Anda di halaman 1dari 7

SISTEM AGRIBISNIS TERPADU

“JAGUNG”

NAMA : KOMANG AGUS PUTRA SARASWATI

NIM : 1606511056

PRODI : AGRIBISNIS (A)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2018
PENDAHULUAN

Salah satu komoditi palawija yang memiliki peranan yang penting di


Indonesia adalah jagung, karena merupakan sumber protein dan kalori yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Nilai nutrisi jagung hampir seimbang
dengan beras dan dapat menggantikan beras sebagai bahan makanan pokok.
Hampir sebagian besar jagung yang dihasilkan digunakan untuk bahan makanan
manusia, terutama dalam bentuk tepung, digiling atau dimasak seperti beras atau
dicampur dengan beras. Persentase kegunaan jagung di Indonesia adalah 71,7
persen untuk bahan makanan manusia, 15,5 persen untuk makanan ternak, 0,8
persen untuk industri, 0,1 persen untuk diekspor dan 11,9 persen untuk kegunaan
lain (Sudjana dkk.,1991).

Produksi jagung di Indonesia masih relatif rendah dan masih belum dapat
memenuhi kebutuhan konsumen yang cenderung terus meningkat. Menurut
Subandi dkk. (1998), produksi jagung nasional belum mampu mengimbangi
permintaan yang sebagian dipacu oleh pengembangan industri pakan dan pangan.
Masih rendahnya produksi jagung ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain,
seperti teknologi bercocok tanam yang masih kurang baik, kesiapan dan
ketrampilan petani jagung yang masih kurang, penyediaan sarana produksi yang
masih belum tepat serta kurangnya permodalan petani jagung untuk melaksanakan
proses produksisampai ke pemasaran hasil. Umumnya agribisnis jagung dilakukan
berskala kecil, karena masih banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh petani
jagung. Permasalahan klasik yang sering dihadapi oleh petani jagung adalah
terbatasnya permodalan, manajemen usaha dan pemasaran hasil sehingga tidak
dapat melakukan usaha dengan volume usaha yang luas dan lebih intensif serta
pemasaran hasil dengan baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
produksi dan pendapatan petani jagung diantaranya adalah dengan system
kemitraan usaha dalam agribisnis jagung.
SISTEM AGRIBISNIS TERPADU

“JAGUNG”

Secara konsepsional sistem agribisnis jagung merupakan keseluruhan


aktivitas yang saling berkaitan mulai dari pembuatan dan pengadaan sarana
produksi pertanian hingga pemasaran hasil jagung, baik hasil usahatani maupun
hasil olahannya. Menurut Sa’id dan Intan (2001) sistem agribisnis terdiri dari
subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem produksi primer,
subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan lembaga penunjang.
Pada umumnya sistem agribisnis jagung yang dilakukan oleh petani antara lain
meliputi :

1. Subsistem Pasokan input

Pembuatan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian. Sarana


produksi pertanian ini diperoleh petani dengan sistem pembelian atau dengan
bantuan dalam bentuk kemitraan.
2. Subsistem produksi dalam usahatani.

Kegiatan pada subsistem ini meliputi pemilihan benih jagung, penyiapan


lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen.

3. Subsistem pengolahan hasil panen.

Penanganan lepas panen jagung pada tingkat petani pada umumnya baru
sampai pada pengeringan jagung tongkol dan pengupasan kulit jagung (klobot),
hal ini karena petani belum memiliki alat teknologi dan biaya yang cukup untuk
melakukan pengolahan lanjutan. Untuk tingkat pengolahan lanjutan seperti
pemipilan dan pengolahan dilakukan pada tingkat pedagang atau perusahaan,
sehingga nilai tambah yang besar biasanya berada pada tingkat ini. Sehingga bisa
menghasilkan produk pasca panen seperti grit, tepung, pati, minyak, dll.

4. Subsistem pemasaran hasil.

Pola pemasaran jagung melalui jalur pemasaran yang beragam,


diantaranya bagi petani yang tidak melakukan kemitraan usaha dengan perusahaan
mitra biasanya pemasaran jagung dilakukan melalui pedagang pengumpul baik
yang memfungsikan kelompok tani atau koperasi maupun yang tidak, ada pula
yang langsung menjual produknya ke pabrik pengolahan atau langsung ke
konsumen jika produk tersebut untuk langsung dikonsumsi. Bagi petani yang
telah melakukan kemitraan usaha dengan perusahaan mitra pemasaran produk
jagung dilakukan melalui kelompok tani atau koperasi, perusahaan mitra, pabrik
pengolahan dan konsumen.

5. Kelembagaan jasa pendukung agribisnis jagung

Pada umumnya adalah lembaga di tingkat petani dan lembaga di luar


petani. Lembaga ditingkat petani terdiri dari kelompok tani dan koperasi,
Lembaga di luar petani seperti pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan dan
lain-lain.

Pengembangan agribisnis jagung membutuhkan dukungan permodalan dan


komitmen yang kuat, sementara itu kemampuan permodalan dan manajemen
petani jagung untuk melakukan kegiatan usaha agribisnis jagung masih sangat
terbatas, demikian juga dukungan pemerintah semakin berkurang dengan
dikuranginya subsidi terhadap sarana produksi pertanian. Hal ini membutuhkan
alternatif usaha untuk meningkatkan kemampuan petani dalam melaksanakan
agribisnis jagung agar tidak tergantung terhadap bantuan pemerintah yang telah
semakin berkurang itu. Salah satu alternatif usaha yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan agribisnis jagung adalah
dengan melakukan kemitraan usaha dengan berbagai perusahaan, baik perusahaan
swasta, maupun perusahaan milik pemerintah (BUMN/BUMD). Kemitraan usaha
ini dimaksudkan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi petani
jagung seperti pemodalan, manajemen dan pemasaran hasil, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani disamping itu juga dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan mitra.
PENUTUP

Jagung memiliki potensi yang cukup besar untuk diusahakan secara


agribisnis, hal ini karena tanaman ini memiliki prospek yang cerah untuk
diusahakan baik dari aspek budidaya maupun dari aspek peluang pasar.Dari aspek
budidaya tanaman jagung tidak sulit untuk dibudidayakan. Tanaman jagung dapat
tumbuh hampir di semua jenis tanah. Yang terpenting dan sangat berhubungan
erat dengan hasil jagung adalah tersedianya unsur hara NPK pada tanah tersebut.
Untuk pertumbuhan yang lebih baik lagi, tanaman jagung memerlukan tanah yang
subur, gembur dan kaya humus (Sudjana dkk., 1991). Demikian juga benih jagung
telah banyak varietas-varietas unggul yang dilepas. Menurut Rahmanto (1997),
perkembangan daya hasil dari varietas-varietas unggul yang diadopsi petani telah
terbukti memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap peningkatan produksi
dan produktivitas jagung nasional. Dari aspek peluang pasar tanaman jagung
mempunyai prospek yang cerah untuk diusahakan, karena permintaan konsumen
dalam negeri dan peluang ekspor yang terus meningkat. Rukmana (1997)
mengemukakan bahwa prospek usahatani tanaman jagung cukup cerah bila
dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis. Permintaan pasar dalam
negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke
tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan. Disamping
itu juga prospek pasar produksi jagung semakin baik, karena didukung oleh
adanya kesadaran gizi dan diversifikasi bahan makanan pada masyarakat.
Demikian juga untuk keperluan bahan baku industri rumah tangga seperti emping
jagung, wingko jagung dan produk jagung olahan lainnya dan untuk keperluan
bahan baku pakan ternak, serta untuk ekspor memerlukan produk jagung dalam
jumlah yang besar. Keadaan ini merupakan peluang pasar yang potensial bagi
petani dalam mengusahakan tanaman jagung. Dengan demikian peningkatan
produksi jagung baik kualitas maupun kuantitas sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA

Sedano, Ngofa. “Sistim Agribisnis Jagung”. 31 Oktober 2012.


https://darmawanrian98.wordpress.com/2012/10/31/sistim-agribisnis-jagung/

Anda mungkin juga menyukai