Pada bulan April 1991 Argentina memulai program reformasi ekonomi untuk
menurunkan laju Inflasi hingga ke tingkat yang acceptable dan memperbaiki
pertumbuhan pada basis-basis ekonomi yang berkelanjutan. Program ini bersandar
pada empat pokok, yakni membuka ekonomi, deregulasi dan reformasi perpajakan,
privatisasi dan eliminasi segala bentuk campur tangan pemerintah dalam alokasi
sumber daya, dan stabilisasi inflasi dan harga (Krismatono, 1998). Usaha tersebut
berhasil menekan inflasi menjadi sekitar 17,5 persen di tahun 1992 dan menjadi 4,2
persen di tahun 1994. Terdapat peningkatan GDP sebesar 10 persen pada periode
tahun 1991-1992. Kebijakan privatisasi atau swastanisasi dilakukan terhadap
beberapa perusahaan milik negara hingga mampu menaikkan GDP per kapita dari 4.6
ribu dollar AS di tahun 1991 dan naik menjadi 7.5 ribu dollar AS di athun 1994.
Namun di akhir dekade 1990an, sekitar 1997-1998, perekonomian dunia mengalami
stagnasi. Nilai tukar mata uang dollar AS juga mengalami penguatan dibanding mata
uang negara lain, hingga berimplikasi pada kalah bersaingnya produk ekspor
Argentina di pasar global, arena hubungan internasional. Utang luar negeri Argentina
mengalami pembengkakan hingga berujung pada defisit neraca perdagangan dan
anggaran negara.
B. Krisis Ekonomi 2001
Krisis ekonomi tersebut secara eksternal disebabkan oleh turunnya komoditas
ekspor Argentina di pasar global, dan secara internal disebabkan karena perilaku
korupsi di semua lini pemerintahan Argentina yang membuat anggaran pemerintah
tidak efisien. Pemerintah Daerah di Argentina sangat getol mengeluarkan surat utang
dalam bentuk dolar AS. Namun sayangnya, dana hasil penerbitan obligasi tersebut
tidak digunakan untuk pembangunan, namun justru dikorupsi. Pada saat krisis
ekonomi ini, beberapa perusahaan pengelola dana (hedge fund) berspekulasi dengan
membeli surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Argentina di pasar sekunder (Gideon, 2014). Pada tahun 2001, Pemerintah Argentina
tidak bisa membayar bunga obligasi yang diterbitkan, berbagai langkah restrukturisasi
pun dilakukan oleh Argentina. Terjadi peningkatan angka pengangguran 21.5 persen
dari total angkatan kerja, serta angka kemiskinan sebesar 45 persen dari total populasi
negara. Pada tahun 2003, Argentina mampu mencapai stabilitas perekonomian dengan
bukti meningkatnya kinerja di sektor riil. Kebijakan Makro Ekonomi di sektor industri
dan perpajakan, pemerintah mampu menciptakan lapangan kerja dan produktivitas,
mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Pada tahun 2005 dan 2010 negara
tersebut mengumpulkan para kreditornya untuk membahas restrukturisasi utang yang
nilainya mencapai 100 miliar dollar AS tersebut. Sebagian besar kreditor setuju untuk
menerima skema restrukturisasi yang ditawarkan oleh Argentina. Dalam kasus
tersebut, Argentina berhasil melakukan restrukturisasi utang dengan diskonto utang
sebesar 70 persen. Artinya, utang Argentina hanya tersisa kurang lebih sebesar 30
miliar dollar AS. Para investor yang bersedia menukar kesepakatan obligasinya
dengan yang baru kemudian dikenal sebagai `exchange bond holders`.
DAFTAR PUSTAKA
Gideon, Arthur. 2014. Kisah Bangkrutnya Negeri Evita Peron, liputan 6.com.,
liputan6.com/news/read/2089320/kisah-bangkrutnya-negeri-evita-peron. (Diakses
pada 23 Juni 2023)
H.N., Setiyo. 2018. Melihat Perekonomian Argentina: bergerak dari krisis ke krisis,
Belajarekonomi.com, ajarekonomi.com/2018/09/melihat-perekonomian-argentina-
bergerak.html. (Diakses pada 23 Juni 2023)
Krismatono, Dadi. 1998. Stabilisasi Inflasi Melalui Pengelolaan Nilai Tukar, Studi
Literatur tentang Pengalaman Reformasi Ekonomi Argentina, JEP Vol.3, No. 1, hal
71.