Anda di halaman 1dari 23

INFLASI DAN PENGANGGURAN

Makalah Ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Jurusan
Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang

Oleh :
Kelompok 2
Liza Ikrima Fauzi

(14102042)

Martha Sutikno

(14102038)

Bram Priambudi

(14102025)

Javeline Mustika Putri

(141020xx)

Yusuf Safitrianto

(141020xx)

JURUSAN AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ASIA MALANG
APRIL 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Salah satu permasalahan ekonomi makro yang timbul di Indonesia adalah masalah
Inflasi. Inflasi bukan hanya terjdi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara-negara maju
maupun berkembang.
Masalah Inflasi dipilih karena pernah terjadi di Indonesia. Untuk mengetahui tinggi
rendahnya Inflasi maka digunakan indeks harga. Menurut Indikator Ekonomi, BPS, Mei
1989, laju Inflasi di 17 kota di Indonesia yaitu pada tahun 1988 terlihat bahwa Inflasi
tertinggi terjadi di kota Ambon. Dibanding Negara-negara lain di dunia, Indonesia tidak
terlalu buruk. Untuk Negara-negara berkembang di Asia menunjukkan laju Inflasi di
Indonesia paling baik, sementara dibandingkan Negara-negara Asean keadaan Inflasi
Indonesia paling buruk.
Inflasi di Indonesia perlu diperbaiki untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat
Indonesia. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi Inflasi yaitu dengan menekan laju
pertumbuhan jumlah uang yang beredar atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
Dengan adanya masalah Inflasi yang di bahas dalam program studi Akuntansi, penulis
berharap dapat mendalami mata kuliah Ekonomi Makro sekaligus dapat memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang masalah-masalah Inflasi yang pernah terjadi di
Indonesia.
Masalah Inflasi pernah dibahas dalam beberapa referensi yang ada. Namun penulis
ingin membahas lebih dalam mengenai masalah Inflasi yang pernah terjadi di Indonesia
melalui beberapa buku referensi yang ada.

2. Rumusan masalah
Berdasarkan tulisan ini permasalahan yang hendak akan dibahas dalam tulisan ini
dirumuskan sebagai berikut :

1.

Apakah Penyebab terjadinya Inflasi

2.

Bagaimana penggolongan dari sebuah inflasi

3.

Bagaimana cara pengukuran Inflasi

4.

Apa saja dampak dari terjadinya inflasi

BAB II
PEMBAHASAN

A. INFLASI

1. Pengertian Inflasi
Berbagai definisi tentang inflasi telah dikemukakan oleh para ahli. Nanga (2001 :
237) menyatakan bahwa inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami
kenaikan secara terus menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu
saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Menurut Rahardja (1997 : 32) inflasi adalah
kecenderungan dari harga harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikan
meluas kepada sebagian besar harga barang-barang maka hal ini disebut inflasi. Sedangkan
Sukirno (2004 : 27) memberikan definisi bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan hargaharga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Selanjutnya BPS (2000:10) mendefinisikan
Inflasi sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau
daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung
dari indeks harga konsuen. Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli
masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan di sisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi
barang.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terusmenerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak
dikatakan inflasi. Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks
harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:

a. Indeks biaya hidup (consumer price index)

Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan
jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Angka penimbang biasanya
didasarkan atas besarnya persentase pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran
keseluruhan. Laju inflasi dapat dihitung dengan cara menghitung persentase kenaikan atau
penurunan indeks harga dari tahun ke tahun.

b. Indeks harga perdagangan besar (wholesale price index)


Indeks perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan
besar. Ini berarti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi masuk dalam
perhitungan indeks harga.

c. GNP deflator
GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan
GNP riil (atas dasar harga konstan).

GNP deflator = GNP Nominal x 100


GNP Riil

2. Jenis-jenis Inflasi
a. Jenis inflasi menurut sifatnya
Penggolongan pertama didasarkan pada arah atau tidaknya inflasi tersebut. Membedakan
beberapa macam inflasi yaitu:
1) Merayap (creeping inflation)

Biasanya creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang
dari 10% per tahun).

2) Inflasi menengah ( galloping inflation)


Inflasi menengah (galloping inflation) ini ditandai dengan kenaikan harga yang
cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadangkala berjalan
dalam waktu yang relative pendek serta mempunyai siat akselerasi.

3) Inflasi tinggi ( hyper inflation)


Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga harga
naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan
uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang.
Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini
timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.

b. Jenis inflasi menurut sebabnya


1) Demand pull inflation
Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat.
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total barang bertambah (aggregate
demand) sedangkan ongkos produksi naik.
2) Cost push inflation
Cost push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya
produksi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam
penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.

c. Inflasi berdasarkan sumber atau penyebab


1. Inflasi tarikan permintaan
Inflasi ini terjadi apabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani
permintaan masyarakat yang wujud dalam pemasaran. Masalah kekurangan barang akan
berlaku dan ini akan mendorong kepada kenaikan harga harga. Inflasi ini biasanya
berlaku pada ketika perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan
pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat
2. Inflasi desakan biaya
Inflasi desakan biaya adalah masalah kenaikan harga harga dalam perekonomian
yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan
mentah atau kenaikan upah. Pertambahan biaya produksi akan mendorong perusahaan
perusahaan menaikkan harga, walaupun mereka harus mengambil resiko akan
menghadapi pengurangan dalam permintaan barang barang yang diproduksinya.
3. Inflasi di impor
Inflasi di impor ini terjadi karena kenaikan harga harga yang disebabkan oleh
kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam
negeri.[6]

3. Efek yang ditimbulkan dari Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta


produk nasional.
a. Efek terhadap pendapatan(Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula
yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap
akan dirugikan oleh adanya inflasi. Sebaliknya, pihak pihak yang mendapat keuntungan
dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan
persentase yang lebih besar dari laju inflasi.

b. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)


Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor faktor produksi. Perubahan ini
dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga
mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
c. Efek terhadap Output ( Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek di atas (equity dan efficiency effects) digunakan
suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui efek inflasi
terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
d. Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi.
Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak
menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk
tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta harta tetap seperti
tanah, rumah dan bangunan.

4. Penyebab Timbulnya Inflasi


Untuk mengetahui sebab timbulnya inflasi, merumuskan dan melaksanakan
kebijaksanaan untuk menanggulanginya adalah masalah yang sulit. Biasanya kita harus
melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan memasuki bidang ilmu sosiologi serta ilmu politik.
Ilmu ekonomi membantu untuk mengidentifikasi sebab-sebab obyektif dari inflasi, misalnya
karena pemerintah mencetak uang terlalu banyak. Kalau ditanya mengapa pemerintah
mencetak uang terlalu banyak, meskipun mereka tahu bahwa tindakan tersebut
mengakibatkan inflasi, maka seringkali jawabannya ada di bidang sosial politik, misalnya
karena pemerintah membutuhkan uang untuk operasi keamanan, atau karena ada pertarungan
politik di dalam negeri, atau pemerintah tidak mampu menghadapi tuntutan politik dari
golongan masyarakat tertentu. Untuk menghentikan pertambahan uang yang terus bertambah,
maka perlu dicapai penyelesaian politik terlebih dulu.

5. Teori Inflasi
Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi , yaitu teori kuantitas, teori
Keynes dan teori strukturalis.
a. Teori Kuantitas
Teori kuantitas ini pada prinsipnya mengatakan bahwa timbulnya inflasi itu hanya disebabkan
oleh bertambahnya jumlah uang yang beredar dan bukan disebabkan oleh faktor-faktor lain.
Berdasarkan teori ini ada 2 faktor yang menyebabkan inflasi:
1) Jumlah uang yang beredar
Semakin besar jumlah uang yang beredar dalam masyarakat maka inflasi juga akan
meningkat. Oleh karena itu sebaiknya pemerintah harus memperhitungkan atau
memperkirakan akan timbulnya inflasi yang bakal terjadi bila ingin mengadakan penambahan
pencetakan uang baru, karena pencetakan uang baru yang terlalu besar akan mengakibatkan
goncangnya perekonomian.
2) Ekspektasi
Berdasarkan teori ini, walaupun jumlah uang bertambah tetapi masyarakat belum
menduga adanya kenaikan, maka pertambahan uang beredar hanya akan menambah
simpanan atau uang kas karena belum dibelanjakan. Dengan demikian harga barang-barang
tidak naik. Jika masyarakat menduga bahwa dalam waktu dekat harga barang akan naik,
masyarakat cenderung membelanjakan uangnya karena khawatir akan penurunan nilai uang,
sehingga akan memicu inflasi.
Teori ini menghasilkan 3 kemungkinan, yaitu :
a) Masyarakat tidak mengharapkan harga-harga naik pada masa mendatang sehingga
sebagian uang yang diterimanya disimpan, akibatnya harga-harga tidak naik dan ini
merupakan awal munculnya inflasi.

b) Masyarakat mulai sadar bahwa ada inflasi sehingga penambahan jumlah uang tidak
disimpan melainkan digunakan untuk membeli barang. Hal ini menjadikan kenaikan
permintaan sehingga harga-harga akan meningkat.
c) Dalam tahap hyperinflation, orang sudah mulai kehilangan kepercayaan terhadap nilai
mata uang. Peredaran uang makin cepat.
d) Cara mengatasi inflasi menurut teori kuantitas ini juga hanya ada satu jalan saja yang
merupakan kunci untuk menghilangkan inflasi yaitu dengan mengurangi jumlah uang
yang beredar. Maksudnya bahwa terjadinya inflasi entah faktor apapun yang
menyebabkannya, asal jumlah uang yang beredar dikurangi maka dengan sendirinya
inflasi akan hilang dan harga akan kembali pada tingkat yang wajar.

b. Teori Keynes
Menurut teori ini inflasi terjadi karena masyarakat memiliki permintaan melebihi jumlah
uang yang tersedia. Dalam teorinya, Keynes menyatakan bahwa inflasi terjadi karena
masyarakat ingin hidup melebihi batas kemampuan ekonomisnya. Proses perebutan rezeki
antargolongan masyarakat masih menimbulkan permintaan agregat (keseluruhan) yang lebih
besar daripada jumlah barang yang tersedia, mengakibatkan harga secara umum naik. Jika hal
ini terus terjadi maka selama itu pula proses inflasi akan berlangsung.
Yang dimaksud dengan golongan masyarakat di sini adalah :
1) Pemerintah, yang melakukan pencetakan uang baru untuk menutup defisit anggaran
belanja dan belanja negara.
2) Pengusaha swasta, yang menambah investasi baru dengan kredit yang mereka peroleh dari
bank.
3) Pekerja/serikat buruh, yang menuntut kenaikan upah melebihi pertambahan produktivitas.

c. Teori Struktural

Teori ini berlandaskan kepada struktur perekonomian dari suatu negara (umumnya
negara berkembang). Menurut teori ini, inflasi disebabkan oleh:
Ketidak-elastisan penerimaan ekspor. Hasil ekspor meningkat namun lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lainnya. Peningkatan hasil ekspor yang lambat
antara lain disebabkan karena harga barang yang diekspor kurang menguntungkan
dibandingkan dengan kebutuhan barang-barang impor yang harus dibayar. Dengan kata lain
daya tukar barang-barang negera tersebut semakin memburuk.
Ketidak-elastisan Supply produksi bahan makanan. Terjadi ketidakseimbangan
antara pertumbuhan produksi bahan makanan dengan jumlah penduduk, sehingga
mengakibatkan kelonjakan kenaikan harga bahan makanan. Hal ini dapat menimbulkan
tuntutan kenaikan upah dari kalangan buruh / pegawai tetap akibat kenaikan biaya hidup.
Kenaikan upah selanjutnya akan meningkatkan biaya produksi dan mendorong terjadinya
inflasi.
6. Cara Mencegah Inflasi
a. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter di capai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M).
salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat
terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam
bentuk giro, kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas
tetapi dalam bentuk giro. Instrument lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah
politik pasar terbuka ( jual/beli surat berharga) dengan cara menjual surat berharga bank
sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih
rendah.
b. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian
akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total,
sehingga inflasi dapat ditekan.
c. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output

Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat
dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang
cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
harga.
d. Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks
harga naik, maka gaji/ upah juga dinaikkan.

B. PENGANGGURAN

1. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam kategori angkatan kerja (penduduk
yang berumur 15-59 tahun, ada beberapa negara lain memakai kategori 15-64 tahun) yang
sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Jumlah tenaga kerja atau angkatan
kerja tidak boleh disamakan dengan jumlah penduduk. Mengapa demikian? Sebagian dari
penduduk tidak dapat digolongkan sebagai angkatan kerja karena terlalu muda atau terlalu tua
untuk dapat bekerja secara efektif. Golongan penduduk ini tidak termasuk ke dalam angkatan
kerja. Tetapi tidak semua penduduk yang berada dalam lingkungan umur 15-59 tahun atau
15-64 tahun dapat dipandang sebagai Angkatan Kerja. Apabila mereka tidak bekerja dan
tidak mencoba mencari pekerjaan,walaupun umur mereka seperti di atas, maka mereka tidak
termasuk golongan angkatan kerja. Golongan masyarakat seperti itu adalah: pelajar sekolah
menengah (sebelum tingkat universitas), mahasiswa dan ibu rumah tangga. Dengan
demikian, jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja pada suatu waktu tertentu adalah
banyaknya jumlah penduduk yang berada dalam lingkungan umur di atas yang bekerja atau
sedang mencari pekerjaan.
2. Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran
Perbandingan diantara jumlah angkatan kerja yang menganggur dengan angkatan
kerja keseluruhannya disebut Tingkat Pengangguran. Untuk mengukur tingkat pengangguran
pada suatu wilayah bisa didapat dari persentase membagi jumlah pengangguran dengan
jumlah angkaran kerja.
Tingkat Pengangguran = Jumlah pengangguran/ Jumlah Angkatan Kerja x 100%

3. Jenis- Jenis Pengangguran


Menurut faktor penyebabnya, terbagi atas :
1. Pengangguran Friksional / Pengangguran Normal
Pada setiap masa sebagian kecil dari angkatan kerja adalah dalam keadaan
menganggur atas kemauan sendiri. Mereka berhenti dari tempat pekerjaan yang lama dan
mencari pekerjaan lain. Maksud mereka berhenti dari pekerjaan tersebut adalah untuk

mencari pekerjaan yang lebih baik, memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan
memperoleh jaminan sosialatau fasilitas lainnya yang lebih baik. Pengangguran yang ingin
memperoleh pekerjaan yang lebih baik tersebut dinamakan Pengangguran Friksional.
2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Kemajuan teknologi di kegiatan-kegiatan ekonomi lain, perubahan dalam cita rasa
masyarakat dan masuknya pesaing baru yang lebih efisien di pasar adalah beberapa faktor
yang dapat mengakibatkan kemunduran dalam sesuatu kegiatan ekonomi. Apabila hal ini
terjadi, terpaksalah para pekerja diberhentikan oleh instansi yang mempekerjakan mereka.
Pengangguran yang demikian dinamakan Pengangguran Struktural.
3. Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat pula disebabkan oleh adanya pergantian tenaga manusia oleh
mesin-mesin atau bahan-bahan kimia. Misalnya : racun lalang dan rumput, telah mengurangi
penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan sawah, ladang dan perkebunan. Begitu juga,
mesin telah mengurangi keperluan tenaga kerja untuk mengorek tanah, memotong rumput,
membersihkan hutan untuk ditanami, dsb. Pengangguran yang ditimbulkan oleh berlakunya
pergantian tenaga manusia dengan mesin-mesin yang lebih modern disebut Pengangguran
Teknologi.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik
turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran
kerja.

Menurut ciri-cirinya, terdiri atas :


1. Pengangguran terbuka
Pengangguran

terbuka

adalah

pengangguran

yang

menganggurnya(nyata dilihat), tidak ada pekerjaan sama sekali.


2. Pengangguran tersembunyi

benar-benar

terlihat

Apabila dalam suatu kegiatan ekonomi jumlah tenaga kerja sangat berlebihan,
sehingga berada dalam suatu keadaan di mana sebagian tenaga kerjanya dipindahkan ke
sektor lain tetapi produksi dalam kegiatan itu tidak berkurang, maka dalam kegiatan itu telah
berlaku suatu jenis pengangguran yang dinamakan Pengangguran Tersembunyi atau
Pengangguran Tak Kentara.
3. Pengangguran musiman
Pengangguran yang terjadi pada masa-masa tertentu di dalam suatu tahun. Biasanya
pengangguran seperti itu berlaku pada masa-masa dimana kegiatan bercocok tanam sedang
menurun kesibukannya. Di dalam masa itu, para petani tidak melakukan pekerjaan sama
sekali, berarti mereka dalam keadaan menganggur. Tetapi pengangguran itu adalah untuk
sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu. Oleh sebab itu, dinamakan
Pengangguran Musiman.
4. Setengah pengangguran
Setengah

pengangguran,

terdiri

atas

pengangguran

sukarela

(voluntary

unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah


pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karena ingin mencari pekerjaan lain
yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang menganggur
karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.

4. Beberapa Hal Yang Menyebabkan Pengangguran Antara Lain:


1. Penduduk yang relatif banyak
2. Pendidikan dan keterampilan yang rendah
3. Angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia kerja
4. Teknologi yang semakin modern
5. Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melakukan penghematanpenghematan.
6. Penerapan rasionalisasi

7. Adanya lapangan kerja yang dengan dipengaruhi musim


8. Ketidakstabilan perekonomian, politik dan keamanan suatu negara

5. Akibat-Akibat Buruk Yang Ditimbulkan Oleh Pengangguran.


1. Peningkatan tindakan kriminalitas
2. Tingkat kesehatan menurun
3. Terjadinya kekacauan sosial dan politik (demonstrasi dan perebutan kekuasaan)
4. Hilangnnya kepercayaan diri dan menurunnya kemampuan kerja
5. Perselisihan dalam keluarga

Dalam indikator ekonomi ada tiga hal utama yang menjadi pokok permasalahan
ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif bukannya negatif. Kedua adalah
masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara
umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli.
Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah suatu nilai suatu inflasi berarti
semakin besar besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi
tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi sebenarnya
tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga diiringi dengan kenaikan upah riil.
Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi
momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di
Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran
karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan
pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan itu sendiri tidak hanya terjadi di negarangera berkembang namun juga di negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di
negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan dari pada di negara-negara berkembang
karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya cycle dan bukannya karena faktor

kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, maupun masalah sosial politik di negara
tersebut.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau orang yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terusmenerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak
dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.
Pengangguran dan inflasi adalah dua masalah ekonomi utama yang dihapai setiap
masyarakat. Di kebanyakan negara masalah utama yang dihapai adalah masalah
pengangguran. Analisis di bab-bab yang lalu telah menunjukkan bahwa mekanisme pasar
tidak mampu untuk mengatasi masalah ini dan selanjutnya sebagian alih-ahli ekonomi
berpendapat

pemerintah

perlu

menjalankan

kebijakan-kebijakan

ekonomi

untuk

mengatasinya, kebijakan itu antara lain: kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan kebijakan
segi penawaran.
Dampak terjadinya pengangguran:
Bagi Perekonomian Negara:
a. Penurunan pendapatan perkapital,
b. Penuruan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak,
c. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.

Bagi Masyarakat:
a. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis,

b. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan


apabila tidak bekerja.
c. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan soaial dan politik.

6. Hubungan Pengangguran Dengan Inflasi


Menurut J.M Keyness, hubungan antara variavel moneter dengan variabel ekonomi
riil sangat kuat. Model klasik menyatakan bahwa harga termasuk upah ditentukan oleh
mekanisme pasar dan penyesuaian upah nomial tidak ada pada periode tertentu. Model
Keynessian menyatakan bahwa ada kemungkinan kuantitas penawaran dan permintaan
tenaga kerja tidak sama dan kemungkinan yang sering terjadi adalah kelebihan penawaran
tenaga kerja. Hubungan antara tingkat harga dengan tingkat pengangguran tenaga kerja
dijelaskan oleh Kurva Phillips yang menyatakan bahwa tingkat upah nominal pada periode
tertentu dapat dijelaskan oleh tingkat pengangguran sekarang (Manurung,2009:223).
Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah
terjadi inflasi (Rahardja dan Manurung,2008:249):
a.

Kenaikan harga

b.

Bersifat umum

c.

Berlangsung terus menerus


Sedangkan pengertian dari pengangguran yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik,

antara lain pengangguran terbuka (open unemployment) didasarkan pada konsep seluruh
angkatan yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali atau yang
pernah bekerja sebelumnya. Sedangkan setengah penganggur adalah pekerja yang masih
mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan jam kerja rendah
atau kurang dari 35 jam kerja dalam seminggu, setengah penganggur sukarela adalah
setengah penganggur tapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan
lain (pekerja paruh waktu). Setengah penganggur terpaksa adalah setengah penganggur yang
mencari dan bersedia menerima pekerjaan. Pekerja digolongkan setengah penganggur parah
bila ia termasuk setengah menganggur dengan jam kerja kurang dari 25 jam
seminggu (Kuncoro,2006:228).

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah


pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur
dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik keamanan

dan

sosial

sehingga

mengganggu

pertumbuhan

dan

pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatunegara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
"pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan
tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh banyak orang.
Pada tahun 1958, pada dasawarsa dimana para pemikir ekonomi sedang ramairamainya bertukar pikiran mengenai teori inflasi, A.W. Phillips berhasil menemukan
hubungan yang erat antara tingkat pengangguran dengan tingkat perubahan upah nominal.
Penemunannya ini diperolehnya dari hasil pengolahan data empirik perekonomian inggris
untuk periode 1861-1957. Kurva phillips yang menghubungkan persentase perubahan tingkat
upah nominal dengan tingkat pengangguran seperti diuraikan di atas biasa disebut dengan
kurva phillips dalam bentuk asli. Di samping itu, ada juga kurva phillips dalam bentuk versi
baru yang biasa disebut dengan kurva phillips yang sudah direvisi yang digunakan untuk
mengukur tingkat inflasi).
7. Strategi mengatasi pengangguran
Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah pengangguran:
a. Pemerintah hendaknya menjalin kerjasama dengan swasta untuk mencari jalan keluar
yang lebih baik. Hal ini dikarenakan swasta mempunyai dana untuk menggerakkan investasi.
Investasi akan terjadi apabila investor memiliki kepastian keamanan atas dana yang
diinvestasikan tersebut, sehingga pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang
kondusif untuk berusaha.
b. Pembenahan sektor pendidikan. Ketidak sesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia
kerja berakibat kurang terserapnya angkatan kerja yang terdidik di pasar kerja. Angkatan
kerja memerlukan tambahan ketrampilan untuk dapat lebih cepat terserap di pasar kerja.

Bentuk tambahan ketrampilan itu berupa keahlian yang dibutuhkan di dunia kerja, seperti
keahlian computer, bahasa asing, perbengkelan, dll.
c. Pendorongan motivasi masyarakat untuk berwiraswasta pada berbagai bidang yang
memiliki prospek perkembangan. Sudah saatnya mengubah stigma yang ada di masyarakat
bahwa setelah mendapat pendidikan formal, maka ukuran keberhasilannya adalah
mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan atau pegawai.
d. Mengurangi pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi karena tingginya pertumbuhan
penduduk akan mengakibatkan burden of dependency ratio yang tinggi pula.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga untuk naik secara umum dan terus
menerus. Bukan hanya satu atau dua barang saja yang naik, melainkan harga dari sebagian
besar barang dan jasa, kenaikan bukan hanya satu kali saja tetapi secara terus menerus.
Inflasi dibagi menjadi beberapa macam yaitu berdasarkan laju Inflasi (inflasi sedang,
inflasi berat, dan hiperinflasi), berdasarkan penyebabnya (inflasi permintaan dan inflasi

penawaran), berdasarkan asalnya (inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang
berasal dari luar negeri).
Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi, merumuskan inflasi kemudian
melaksanakan kebijaksanaan untuk menaggulangi inflasi yaitu dengan mempertimbangkan
beberapa teori yaitu teori kuantitas, teori keynes, teori strukturalis.
Jenis

inflasi

menurut

sifatnya:

Merayap

(creeping

inflation),

Inflasi

menengah ( galloping inflation), Inflasi tinggi ( hyper inflation). Jenis inflasi menurut
sebabnya : Demand pull inflation , Cost push inflation. Inflasi berdasarkan sumber atau
penyebab: Inflasi tarikan permintaan, Inflasi desakan biaya , Inflasi di impor
Efek yang ditimbulkan dari Inflasi : Efek terhadap pendapatan(Equity Effect), Efek
terhadap Efisiensi (Efficiency Effects), Efek terhadap Output ( Output Effects), Inflasi dan
perkembangan ekonomi, Inflasi dan kemakmuran masyarakat
Cara

Mencegah

Inflasi: Kebijaksanaan

Moneter, Kebijaksanaan

Fiskal , Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output, Kebijaksanaan penentuan harga dan
indexing
Pengangguran didefinisikan sebagai ketidak mampuan angkatan kerja (labor
force)untuk

memperoleh

pekerjaan

sesuai

yang

mereka

butuhkan

dan

mereka

inginkan.Penyebab pengangguran: Pertumbuhan penduduk yang tinggi , Rendahnya laju


investasi

produktif, Siklus

bisnis

yang

melemah,

Rendahnya

kualitas

pendidikan

masyarakat., Strategi industry yang labor saving


Bentuk

unemployment), Setengah

bentuk

pengangguran: Pengangguran

terbuka

pengangguran (underemployment), Bekerja

secara

(open
tidak

penuh, Tenaga kerja lemah (impaired),Tenaga kerja tidak produktif


Jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya: Pengangguran normal atau friksiona,
Pengangguran siklikal, Pengangguran structural, Pengangguran teknologi
Jenis pengangguran berdasarkan cirinya: Pengangguran terbuka, Pengangguran
tersembunyi, Pengangguran musiman, Pengangguran setengah menganggur

Strategi mengatasi pengangguran: Pemerintah hendaknya menjalin kerjasama dengan


swasta untuk mencari jalan keluar yang lebih baik,Pembenahan sector pendidikan,
Pendorongan motivasi masyarakat untuk berwiraswasta pada berbagai bidang yang memiliki
prospek perkembangan, Mengurangi pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi karena
tingginya pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan burden of dependency ratio yang
tinggi pula
Hubungan inflasi dan pengangguran: Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat
inflasi dan tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin banyak pengusaha
memperluas kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan faktor tertentu produksi
dan pembayaran lebih banyak faktor produksi peningkatan biaya produksi unit akan diamati
dan dalam rangka mempertahankan profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga
produk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/onalllensun/makalah-coverpenutup

http://www.docstoc.com/docs/80226536/Inflasi-dan-Pengangguran
http://ratnaariani.blogspot.com/2015/03/makalah-inflasi-dan-pengangguran.html
Suparmono, SE, MSI, Pengantar EKONOMIKA MAKRO, Edisi Pertama, Unit Penerbit dan
Percetakan(UPP) AMP YKPN, Yogyakarta, 2002
http://lanimaidiacute.blogspot.com/2012/05/hubungan-inflasi-dan-pengangguran.html

Anda mungkin juga menyukai