Anda di halaman 1dari 2

Definisi krisis ekonomi adalah istilah yang digunakan pada bidang ekonomi dan

mengacu pada perubahan drastis pada perekonomian.


Perubahan ekonomi yang terjadi secara cepat tersebut mengarah pada turunnya
nilai tukar mata uang dan harga kebutuhan pokok yang semakin tinggi. Krisis
ekonomi dapat melanda suatu negara apabila perubahan perekonomian sudah tidak
dapat dibendung lagi.
Contoh krisis ekonomi adalah krisis ekonomi 1994 di Meksiko, krisis ekonomi
Argentina (1999-2002), krisis ekonomi Amerika Selatan 2002, krisis ekonomi
Kamerun.

Krisis Ekonomi 1997 memporak-porandakan perekonomian global. Tidak memandang


perekonomian negara berkembang ataupun negara maju.Walaupun krisis ini lebih populer
dikenal dengan sebutan "KRISIS ASIA",tetapi tidak hanya negara Asia saja yang terkena
dampaknya.Semua terkena dampak dari krisis ini.Yang pada akhinya berdampak pada
menurunnya kualitas kesejahteraan tiap warga negara.Ini disebabkan sektor moneter tidak
pernah,dan tidak akan pernah,lepas kaitan dengan sektor riil.Karena,bagaimanapun,keberadaan
sektor moneter dengan segala kebijakan dan berbagai lembaga keuangan yang menopangnya
tidak bisa berdiri sendiri.Sehebat dan secanggih apapun sektor ini,pada dasarnya merupakan
fasilitator bagi sektor real.Selanjutnya,kita akan melakukan analisis tentang dampak krisis
ekonomi bagi Indonesia.
PENYEBAB KRISIS EKONOMI MENURUT IDENTIFIKASI PARA PAKAR :
1.Fenomena productivity gap (kesenjangan produktifitas) yang erat berkaitan dengan lemahnya
alokasi aset ataupun faktor-faktor produksi.
2.Fenomena diequilibrium trap (jebakan ketidak seimbangan) yang berkaitan dengan
ketidakseimbanagan struktur antarsektor produksi
3.Fenomena loan addiction ( ketergantungan pada hutang luar negeri) yang berhubungan dengan
perilaku para pelaku bisnis yang cenderung memobilisasi dana dalam bentuk mata uang asing
(foreign currency)
DAMPAK KRISIS EKONOMI BAGI INDONESIA
Pada Juni 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia memiliki
inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata uang luar
yang besar, lebih dari 20 milyar dolar, dan sektor bank yang baik.
Tapi banyak perusahaan Indonesia banyak meminjam dolar AS. Di tahun berikut, ketika rupiah
menguat terhadap dolar, praktisi ini telah bekerja baik untuk perusahaan tersebut level
efektifitas hutang mereka dan biaya finansial telah berkurang pada saat harga mata uang lokal
meningkat.
Pada Juli, Thailand megambangkan baht, Otoritas Moneter Indonesia melebarkan jalur
perdagangan dari 8 persen ke 12 persen. Rupiah mulai terserang kuat di Agustus. Pada 14
Agustus 1997, pertukaran floating teratur ditukar dengan pertukaran floating-bebas. Rupiah jatuh

lebih dalam. IMF datang dengan paket bantuan 23 milyar dolar, tapi rupiah jatuh lebih dalam lagi
karena ketakutan dari hutang perusahaan, penjualan rupiah, permintaan dolar yang kuat. Rupiah
dan Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan Septemer. Moodys menurunkan
hutang jangka panjang Indonesia menjadi junk bond.
Meskipun krisis rupiah dimulai pada Juli dan Agustus, krisis ini menguat pada November ketika
efek dari devaluasi di musim panas muncul di neraca perusahaan. Perusahaan yang meminjam
dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih besar yang disebabkan oleh penurunan rupiah,
dan banyak yang bereaksi dengan membeli dolar, yaitu: menjual rupiah, menurunkan harga
rupiah lebih jauh lagi.
Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan kekacauan di negara
ini. Pada Februari 1998, Presiden Suharto memecat Gubernur Bank Indonesia, tapi ini tidak
cukup. Suharto dipaksa mundur pada pertengahan 1998 dan B.J. Habibie menjadi presiden.
PELAJARAN BERHARGA YANG BISA DITARIK DARI KRISIS EKONOMI
1. Perlu pembenahan manajemen pembangunan dan pemerintahan.Bagaimana
mungkin,misalnya,kerapuhan struktur pembayaran Indonesia hanya difokuskan pada satu
sisi permasalahan yaitu dengan dibentuknya Tim Peningkatan Ekspor.Sepatutnya,
pemerintah meninjau permasalahannya lebih dalam lagi,yaitu pada sisi produksi dan
distribusi.
2. Reformasi sistem pengambilan keputusan.Kalau pemerintah hendak melakukan
campur tangan,efektivitasnya sangat ditentukan oleh timing yang tepat dan magnitut yang
memadai.
3. Diperlukan pengembangan kelembagaan yang menopang peningkatan dinamika
perekonomian yang semakin sehat sehingga bisa menekan biaya transaksi
(transaction cost).

Anda mungkin juga menyukai