Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA


PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA
(KASUS PENGURANGAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK)

DISUSUN OLEH

DWI PALUPI (1406515053)

MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS INDONESIA

2014
STATEMENT OF AUTHORSHIP

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas


terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain, kecuali saya menyatakan dengan jelas
bahwa saya menggunakannya.
Saya memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak
dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama Mahasiswa : Dwi Palupi


Nomor Mahasiswa : 1406515053
Kelas : Kelas AKP 14-1P A
Mata Ajaran : Perekonomian Indonesia
Judul Makalah : Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Moneter Terhadap
Perekonomian Indonesia
Hari, Tanggal : Selasa, 16 Desember 2014
Nama Pengajar : Prof. Susijati B. Hirawan, S.E., M.Sc., Ph.D
Tanda Tangan :
PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA

KASUS : PENGURANGAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK

I. LATAR BELAKANG

Pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya mempunyai tujuan yaitu


pertumbuhan ekonomi yang merata diseluruh bidang dan untuk mencapai
pertumbuhan yang merata diperlukan stabilitas ekonomi. Kondisi ekonomi dapat
dikatakan stabil atau tidak rentan terhadap perubahan apabila jika terjadi
perubahan pada satu komponen makroekonomi berakibat perubahan yang tidak
signifikan terhadap komponen yang lain.

Untuk mencapai stabilitas ekonomi diperlukan kebijakan-kebijakan pemerintah,


kebijakan yang terkait dengan hal tersebut adalah kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal terkait dengan semua instrumen yang
menyangkut penggunaan sumber daya anggaran negara (APBN) dalam ekonomi.
Hal yang terpengaruh dengan kebijakan fiskal adalah pasar barang yang
didalamnya terdapat komponen konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan
ekspor dan impor. Dalam jangka pendek kebijakan fiskal akan mempengaruhi sisi
permintaan secara agregat, sedangkan dalam jangka panjang, kebijakan fiskal
akan mempengaruhi sisi penawaran.

Kebijakan moneter dikendalikan oleh Bank Indonesia melalui pengaturan suku


bunga, jumlah uang beredar, tingkat inflasi dan hal lain yang berkaitan dengan
sistem moneter. Kebijakan moneter akan mempengaruhi money supply dan
money demand dalam perekonomian.

Kebijakan moneter dan fiskal akan berinteraksi dalam pencapaian stabilitas


ekonomi. Permasalahan yang terjadi adalah trade off antara stabilitas ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Kenaikan tingkat inflasi disebabkan oleh
defisit fiskal yang tinggi, dan jika perekonomian dengan inflasi yang tinggi maka
akan memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot ke tingkat paling lambat selama lima
tahun terakhir, sampai dengan kuartal ketiga tahun 2014, pertumbuhan ekonomi
mencapai angka 5,11% (Badan Pusat Statistik, 2014). Hal tersebut menjadi salah
satu tantangan terbesar pemerintah yang baru. Melemahnya pertumbuhan
ekonomi ini membuat pemerintah harus melakukan upaya untuk menyelamatkan
perekonomian Indonesia melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Salah
satu langkah pemerintah dalam pengambilan kebijakan fiskal adalah mengubah
pengeluaran pemerintah misalnya dengan penghematan anggaran, pengurangan
subsidi, peningkatan pendapatan melalui penerimaan perpajakan dan lain-lain.
Pengurangan subsidi bahan bakar minyak menjadi salah satu cara untuk
mengurangi pengeluaran pemerintah, mengingat belanja subsidi BBM
mempunyai porsi yang cukup besar dari APBN.

Dari sisi kebijakan moneter, pengurangan subsidi dapat menyebabkan naiknya


inflasi, maka dibutuhkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi hal tersebut.
Langkah pertama yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah
dengan menaikkan suku bunga, dan hal tersebut juga menyebabkan multiplier
effect di perekonomian.

Atas dasar permasalahan tersebut diatas, penulis mencoba menulis makalah


dengan rumusan masalah “Bagaimana pengaruh kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter terhadap perekonomian Indonesia setelah adanya pengurangan subsidi
BBM?”

II. LANDASAN TEORI

Ferry Prasetyia dalam Journal of Indonesian Applied Economics dengan judul


“Rekonstruksi Sistem Fiskal Nasional Dalam Bingkai Konstitusi” menyatakan
bahwa dalam perspektif teoritis, kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi
yang dilakukan oleh pemerintah terhadap penerimaan dan pengeluaran untuk
mencapai tujuan seperti pertumbuhan ekonomi dan stabilitas perekonomian secara
umum. Adanya dua instrumen utama yang digunakan dalam kebijakan fiskal yaitu
penerimaan dan pengeluaran negara, menunjukan bahwa kebijakan fiskal sangat
erat kaitannya dengan target keuangan negara/anggaran yang ingin dicapai.
Perubahan tingkat dan komposisi anggaran pemerintah baik pajak maupun
pengeluaran pemerintah, dapat mempengaruhi variabel-variabel permintaan
agregat dan tingkat aktivitas ekonomi, pola persebaran sumber daya, dan
distribusi pendapatan.

Tujuan dan Fungsi Kebijakan Fiskal

Selaras dengan tujuan utama dari sistem ekonomi nasional yaitu mencapai
kesejahteraan baik material maupun non material, maka tujuan kebijakan fiskal
tentu saja dijadikan sebagai salah satu instrumen dalam mencapai tujuan ekonomi
nasional tersebut. Secara lebih khusus, kebijakan fiskal bertujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesempatan kerja

Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah tersedianya kesempatan


kerja yang luas dan berkurangnyanya jumlah pengangguran. Hal ini sesuai dengan
Pasal 27 Ayat 2 yang secara tegas menyatakan bahwa semua warga negara berhak
atas pekerjaan dan kehidupan yang layak. Untuk mencapai hal tersebut dapat
dilakukan melalui kebijakan fiskal, diantaranya melalui pengeluaran pemerintah
yang diarahkan kepada penyediaan overhead sosial dan ekonomi. Pengeluaran
tersebut dapat dijadikan sebagai stimulus untuk menciptakan lebih banyak
pekerjaan dan menaikkan efisiensi produktif perekonomian dalam jangka panjang.

2. Meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional

Salah satu permasalahan dalam perekonomian nasional adalah ketimpangan


pendapatan dan kesenjangan antar wilayah. Oleh karena itu, untuk meminimalisir
ketimpangan tersebut, kebijakan fiskal dapat digunakan melalui pengalokasian
prioritas-prioritas pengeluaran pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Hal ini penting dilakukan karena adanya ketimpangan pendapatan
yang lebar dapat menciptakan social unrest sehingga dapat mengganggu stabilitas
politik dan ekonomi.
3. Meningkatkan laju investasi

Peningkatan laju investasi dapat dilakukan oleh sektor privat maupun pemerintah.
Pemerintah dapat mendorong tingkat investasi melalui pengeluaran pada pos-pos
anggaran yang berkesesuaian dengan kebutuhan masyarakat. Peningkatan
investasi sektor pemerintah diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi ketika investasi disektor swasta mengalami kelesuan.

4. Meningkatkan stabilitas ekonomi

Salah satu prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi adalah kondisi ekonomi yang
stabil. Adanya guncangan baik bersifat eksternal seperti kondisi perekonomian
global yang tidak stabil, maupun kondisi internal seperti tekanan inflasi harus
dapat diantisipasi oleh pemerintah. Salah satu bentuk antisipasi tersebut adalah
desain kebijakan fiskal yang harus dapat meningkatkan usaha mempertahankan
stabilitas ekonomi menghadapi terhadap siklus ekonomi jangka pendek. Selain
itu, kebijakan fiskal harus diupayakan untuk memantapkan kesinambungan fiskal
melalui peningkatan kemandirian fiskal (penurunan defisit anggaran) dengan cara
peningkatan pendapatan negara dan peningkatan efektivitas dan efisiensi
pengeluaran negara.

Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, kebijakan fiskal terkait anggaran
(APBN) mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi menjelaskan bahwa anggaran negara
menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 pasal 23 ayat 1 yang berbunyi
“Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan setiap tahun”.

Kebijakan moneter menurut Nopirin adalah tindakan yang dilakukan oleh


penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk memengaruhi jumlah uang
beredar dan kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi
masyarakat. Bank sentral adalah lembaga yang berwenang mengambil langkah
kebijakan moneter untuk memengaruhi jumlah uang beredar.
Kebijakan moneter meliputi semua tindakan pemerintah yang bertujuan untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian melalui penambahan atau pengurangan
jumlah uang beredar, maka dikatakan bahwa instrument variabel adalah M, yaitu
jumlah uang beredar yang disebut juga penawaran uang (money supply).
Sdangkan kebijakan fiskal adalah semua tindakan yang dilakukan pemerintah,
bertujuan untuk mempengaruhi jalannya perekonomian melalui penambahan atau
pengurangan pemerintah dan atau pajak, mempunyai pajak atau Tx, atau transfer
payment atau Tr, dan pengeluaran pemerintah atau G (Teguh santoso dan Maruto
Umar Basuki).

Pengeluaran pemerintah dianggap sebagai komponen pengeluaran agregat yang


otonom (G0) Karena pendapatan nasional bukan merupakan factor penting yang
akan mempengaruhi keputusan pemerintah untuk menentukan anggaran
belanjanya. Ada tiga factor penting yang menentukan pengeluaran pemerintah
yaitu : pajak yang diharapkan akan diterima, pertimbangan-pertimbangan politik,
dan persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi (Sadono, 2004).

Inflasi adalah fenomena ekonomi yang tak pernah basi dalam sejarah panjang
ekonomi. Inflasi menjadi pembahasan yang kursial karena mempunyai dampak
yang amat luas dalam perekonomian makro. Inflasi yang tinggi akan
menyebabkan memburuknya distribusi pendapatan, menambah angka kemiskinan,
mengurangi tabungan domesrik, menyebabkan defisit neraca perdagangan,
menggelembungkan besaran utang luar negeri serta menimbulkan ketidakstabilan
politik. Mengingat begitu kursialnya inflasi ini, Bank Sentral dalam tugasnya
menjaga stabilitas ekonomi menetapkannya sebagai tujuan utama dalam
pelaksanaan kebijakan moneternya. Dalam melaksanakan tugasnya, Bank
Indonesia telah menyusun berbagai kerangka kebijakan moneter yang menjadi
pedoman dalam langkah stabilisasi ini. Kebijakan ini tentunya selalu disesuaikan
dengan perkembangan dinamika ekonomi nasional dan global beberapa tahun
terakhir ini telah memfokuskan perhatian BI kepada masalah pengendalian inflasi.
Hal ini juga didukung oleh perkembangan teori ekonomi dalam literatur dan
temuan empiris di beberapa negara bahwa kebijakan moneter dalam jangka
menengah panjang berpengaruh pada inflasi, bukan pada pertumbuhan ekonomi
(Perry Warjiyo dan Solikin, 2004).

Stabilitas ekonomi makro dapat dilihat dari pengaruh guncangan kebijakan harga
pangan atau variabel ekonomi makro lainnya terhadap variabel kunci indicator
ekonomi makro. Jika suatu guncanganmenimbulkan fluktuasi yang besar pada
variabel ekonomi makro, maka dapat dikatakan stabilitas ekonomi makro rentan
terhadap guncangan tersebut. Sebaliknya, jika dampaknya menimbulkan fluktuasi
yang kecil, maka dapat dikatakan stabilitas ekonomi makro stabil. Variable
ekonomi makro yang menjadi isu utama adalah pertumbuhan output, laju inflasi,
pengangguran, dan neraca pembayaran (stigliz, 1997; Dornbusch et al, 1998).
Variabel ekonomi makro tesebut saling terkait melalui pasar barang, pasar uang,
pasar tenaga kerja, dan pasar saham yang membentuk keseimbangan internal
(macro equilibrium) dan keseimbangan eksternal (Ilham dan Siregar).

Model IS-LM

Pasar Barang dan Kurva IS

Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga serta tingkat pendapatan


yang muncul di pasar barang dan jasa. Untuk mengembangkan hubungan ini, kita
mulai dari model dasar yang disebut perpotongan Keynesian (Keynesian Cross).
(Mankiw)

Perpotongan Keynesian

Dalam The General Theory, Keynes menyatakan bahwa pendapatan total


perekonomian, dalam jangka pendek, sangat ditentukan oleh keinginan rumah
tangga, perusahaan dan pemerintah untuk membelanjakan pendapatannya.
(Mankiw)

Kebijakan Fiskal dan Pengganda : Belanja Pemerintah

Kenaikan belanja pemerintah mempunyai dampak pengganda (multiplied effect)


terhadap pendapatan karena menurut fungsi konsumsi C=C(Y-T), pendapatan
yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi, ketika kenaikan
belanja pemerintah meningkatkan pendapatan, itu juga meningkatkan konsumsi,
yang selanjutnya meningkatkan pendapatan, kemudian meningkatkan konsumsi,
dan seterusnya. (Mankiw)

Secara ringkas, kurva IS menunjukkan kombinasi dari tingkat bunga dan tingkat
pendapatan yang konsisten dengan ekuilibrium dalam pasar barang dan jasa.
Kurva IS digambar untuk kebijakan fiskal tertentu. Perubahan-perubahan
kebijakan fiskal yang meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa akan
menggeser kurva IS ke kanan, perubahan-perubahan kebijakan fiskal yang
mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa akan menggeser kurva IS ke
kiri.

Pasar Uang dan Kurva LM

Kurva LM menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan


yang muncul di pasar uang. Untuk memahami hubungan ini, kita mulai dengan
melihat teori tingkat bunga yang disebut teori preferensi likuiditas (theory of
liquidity preference).

Teori Preferensi Likuiditas

Dalam buku klasiknya The General Theory, Keynes menjabarkan pandangan


tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek. Penjelasan it
disebut teori preferensi likuiditas karena teori itu menyatakan bahwa tingkat
bunga disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan untuk aset
perekonomian yang paling liquid-uang. Menurut teori preferensi likuiditas,
penawaran dan permintaan akan keseimbangan uang riil menentukan tingkat
bunga yang akan muncul di perekonomian. Yaitu tingkat bunga disesuaikan untuk
menyeimbangkan pasar uang.

Secara ringkas, kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan tingkat


pendapatan yang konsisten dengan ekuilibrium dalam pasar keseimbangan uang
riil. Kurva LM digambar untuk penawaran keseimbangan uang riil tertentu.
penurunan dalam penawaran keseimbangan uang riil menggeser kurva LM keatas.
Kenaikan dalam penawaran keseimbangan uang riil menggeser kurva LM ke
bawah.

III. PEMBAHASAN

Pada awal pemerintahan, Presiden Joko Widodo mengurangi subsidi BBM


sebesar Rp2.000, hal ini dianggap sebagai langkah yang tepat untuk
menyelamatkan perekonomian Indonesia. Data dari Kementerian Keuangan
menunjukkan bahwa jumlah anggaran belanja subsidi BBM dari tahun ke tahun
semakin meningkat, jika tidak dilakukan pemotongan subsidi BBM maka akan
menyebabkan defisit anggaran semakin besar. Data realisasi belanja subsidi BBM
dari tahun 2010 sampai dengan 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel Realisasi Belanja Subsidi BBM

Uraian Satuan 2010 2011 2012 2013 2014*

Subsidi Triliun rupiah 82,4 165,2 211,89 210 246,5

ICP USD/barel 79,4 111,6 112,7 105 110

Volume Juta kiloliter 38,2 41,8 44,8 46,4 46,0

Sumber: Kementerian Keuangan


Wacana bahwa subsidi BBM dimanfaatkan oleh 72% masyarakat menengah
keatas yang tidak berhak untuk mendapat subsidi BBM menjadi alasan
pemerintah mengurangi subsidi BBM dan akan mengalihkannya untuk
pembangunan infrastruktur yang lain yang lebih bermanfaat untuk kemajuan
perekonomian Indonesia.

Keputusan pemerintah dalam mengambil kebijakan tersebut dikarenakan untuk


mempertahankan kesehatan fiskal dengan cara mengurangi defisit anggaran atau
biasa disebut dengan Fiskal Contruction. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi
subsidi BBM dapat berakibat pada terganggunya mekanisme pasar. Sebagai akibat
dari kebijakan tersebut, harga barang di pasar juga ikut meningkat karena biaya
produksi banyak dipengaruhi oleh harga BBM tersebut. Hal ini mendorong
masyarakat untuk mengurangi konsumsinya, dikarenakan masyarakat merasa
“lebih miskin”. Menurut teori kurva IS, kebijakan pemerintah yang mengurangi
permintaan terhadap barang dan jasa akan menggeser kurva IS ke kiri. Pergeseran
kurva IS ke kiri berakibat turunnya suku bunga, atau dapat digambarkan dalam
kurva sebagai berikut :

Pada saat suku bunga menurun, maka jumlah uang beredar akan meningkat dan
menyebabkan inflasi, untuk mencegah melonjaknya inflasi, maka kebijakan
moneter yang diambil pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia dalam rangka
menjaga stabilitas ekonomi sebagai dampak dari pengurangan subsidi BBM
adalah menaikkan suku bunga Bank Indonesia menjadi 7,75% atau naik 25 point
dari sebelumnya sebesar 7,5%. Kenaikan suku bunga tersebut diharapkan dapat
mengurangi jumlah uang beredar dan menekan inflasi. Kebijakan menurunkan
jumlah uang beredar disebut juga Monetary Contraction atau Monetary
Tightening.

Dengan meningkatnya suku bunga, diharapkan masyarakat akan enggan untuk


menarik uangnya. Menurut teori kurva LM, penurunan dalam penawaran
keseimbangan uang riil akan menggeser kurva LM ke atas, atau bisa dikatakan
bahwa penurunan jumlah uang beredar yang dipicu oleh kenaikan suku bunga
dapat menggeser kurva LM ke atas, atau dapat digambarkan dalam kurva sebagai
berikut :

Penggunaan Kombinasi Kebijakan Fiskal dan Moneter

Kebijakan fiskal pemerintah dalam penyelamatan ekonomi nasional adalah


dengan cara mengurangi pengeluaran pemerintah melalui pengurangan belanja
subsidi BBM, diharapkan dengan pengurangan subsidi BBM tersebut, negara
akan menekan jumlah defisit APBN. Jika harga BBM bersubsidi tidak naik, maka
subsidi BBM akan membengkak dan defisit APBN akan semakin besar dari target
yang telah ditetapkan dalam APBNP sebesar Rp241,5 triliun atau 2,4% terhadap
Produk Domestik Bruto (Kementerian Keuangan, 2014). Dampak dari
pengurangan pengeluaran pemerintah adalah menurunnya tingkat bunga, dan
kemungkinan yang akan terjadi ketika tingkat bunga rendah adalah jumlah uang
yang beredar meningkat dan terjadi inflasi. Untuk mengatasi hal tersebut,
kebijakan selanjutnya adalah menekan angka inflasi dengan cara meningkatkan
suku bunga Bank Indonesia, diharapkan dengan kenaikan suku bunga maka
jumlah uang beredar akibat penurunan suku bunga yang disebabkan oleh
penurunan daya beli masyarakat juga akan menurun. Kombinasi kebijakan fiskal
dan moneter dapat digambarkan dalam kurva berikut ini :

Dari kurva IS dapat dijelaskan bahwa pada saat pemerintah mengurangi


pengeluarannya, maka output akan turun dari Y menjadi Y1 dan menurunkan suku
bunga dari r menjadi r1. Kemudian berdasarkan kurva LM dapat dijelaskan bahwa
untuk mencegah inflasi, maka BI menaikkan suku bunga dari r1 menjadi r2.
Akibat dari kenaikan suku bunga tersebut, maka pendapatan atau Y turun dari
Y1menjadi Y2. Sesuai dengan teori kebijakan fiskal dan pengganda, maka setiap
penurunan pengeluaran pemerintah akan menurunkan pendapatan yang lebih
besar dari penurunan pengeluarannya. Perpotongan dari kurva IS2 dan LM2
merupakan titik ekuilibrium dari pasar barang dan pasar uang. Untuk mencapai
stabilitas ekonomi, maka kombinasi kedua kebijakan tersebut harus dilakukan
secara hati-hati, sehingga setiap perubahan kebijakan dapat diukur perubahan
outputnya.
Dari kurva IS-LM tersebut, dapat dijelaskan bahwa penurunan belanja pemerintah
dan kenaikan suku bunga menyebabkan output (Y) turun. Penurunan Y dapat
berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi.

IV. KESIMPULAN

Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Kebijakan fiskal yang ditempuh pemerintah yaitu dengan mengurangi belanja
subsidi BBM adalah keputusan yang tepat, karena jika tidak dilakukan maka
akan memperburuk kondisi perekonomian Indonesia. Pengurangan subsidi
akan mengurangi defisit APBN dan dapat dialokasikan untuk pembangunan
infrastruktur yang lain.
2. Sebagai tindak lanjut dari kebijakan fiskal yang diambil pemerintah, Bank
Indonesia melakukan tindakan antisipatif terhadap terjadinya inflasi dengan
cara menaikkan suku bunga BI. Kenaikan suku bunga BI diharapkan dapat
menekan inflasi.
3. Dampak dari kedua kebijakan tersebut dalam jangka pendek adalah
menurunkan pendapatan dan memungkinkan adanya penurunan GDP. Untuk
mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi sesuai dengan yang telah
direncanakan, maka kombinasi kedua kebijakan tersebut harus selalu dikaji
secara berkala.
4. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dilakukan oleh dua lembaga yang
berbeda, kebijakan fiskal dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Menteri
Keuangan, dan kebijakan moneter dilakukan oleh Bank Indonesia. Kedua
institusi tersebut hendaknya berkoordinasi dalam mengambil kebijakan agar
tercapai kondisi ekonomi yang stabil, karena jika tidak maka kebijakan satu
dengan yang akan mempunyai efek yang saling bertentangan.
5. Dua kebijakan yang diambil pemerintah yaitu dengan mengurangi subsidi
BBM dan menaikkan suku bunga sudah tepat, langkah tersebut dapat
mengurangi defisit, mengurangi investasi dan mengurangi pengeluaran rumah
tangga.
DAFTAR PUSTAKA

Ferry Prasetyia. Rekonstruksi Sistem Fiskal Nasional Dalam Bingkai Konstitusi.


Journal of Indonesian Applied Economics : Vol. 5 No. 2 Oktober 2011, 141-156

Mankiw.2014. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga

Santoso, Teguh.2008. Dampak Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam


Perekonomian Indonesia: Aplikasi Model Mundell-Fleming. Jurnal Organisasi
dan Manajemen, Vol 5 No. 2.

Sukirno, Sadono.2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

UU No. 17 Tahun 2003Tentang Keuangan Negara

Anda mungkin juga menyukai