Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Makro-ekonomi adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat,
perusahaan, dan pasar. Suatu negara dipandang berhasil atau tidak dalam
memecahkan permasalahan ekonomi negaranya sendiri dapat dilihat dari ekonomi
makro dan mikro negara tersebut. Ekonomi makro membahas ekonomi nasional
secara keseluruhan. Ekonomi mikro lebih merujuk kepada bagian-bagian kecil dari
keseluruhan

kegiatan

perekonomian.

Namun

terkadang,

ada

hal-hal

yang

menghambat pertumbuhan perekonomian suatu negara di dalam negara tersebut.


Ekonomi makro yang memegang peranan pentingpun acap kali bisa memberikan
dampak yang serius dalam pertumbuhan suatu negara. Tidak hanya sedikit
pengaruhnya, tetapi secara signifikan dapat mempengaruhi pertumbuhan tersebut.
Hal-hal dari ekonomi makro yang mempengaruhi ekonomi nasional saat ini
meliputi tingginya tingkat kemiskinan, rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya
pengangguran, krisis nilai kurs rupiah, tingginya tingkat inflasi, defisit APBN, juga
ketimpangan

neraca

perdagangan

dan

pembayaran

internasional

menjadi

permasalahan ekonomi nasional dewasa ini.


Identifikasi Masalah
Ekonomi makro salah satu yang berperan dalam keberhasilan suatu negara,
namun terkadang muncul masalah didalam ekonomi makro yang mengakibatkan
keberhasilan itu sulit dicapai. Oleh sebab itu pemerintah perlu menerapkan solusi dari
permasalah ekonomi makro ini.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Mengapa kemiskinan bisa terjadi?


Apa itu krisis nilai tukar?
Mengapa inflasi bisa terjadi?
Bagaimana keadaan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran di Indonesia?
Bagaimana keadaan perdagangan Internasional Indonesia?

PEMBAHASAN

1. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Dalam kamus ilmiah populer, kata Miskin mengandung arti tidak berharta
(harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan). Adapun kata fakir diartikan sebagai
orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa
kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa neo-klasik di
mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi negatif (ketidakseimbangan) antara
pekerja dan upah yang diperoleh.
Kemiskinan dapat juga dikatakan sebagai suatu standar tingkat hidup yang
rendah yaitu adanya tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak
pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan kehidupan moral, dan rasa harga
diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.
Analisis :
Badan Pusat Statistik memaparkan hasil temuannya yang menyebut per Maret
2015, angka kemiskinan naik sekitar sepuluh persen dari 27,73 juta pada tahun 2014
menjadi 28,95 juta jiwa baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dari hasil survei
tersebut, penambahan jumlah penduduk miskin lebih banyak berada di pedesaan,
yaitu bertambah 57 ribu orang menjadi 17,94 juta orang. Sedangkan jumlah
penduduk miskin di perkotaan naik 29 ribu orang menjadi 10,65 juta orang. Secara
lebih detail, menurut BPS, ada beberapa faktor penyebab bertambahnya jumlah dan
persentase orang miskin selama periode September 2014-Maret 2015. Pertama, laju
inflasi selama kurun enam bulan tersebut sebesar 4,03 persen. Kedua, rata-rata harga
beras secara nasional meningkat 14,48 persen menjadi Rp 13.089 per kilogram.
Ketiga, harga eceran beberapa komoditas bahan pokok selain beras mengalami
kenaikan. Di sisi lain, rata-rata upah buruh tani per hari pada Maret 2015 turun 1,34

persen dibandingkan bulan September 2014 menjadi Rp 38.522. Selain itu, tingkat
inflasi pedesaan pada periode September 2014-Maret 2015 sebesar 4,4 persen.

Melihat kondisi kemiskinan di Indonesia yang semakin bertambah, hal ini


tidak terlepas dari adanya berbagai gejolak yang terjadi di Indonesia, salah satunya
yaitu kenaikan bahan berbakar premium (BBM). Kenaikan BBM yang umumnya
disusul dengan meroketnya harga berbagai komoditas termasuk juga ongkos
transportasi sedikit banyak berpengaruh terhadap angka kemiskinan masyarakat.
Inflasi tinggi bisa menarik lagi masyarakat yang sebelumnya sudah bisa sedikit lepas
dari jeratan kemiskinan untuk kembali masuk ke garis kemiskinan. Selain itu,
perlambatan pertumbuhan ekonomi global juga dianggap berimplikasi pada
pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Masalah Krisis Nilai Tukar


Krisis mata uang yang telah mengguncang Negara-negara Asia pada awal
tahun 1997, akhirnya menerpa perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah yang
semula dikaitkan dengan dolar AS secara tetap mulai diguncang spekulan yang
menyebabkan keguncangan pada perekonomian yang juga sangat tergantung pada
pinjaman luar negeri sector swasta. Pemerintah menghadapi krisis nilai tukar ini
dengan melakukan intervensi di pasar untuk menyelamatkan cadangan devisa yang
semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar yang mengambang
bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali.
Analisis :
Bank Indonesia merilis data pada tahun 2015 menyebutkan bahwa nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS kian melemah sehingga mencatat sejarah baru bagi
Indonesia sejak krisis tahun 1998. Hingga paper ini dibuat, nilai tukar rupiah berada
pada posisi kurs jual 13,990.00 dan kurs beli 13,890.00 per dollar AS. Keadaan nilai
tukar rupiah yang sering berubah-ubah dan tidak stabil sangat mempengaruhi keadaan
ekonomi makro Indonesia.
Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah bagi
Indonesia, yaitu mengakibatkan menurunnya kesejahteraan masyarakat. Ketika terjadi

nilai rupiah yang melemah membuat terjadinya ketimpangan pada barang-barang


ekspor dan perusahaan yang berorientasi pada bahan baku impor. Dimana barangbarang ekspor Indonesia lebih berdaya saing, namun disisi lain biaya menjadi tinggi
terlebih biaya dari perusahaan yang berhutang dalam dollar AS atau menggunakan
bahan baku impor. Hal tersebut dapat menggambarkan terdapat dampak positif dan
dampak negatif yang terjadi ketika nilai tukar rupiah melemah. Bagi pelaku bisnis
yang berbasis impor dengan berorientasi pada pasar domestik, melemahnya nilai
tukar rupiah berdampak terhadap meningkatnya biaya produksi. Apabila kondisi ini
terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan berdampak langsung pada
penurunan nilai perusahaan. Jumlah industri yang berorientasi pada bahan baku impor
sangat banyak, bahkan dominan dalam struktur industri nasional. Pada level pasar,
harga produk akan disesuaikan dengan cara menaikkan harga. Posisi ini berimplikasi
pada indikator stabilitas ekonomi makro, yaitu inflasi.
Misalnya, Perusahaan farmasi merupakan salah satu perusahaan yang terkena
dampak kenaikan harga dalam dollar AS karena membeli bahan baku dalam dollar
AS dan menjual produk dalam rupiah. Secara umum, daya beli masyarakat juga akan
menurun karena kenaikan harga. Jika daya beli masyarakat menurun maka laba yang
diperoleh produsen kecil.
3. Masalah Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana nilai mata uang secara terus menerus
menurun akibat dari harga-harga barang umum naik.. Inflasi berlangsung lantaran
harga barang komoditi naik dengan cara umum. Dengan cara ekonomi inflasi bisa
dihitung dalam kurun saat spesifik. Inflasi juga dibagi dalam empat kelompok yakni
inflasi mudah, tengah, berat, serta hyperinflasi. Karena terjadinya inflasipun dibagi
dalam banyak hal seperti berikut. pertama inflasi yang berlangsung lantaran ada
keinginan yang naik dengan cara umum. Lalu, Inflasi lantaran naiknya cost produksi,
inflasi dari dalam negeri, serta inflasi dari luar negeri.
Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan
masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi. Pada
tahun 2004 tingkat inflasi Indonesia pernah mencapai angka 10,5%. Ini terjadi karena
harga barang-barang terus naik sebagai akibat dari dorongan permintaan yang tinggi.
Tingginya laju inflasi tersebut jelas melebihi sasaran inflasi BI sehingga BI perlu

melakukan pengetatan di bidang moneter. Pengetatan moneter tidak


dapat dilakukan
2)
2010

2011

2012

2013

2014

IHK

IHK

IHK

IHK

IHK

118,

126,

130,

136,

110,9

secara
dan berlebihan
akan mengancam
kelangsungan
proses
Infla karena
Infla
Infla
Infla
Bulan drastic Infla
si
si
si
si
penyehatan perbankan
dan program
restrukturisasi
perusahaan.
Januari

0,84
0,89
0,76
01
29
9
88
Tabel Inflasi
Indonesia
Tahun
2010-2015
118,
126,
130,
137,
Februari
0,3
0,13
0,05
36
46
96
91
118,
126,
131,
138,
Maret
-0,14 2015 -0,32
0,07
19
05
05
78
118,
125,
131,
138,
IHK
Inflasi
April
0,15
-0,31
0,21
37
66
32
64
118,
125,
131,
138,
Mei
0,29
0,12
0,07
71
81
41
6
119,
126,
132,
140,
Juni
0,97
0,55
0,62
86
5
23
03
121,
127,
133,
144,
Juli
1,57
0,67
0,7
74
35
16
63
122,
128,
134,
146,
Agustus
0,76
0,93
0,95
67
54
43
25
Septem 123,
128,
134,
145,
0,44
0,27
0,01
ber
21
89
45
74
123,
128,
134,
145,
Oktober
0,06
-0,12
0,16
29
74
67
87
Novemb 124,
129,
134,
146,
0,6
0,34
0,07
er
03
18
76
04
Desemb 125,
129,
135,
146,
0,92
0,57
0,54
er
17
91
49
84
Bulan
Januari
Februari
Maret

118,71
118,28
118,48

-0,24
-0,36
0,17

April

118,91

0,36

Mei

119,50

0,50

Juni

120,14

0,54

Juli

121,26

0,93

Agustus

121,73

0,39

September

121,67

-0,05

Oktober

121,57

-0,08

November

121,82

0,21

1,03
0,75
0,63
-0,1
-0,03
1,03
3,29
1,12
-0,35
0,09
0,12

92)
111,2
8
111,3
7
111,3
5
111,5
3
112,0
1
113,0
5
113,5
8
113,8
9
114,4
2
116,1
4

0,55 119

si
1,07
0,26
0,08
-0,02
0,16
0,43
0,93
0,47
0,27
0,47
1,5
2,46

Desember
Tingkat Inflasi
Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik)

2,37

Analisis :
Dengan melihat table Inflasi nasional diatas, menunjukan data Inflasi dan
Indeks Harga Konsumen dari tahun 2010-2014. Pada rentang waktu 2010 sampai

dengan 2014 kita lihat Inflasi tahunan paling besar terjadi di tahun 2013 sebesar
8,38%. Mengutip data BPS, inflasi ini tercatat yang paling tinggi sejak 5 tahun
terakhir. Di 2008, inflasi mencapai 11,06% karena dampak krisis ekonomi global.
Laju inflasi keseluruhan tahun 2013 relatif tinggi, dibandingkan asumsi dalam
APBN-Perubahan sebesar 7,2 persen dan laju inflasi 2012 yang hanya tercatat 4,3
persen. Meningkatnya tingkat inflasi tahun 2013 menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS), Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi salah satu komoditas penyumbang
terbesar laju inflasi nasional 2013 sebesar 8,38 persen. Naiknya harga BBM pada
pertengahan tahun 2013 menjadi salah satu penyebab merosotnya tingkat inflasi di
Indonesia.
Selanjutnya pada tahun 2014, BPS mencatat tingkat inflasi mengalami
penurunan dibandingkan pada tahun 2013 meskipun sama-sama tinggi yaitu sebesar
8,36 %. Secara keseluruhan, tingkat inflasi nasional tahun 2014 dipengaruhi oleh
tingginya laju inflasi pada Desember 2014 yang tercatat mencapai 2,46 persen, karena
terkena dampak kenaikan harga BBM bersubsidi pada November lalu.
Sementara itu pada tahun 2015, tingkat Inflasi Nasional sangat drastis turun
hingga mencapai 2,37 % meskipun bulan Desember belum usai. Menurut Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, penurunan inflasi
hingga November 2015 yang secara tahunan 4,89 persen didorong kebijakan
stabilisasi harga pangan dan harga barang yang diatur pemerintah di tengah ancaman
musim kekeringan El Nino sepanjang 2015. Namun Darmin juga tidak menampik
bahwa terkendalinya inflasi turut disebabkan belum pulihnya daya beli masyarakat
akibat perlambatan ekonomi.
4. Masalah Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan

berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah


sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya

yang

menyebabkan

menurunnya

tingkat

kemakmuran

dan

kesejahteraan. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan


kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi.
Tingkat pengangguran yang tinggi dapat membawa berbagai dampak pada
proses pembangunan ekonomi. Agar tidak terus berlanjut, pemerintah harus
mengatasi masalah pengangguran, karena masalah pengangguran adalah masalah
yang sangat vital dan sensitif bagi kestabilan ekonomi dan keamanan suatu negara.
Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang mampu terciptanya lapangan
pekerjaan, serta menjalankan kebijakan yang konsisten tersebut dengan sungguhsungguh sampai terlihat hasil yang maksimal. Selain itu Pemerintah harus lebih
bekerja keras untuk memberikan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kerja kepada
masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya masing-masing untuk mengembangkan kompetensi kerja
guna meningkatkan kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan. Selain dari
pemerintah, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam upaya pengurangan
jumlah pengangguran yang terjadi di Indonesia.
5. Masalah Perdagangan Internasional
Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk
perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan istilah perdagangan
internasional. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk disuatu negara (antarperorangan, antar individu dengan pemerintah suatu
negara atau pemerintah suatu negara dengan negara lain) dengan penduduk di negara
lain atas dasar kesepakatan bersama.
Perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antar
negara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa atas dasar
suka rela dan saling menguntungkan. Perdagangan Internasional juga dikenal dengan
sebutan perdagangan dunia. Perdagangan Internasional terbagi menjadi dua bagian

yaitu impor dan ekspor, yang biasanya disebut sebagai perdagangan ekspor impor.
Perdagangan internasional terjadi karena kebutuhan dan kemampuan setiap negara
dalam menghasilkan barang dan jasa berbeda-beda. Perdagangan internasional juga
muncul karena sebuah negara ingin melakukan ekspansi terhadap produk atau jasa
yang dihasilkan di dalam negeri. Dengan adanya perdagangan internasional turut
mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran
perusahaan multinasional.
Beberapa Sebab Melakukan Perdagangan Internasional
1.
2.
3.
4.
5.

Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri


Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Memperluas Pasar dan Menambah Keuntungan
Transfer Teknologi Modern Dari Negara Lain
Kebutuhan Devisa

Tabel Perdagangan Internasional


Berikut kami sajikan neraca perdaganagan Indonesia periode 2010-2015 :

N
O

II

III

IV

Uraian

2010

2011

2012

2013

2014

EXPORT

157.779, 203.496, 190.020, 182.551, 176.292,


1
6
3
8
5

- OIL & GAS

28.039,6 41.477,0 36.977,3 32.633,0 30.331,9

- NON OIL &


GAS

129.739, 162.019, 153.043, 149.918, 145.960,


5
6
0
8
6

IMPORT

135.663, 177.435, 191.689, 186.628, 178.178,


3
6
5
7
8

- OIL & GAS

27.412,7 40.701,5 42.564,2 45.266,4 43.459,9

- NON OIL &


GAS

108.250, 136.734, 149.125, 141.362, 134.718,


6
0
3
3
9

TOTAL

TREND(%)
2010-2014

Jan-Oct*
2014

2015

CHANGE(%)
2015/2014

147.998, 127.217,
9
7

-14,04

-0,82 25.815,4 15.755,4

-38,97

1,59

122.183, 111.462,
5
3

-8,77

6,14

149.702, 119.054,
7
7

-20,47

10,83 36.597,4 21.168,7

-42,16

4,82

113.105,
97.886,0
3

-13,46

293.442, 380.932, 381.709, 369.180, 354.471,


4
2
7
5
3

3,53

297.701, 246.272,
6
4

-17,28

- OIL & GAS

55.452,3 82.178,6 79.541,4 77.899,4 73.791,8

5,32 62.412,8 36.924,1

-40,84

- NON OIL &


GAS

237.990, 298.753, 302.168, 291.281, 280.679,


1
6
3
1
5

3,09

235.288, 209.348,
8
3

-11,02

BALANCE

22.115,8 26.061,1 -1.669,2 -4.076,9 -1.886,3

0,00 -1.703,8

- OIL & GAS


- NON OIL &
GAS

626,9

775,5 -5.586,9

21.488,9 25.285,5

3.917,7

1,14

8.163,0

579,11

12.633,3 13.128,0

0,00

-5.413,3
10.782,0

49,79

8.556,4 11.241,7

-21,17

9.078,2 13.576,3

49,55

Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik)

Analisis :
Berdasarkan data eksport dan import baik migas maupun non migas diatas,
dapat kita lihat bahwa Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahunnya.
Pertama untuk eksport, pada tahun 2011 Indonesia mengalami peningkatan eksport
yang sangat drastis dari tahun 2010 yaitu sebesar 203.496 Milyar USD. Namun
tahun-tahun setelahnya, eksport Indonesia terus mengalami penurunan tiap tahunnya.
Kondisi penurunan ini, menyebabkan neraca perdagangan Indonesia mengalami
defisit. Hal itu dapat terlihat, bahwa hanya tahun 2010 dan 2011 saja Indonesia tidak
mengalami defesit, dikarenakan nilai eksport lebih tinggi dari pada nilai import.
Namun sejak 2012-2014, nilai eksport Indonesia lebih rendah dibandingkan nilai
import
Untuk sektor import, Indonesia mengalami keadaan impor tertinggi pada
tahun 2012, peningkatan impor ini diakibatkan oleh meningkatnya impor non migas
dan migas. Selain itu, kenaikan impor juga dipengaruhi oleh meningkatnya impor
bahan baku dan barang modal. Laju pertumbuhan impor yang lebih tinggi
dibandingkan komponen ekspor menyebabkan Indonesia masih mengalami defisit
neraca perdagangan. Namun pada tahun 2013 dan 2014, Indonesia dapat menurunkan
sektor import sebesar 51.351 juta USD pada tahun 2013 dan sebesar 8.450 juta USD
pada tahun 2014 dari 2013.

KESIMPULAN
5 Hal Pokok Dalam Permasalahan Makro Ekonomi :
Masalah Kemiskinan
Kemiskinan di Indonesia kian hari makin terus bertambah. Tigginya harga
berbagia komoditas akhir-akhir ini banyak berpengaruh terhadap angka kemiskinan
9

masyarakat. Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi global juga dianggap


berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Masalah Krisis Nilai Tukar


Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah bagi
Indonesia, yaitu mengakibatkan menurunnya kesejahteraan masyarakat. Ketika terjadi
nilai rupiah yang melemah membuat terjadinya ketimpangan pada barang-barang
ekspor dan perusahaan yang berorientasi pada bahan baku impor. Dimana barangbarang ekspor Indonesia lebih berdaya saing

Masalah Inflasi
Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan
masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi.
Berdasarkan data BPS pada rentang waktu 2010 sampai dengan 2014 kita lihat Inflasi
tahunan paling besar terjadi di tahun 2013 sebesar 8,38%. Mengutip data BPS, inflasi
ini tercatat yang paling tinggi sejak 5 tahun terakhir. Selanjutnya pada tahun 2014,
BPS mencatat tingkat inflasi mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2013
meskipun sama-sama tinggi yaitu sebesar 8,36 %. Sementara itu pada tahun 2015,
tingkat Inflasi Nasional sangat drastis turun hingga mencapai 2,37 % meskipun bulan
Desember belum usai.

Masalah Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran


Tingkat pengangguran yang tinggi dapat membawa berbagai dampak pada
proses pembangunan ekonomi. Agar tidak terus berlanjut, pemerintah harus
mengatasi masalah pengangguran, karena masalah pengangguran adalah masalah
yang sangat vital dan sensitif bagi kestabilan ekonomi dan keamanan suatu negara.
Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang mampu terciptanya lapangan
pekerjaan, serta menjalankan kebijakan yang konsisten tersebut dengan sungguhsungguh sampai terlihat hasil yang maksimal

10

Masalah Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional terjadi karena kebutuhan dan kemampuan setiap
negara dalam menghasilkan barang dan jasa berbeda-beda. Perdagangan internasional
juga muncul karena sebuah negara ingin melakukan ekspansi terhadap produk atau
jasa yang dihasilkan di dalam negeri.

Keadaan eksport dan import Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke


tahunnya. Pada tahun 2011 Indonesia mengalami peningkatan eksport yang sangat
drastis dari tahun 2010 yaitu sebesar 203.496 Milyar USD. Namun tahun-tahun
setelahnya, eksport Indonesia terus mengalami penurunan tiap tahunnya. Kondisi
penurunan ini, menyebabkan neraca perdagangan Indonesia mengalami deficit.
Sementara itu untuk sektor import, Indonesia mengalami keadaan impor tertinggi
pada tahun 2012, peningkatan impor ini diakibatkan oleh meningkatnya impor non
migas dan migas. Selain itu, kenaikan impor juga dipengaruhi oleh meningkatnya
impor bahan baku dan barang modal

11

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8602324/Masalah_Ekonomi_Makro
https://www.academia.edu/5141261/PERMASALAHAN_EKONOMI_MAKRO
http://www.bi.go.id/
http://www.bps.go.id/
http://www.kompasiana.com/www.hanifa.com/melemahnya-nilai-tukar-rupiahmasalah-atau-rezeki-nomplok_555461cd6523bd3e164af009
Sukirno,Sadono.2011.Makroekonomi Teori Pengantar.Jakarta: PT Raja Graf
indo Persada

12

Anda mungkin juga menyukai