Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem finansial dan moneter internasional memerankan peran utama dalam ekonomi
politik global. Sejak akhir abad ke-19, keberadaan sistem ini telah melalui beragam transformasi
akibat perubahan ekonomi dan politik yang sering terjadi, baik di level domestik maupun
internasional. Kompleksitas sistem finansial dan moneter, baik di level domestik maupun
internasional sangat menarik untuk dipelajari. Kebijakan politik dan ekonomi dari negara-negara
di seluruh dunia yang beragam dapat memengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh sirkulasi modal di
seluruh dunia. Oleh karena itu kami ingin membahas tentang Krisis Ekonomi yang terjadi. Krisis
ekonomi Global merupakan peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami
keruntuhan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Semua Negara praktis pernah
mengalami yang namanya krisis dalam perekonomian negaranya. Karena krisis merupakan
kejadian yang simultan dan memiliki efek yang akan menyebar ke berbagai negara. Krisis
ekonomi dunia pernah terjadi pada tahun 1930 silam atau yang lebih dikenal dengan The Great
Depression yang saat itu ekonomi masih dikuasai kapitalis di mana semua kegiatan
perekonomian diserahkan langsung kepada mekanisme pasar. Bencana pasar keuangan akibat
rontoknya perusahaan keuangan dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam satu per satu, tinggal
menunggu waktu saja. Bangkrutnya Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di
seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia,
Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sampai dengan 10
persen. Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan
Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami
kerugian besar. Kemudian setelah kejadian tahun 1930 tersebut ekonomi berusaha diperbaiki
dengan tidak sepenuhnya memakai sistem kapitalis murni dalam perekonomian suatu Negara.
Dewasa ini pandangan-pandangan mengenai sebab timbulnya krisis yang beraneka ragam
tersebut, mungkin dapat digolongkan menjadi dua kelompok; pertama yang mengatakan bahwa
sebab utamanya adalah masalah internal ekonomi nasional, terutama lemahnya lembaga
keuangan (perbankan). Ini pokok dari argumentasi Paul Krugman, ahli ekonomi kenamaan dari
Stanford University. Kedua, yang mengatakan bahwa krisis ini timbul dari perubahan sentimen
pasar, masalah eksternal, yang diperkuat dengan contagion effects. Ini berasal dari Jeffrey Sachs,
ahli ekonomi dari Harvard University. Salah satu negara yang mengalami krisis Ekonomi terjadi
pada negara Argentina pada tahun akhir tahun 1990an dan awal 2000an

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana identifikasi kasus krisis moneter Argentina?

2. Bagaimana analisis dari kasus krisis moneter Argentina?

3. Apa saja pertanyaan terkait dengan kasus krisis moneter Argentina?

4. Bagaimana penyelesaian dari pertanyaan kasus moneter Argentina?


BAB II

PEMBAHASAN

1. IDENTIFIKASI KASUS

Krisis Moneter Argentina

Pada 1990an Argentina adalah kesayangan masyarakat keuangan internasional. Argentina


telah memperbaiki nilai tukar mata uangnya terhadap dollar U.S pada $ 1= 1 Peso. Untuk
mempertahankan nilai tukar, Argentina telah mengadopsi kebijakan anti inflasi yang ketat
sehingga berhasil menurunkan tingkat inflasi yang tinggi serta merangsang pertumbuhan
ekonominya. Namun, pada tahun 2001, perekonomian kembali mengalami masalah.
Pertumbuhan ekonomi global merosot dan permintaan untuk banyak komoditas yang diekspor
Argentina jatuh. Brazil sebagai negara tetangga dan mitra dagang utama Argentina, telah
mengahadapi krisis keuangannya yang akhirnya memutuskan untuk mendevaluasi mata uangnya
terhadap dollar dan kemudian diikuti oleh Peso , sehingga menyebabkan banyak barang
Argentina yang keluar dari pasar. Untuk beberapa hal Dollar telah dihargai sebagai mata uang
utama, sehingga membuat barang Argentina lebih mahal di pasar internasional.

Mulai tahun 1999, ekonomi Argentina mengalami kegagalan yang pada akhirnya
menyebabkan pengangguran mencapai 25% pada tahun 2002. Untuk mengantisipasi terjadinya
devaluasi Peso terhadap Dollar, perusahaan dan individu mulai menarik uang dari Peso dan
melakukan penempatan dana dalam rekening Dollar. Sebagai orang yang menjual Peso,
pemerintah Argentina menggunakan cadangan devisa untuk membeli kembali dalam upaya untuk
mempertahankan nilai tukar pada 1 Dollar = 1 Peso. Pemerintah dengan cepat menurunkan
cadangannya, dan di tahun 2000 negara itu menegosiasikan pinjaman dari dana moneter
internasional (IMF) untuk menopang mata uangnya. Sebagai imbalan terhadap pinjaman yang
akhirnya mencapai 15 juta Dollar, pemerintah Argentina setuju untuk mengadopsi program
penghematan keuangan untuk menyeimbangkan anggaran. Namun kondisi di dalam negara itu
terus memburuk, beberapa kritikus mengklaim, karena kebijakan IMF yang tetap membuat resesi
yang buruk. Pada akhir tahun 2001 dengan pendapatan pajak pemerintah yang termasuk dalam
kontrak ekonomi, pemerintah Argentina gagal untuk membayar utang dan secara efektif
menyumbangkan 80 juta Dollar obligasi pemerintah yang tidak berharga. Ini menciptakan krisis
kepercayaan yang besar yang memberikan tekanan lebih besar pada Peso. Sepanjang 2001
pemerintah Argentina telah berusaha untuk mendukung nilai Peso dengan bantuan pinjaman dari
IMF, tetapi itu menjadi semakin sulit di tambah dengan utang yang menyebabkan kondisi makin
memburuk. Pada awal tahun 2002, pemerintah tunduk pada tidak terpisahkannya nilai Peso dari
Dollar yang memungkinkan untuk mengambang bebas. Nilai Peso menjadi 1 Dollar = 3,5 Peso.
Nilai Peso yang jatuh membantu menaikkan komoditi ekspor Argentina yang kini jauh lebih
murah bagi pembeli asing. Melambungnya kembali pertumbuhan ekonomi global setelah tahun
2001 juga membantu seperti pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh negara tetangga Brazil.
Pada tahun 2003 ekonomi naik setingkat di jalur pertumbuhannya dan tingkat pengangguran
menurun. Di tahun 2005, Argentina mambayar kembali semua hutangnya kepada IMF. Dalam
komentarnya dalam pembayaran hutang, presiden Argentina Nestor Kirchner mengkritik IMF
untuk mempromosikan kebijakan yang memprovokasi kemiskinan dan penderitaan pada rakyat
Argentina . sementara pandangan yang terkenal di Argentina, beberapa pengamat luar khawatir
bahwa dibebaskannya Argentina dari IMF akan berakibat kembalinya kebijakan moneter yang
longgar dan inflasi yang tinggi seperti sejarah yang terdahulu.

2. ANALISIS MENGENAI KASUS MONETER ARGENTINA

Penyebab Terjadinya Krisis Moneter Argentina

1) Penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) pada 1999.

Pada tahun 2001, perekonomian kembali mengalami masalah. Pertumbuhan ekonomi


global merosot dan permintaan untuk banyak komoditas yang diekspor Argentina jatuh. Brazil
sebagai negara tetangga dan mitra dagang utama Argentina, telah mengahadapi krisis
keuangannya yang akhirnya memutuskan untuk mendevaluasi mata uangnya terhadap dollar dan
kemudian diikuti oleh Peso , sehingga menyebabkan banyak barang Argentina yang keluar dari
pasar. Untuk beberapa hal Dollar telah dihargai sebagai mata uang utama, sehingga membuat
barang Argentina lebih mahal di pasar internasional.

2) Masa Transisi Politik Argentina


a) Pada tahun 1983, masa transisi politik Argentina dari kediktatoran menuju
demokrasi ditandai dengan penyelenggaraan pemilu dan terpilihnya Ral Ricardo
Alfonsin Foulkes sebagai presiden. Di bawah kepemimpinan Alfonsin,
pemerintahan yang baru menggulirkan program stabilisasi ekonomi Argentina dan
penciptaan mata uang baru, austral. Angka inflasi kemudian tumbuh tak terkendali
di rentang 10 - 20% per bulan. Bahkan, pada 1989 hiperinflasi Argentina
mencapai angka fantastis 5.000%. Selama pemerintahan Alfonsin, angka
pengangguran memang tidak mengalami penurunan signifikan, namun
pendapataan riil masyarakat terpangkas hingga separuh lebih. Harga berbagai
komoditas perdagangan dan bahan-bahan pokok kebutuhan rumah tangga
meningkat tajam. Pemerintahan Partai Radikal di bawah pimpinan Presiden
Alfonsin lalu jatuh oleh pergolakan sosial dan aksi kaum buruh yang frustrasi
akibat persoalan ekonomi.

b) Naiknya Carlos Menem (8 Juli 1989 - 10 Desember 1999) menjadi presiden


menggantikan Alfonsin ternyata semakin memperparah keadaan. Proses
pembangunan ekonomi justru memperbesar jurang kesenjangan sosial. Angka
pengangguran meningkat sampai 14,5%, sementara praktik korupsi dan tindak
kejahatan semakin meluas. Orientasi pembangunan cenderung elitis dan kurang
memperhatikan rakyat bawah. Tak heran kalau di akhir kekuasaan Carlos Menem
pada tahun 1999, kondisi perekonomian Argentina jadi sangat rapuh. Tak lama
setelah itu, Argentina langsung tersungkur dan mengalami krisis ekonomi yang
lebih hebat. Sikap terlalu liberal dan kurang kehati-hatian Menem juga diduga
banyak pihak menjadi penyebab krisis menjadi semakin parah.

c) Pasca hiperinflasi di Argentina, di penghujung tahun 1990 Domingo Cavallo


ditunjuk sebagai Menteri Ekonomi. Pada 1991, Cavallo mengambil kebijakan
mata uang tetap dan mematok nilai tukar mata uang peso Argentina sebesar
10,000 per dollar AS. Kebijakan tersebut membawa dampak terhadap penurunan
tingkat inflasi, stabilnya harga berbagai komoditas, serta terjaganya nilai mata
uang. Hal itu sementara waktu mampu meningkatkan kualitas hidup warga
Argentina yang ditandai dengan adanya peningkatan daya beli mereka. Namun,
rakyat Argentina belum bisa berbahagia dulu, karena negara itu masih
menanggung beban utang yang sangat besar.

Penyelesaian Kasus Moneter Argentina:

Pada akhirnya, pemerintah Argentina dipaksa meninggalkan patokan nilai mata uangnya
terhadap dollar, karena apabila pemerintah Argentina tetap mempertahankan kurs mata uang
tetapnya maka kemungkinan kondisi keuangan Argentina menjadi semakin buruk. Karena jika
Argentina terus mempertahankan patokannya terhadap Dollar maka akan memperburuk kondisi
ekonominya yang pada nantinya akan menyebabkan permintaan komoditas Argentina menurun
dengan adanya patokan tersebut sehingga pendapatan Argentina dari ekspor pun berkurang dan
ditambah lagi dengan masih adanya hutang pada IMF.

3. PERTANYAAN KASUS:

1) Bagaimana kurs tetap terhadap Dollar yang diadopsi Argentina terhadap manfaat
ekonomi pada tahun 1990an?

2) Kenapa Argentina tidak dapat mempertahankan rezim kurs tetapnya ? apa yang bisa
diketahui mengenai kelemahan rezim kurs tetap ?

3) Apa yang kamu fikir bahwa IMF benar untuk bersikeras bahwa pemerintah Argentina
mengadopsi program penghematan fiskal ? Apa pendekatan lain yang dapat dilakukan
oleh IMF ?

4) Pada akhirnya , pemerintah Argentina dipaksa untuk meninggalkan patokannya


terhadap Dollar, apakah ini hal yang baik ? Mengapa ? Apa risiko yang melekat
dalam nilai tukar mengambang ?

4. PENYELESAIAN PERTANYAAN:

1) Pada 1991 Cavallo sebagai Mentri Ekonomi Argentina pada saat itu mengambil
kebijakan mata uang tetap dan mematok nilai tukar mata uang Peso sebesar 1 Peso =
1 Dollar. Kebijakan tersebut membawa dampak terhadap penurunan tingkat inflasi ,
stabilnya harga komoditas, serta terjaganya nilai mata uang. Hal itu sementara waktu
mampu meningkatkan kualitas hidup warga Argentina yang ditandai dengan adanya
peningkatan daya beli mereka. Dan merangsang pertumbuhan ekonomi Argentina.

2) Pada tahun 2001 perekonomian Argentina mengalami masalah. Pertumbuhan


ekonomi global merosot dan permintaan untuk barang komoditi yang diekspor
Argentina jatuh. Sehingga banyak barang Argentina yang keluar dari pasar. Untuk
mengantisipasi terjadinya devaluasi Peso terhadap Dollar perusahaan dan individu
mulai menarik uang dari Peso dan melakukan penempatan dana dalam rekening
Dollar. Pemerintah dengan cepat menurunkan cadangan devisanya dan
menegosiasikan pinjaman dari IMF. Pemerintah Argentina mengadopsi program
penghematan keuangan untuk menyeimbangkan anggaran, tetapi kondisi di dalam
negara Argentina terus memburuk. Ditambah dengan hutang yang menyebabkan
kondisi perekonomian Argentina terus memburuk. Pada awal tahun 2002 pemerintah
Argentina tunduk terhadap nilai Peso yang tidak dapat dipisahkan dengan Dollar yang
memungkinkan kursnya berubah menjadi mengambang bebas. Nilai Peso menjadi 1
Dollar = 3,5 Peso.Dilihat dari kasus Argentina yang menggunakan kurs tetap dapat
dilihat bahwa kurs tetap memiliki beberapa kelemahan yaitu kurangnya fleksibilitas
mata uang jika terjadi perubahan dalam pasar internasional. Dilihat dalam kasus ini
komoditi Argentina menjadi kurang laku di pasar internasional akibat kurs tetap
terhadap Dollar yang diberlakukan oleh negara Argentina. Dalam kurs tetap otoritas
moneter harus memiliki dana yang cukup, sedangkan dalam kasus diatas dapat dilihat
bahwa Argentina tidak memiliki dana yang cukup sehingga memilih untuk meminta
bantuan IMF yang menyebabkan hutang Argentina bertambah banyak.

3) Menurut pendapat kami, dari kejadian tersebut tidak dapat menghemat fiskal karena
penghematan fiskal itu merupakan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka mendapatkan dana. Untuk mengarahkan ekonomi suatu Negara melalui
pengeluaran dan pendapatan berupa pajak pemerintah. Para negara penerima bantuan
IMF, harus menjalankan beberapa program penghematan anggaran demi mengatasi
krisis dan menyeimbangkan anggaran negara seperti: pengurangan belanja negara dan
menaikkan pajak. IMF mengira bahwa serangkaian program itu bakal langsung
menekan krisis dan konsekuensinya terbatas. Namun, program penghematan itu
langsung menyebabkan terganggunya pertumbuhan ekonomi saat itu .

4) Menurut kelompok kami, Argentina yang akhirnya dipaksa meninggalkan patokannya


terhadap Dollar adalah baik bagi Argentina. Karena menurut kami, jika Argentina
terus mempertahankan patokannya terhadap Dollar maka akan memperburuk kondisi
ekonominya yang pada nantinya akan menyebabkan permintaan komoditas Argentina
menurun dengan adanya patokan tersebut sehingga pendapatan Argentina dari ekspor
pun berkurang dan ditambah lagi dengan masih adanya hutang pada IMF.

Resiko yang melekat dalam nilai tukar mengambang adalah :

1. Sangat besarnya peluang untuk berspekulasi, sehingga dapat menyebabkan


ketidakstabilan nilai tukar.Dalam sistem ini, nilai kurs tukar ditentukan oleh
tekanan pasar tanpa adanya intervensi pemerintah.

2. perlunya otoritas moneter memiliki cadangan dana yang cukup untuk menjaga
kestabilan nilai tukar mata uangnya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pada 1990an Argentina adalah kesayangan masyarakat keuangan internasional. Argentina


telah memperbaiki nilai tukar mata uangnya terhadap dollar U.S pada $ 1= 1 Peso. Untuk
mempertahankan nilai tukar, Argentina telah mengadopsi kebijakan anti inflasi yang ketat
sehingga berhasil menurunkan tingkat inflasi yang tinggi serta merangsang pertumbuhan
ekonominya. Namun, pada tahun 2001, perekonomian kembali mengalami masalah.
Pertumbuhan ekonomi global merosot dan permintaan untuk banyak komoditas yang diekspor
Argentina jatuh.

Dalam rangka mempertahankan nilai tukarnya terhadap dollar, pemerintah menurunkan


cadangan devisanya untuk membeli kembali peso yang telah dijual oleh para pengusaha,
pemerintah juga meminjam dana dari IMF serta melakukan penghematan fiskal. Namun cara
tersebut tidak banyak membantu, karena kondisi negara semakin memburuk ditambahnya
banyaknya utang yang harus dibayar pada IMF, akhirnya pemerintah justru melepaskan 80 juta
dollar obligasinya, dan pada awal tahun 2002 akhirnya pemerintah Argentina harus tunduk
menggunakan nilai tukar mengambang bebas yang besarnya $1=3,5peso.

Anda mungkin juga menyukai