Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA SBY

DOSEN PENGAMPUH : TRI ASTUTI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

 SUPRIYANTI BINTI SULINDO NPM. 101901118


 L.M. FIRMAN TAHIR NPM. 101901119
 HAFNI DITA NPM. 101901120
 RESTI YANTI H NPM. 101901113
 ASMAYANTI NPM. 101901114

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

2021

1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
karuniaNya yang diberikan kepada kita semua sebagai umatnya. Kami dapat
menyusun makalah dengan judul “ Perekonomian Indonesia Pada Masa Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I dan II” untuk
memenuhi mata kuliah Perekonomian Indonesia.
Makalah yang disusun untuk mempelajari lebih detail mengenai perkembangan
perekonomian Indonesia yang di pimpin oleh presiden SBY, kami berharap
informasi yang didapatkan tidak hanya untuk kami sendiri melainkan untuk para
pembaca sebagai ilmu untuk menambah wawasan .
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dan memberikan manfaat dalam hidup kita
nantinya. Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa, makalah yang
kami buat masih jauh dari sempurna . Oleh sebab itulah tidak ada salahnya kami
mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun untuk lebih baik
kedepannya.

Minggu, 04 April 2021

KELOMPOK 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PDB PER KAPITA TAHUN 2004-


2013.......................................................................................................................3
B. MENGHADAPI KRISIS EKONOMI GLOBAL .....................................................5
BAB III PENUTUP ........................................................................................................17

A. KESIMPULAN...................................................................................................17
B. SARAN................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kabinet Indonesia Bersatu merupakan kabinet pemerintahan Indonesia


yang dibagi menjadi Kabinet Indonesia bersatu jilid I dan II . Kabinet
Indonesia Bersatu jilid I yaitu merupakan bentuk pemerintahan yang ke
enam yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla pada masa (2004 – 2009) dan
presiden yang pertama kalinya dipilih melalui sistem pemilihan umum
langsung di Indonesia sedangkan kabinet Indonesia bersatu jilid II
dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan wakil Presidennya
Dr. Boediono yang merupakan bentuk pemerintahan yang ke tujuh pada
masa (2009-2014).
Pada pemerintahan KIB I kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi
subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak
(BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan
tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau
masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana
BOS kepada sarana pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi
pada pemerintahan tersebut dalam perekonomian Indonesia terdapat
masalah dalam kasus Bank Century yang sampai saat ini belum
terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk
menyelesaikan kasus Bank Century ini.

Pada periode KIB II, pemerintah khususnya melalui Bank Indonesia


menetapkan empat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional negara yaitu :
1. BI rate
2. Nilai tukar
3. Operasi moneter

1
4. Kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas dan
makroprudensial lalu lintas modal.
Dengan kebijakan-kebijakan ekonomi diatas, apakah pemerintah sudah
bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara yang akan berpengaruh
pula pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Untuk
mengetahuinya, maka mari kita bahas lebih lanjut mengenai
Perekonomian Indonesia pada masa SBY.

2
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi dan PDB Per Kapita Tahun 2004-
2013 ?
2. Bagaimana Menghadapi Krisis Ekonomi Global Pada Masa SBY ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk Menyelesaikan Tugas Perekonomian Indonesia yang telah di
berikan.
2. Untuk Mengetahui Pertumbuhan Eknomi dan PDB Per Kapita Tahun
2004-2014.
3. Untuk Mengetahui Cara Mengehadapi Krisis Ekonomi Global Pada
Masa SBY.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PDB PER KAPITA TAHUN 2004-


2014
Dalam masa KIB I dan II, pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat secara
bertahap pada tingkat yang relatif tinggi serta menunjukkan ketahanan yang
kuat terhadap berbagai gejolak baik eksternal maupun dalam negeri.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 adalah sebesar 5,0 persen, secara
bertahap mengalami kenaikan dan mencapai 6,3 persen pada tahun 2007.
Krisis keuangan global yang terjadi sejak petengahan tahun 2007
mengakibatkan perekonomian Indonesia melambat menjadi 6,0 persen pada
tahun 2008 dan 4,6 persen pada tahun 2009 dimana pada tahun 2009 hanya
beberapa negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif, diantaranya
China, India, dan Indonesia.
Dampak krisis keuangan dan resesi global pada tahun 2008 – 2009 mampu
dikendalikan dengan berbagai kebijakan ekonomi yang tepat dan didukung
oleh daya tahan permintaan domestik. Dengan berbagai kebijakan ini, pada
tahun 2010 dan 2011 telah terjadi peningkatan percepatan pertumbuhan
ekonomi. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi kembali sedikit mengalami
perlambatan menjadi 6,2 persen serta dalam tiga triwulan pertama tahun 2013
tumbuh 5,8 persen (y-o-y) yang dipengaruhi oleh krisis utang Eropa dan
perlambatan ekonomi dunia. Meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi
Indonesia jauh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi negara lain.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kesejahteran masyarakat
yang ditunjukkan oleh PDB per kapita terus membaik, yaitu naik lebih dari
tiga kali lipat, dari Rp 10,5 juta pada tahun 2005 hingga mencapai Rp 33,7
Juta pada tahun 2012.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyampaikan konferensi persnya di
Istana Negara, Jakarta, Senin (8/10/2012). Dalam kesempatan tersebut
Presiden menegaskan bahwa penanganan kasus Simulator SIM di Korlantas

4
Mabes Polri, yang melibatkan Irjen (Pol) Djoko Susilo, sepenuhnya ditangani
KPK, penanganan kasus penyidik KPK, Novel Baswedan, dan rencana revisi
UU KPK, ditangguhkan karena waktunya tidak tepat.

Kenaikan harga komoditas di awal masa pemerintahan Susilo Bambang


Yudhoyono (SBY) membuat Indonesia berada di atas angin, walau hanya
sementara sebelum ditempa krisis global di 2008. Harga minyak, batu bara
dan CPO (minyak sawit mentah) dunia mengalami kenaikan yang cukup
signifikan.

Minyak yang semula USD 29,32/barel di 2004 dihargai USD 142,03/barel di


2008, begitu juga batu bara, yang tadinya USD 56,68/metrik ton di 2004
menjadi USD 192,86/metrik ton di 2008. Lalu CPO yang semula RM 1411 di
2006 naik menjadi RM 4298 di 2008.

Kenaikan harga ini membawa angin sejuk bagi Indonesia. Proses pemulihan
ekonomi sebagai dampak krisis 2008 lebih cepat, pendapatan dari pajak juga
meningkat, sedangkan defisit APBN justru menurun. Bahkan transaksi sempat
mengalami surplus sebesar dua persen di 2009.

B. MENGHADAPI KRISIS EKONOMI GLOBAL 


Krisis ekonomi global 2008 mewarnai transisi masa jabatan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) periode pertama dengan periode kedua.

Terpilih kembali sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2009-2014,


SBY, yang di periode kedua didampingi Boediono sebagai wakilnya,
memikul beban berat untuk memimpin Indonesia keluar dari krisis ekonomi
global.

Krisis finansial 2008 bermula dari  krisis kredit pemilikan rumah  yang
dikenal dengan sebutan subprime mortgage di Amerika Serikat (AS) yang
mulai terkuak sejak medio 2007.

5
Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan yang diberikan
kepada debitur dengan sejarah kredit yang buruk atau belum memiliki sejarah
kredit sama sekali sehingga digolongkan sebagai kredit yang berisiko tinggi.

Krisis subprime mortgage dipicu oleh perubahan arah kebijakan moneter The


Federal Reserve yang secara bertahap mengerek suku bunga hingga mencapai
puncaknya di tingkat 5,25% pada Juni 2006. Akibatnya, pasar perumahan AS
terpukul memicu terjadinya kredit macet. Kredit macet tersebut melibatkan
sekitar 2,2 juta orang AS dan total nilai sekitar US$ 950 miliar.

Bukan hanya itu, gelombang gagal bayar dan jatuhnya harga rumah di AS
menyeret banyak institusi keuangan. Maklum, produk subprime
mortgage telah dikemas dalam berbagai produk sekuritisasi aset dan produk
derivatif yang melibatkan berbagai institusi keuangan dunia.

Krisis subprime mortgage mengakibatkan banyak institusi keuangan dunia


merugi. Morgan Stanley, misalnya, mengalami kerugian US$ 9,4 miliar
sementara Citigroup dan Merrill Lynch merugi masing-masing US$ 19,9
miliar dan US$ 22,4 miliar. Dampak paling buruk dialami oleh Lehman
Brothers hingga akhirnya dinyatakan bangkrut pada September 2008.

Imbas krisis mortgage meluas mencapai Eropa dan asia. Bursa saham global


jatuh dan terus mengalami tekanan hingga 2008.

Krisis kredit perumahan yang berimbas ke sektor keuangan dan pasar modal
pada gilirannya mengganggu kinerja sektor riil dan pertumbuhan ekonomi
global.

Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi di 2008 terutama terlihat di negara-


negara maju. Perekonomian AS, yang menopang hampir 30% pertumbuhan
ekonomi dunia, melemah dan mencatatkan penurunan pertumbuhan sebesar
0,85% pada kuartal IV-2008.

6
Laju pertumbuhan negara maju lainnya seperti Inggris, Jerman, dan Jepang,
juga menurun masing-masing 0,85%, 1,61%, dan 1,65% pada kuartal IV-
2008.

1. Sentimen eksternal

Tren pelemahan ekonomi di negara-negara maju, cepat atau lambat,


pasti akan berpengaruh terhadap perekonomian negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia. Makanya, pemerintah SBY-Jusuf
Kalla (JK), di awal tahun sejak awal mulai melakukan antisipasi.

Meski tahun anggaran 2008 baru berjalan sebulan, pemerintahan SBY-


JK mulai membahas Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja
Negara Perubahan (RAPBN-P).

Maklum, asumsi makro yang mendasari penyusunan anggaran,


khususnya asumsi pertumbuhan ekonomi, sudah tidak sejalan dengan
situasi terbaru.

Dalam APBN 2008 yang disahkan pada Oktober 2007, pemerintah


menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%. Namun, di APBN-
P 2008,  pemerintah menurunkan target pertumbuhan ekonomi
menjadi 6,4%.

Toh, meski sudah diturunkan, target pertumbuhan ekonomi di dalam


APBN-P 2008 itu tetap saja meleset. Realisasinya, pertumbuhan
ekonomi sepanjang 2008 hanya melaju sebesar 6%.

Memasuki 2009, krisis ekonomi global masih berlanjut.


Ketidakstabilan di pasar keuangan global tetap terjadi dan pengetatan
likuiditas tetap berlanjut.

Imbasnya, laju pertumbuhan ekonomi global di awal 2009 terus


menerus tertekan. Lembaga keuangan internasional, seperti
International Monetary Fund (IMF), beberapa kali merevisi proyeksi
pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2009.

7
Pada April 2009, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia
menurun sebesar 1,3%. Padahal, pada November 2008, IMF masih
memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia sepanjang 2009 masih
bisa melaju 2,2%.

Seiring penurunan pertumbuhan ekonomi global, perdagangan dunia


juga mengalami kontraksi. Volume perdagangan dunia pada April
2009 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 11%, jauh di bawah
kinerja 2008 yang tumbuh 3%.

Pada gilirannya, kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia mengkibatkan


penurunan permintaan komoditas global. Bisa ditebak, penurunan
permintaan ini mengakibatkan harga komoditas global tertekan.

2. Dampak krisis

Situasi global yang merupakan dampak negatif krisis finansial inilah


yang mesti SBY hadapi saat kembali memenangkan pemilihan
presiden (pilpres) yang digelar pada Juli 2009.

Ekonom David Sumual mengatakan, tantangan bagi pemerintahan


SBY jilid 2 berasal dari eksternal, yakni dampak krisis ekonomi 2008.
"Ini tantangan paling berat," ujar David.

Di 2009, David bilang, banyak orang khawatir karena tidak tahu ke


mana rupiah akan bergerak. Banyak dana asing hengkang dari
Indonesia dan berpindah ke aset safe haven.

Perpindahan tersebut, menurut David, terbilang wajar. Di saat ada


guncangan di dunia, dana asing biasanya memang akan lari ke safe
haven.

Ekonom Adrian Panggabean mengatakan, tantangan terberat di 2009


sebetulnya berkaitan dengan sentimen dan ketidakpastian dari sudut
pandang arah pergerakan aset global.

8
Karena krisis finansial, banyak orang bingung mau menempatkan
uangnya. Saat itu, banyak orang memilih mengalihkan dana ke aset
dalam dollar AS sebagai safe haven. Maklum,  meski AS menjadi
episentrum krisis finansial global, dollar AS tetaplah dipandang
sebagai reserve currency.

Selain dollar AS, pelaku pasar memindahkan asetnya ke safe haven


lainnya seperti euro, yen, dan franc Swiss. "Jadi, kita dihadapkan pada
kondisi global flow pada waktu itu," ujar Adrian.

Imbasnya adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.


Memasuki awal 2009, nilai tukar rupiah terus melemah. Pada Maret
2009, nilai tukar rupiah sempat mencapai titik terendah di posisi Rp
12.020 per dollar AS.

Tantangan lain yang harus SBY hadapi, menurut David, adalah tren
perlambatan ekonomi dan penurunan kinerja ekspor.

Sebagai negara yang bergantung pada ekspor komoditas, pelemahan


ekonomi global beserta tren penurunan harga komoditas jelas
memukul perekonomian Indonesia.

Di awal 2009, kinerja ekpor Indonesia terus melemah. Sepanjang


paruh pertama di tahun itu, nilai ekspor Indonesia tercatat US$ 50,02
mliar. Angka tersebut turun 28,94% dibandingkan nilai ekspor
semester I-2008.

Laju perekonomian Indonesia juga menunjukkan perlambatan.


Sepanjang semester I-2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya
sebesar 4,2%.

Ekonomi Makro Indonesia Saat Krisis 2008

9
APBN APBN-P Realisasi APBN APBN-P Realisasi
2008 2008 2008 2009 2009 2009

Pertumbuhan
6.8 6.4 6 6 4.3 4.5
Ekonomi (%)

Tingkat Inflasi (%) 6 6.5 11.1 6.2 4.5 2.8

Rata-Rata Nilai
Tukar Rupiah 9,100 9,100 9,691 9,400 10,500 10,408
(Rp/US$)

Suku Bunga SBI 3


7.5 7.5 9.3 7.5 7.5 6.5
Bulan (%)

Harga Minyak ICP


60 95 96.8 80 61 80
(US$/Barel)

Lifting Minyak (Juta


1 0.927 0.931 0.96 0.96 0.944
Barel/Hari)

Sumber: Kementerian Keuangan

Meski melambat, ekonomi Indonesia masih lebih baik dibanding


banyak negara lain. Sebab, di awal 2009, pertumbuhan ekonomi
Indonesia masih tumbuh positif. Sementara pertumbuhan ekonomi di
banyak negara mengalami kontraksi.

Menurut David, Indonesia beruntung masih bisa tumbuh di kisaran


4%. Ini karena ekonomi Indonesia masih ditopang oleh konsumsi
domestik.

Dengan pasar yang begitu besar, ekonomi Indonesia memang tidak


terlalu bergantung pada pasar ekspor. Kontribusi ekspor terhadap
produk domestik bruto (PDB) hanya di kisaran 24%. Bandingkan

10
dengan ekonomi Thailand atau Singapura yang kontribusi ekspornya
di atas 100%.

"Saat itu, IMF dan World Bank memproyeksikan pertumbuhan


ekonomi Indonesia hanya 1%-2%. Namun, saya optimistis,
pertumbuhan ekonomi Indonesia paling tidak mencapai 3,5% karena
kontribusi konsumsi domestik mencapai 56%,' ujar David.

3. Stimulus fiskal

Di awal tahun 2009, pemerintahan SBY-JK merilis program stimulus


fiskal. Program ini merupakan paket kebijakan yang ditujukan untuk
meredam dampak negatif krisis ekonomi global. Saat itu, pemerintah
mengalokasikan anggaran sebesar Rp 73,2 triliun untuk melaksanakan
program tersebut.

Melalui program ini, pemerintah memberikan stimulus baik pada sisi


pendapatan maupun belanja. Tujuannya, 

a. Pertama, memeliharan daya beli masyarakat.


b. Kedua, menjaga daya tahan sektor usaha dalam menghadapi krisis
global. 
c. Ketiga, meningkatkan daya serap tenaga kerja dan meredam
pemutusan hubungan kerja (phk) melalui kebijakan pembangunan
infrastruktur padat karya.

Di sisi penerimaan, pemerintah memberikan stimulus melalui


pemotongan pajak dan subsidi pajak. Sedangkan di sisi belanja, 
pemerintah memberikan stimulus dalam bentuk penurunan harga solar,
diskriminasi tarif listrik bagi industri, perluasan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan tambahan belanja
infrastruktur.

Di bidang perpajakan, pemerintah memberikan stimulus dalam bentuk


pemotongan pajak berupa penyederhanaan lapisan penghasilan,

11
penurunan tarif pajak penghasilan, dan kenaikan penghasilan tidak
kena pajak (PTKP).

Tentu saja, kebijakan pemberian stimulus ini berdampak terhadap


keuangan negara. Maklum, pemotongan pajak jelas berpotensi
menurunkan pendapatan negara. Di sisi lain, tambahan belanja
infrastruktur membuat anggaran belanja bertambah.

Perubahan anggaran tersebut, beserta perubahan asumsi makro akibat


krisis global, diakomodasi dalam APBN-P 2009 yang disahkan pada
Agustus 2009.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) berupaya mendorong


perekonomian domestik dengan melonggarkan kebijakan moneter.
Sepanjang 2009, BI beberapa kali menurunkan BI Rate dari 9,25% di
akhir 2008 menjadi 6,5%.

Menurut David, stimulus fiskal merupakan bentuk


kebijakan countercyclical yang dilakukan saat ekonomi dalam kondisi
buruk. Jadi, saat siklus ekonomi sedang turun, perlu kebijakan untuk
mendorong pemulihan.

Nah, kebijakan countercyclical dengan tujuan menjaga daya beli


masyarakat merupakan langkah tepat. David mengatakan, sumber
kekuatan ekonomi kita berada di konsumsi masyarakat dengan
kontribusi saat itu mencapai 56% terhadap PDB.

Nah, kekuatan itulah yang perlu dipompa. Inilah yang disebut pump


priming, langkah untuk menstimulasi ekonomi melalui pengurangan
pajak, belanja pemerintah, dan pemangkasan suku bunga.

Bagi Adrian, strategi pemerintahan SBY dalam menghadapi dampak


krisis 2008 melalui stimulus fiskal sejatinya merupakan jurus lama.
Jurus seperti itu sudah digunakan sejak krisis moneter 1998.

12
"Namanya saja yang diganti-ganti namun intinya sama, yakni targeted
spending untuk mendorong belanja masyarakat di tingkat bawah," ujar
Adrian.

4. Booming komoditas

Bagaimana pun, konsumsi domestik pada saat itu memang menjadi


penolong ekonomi Indonesia menghadapi dampak krisis 2008.

Maklum, selain konsumsi masyarakat merupakan kontrubitor paling


besar terhadap PDB, ekonomi Indonesia saat itu tidak bisa berharap
dari sumber lainnya seperti investasi maupun ekspor.

Saat SBY-Beodiono dilantik secara resmi menjadi presiden dan wakil


presiden, kondisi ekonomi Indonesia relatif sudah lebih baik.
Tantangan bagi SBY di awal periode kedua relatif lebih ringan
dibandingkan dengan akhir masa pemerintahannya di periode pertama.

Ekonomi dunia memang pulih lebih cepat. Langkah pemerintah negara


maju dan berkembang merilis paket stimulus mulai membuahkan
hasil. Konsumsi rumah tangga di banyak negara mulai menunjukkan
perbaikan.

Begitu juga, injeksi likuiditas yang dilakukan bank sentral di banyak


negara berhasil meredakan pengetatan likuiditas.

Pada kuartal III-2009, aktivitas ekonomi global mulai membaik yang


ditunjukkan oleh membaiknya aktivitas industri.

Indonesia, David bilang, termasuk negara yang paling cepat pulih.


Memasuki kuartal III-2009, tanda-tanda pemulihan sudah mulai
tampak.

Di kuartal IV-2009, saat SBY mulai menjabat sebagai presiden


periode kedua, ekonomi Indonesia bisa dikatakan jauh lebih baik
dibandingkan periode awal 2009.

13
Nilai tukar rupiah, misalnya, yang pada Maret 2009 sempat
menyentuh Rp 12.000 per dollar AS mulai menguat. Di akhir 2009,
rupiah ditutup di posisi Rp 9.425 per dollar AS.

Kinerja ekspor mulai menggeliat. Meski nilai ekspor sepanjang 2009


tercatat menurun dibandingkan 2008, kinerja ekspor di semester II-
2009 mulai menunjukkan kenaikan dibandingkan periode awal tahun.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2009 tercatat 4,5%. Meski


melambat dibandingkan 2008, pertumbuhan ekonomi 2009 tercatat
lebih baik dibandingkan proyeksi awal. Bahkan, pertumbuhan
ekonomi Indonesia tercatat tertinggi ketiga setelah China dan India.

Pada tahun-tahun berikutnya, Adrian mengatakan, pemerintahan SBY


jilid 2 lebih banyak mendapat keuntungan dari faktor eksternal.

Kebijakan ekonomi global yang akomodatif sejak 2009 menjadi


pendorong kenaikan harga komoditas di pasar dunia. Permintaan
komoditas seperti minyak sawit mentah (CPO) dan batubara
meningkat, khususnya dari China yang saat itu sudah menjadi jangkar
perekonomian global.

Booming harga komoditas yang melanda sejak 2010 itu menjadi


berkah bagi Indonesia sebagai pengekspor komoditas.

Di saat harga komoditas mencapai puncak dan akan jatuh di 2012, The
Federal Reserve mulai menggelar quantitative easing (QE). Pasokan
uang berlimpah hingga membanjiri negara berkembang. Aliran dana
asing ke Indonesia mengucur deras. Investment booming ini lagi-lagi
menjadi berkah bagi Indonesia.

Dua fenomena ini, booming harga komoditas dan booming investasi,


menjadi faktor eksternal yang menguntungkan perekonomian
Indonesia di masa kepemimpinan SBY jilid 2.

14
Dalam mengatasi perkembangan ekonomi di pemerintahan SBY pun
terdapat kelebihan dan kekurangan diantaranya :

KELEBIHAN:

 Harga bbm diturunkan hingga 3 kali (2008-2009), pertama kali


sepanjang sejarah.
 Perekonomian terus tumbuh di atas 6% pada tahun 2007 dan 2008,
tertinggi setelah orde baru.
 Cadangan devisa pada tahun 2008 us$ 51 miliar, tertinggi sepanjang
sejarah.
 Menurunnya rasio hutang negara terhadap pdb terus turun dari 56%
pada tahun 2004 menjadi 34% pada tahun 2008.
 Pelunasan utang imf.
 Terlaksananya program-program pro-rakyat seperti: blt, bos, beasiswa,
jamkesmas, pnpm mandiri, dan kur tanpa agunan tambahan yang
secara otomatis dapat memperbaiki tinggkat ekonomi rakyat.
 Apengangguran terus menurun. 9,9% pada tahun 2004 menjadi 8,5%
pada tahun 2008.
 Menurunnya angka kemiskinan dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi
15,4% pada tahun 2008.
 Pertumbuhan ekonomi indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring
pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang
2008 hingga 2009.
 Perekonomian indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh
krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona eropa.

KELEMAHAN :
 Harga bbm termahal sepanjang sejarah indonesia yaitu mencapai rp.
6.000.

15
 Jumlah utang negara tertinggi sepanjang sejarah yakni mencapi 1667
triliun pada awal tahun 2009 atau 1700 triliun per 31 maret 2009.
Inilah pembengkakan utang terbesar sepanjang sejarah
 Tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar biasa tinggi.
Mencapai sebesar 15% pada tahun 2006 .menunjukkan suatu
penghamburan yang signifikan atas sumber daya public.
 Konsentrasi pembangunan di awal pemerintahannya hanya banyak
berpusat di aceh, karena provinsi aceh telah di porak porandakan oleh
bencana alam stunami pada tahun 2004.
 Masih gagalnya pemerintah menghapuskan angka pengangguran dan
kemiskinan di negeri ini.
 Bencana alam yang sering terjadi di indonesia membuat para investor
asing enggan berinvestasi dengan alasan tidak aman terhadap ancaman
bencana alam.
 Dianggap belum mampu menyelesaikan masalah bank century.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari berbagai kasus yang kita ketahui tentang perekonomian di indonesia


sejak KIB I hingga KIB II, dapat di simpulkan bahwa keadaan ekonomi
negara kita mengalami jatuh bangun. Pada masa pemerintahan presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, terjadi banyak kemajuan di berbagai bidang.
Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi dan kebebasan berpendapat.
Namun, terdapat beberapa kemunduran juga. Kita tidak dapat melihat
kesuksesan suatu pemerintahan hanya dengan satu pandangan. Kita harus
memandang dari berbagai sisi.

B. SARAN

Dari pembahasan kita mengenai Perekonomian Indonesia pada masa SBY,


Indonesia mengalami yang namanya krisis ekonomi global 2008 dan
pemerintah mampu mengembalikan situasi perekonomian menjadi
meningkat dari sebelumnya. Itu semua dikarenakan pemerintah mampu
membaca situasi perekonomian sehingga mereka mencari jalan keluar agar
perekonomian Indonesia terus meningkat.

Oleh karena itu, kita harus bisa pula mengikuti jejak pemerintah yaitu
pandai membaca situasi, walaupun kita hanyalah masyarakat biasa. Dalam
hal ini, kita bukan pandai membaca situasi perekonomian indonesia tetapi
kita gunakan kepandaian membaca situasi untuk hal lainnya. Misalnya,
apa yang harus kita lakukan kedepannya agar kondisi keuangan keluarga
kita bisa lebih baik lagi dari sebelumnya dan lain sebagainya.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://jeo.kompas.com/jejak-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-dari-masa-ke-
masa

https://www.google.com/amp/s/insight.kontan.co.id/news/sby-jilid-2-
menghadapi-krisis-ekonomi-global-1/amp

http://indonesiabaik.id/infografis/masa-pemerintahan-sby-naik-turun-ekonomi-
indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai