersebut adalah:
1.pembubaran Konstituante,
2.berlakunya kembali UUD
1945, dan tidak
berlakunya lagi UUD S 1950,
serta
3.pemakluman bahwa
pembentukan MPRS
dan DPAS akan dilakukan dalam
waktu sesingkat-singkatnya.
Dengan dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 maka negara kita
memiliki kekuatan hukum untuk
menyelamatkan negara dan bangsa
Indonesia dari ancaman perpecahan.
Sebagai tindak lanjut dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 maka dibentuklah
beberapa lembaga negara yakni: Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS), Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
maupun Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR - GR). Dalam
pidato Presiden Soekarno berpidato pada tanggal 17 Agustus 1959 yang
berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita. Pidato yang terkenal dengan
sebutan Manifesto Politik Republik Indonesia (MANIPOL) ini oleh DPAS
dan MPRS dijadikan sebagai Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Menurut Presiden Soekarno bahwa inti dari Manipol ini adalah UndangUndang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi
Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia. Kelima inti manipol ini sering
disingkat USDEK.
Dengan demikian sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan bernegara ini baik di
bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya. Dalam bidang politik,
semua lembaga negara harus berintikan Nasakom yakni ada unsur
Nasionalis, Agama, dan Komunis. Dalam bidang ekonomi pemerintah
menerapkan ekonomi terpimpin, yakni kegiatan ekonomi terutama dalam
bidang impor hanya dikuasai orang- orang yang mempunyai hubungan
dekat dengan pemerintah. Sedangkan dalam bidang sosial budaya,
pemerintah melarang budaya-budaya yang berbau Barat dan dianggap
sebagai bentuk penjajahan baru atau Neo Kolonialis dan imperalisme
(Nekolim) sebab dalam hal ini pemerintah lebih condong ke Blok Timur.
c. Jelaskan apa yang dimaksud Manipol-USDEK!
Manipol adalah akronim dari Manifesto Politik Republik Indonesia,
merupakan pemikiran presiden Soekarno yang disampaikan dalam
pidatonya berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita pada saat
peringatan HUT RI ke 14, 17 Agustus 1959. Pidato tersebut merupakan
penjelasan
resmi
atau
pertanggungjawaban
atas
Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Pada bulan
September 1945 atas usulan DPA
Manipol ditetapkankan sebagai Garis
Besar Haluan Negara (GBHN)dalam Tap
MPRS no. I/MPRS/1960. Intisari Manipol
terdiri dari : UUD 1945, Sosialisme
Indonesia,
Demokrasi
Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian
Indonesia (USDEK). Manipol seperti
ajaran Bung Karno lainnya dipengaruhi
paham Marxisme. Manipol juga disejajarkan dengan program PKI seperti
yang digariskan oleh Konggres Nasional PKI V. Mengapa Manipol dengan
mudah diterima sebagian besar rakyat pada waktu itu. Masalah tersebut
tidak lepas dari kegagalan demokrasi Parlementer. Pemerintahan yang
intsabil dan kesejahteraan rakyat yang kian merosot menyebabkan rakyat
mendambakan orang kuat yang diharapkan mampu menghantar ke
masa depan yang lebih baik. Muncullah Bung Karno dengan Manifesto
Politiknya yang populer disertai kata-kata dan janji-janji indah, yang
sebenarnya tidak lebih sebagai indoktrinasi belaka. Hampir Semua partai
dan golongan mendukung Manipol. Walaupun belakangan dirasakan
pemerintahan Bung Karno selama masa Demokrasi Terpimpin adalah
bentuk otoriterianisme.
2. Bagaimana pengertian Demokrasi terpimpin sesuai konstituante dan
bagaimana praktik pelaksanaannya?
Demokrasi Terpimpin adalah sebuah istilah untuk sebuah pemerintahan
demokrasi dengan peningkatkan otokrasi. Pemerintahan dilegitimasi oleh
pemilihan umum yang walaupun bebas dan adil, digunakan oleh pemerintah
untuk melanjutkan kebijakan dan tujuan yang sama.
Praktik pelaksanaanya:
a. Kedudukan residen diatas MPRS.
b. Presiden mengangkat MPRS.
c. Pembubaran DPR hasil pemilu dan pembentukan DPR-GR.
3. Uraikan terjadinya penyimpangan UUD 1945 dibidang politik pada
masa Demokrasi Terpimpin!
Penyimpangan-penyimpangan UUD 1945 selama ORLA sebagai berikut :
a. Kedudukan Presiden, berdasarkan UUD 1945, kedudukan presiden di
bawah MPR. Namun pada masa ORLA, MPRS justru tunduk kepada
presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan dan
ditetapkan MPRS. Buktinya presiden justru mengangkat ketua dan
wakil-wakil ketua MPRS yang masing-masing diambilkan dari pimpinan
partai-parti besar (PNI, NU, dan PKI).
b. Pembentukan
MPRS,
dalam
UUD
1945
disebutkan
bahwa
pengangkatan anggota MPR sebagai lembaga tertinggi Negara harus
melalui pemihihan umum. Namun presiden Soekarno justru
mengeluarkan Penetapan Presiden No. 2 tahun 1959 yang berisi
pembentukan MPRS.
Kelayakan dari seluruh orang dewasa, pria dan wanita, bukan warga asing
untuk berpartisipasi dalam tindakan penentuan nasib sendiri akan
dilaksanakan sesuai dengan praktek internasional, yang bertempat tinggal
pada saat penandatanganan Persetujuan ini, termasuk mereka warga
yang berangkat setelah 1945 dan yang kembali ke wilayah itu untuk
melanjutkan tinggal setelah berakhirnya pemerintahan Belanda.
Menurut Pasal 17 dari New York Agreement, plebisit itu tidak terjadi
sampai satu tahun setelah kedatangan wakil PBB Fernando Ortiz-Sanz di
wilayah pada tanggal 22 Agustus 1968. Namun setelah NASA
mengumumkan jadwal penerbangan Apollo 11 mendarat di Bulan untuk
Juli, Indonesia mengusulkan plebisit yang dilakukan enam minggu-minggu
awal selama bulan Juli 1969.
Perjanjian New York ditetapkan bahwa semua laki-laki dan perempuan di
Papua yang tidak asing memiliki hak untuk memilih dalam UndangUndang. Jenderal Sarwo Edhi Wibowo, bukan dipilih 1025 orang Melanesia
dari perkiraan populasi 800.000 sebagai wakil Barat New Guinea untuk
suara. Mereka memilih publik dan secara bulat mendukung tersisa dengan
Indonesia. PBB mencatat hasil dengan Resolusi Majelis Umum 2504.
Menurut Hugh Lunn, wartawan dari Reuters, orang-orang yang dipilih
untuk suara itu diperas menjadi suara menentang kemerdekaan dengan
ancaman kekerasan terhadap orang-orang mereka. Kontemporer
diplomatik kabel menunjukkan. Amerika diplomat mencurigai bahwa
Indonesia tidak bisa memenangkan pemungutan suara yang adil , dan
juga mencurigai bahwa suara itu tidak dilaksanakan secara bebas, namun
para diplomat melihat acara sebagai "kesimpulan terdahulu" dan "marjinal
untuk kepentingan AS
Sebagai bagian dari perjanjian New York , Indonesia sebelum akhir tahun
1969 wajib menyelenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat di Irian Barat.
Pada awal tahun 1969, pemerintah Indonesia mulai menyelenggarakan
Pepera. Penyelenggaraan Pepera dilakukan 3 tahap yakni sebagai berikut,
o
o
o
Tahap pertama dimulai pada tanggal 24 maret 1969. Pada tahap ini
dilakukan konsultasi dengan deewan kabupaten di Jayapura mengenai
tata cara penyelenggaraan Pepera.
Tahap kedua diadakan pemilihan Dewan Musyawarah pepera yang
ebrakhir pada bulan Juni 1969
Tahap ketiga dilaksanakan pepera dari kabupaten Merakuke dan berakhir
pada tanggal 4 Agustus 1969 di Jayapura.
Pelaksanaan Pepera itu turut disaksikan oleh utusan PBB,
utusan Australia dan utusan Belanda. Ternyata hasil Pepera menunjukkan
masyarakat Irian Barat menghendaki bergabung dengan NKRI. Hasil
Pepera itu dibawa ke sidang umum PBB dan pada tanggal 19 November
1969, Sidang Umum PBB menerima dan menyetujui hasil-hasil Pepera.
Setelah Kejatuhan Soeharto tahun 1998, Uskup Agung Desmond Tutu
aktivis Hak Asasi Manusia dan beberapa anggota parlemen Amerika dan
Eropa meminta Sekretaris PBB Kofi Annan untuk meninjau peran PBB
dalam pemungutan suara. Ada ura-ura yang telah memangil PBB untuk
melakukan referendum sendiri, dengan semua suara pemilih dan kritik
mengatakan Perjanjian New York adalah sah biarpun tidak dilibatkan
masyarakat asli Papua tetapi Penentuan Pendapat Rakyat tidak memenuhi
Kriteria atau tidak sesuai dengan praktek Hukum Internasional, Hak Asasi
Manusia, danDemokrasi yaitu dengan cara "One Man One Vote" satu
orang satu suara, tetapi dilakukan menurut kebiasaan Indonesia dengan
"Musyawarah" banyak orang satu suara. Para peserta Penentuan
Pendapat Rakyat dipilih dan memilih oleh Indonesia sendiri, malah para
peserta diteror dan diintimidasi dalam pelaksanaan Penentuan Pendapat
Rakyat 1969.
Mereka menyerukan suara juga menunjuk pada lisensi tahun 30 dimana
Indonesia dijual kepada perusahaan Freeport-McMoRan untuk hak
penambangan Papua pada tahun 1967, dan untuk respon militer
Indonesia terhadap referendum Timor Timur sebagai pendukung untuk
mendiskreditkan 1969 Tindakan Pemilihan Bebas. Posisi Pemerintah
Indonesia bahwa PBB mencatat hasil memvalidasi pelaksanaan dan
hasilnya. Tuntutan tersebut itu karena Penentuan Pendapat Rakyat
Referendum tidak diadakan sesuai dengan praktek Hukum Internasional,
HAM dan Demokrasi yaitu dengan cara "One Man One Vote" satu orang
satu suara, tetapi Penentuan Pendapat Rakyak malah dilakukan menurut
kebiasaan Indonesia yaitu Musyawarah "satu suara banyak orang". dan
para peserta PEPERA itu dipilih oleh pemerintah Indonesia Sendiri, dan
para peserta itu diintimidasi dan teror oleh Militan dan Militer TRIKORA
Indonesia yang dikomandoankan oleh Soeharto 1963 setelah setahun
mendeklarasikan kemerdekaan negara West Papua pada tanggal 1
Desember 1962. Trikora yang dikomandoankan untuk membubarkan
negara baru West Papua yang terbentuk itu dan mensukseskan penentuan
Pendapat Rakyat (PEPERA) 1969 dengan pengkondisian yaitu
PBB yang lahir pasca perang dunia kedua, dimaksudkan untuk bisa
menyelesaikan pertikaian antarnegara secara cepat dan menentukan. Akan
tetapi yang terjadi justru PBB selalu tegang dan lamban dalam menyikapi
konflik antar negara. Indonesia mengalami dua kali, yakni saat pembebasan
Irian Barat, dan Malaysia. Dalam kedua perkara itu, PBB tidak membawa
penyelesaian, kecuali hanya menjadi medan perdebatan. Selain itu, pasca
perang dunia II, banyak negara baru, yang baru saja terbebas dari
penderitaan penjajahan, tetapi faktanya dalam piagam-piagam yang
dilahirkan maupun dalam preambule-nya, tidak pernah menyebut perkataan
kolonialisme. Singkatnya, PBB tidak menempatkan negara-negara yang baru
merdeka secara proporsional.
3.