Anda di halaman 1dari 13

4.

Manfaat Ekonomi Makro


Dengan mempelajari ekonomi makro maka pemerintah beserta seluruh lapisan masyarakat yang
berada dibawahnya akan mengetahui kebijakan-kebijakan seperti apa yang harus diambil dalam
kondisi ekonomi yang terjadi. Pemerintah akan dapat menentukan keputusan dengan cepat dan
tepat. Selain itu, kita dapat mengetahui pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi nasional, dan
neraca pembayaran nasional.

MASALAH UTAMA EKONOMI MAKRO


1
Apr byadiyatnapages

a. Masalah Kemiskinan dan Pemerataan

Pada akhir tahun 1996 jumlah penduduk miskin Indonesia sebesar 22,5 juta
jiwa atau sekitar 11,4% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Namun,
sebagai akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan
tahun 1997, jumlah penduduk miskin pada akhir tahun itu melonjak menjadi
sebesar 47 juta jiwa atau sekitar 23,5% dari jumlah keseluruhan penduduk
Indonesia. Pada akhir tahun 2000, jumlah penduduk miskin turun sedikit
menjadi sebesar 37,3 juta jiwa atau sekitar 19% dari jumlah seluruh penduduk
Indonesia.
Dari segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam
kemiskinan. Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok
berpenghasilan besar atau kelompok kaya Indonesia.

b. Krisis Nilai Tukar

Krisis mata uang yang telah mengguncang Negara-negara Asia pada awal
tahun 1997, akhirnya menerpa perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah
yang semula dikaitkan dengan dolar AS secara tetap mulai diguncang
spekulan yang menyebabkan keguncangan pada perekonomian yang juga
sangat tergantung pada pinjaman luar negeri sector swasta. Pemerintah
menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk
menyelamatkan cadangan devisayang semakin menyusut. Pemerintah
menerapkan kebijakan nilai tukar yang mengambang bebas sebagai pengganti
kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali.

c. Masalah Utang Luar Negeri

Kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali pada saat sebelum krisis
ternyata menyimpan kekhawatiran. Depresiasi penurunan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing terutama dolar ASyang relative tetap dari tahun ke
tahun menyebabkan sebagian besar utang luar negeri tidak dilindungi dengan
fasilitas lindung nilai (hedging) sehingga pada saat krisis nilai tukar terjadi
dalam sekejap nilai utang tersebut membengkak. Pada tahun1997, besarnya
utang luar negeri tercatat 63% dari PDB dan pada tahun 1998 melambung
menjadi 152% dari PDB.
Untuk mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar
negeri dengan pihak peminjam. Pemerintah juga menggandeng lembaga-
lembaga keuangan internasional untuk membantu menyelesaikan masalah
ini.

d. Masalah Perbankan dan Kredit Macet

Besarnya utang luar negeri mengakibatkan permasalahan selanjutnya pada


system perbankan. Banyak usaha yang macet karena meningkatnya beban
utang mengakibatkan semakin banyaknya kredit yang macet sehingga
beberapa bank mengalami kesulitan likuiditas. Kesulitan likuiditas makin
parah ketika sebagian masyarakat kehilangan kepercayaannya terhadap
sejumlah bank sehingga terjadi penarikan dana oleh masyarakat secarabesar-
besaran (rush).
Goncangan yang terjadi pada system perbankan menimbulkan goncangan
yang lebih besar pada system perbankan secara keseluruhan, sehingga
perekonomian juga akan terseret ke jurang kehancuran. Alasan-alasan di atas
menyebabkan pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan bank-
bankyang mengalami masalah likuiditas tersebut dengan memberikan
bantuan likuiditas. Namun untuk mengendalikan laju inflasi, bank sentral
harus menarik kembali uang tersebut melalui operasi pasar terbuka. Hal ini
dilakukan dengan meningkatnya suku bunga SBI. Kebijakan ini kemudian
menimbulkan dilema karena peningkatan suku bunga menyebabkan beban
bagi para peminjam (debitor). Akibatnya tingkat kredit macet di system
perbankan meningkat dengan pesat. Dilema semakin kompleks di saat system
perbankan mencoba mempertahankan likuiditasyang mereka miliki dengan
meningkatkan suku bungan simpanan melebihi suku bunga pinjaman
sehingga mereka mengalami kerugian yang berakibat pengikisan modal yang
mereka miliki.

e. Masalah Inflasi

Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan


masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi.
Pada tahun 2004 tingkat inflasi Indonesia pernah mencapai angka 10,5%. Ini
terjadi karena harga barang-barang terus naik sebagai akibat dari dorongan
permintaan yang tinggi. Tingginya laju inflasi tersebut jelas melebihi sasaran
inflasi BI sehingga BI perlu melakukan pengetatan di bidang moneter.
Pengetatan moneter tidak dapat dilakukan secara drastic dan berlebihan
karena akan mengancam kelangsungan proses penyehatan perbankan dan
program restrukturisasi perusahaan.

f. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran

Menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006 tercermin dari


anjloknya daya serap pertumbuhan ekonomi terhadap angkatan kerja. Bila di
masa lalu setiap 1% pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan
kerja hingga 240 ribu maka pada 2005-2006 setiap pertumbuhan ekonomi
hanya mampu menghasilkan 40-50 ribu lapangan kerja. Berkurangnya daya
serap lapangan kerja berarti meningkatnya penduduk miskin dan tingkat
pengangguran. Untuk menekan angka pengangguran dan kemiskinan,
pemerintah perlu menyelamatkan industry-industri padat karya dan
perbaikan irigasi bagi pertan
A. Pengertian Ekonomi Makro
Makro ekonomi berasal dari kata “makro” yang berarti besar. Jadi, Ekonomi Makro adalah cabang
ilmu ekonomi yang mempelajari kegiatan perekonomian secara keseluruhan (agregatif), seperti
masalah pengangguran, kesempatan kerja, pengeluaran negara, pendapatan nasional dan
sebagainya.

Alat utama ekonomi makro adalah pendapatan nasional dan analisa pendapatan nasional. Analisa
pendapatan nasional berguna untuk mengukur secara statistik tentang besarnya pendapatan
nasional, konsumsi nasional, tabungan dan investasi nasional. Disamping itu berguna untuk
menunjukkan dan menentukan hubungan-hubungan sistemastis, sehingga dapat menjelaskan
perubahan - perubahan yang dialami oleh variabel - variabel total sepanjang masa.

Hubungan kausal yang dipelajari dalam ekonomi makro, pada intinya adalah hubungan antar
variabel - variabel ekonomi agregatif (secara keseluruhan), seperti tingkat pendapatan nasional ,
tingkat kesempatan kerja, pengeluaran konsumsi rumah tangga, saving (tabungan), investasi
nasioanal, tingkat bunag, jumlah uang yang beredar, neraca pembayaran, stok kapital nasioanl,
utang pemerintah dan sebagainya.

Dalam ekonomi makro menjelaskan tentang hal-hal sebagai berikut:

a. Pentingnya segi permintaan dalam menentukan tingkat kegiatan dalam perekonomian.

b. Pentingnya kebijakan dan campur tangan pemerintah untuk mewujudkan prestasi kegiatan
ekonomi pada tingkat yang dikehendaki

B. Permasalahan Pokok Ekonomi Makro


Secara garis besar, permasalahan kebijaksanaan makro mencakup dua permasalahan pokok, yaitu
sebagai berikut.

1. Masalah Jangka Pendek atau Masalah Stabilisasi.


Masalah ini berkaitan dengan bagaimana "menyetir" perekonomian nasional dari bulan ke bulan,
dari triwulan ke triwulan atau dari tahun ke tahun, agar terhindar dari tiga "penyakit makro" utama
yaitu:

a). Inflasi, merupakan merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak dialami oleh hampir semua
negara. Yang dimaksud dengan inflasi adalah suatu keadaan kecendrungan kenaikan harga - harga secara
umum dan terus menerus. Oleh sebab itu, kondisi semacam ini dianggap sebagai masalah dan diperlikan
kebijakan khusus untuk mengatasinya. Walaupun tidak secara otomatis menurunkan standar hidup, inflasi
tetap merupakan masalah, karena dapat mengakibatkan redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat,
dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi, dan dapat menyebabkan perubahan output dan kesempatan
kerja dalam masyarakat.

Tingkat Keparahan:

1. Inflasi Ringan berada Dibawah 10% per tahun

2. Inflasi Sedang berada antara 10% - 30% per tahun

3. Inflasi Berat berada antara 30% - 100% per tahun

4. Inflasi Sangat Berat (hiperinflasi) berada Diatas 100% per tahun

Penyebab Inflasi:

1. Demand Full Inflation, disebabkan karena kelebihan permintaan atas barang / jasa dan sering disebut
sebagai inflasi sisi permintaan.

2. Cost-Push Inflation (Kenaikan Biaya Produksi), terjadi karena kenaikan harga-harga bahan baku,
misalnya karena keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah atau karena kenaikan harga
bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan terjadilah inflasi.

3. Jumlah Uang Yang Beredar di Masyarakat Bertambah, Bila jumlah barang itu tetap, sedangkan uang
beredar bertambah dua kali lipat maka harga akan naik dua kali lipat.

Cara Mengendalikan Inflasi:

1. Kebijakan Moneter, adalah kebijakan yang berasal dari bang sentral dalam mengatur jumlah uang
yang beredar melalui instrumen - instrumen yang dimiliki bang sentral. Contohnya, Kebijakan pasara
terbuka (menjual surat-surat berharga), Kebijakan Diskonto (menaikkan suku bunga).
2. Kebijakan Fiskal, adalah kebijakan yang berasal dari pemerintah dengan mempengaruhi
perekonomian melalui perubahanpengeluaran dan penerimaan pemerintah. Contohnya, Mengurangi
pengeluaran pemerintah dan menaikkan tarif pajak.

3. Kebijakan Lainnya, seperti menambah hasil produksi, mempermudah masuknya barang impor,
menjaga kestabilan tingkat upah, menetapkan harga maksimun.

b). Pengangguran, terjadi karena jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja melebihi tingkat
kesempatan kerja yang tersedia. Berdasarakan tingkat pengangguran, dapat diketahui apakah
perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment) atau tidak. Secara
teoretis perekonomian dianggap mencapai tingkat kesemptatan kerja penuh apabila tenaga kerja
yang tersedia seluruhnya digunakan. Di negara kita upaya untuk menekan tingkat pengangguran
dilakukan melalui pengendalian tingkat pertumbuhan penduduk. Program keluarga berencana
merupakan salah satu alternatif untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. hal ini disebabkan
pembangunan ekonomi tidak mempunyai arti jika dibarengi dengan tingkat pertumbuhan penduduk
yang terlalu tinggi.

Sebab-sebab pengangguran:
1. Menganggur karena ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
2. Pengusaha menggunakan peralatan produksi modern yang mengurangi penggunaan tenaga
kerja.
3. Ketidaksesuain diantara keterampilan pekerja yang sebenarnya dengan keterampilan yang
diperlukan dalam industri-industri.

Untuk mengatasi masalah pengagguran, pemerintah melakukan pelatihan bagi tenaga kerja
sehingga tenaga kerja memiliki keahlian sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia, pembukaan
investasi baru, terutama yang bersifat padat karya, pemberian informasi yang cepat mengenai
lapangan kerja.

c). Ketimpangan Dalam Neraca Pembayaran, adalah neraca yang memuat ikhtisar dari segala transaksi
yang terjadi antara penduduk suatu negara dan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu, dan
biasanya satu tahun. Neraca pembayaran yang timpang disebabkan adanya kesenjangan antara jumlah
perolehan negara dari ekspor dan pembayaran untuk impor. Jika kondisi volume impor lebih besar (defisit)
mengakibatkan devisa menurun sehingga nilai mata uang lokal akan jatuh. Jika kondisi volume ekspor lebih
besar (surplus) mengakibatkan nilai uang menguat terhadap luar negeri sehingga akan berdampak makin
naiknya impor (ekspor relatif turun). Untuk itu maka neraca pembayaran harus terkondisi seimbang, dengan
demikian apabila terjadi surplus, ada kekuatan ekonomi yang dapat mengendalikan impor dan
mempertahankan ekspor.

2. Masalah Jangka Panjang atau Masalah Pertumbuhan


Untuk menganalisis perilaku perekonomian jangka panjang, perhatian terfokus pada output trend atau output
potensial. Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan. Meliputi; pertumbuhan ekonomi, dan
pertambahan kapasitas produksi.

a). Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan perekonomian untuk
menyediakan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah, dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Hal ini merupakan masalah ekonomi jangka panjang (lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua
puluh lima tahun). Oleh karena itu, kita harus menciptakan keserasian atau keseimbangan antara pertumbuhan
penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi.
Setiap Negara senantiasa mengharapkan agar perekonomia yang dicapai mengalami peningkatan secara
terus-menerus. Peningkatan perekonomian tersebut akan memupuk investasi serta kemampuan teknik dan
pendapatan masyarakat meningkat maka perekonomian mengalami pertumbuhan.

Beberapa hal yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja

2. Lemahnya kegiatan investasi dan permasalahan fundamental terkait

3. Tingginya potensi tekanan inflasi secara structural.

b). Kapasitas Produksi, Bagi negara - negara yang masih berkembang, usaha meningkatkan
kapasitas produksi nasional merupakan keharusan. Hal tersebut diupayakan dengan tujuan
meningkatkan atau mempertaruhkan ringkat pertumbuhan ekonomi.

c). Pemerataan Distribusi Pendapatan, Distribusi pendapatan nasional yang lebih merata umumnya
dianggap sebagai distribusi pendapatan yang adil. Distribusi pendapatan yang tidak merata yang mempunyai
tendensi menimbulkan ketegangan-ketegangan social yang akhirnya berdampak pada kestabilan ekonomi dan
politik. Perekonomian di Indonesia masih lebih banyak barputar di Indonesia bagian barat, dan pemerintah
sedang berupaya untuk memeratakan pembangunan di Indonesia bagian timur. Di perkotaan pun dapat kita
lihat bahwa tidak sedikit gedung-gedung atau komplek perumahan mewah berdampingan dengan daerah
kumuh. Hal tersebut dapat menjadi salah satu cirri kesenjangan ekonomi yang masih terjadi di Indonesia.

d). Kebijakan Stabilisasi atau Menstabilkan Situasi Perekonomian, Kestabilan disini meliputi
kestabilan tingkat pendapatan, kesempatan kerja, kestabilan tingkat harga, dan kestabilan nilai mata uang
dalam negeri terhadap mata uang asing. Jika hal tersebut belum tercapai maka perekonomian Indonesia akan
sulit berkembang karena dapat menimbulkan keengganan investor menginvestasikan modalnya di indonesia.

Tweet

Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi


Di beberapa negara berkembang seperti Indonesia, kemiskinan dan kesenjangan ekonomi atau
ketimpangan dalam distribusi pendapatan dari kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan
kelompok masyarakat berpendapatan rendah merupakan masalah besar.
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berkaitan antara lain tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan
jasa, dan lokasi, dan kondisi dimana seseorang atau masyarakat tidak terpenuhi hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

kemiskinan

Kesenjangan distribusi pendapatan menunjukkan adanya perbedaan yang mencolok antara


golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi dengan masyarakat yang berpenghasilan
rendah. Tinggi rendahnya kesenjangan pendapatan dapat diukur melalui:

1. Ketimpangan distribusi pendapatan dinyatakan parah, jika 40% penduduk


berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12% pendapatan nasional.
2. Ketimpangan distribusi pendapatan dianggap sedang atau moderat, jika 40% penduduk
termiskin menikmati antara 12 hingga 17% pendapatan nasional.
3. Ketimpangan distribusi pendapatan dinyatakan rendah jika 40% penduduk yang
berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17% pendapatan nasional.

Inflasi
Inflasi

Inflasi adalah keadaan perekonomian yang menunjukkan kenaikan harga-harga barang secara
umum yang terjadi terus-menerus. Inflasi dianggap berbahaya jika telah melewati 2 digit atau
diatas 30% dan memiliki kecenderungan untuk terus meningkat dalam jangka panjang. Inflasi
dianggap berbahaya karena dapat menyebabkan dampak negatif seperti menurunkan tingkat
kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi pendapatan, dan mengganggu stabilitas
ekonomi. Inflasi dapat terjadi disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya kenaikan biaya
produksi, kelebihan permintaan atas barang dan jasa, kelebihan jumlah uang yang beredar dan
penimbunan barang oleh barang pedagang.

Baca : Pengertian, Dampak dan Cara Menanggulangi Inflasi

Pengangguran
Seperti halnya inflasi, pengangguran yang terus meningkat merupakan masalah bagi
pembangunan ekonomi karena pengangguran yang terus meningkat biasanya berdampak
buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan stabilitas nasional. Sejak Ekonomi
melanda Indonesia, tingkat inflasi dan angka pengangguran terus meningkat.

Pengangguran

Pengangguran Adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja
dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum memperoleh pekerjaan. Tingkat pengangguran
dalam suatu periode tertentu biasanya dinyatakan dalam persen dari angkatan kerja. Angka
pengangguran yang tinggi akan membawa dampak berkurangnya kepercayaan masyarakat
kepada pemerintah. Sejarah ekonomi, tingkat pengangguran yang tinggi menunjukkan bahwa
alokasi sumber daya manusia masih belum terpakai.

Masalah pengangguran sangat terkait dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi


yang rendah tidak akan mampu menciptakan lapangan kerja yang memadai untuk menampung
tambahan angkatan kerja, yaitu penduduk usia kerja yang mencari pekerjaan. Pemerintah
dalam hal ini berkepentingan memantau perkembangan pertumbuhan PDB baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Mengapa demikian? Dengan PDB, pemerintah dapat
mengukur besarnya dampak efektivitas, dan efisien campur tangan pemerintah terhadap
perekonomian.

Ketergantungan terhadap impor dan utang luar negeri

Barang Import

Tingkat ketergantungan yang tinggi dari pemerintah dan sektor swasta terhadap impor dan
utang luar negeri merupakan masalah pembangunan. Impor yang tinggi jelas akan mengurangi
cadangan devisa negara. Jika cadangan devisa berkurang, stabilitas ekonomi nasional akan
lemah. Utang luar negeri juga merupakan suatu masalah serius pemerintah. Apabila suatu
negara memiliki utang luar negeri, masalah yang muncul adalah menyangkut beban utangnya,
yaitu pembayaran bunga utang setiap tahun dan pelunasan utang luar negeri. Total utang luar
negeri Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kalaupun berkurang, besarnya
pun tidak seberapa.

Kebijakan pemerintah dalam ekonomi makro


Kebijakan pemerintah dalam ekonomi makro memiliki porsi yang lebih relatif besar. Kajian
terhadap seberapa besar peranan pemerintah diwujudkan dalam kebijakan moneter, kebijakan
fiskal, dan kebijakan ekonomi internasional. Lemahnya Sisi permintaan dan penawaran agregat
menyebabkan perekonomian negara sedang berkembang soal adalah berada dalam lingkaran
permasalahan tanpa ujung pangkal. Oleh karena itu campur tangan pemerintah baik melalui
kebijakan ekonomi dan non ekonomi, sangat diperlukan untuk memutuskan mata rantai
permasalahan tersebut. Kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan ekonomi
internasional secara teoritis dapat digunakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi
perekonomian.
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal kalau berhubungan erat dengan kebijakan pemerintah sebagai pengendali
sektor publik. Kebijakan fiskal dalam penerimaan pemerintah dianggap sebagai suatu cara
untuk mengatur mobilisasi dana domestik, dengan instrumen utamanya perpajakan. Dengan
demikian, peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian menjadi semakin penting.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan
atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau pedoman ekonomi meningkat
atau diinginkan dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Instrumen
utama kebijakan fiskal adalah pajak (T) dan pengeluaran negara (G). Kebijakan fiskal
pemerintah dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif dilakukan
pada saat perekonomian sedang menghadapi masalah pengangguran yang tinggi. Tindakan
yang dilakukan pemerintah adalah adalah membesarkan pengeluaran pemerintah Misalnya
menambah subsidi kepada rakyat kecil atau mengurangi tingkat pajak. Adapun kebijakan fiskal
kontraktif adalah bentuk kebijakan fiskal yang dilakukan pada saat perekonomian mencapai
kesempatan kerja penuh atau menghadapi inflasi. Tindakan yang diperlukan adalah
mengurangi pengeluaran pemerintah akan memperbesar tingkat pajak.

Menurut ahli ekonomi John Maynard Keynes, kebijakan fiskal sangat penting dipergunakan
untuk mengatasi pengangguran yang relatif serius. Caranya dengan mengurangi pajak
penghasilan. Biaya pajak penghasilan dikurangi maka daya beli masyarakat akan meningkat
sehingga akan meningkatkan permintaan agregat. Bila permintaan agregat meningkat, atau
pengusaha akan menambah jumlah produksinya, sehingga penggunaan tenaga kerja pun
meningkat. Dengan demikian, pemerintah bisa mengurangi jumlah pengangguran.

Kebijakan moneter
Gejala moneter adalah kebijakan pemerintah melalui bank sentral untuk menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar dalam rangka mengendalikan perekonomian. Di
Indonesia Bank sentral diwakili oleh Bank Indonesia. Kebijakan moneter dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut.

1. Menjaga stabilitas ekonomi


2. Menjaga stabilitas harga terutama untuk mengatasi inflasi
3. Meningkatkan kesempatan kerja
4. Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
Ada beberapa macam kebijakan moneter yang dapat dilakukan pemerintah, diantaranya
sebagai berikut

1. Kebijakan pasar terbuka


2. Kebijakan diskonto
3. kebijakan cadangan kas
4. Kebijakan kredit Selektif dan kredit longgar
5. Kebijakan Devaluasi dan revaluasi
6. Kebijakan Sanering atau memotong nilai mata uang dalam negeri
7. Kebijakan menarik atau memusnahkan uang lama
8. Kebijakan dorongan moral

Memiliki tujuan yang sama dengan kebijakan ekonomi pemerintah lainnya. Perbedaan terletak
pada instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan fiskal pemerintah Monica pengendalian
penerimaan dan pengeluaran pemerintah, dalam kebijakan moneter pemerintah mengendalikan
jumlah uang beredar.

Seperti halnya kebijakan fiskal, kebijakan moneter dapat bersifat ekspansif dan kontraktif.
Kebijakan moneter ekspansif dilakukan pemerintah jika ingin menambah jumlah uang beredar
di masyarakat atau dengan tujuan akhir mempercepat roda perekonomian yang lebih dikenal
sebagai kebijakan uang longgar. Sebaliknya jika Pemerintah ini mengurangi jumlah uang
beredar di masyarakat, kebijakan moneter yang ditempuh adalah kebijakan moneter kontraktif
atau yang lebih dikenal dengan nama kebijakan uang ketat dengan tujuan akhir menurunkan
tingkat inflasi.

Kebijakan perdagangan luar negeri


Pijakan pedagangan luar negeri adalah tindakan atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah
yang mempengaruhi struktur atau komposisi dan arah transaksi perdagangan dan pembayaran
internasional. Kebijakan luar negeri tidak berdiri sendiri melainkan saling mempengaruhi
terhadap komponen-komponen lain dari kebijakan ekonomi makro, seperti kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter.

Tujuan kebijakan perdagangan luar negeri adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan ekspor untuk meningkatkan penerimaan devisa


2. Melindungi industri nasional dari persaingan barang-barang impor
3. Melindungi kepentingan nasional dari pengaruh buruk atau negatif yang berasal dari luar
negeri. Misalnya, dampak inflasi di luar negeri terhadap inflasi di dalam negeri melalui
impor atau efek resesi ekonomi di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dalam
negeri melalui pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia.
4. Menjaga keseimbangan neraca pembayaran, sekaligus menjamin ketersediaan valas
yang cukup terutama untuk kebutuhan impor dengan pembayaran cicilan serta bunga
utang luar negeri
5. Menjaga tingkat pertumbuhan Ekonomi yang tinggi dan stabil
6. meningkatkan kesempatan kerja

#----------------------------------------------------------------------
[Twin USB Joystick]
START = 9
SELECT = 8
CIRCLE = 1
TRIANGLE = 0
SQUARE = 3
CROSS = 2
L1 = 6
R1 = 7
L2 = 4
R2 = 5
L3 = 10
R3 = 11
L<->R = 1

Anda mungkin juga menyukai