Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
BAUBAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
KRISIS KEUANGAN ASIA 1997 – 1998” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Perekonomian Indonesia. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tri Astuti SE.,M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Krisis moneter yang terjadi pada Juli 1997 telah memporak-porandakan
perekonomian beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, Korea Selatan
dan Indonesia. Di Indonesia krisis moneter tersebut merupakan resultant
dari merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. “Nilai
tukar rupiah ditutup pada level Rp 4.850/dollar AS pada tahun 1997 dan
melonjak tajam ke level Rp 16.000/dollar AS pada 22 Januari 1998” (Andi
M. Asrun dan A. Ahsin Thohari, 2003: 54). Merosotnya nilai tukar rupiah
tersebut membuat sistem perbankan Indonesia menjadi kacau.
Sudrajad Djiwandono selaku Gubernur Bank Indonesia “pada November
1997 mengumumkan 16 bank swasta nasional yang dilikuidasi yaitu, Bank
Harapan Sentosa, Guna Internasional, Andromeda, Astria Raya, Sejahtera
Umum, Dwipa, Kosagraha Semesta, Jakarta, Citrahasta Manunggal,
Pinaesaan, Mataram Dhanarta, Anrico, Pasific, Industri, Majapahit Jaya
dan South East Asia Bank karena tingkat kesehatan bank tersebut dalam
kategori kurang sehat atau tidak baik” (Lukman Dendawijaya,
2003: 163).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Awal Mula Krisis Keuangan Asia 1997 – 1998 ?
2. Bagaimana Sejarah Krisis Keuangan Asia ?
3. Apa Dampak dari Krisis Keuangan Asia?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui tentang Awal mulai krisis keuangan asia 1997 –
1998.
2. Untuk mengetahui tentang sejarah krisis keuangan asia.
3. Untuk mengetahui dampak dari krisis keuangan asia.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
Rasio utang luar negeri terhadap PDB naik dari 100% menjadi 167% di empat
negara besar ASEAN pada tahun 1993–96, lalu melonjak hingga 180% pada
masa-masa terparah dalam krisis ini. Di Korea Selatan, rasionya naik dari 13%
menjadi 21%, lalu memuncak di angka 40%. Negara industri baru lainnya masih
lebih baik. Kenaikan rasio pembayaran utang ekspor hanya dialami oleh Thailand
dan Korea Selatan.
Banyak ekonom yang meyakini bahwa krisis Asia tercipta bukan karena psikologi
pasar atau teknologi, melainkan kebijakan yang mengubah insentif dalam
hubungan antara peminjam dan pemberi pinjaman. Besarnya pinjaman yang
tersedia lewat kebijakan ini menciptakan ekonomi yang nilainya
sangat terdongkrak (leveraged). Harga aset pun naik ke tingkat yang sangat
rentan. Harga aset akhirnya jatuh dan membuat individu dan perusahaan tidak
mampu membayar obligasi utang.
Selain mengacaukan ekonomi yang sehat-sehat saja, suku bunga terlampau tinggi
juga mampu mengacaukan ekonomi negara rapuh. Di sisi lain, bank sentral
semakin kehabisan cadangan mata uang asing yang jumlahnya terbatas. Ketika
semakin jelas bahwa arus keluarnya modal dari negara-negara tersebut tidak dapat
dihentikan, pemerintah menghentikan penerapan nilai tukar tetap dan
mengizinkan mata uangnya mengambang. Nilai mata uang yang terdepresiasi
berarti bahwa utang bermata uang asing terus bertambah dalam nilai mata uang
nasional. Hal ini memicu kebangkrutan dan memperparah krisis.
Menteri luar negeri dari 10 negara ASEAN yakin bahwa manipulasi mata uang
direncanakan dengan sengaja untuk menggoyahkan ekonomi ASEAN. Mantan
Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, menuduh George Soros
mengacaukan ekonomi Malaysia melalui "spekulasi mata uang besar-besaran".
Soros mengaku membeli ringgit saat nilainya jatuh dan melakukan jual
kosong pada tahun 1997.
Pada Pertemuan Menteri ASEAN ke-30 di Subang Jaya, Malaysia, tanggal 25 Juli
1997, menteri luar negeri seluruh ASEAN mengeluarkan deklarasi bersama yang
meminta penguatan kerja sama ASEAN untuk mempertahankan dan
mengutamakan kepentingan ASEAN di bidang ekonomi. Pada hari yang sama,
kepala bank sentral dari seluruh negara yang terdampak krisis bertemu di EMEAP
(Executive Meeting of East Asia Pacific) di Shanghai. Mereka gagal
menyepakati New Arrangement to Borrow. Satu tahun sebelumnya, menteri
keuangan dari negara-negara yang sama menghadiri pertemuan menteri
keuangan APEC ke-3 di Kyoto, Jepang, tanggal 17 Maret 1996. Menurut
deklarasi bersama tersebut, mereka tidak mampu menggandakan jumlah dana
cadangan General Agreements to Borrow dan Emergency Finance Mechanism.
Ada beberapa negara yang terkena krisis keuangan Asia 1997-1998, berikut
penjelasannya :
Dari 1985 sampai 1995, Ekonomi Thailand tumbuh rata-rata 9%. Pada tanggal 14-
15 Mei 1997, mata uang baht, terpukul oleh serangan spekulasi besar. Pada
tanggal 30 Juni, Perdana Menteri Chavalit Yonchaiyudh berkata bahwa dia tidak
akan mendevaluasi baht, tetapi pemerintah Thailand yang tak memiliki cukup
cadangan devisa untuk mempertahankan nilai tukar tetap dengan dolar AS
akhirnya mengambangkan mata uang lokal tersebut pada 2 Juli.
Pada 1996, "dana hedge" Amerika telah menjual US$400 juta dalam bentuk mata
uang Thailand. Dari 1985 sampai 2 Juli 1997, baht dipatok pada 25 kepada dolar
AS. Baht jatuh tajam dan hilang setengah harganya. Baht jatuh ke titik terendah di
56 ke dolar AS pada Januari 1998. Pasar saham Thailand jatuh 75% pada
1997. Finance One, perusahaan keuangan Thailand terbesar bangkrut. Pada 11
Agustus, IMF membuka paket penyelamatan dengan lebih dari US$16 miliar
(kira-kira Rp160 triliun). Pada 20 Agustus IMF menyetujui, paket "bailout"
sebesar US$3,9 miliar.
b. Krisis Keuangan Filipina
Bank sentral Filipina menaikkan suku bunga sebesar 1,75 persentase point pada
Mei dan 2 point lagi pada 19 Juni. Thailand memulai krisis pada 2 Juli. Pada 3
Juli, bank sentral Filipina dipaksa untuk campur tangan besar-besaran untuk
menjaga peso Filipina, menaikkan suku bunga dari 15 persen ke 24 persen dalam
satu malam.
Korea Selatan adalah ekonomi terbesar ke-11 dunia pada 1997. Mereka memiliki
landasan makroekonomi yang bagus namun perbankannya dibebani kredit macet.
Utang berlebihan menuntun ke kegagalan besar dan pengambil-alihan.
Contohnya, pada Juli, pembuat mobil ketiga terbesar Korea, Kia Motors meminta
pinjaman darurat. Di awal penurunan pasar Asia, Moody's menurunkan rating
kredit Korea Selatan dari A1 ke A3 pada 28 November 1997, dan diturunkan lagi
ke Baa2 pada 11 Desember. Yang menyebabkan penurunan lebih lanjut di saham
Korea sejak jatuhnya pasar saham di November. Bursa saham Seoul jatuh 4%
pada 7 November1997. Pada 8 November, jatuh 7%, penurunan terbesar yang
pernah tercatat di negara tersebut. Dan pada 24 November, saham jatuh lagi 7,2
persen karena ketakutan IMF akan meminta reform yang berat. Pada
1998, Hyundai Motor mengambil alih Kia Motors.
e. Krisis Keuangan Malaysia
Indonesia mengikuti Kerajaan Thailand mengambang bebaskan nilai tukar mata uangnya
pada 14 Agustus 1997.[23] Rupiah terdevaluasi lebih jauh ke titik terendahnya setelah
penandatanganan nota kesepahaman ke-2 dengan IMF pada 15 Januari 1998.
Pada bulan Juni 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand,
Indonesia memiliki inflasi yang rendah, surplus perdagangan lebih dari US$900 juta,
cadangan devisa yang besar, lebih dari US$20 miliar, dan perbankan yang baik.
Tapi banyak perusahaan di Indonesia yang meminjam dalam bentuk dolar AS. Pada
tahun berikutnya, ketika rupiah menguat terhadap dolar, kebijakan ini telah bekerja baik
untuk perusahaan tersebut—level efektivitas hutang mereka dan biaya finansial telah
berkurang pada saat harga mata uang lokal meningkat.
Pada bulan Juli 1997, Thailand mengambangkan baht, Otoritas Moneter Indonesia
melebarkan jalur perdagangan dari 8 persen ke 12 persen. Rupiah mulai terserang kuat
di Agustus. Pada 14 Agustus1997, pertukaran mengambang teratur ditukar dengan
pertukaran mengambang-bebas. Rupiah jatuh lebih dalam. IMF datang dengan paket
bantuan 23 miliar dolar, tetapi rupiah jatuh lebih dalam lagi karena ketakutan dari
hutang perusahaan, penjualan rupiah, permintaan dolar yang kuat. Rupiah dan Bursa
Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan September. Moody's menurunkan
hutang jangka panjang Indonesia menjadi "junk bond".
Meskipun krisis rupiah dimulai pada bulan Juli dan Agustus 1997, krisis ini menguat pada
bulan November ketika efek dari devaluasi di musim panas muncul pada neraca
perusahaan. Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya yang
lebih besar yang disebabkan oleh penurunan rupiah. Akibatnya, banyak rakyat yang
bereaksi dengan menukarkan rupiah dengan dolar AS, menurunkan harga rupiah lebih
jauh lagi.
Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan kekacauan di
Indonesia. Pada bulan Februari 1998, Presiden Soeharto memecat Gubernur Bank
Indonesia, Sudrajad Djiwandono. Akhirnya, Presiden Soeharto dipaksa untuk mundur
pada tanggal 21 Mei 1998 dan B. J. Habibie di angkat menjadi presiden. Mulai dari sini
krisis moneter Indonesia memuncak.
Laos terpengaruh ringan oleh krisis ini dengan nilai tukar Kip dari 4.700 ke 6.000
terhadap satu dolar AS.
C. DAMPAK KRISIS KEUANGAN ASIA
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Krisis keuangan Asia adalah periode krisis keuangan yang menerpa
hampir seluruh Asia Timur pada Juli 1997 dan menimbulkan kepanikan
bahkan ekonomi dunia akan runtuh akibat penularan keuangan yang telah
memporak-porandakan perekonomian beberapa negara seperti Malaysia,
Thailand, Korea Selatan dan Indonesia
B. SARAN
Mengetahui tentang awal muka krisis ekonomi asia tahun 1997-1998
,sejarah dan dampaknya akan menambah wawasan bagi pembaca.
Daftar Pustaka
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Krisis_finansial_Asia_1997