Anda di halaman 1dari 20

Efisiensi Pemasaran Nanas di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai

Gelam di Provinsi Jambi

SITI FATIMAH

D1B017038

Dosen Pengampu : RIKKY HERDIANSYAH, S.P., M.Si

PROGRAM STUDI AGIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia dikenal sebagai Negara agraris yang sebagian besar


penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Di Provinsi Jambi sendiri
sebagian masyarakatnya bertani, baik itu tanaman pangan, perkebunan, ataupun
hortikultura. Pada umumnya di Provinsi Jambi bahkan Indonesia komoditas
hortikultura memiliki prospek yang bagus di pasar dalam maupun luar negeri.
Buah-buahan termasuk ke dalam jenis tanaman hortikultura. Salah satu komoditi
buah-buahan yaitu nanas merupakan salah satu komoditi unggulan dari Provinsi
Jambi. Dari beberapa kabupaten yang ada di Provinsi Jambi, kabupaten Muaro
Jambi yang memiliki produktivitas tertinggi dan luas panen nanas terbesar
diantara kabupaten lainnya. Produksi nanas yang tinggi apabila tidak ditangani
dengan baik dan tepat akan menyebabkan kerugian, karena buah nanas mudah
mengalami kerusakan. Diperkirakan hamper 35% buah nanas tidak termanfaatkan
atu terkonsumsi dikarenakan mengalami kerusakan (Makfoeld, 1982).

Kabupaten Muaro Jambi memiliki lahan gambut yang sangat potensial untuk
budidaya nanas, terutama di Kecamatan Sungai Gelam tepanya di Desa Tangkit
Baru. Dengan pemanfaatan lahan gambut melalui budidaya nanas ini menjadi
salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen dan tingkat produktivitas nanas yang
tertinggi berada di Kabupaten Muaro Jambi. Perbedaan luas panen, produksi, dan
produktivitas di Kabupaten Muaro Jambi sangat berbeda jauh dengan
Kabupaten/Kota lainnya yang ada di Provinsi Jambi. Pada tahun 2016 Kabupaten
Muaro Jambi mencapai produktivitas sebesar 1616,42 ton/ha dengan luas panen
sebesar 570,26 ha dimana Kecamatan Sungai Gelam memiliki persentasi luas
panen terbesar yaitu 99,95% dari total luas panen di Kabupaten Muaro Jambi.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Nanas di Provinsi Jambi
Tahun 2016

Kabupaten/Kota Luas Panen Produksi Produktivitas


(Ha) (Ha) (Ton/Ha)
Kerinci 0,01 1,50 150
Merangin 0,20 21,40 107
Sorolangun 0,06 6,60 110
Batanghari 0,19 16,80 88,42
Muaro Jambi 570,26 218.601,9 383,33
Tanjung Jabung Timur 0,63 115,40 183,17
Tanjung Jabung Barat 0,38 73,80 194,2
Tebo 0,03 4,60 153,3
Bungo 0,07 17,30 247
Kota Jambi 0 0 0
Sungai Penuh 0 0 0

Total 571,83 218.589 1616,42


Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa Kecamatan Sungai Gelam memiliki


persentasi luas panen nanas dengan produktivitas sebesar 383,49 ton/ha.
Sedangkan kecamatan lainnya yang memproduksi buah nanas yaitu kecamatan
Jambi Luar Kota dan Taman Rajo hanya memiliki luas panen kurang dari 1 ha.
Hampi secara keseluruhan buah nanas di Provinsi Jambi di hasilkan di Kecamatan
Sungai Gelam yang memiliki luas panen sebesar 570 ha.
Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Nanas di Kabupaten
Muaro Jambi Tahun 2016
Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ha) (Ton/Ha)
Sekernan 0 0 0
Maro Sebo 0 0 0
Jambi Luar Kota 0,2 7,7 38,5
Mestong 0 0 0
Sungai Bahar 0 0 0
Sungai Gelam 570 218.593 383,49
Kumpeh Ulu 0 0 0
Kumpeh 0 0 0
Taman Rajo 0,06 1,2 20
Total 570,26 218.601,9 441,996
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017

Dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Sungai Gelam, desa Tangkit Baru
merupakan sentra produksi buah nanas di Provinsi Jambi. Dari data yang didapat
menunjukkan terjadi peningkatan produktivitas dari tahun 2013 sampai 2017. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Nanas di Desa Tangkit
Baru Tahun 2018
Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ha) (Ton/Ha)
2013 820 30.784 37,54
2014 830 67.170 80,9
2015 845 144.487 170,992
2016 850 156.088 183,63
2017 850 218.593 254,16
Sumber : BPP Kecamatan Sungai Gelam, 2018
Produksi nanas terbesar dihasilkan oleh para petani di Desa Tangkit Baru
Kecamatan Sungai Gelam dapat terus ditingkatkan dengan berbagai factor.
Adanya perbedaan marjin ditingkat petani dan pedagang merupakan salah satu
factor penyebab belum optimalnya pengembangan sumberdaya ekonomi local.
Adanya perbedaan ter sebut membuat petani berada di posisi lemah dibandingkan
lembaga pemasaran yang ada di Desa tangkit Baru. Oleh karena itu, kajian ini
membahas mengenai efisiensi pemasaran nanas di Desa Tangkit Baru Kecamatan
Sungai Gelam.

1.2 Perumusan Masalah


Komoditi nanas merupakan salah satu potensi sumberdaya local yang ada di
Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam. Namun, para petani di desa
Tangkit baru memiliki beberapa kendala dalam memasarkan hasil produksi
nanasnya diantaranya adalah petani yang masih sebagai penerima harga
menyebabkan peran para pedagang lebih tinggi dalam menentukan harga
sehingga keuntungan yang didapatpun lebih besar dibandingkan dengan petani.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai


berikut.
1. Bagaiman lembaga pemasaran dan saluran pemasaran yang terbentuk dalam
system pemasaran nanas di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam?
2. Bagaimana efisiensi pemasaran tiap saluran pada pemasaran nanas di Desa
Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat dirumuskan
tujuan kajian sebagai berikut.
1. Mengidentifikasikan lembaga pemasaran dan saluran pemasaran yang
terbentuk dalam system pemasaran nanas di Desa Tangkit Baru Kecamatan
Sungai Gelam.
2. Menganalisis efisiensi pemasaran tiap saluran pada pemasaran nanas di Desa
Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam.
BAB II
METODE
Lokasi kajian ini berada di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi. Pemilihan lokasi kajian dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra
produksi nanas terbesar di Provinsi jambi.

Jenis data yang diperoleh dalam kajian ini merupakan data sekunder, yang
diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku bacaan yang relevan dengan topic
kajian. Data sekunder juga diperoleh dari studi literatur-literatur, berupa hasil
penelitian terdahulu baik berupa jurnal ataupun skripsi, artikel yang berasal dari
internet. Data sekunder lainnya juga diperoleh dari BPS dan BPP Kecamatan Sungai
Gelam.

Metode analisis yang akan digunakan untuk menganalisis pemasaran nanas di


Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam digunakan pendekatan performance
yang dilakukan secara kuantitatif yaitu meliputi efisiensi pemasaran yang terdiri dari
marjin pemasaran, farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya pemasaran.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel.
Elemen kinerja dapat diukur melalui farmer’s share, marjin pemasaran, serta rasio
keuntungan dan biaya.

a. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga di tingkat petani (Pf) dengan harga
pedagang pengecer (Pr). Marjin pemasaran yang efisien dilihat dari besar atau
kecilnya nilai marjin tersebut. Saluran pemasaran dikatakan efisien apabila marjin
pemasaran nilainya semakin kecil, begitu juga sebaliknya saluran pemasaran tidak
efisien apabila nilai marjin pemasaran semakin besar.
b. Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan rasio antara harga ditingkat petani dengan


harga ditingkat konsumen akhir. Farmer’s share, merupakan porsi dari nilai yang
dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani, dalam bentuk persentase (%).
Ukuran atau kecenderungan dari farmer’s share tidak dapat selalu diandalkan
sebagai ukuran dari efisiensi pemasaran karena kompleks penanganan produk
yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepuasaan konsumen. Artinya, harus
memperhitungkan bentuk, fungsi, dan atribut-atribut produk hingga sampai ke
konsumen akhir.

c. Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran


Tingkat efisiensi pemasaran dapat juga diukur melalui besarnya rasio
keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran
mendefinisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang
dikeluarkan. Oleh karena itu, semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan
dan biaya pemasaran, maka dari segi (teknis) operasional sistem pemasaran
tersebut akan semakin efisien.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran nanas di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam
dimulai dari petani hingga kepada konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga
pemasaran. Lembaga pemasaran tersebut terlibat dalam fungsi-fungsi pemasaran
nanas serta turut membantu petani nanas dalam memasarkan hasil panen nanas
petani. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran nanas di Desa
Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam meliputi pedagang pengumpul desa,
pedagang besar, pedagang luar, koperasi, dan pengecer. Semua lembaga
pemasaran tersebut memiliki peran yang berbeda dalam hal pemasaran. Peran
masing-masing lembaga dalam pemasaran adalah sebagai berikut:
1. Petani, merupakan lembaga pemasaran yang berperan sebagai produsen yang
memproduksi nanas.
2. Pedagang pengumpul desa, merupakan lembaga pemasaran yang berperan
sebagai pedagang yang menampung atau membeli nanas dari sebagian besar
petani nanas yang bertani di daerah Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai
Gelam.
3. Pedagang besar, merupakan lembaga pemasaran yang berperan sebagai
perantara antara pedagang pengumpul desa dan pengecer. Beberapa pedagang
besar mengambil sebagian kecil nanas langsung dari petani yang kemudian di
salurkan kepada pengecer namun lebih banyak pedagang besar membeli nanas
dari pedagang pengumpul desa dan menyalurkannya kepada pedagang pengecer.
4. Pedagang luar, merupakan lembaga pemasaran yang berperan sebagai
pedagang yang menjual nanas keluar daerah Jambi.
5. Pedagang pengecer, merupakan lembaga pemasaran yang berperan sebagai
pedagang yang menjual nanas langsung kepada konsumen. Konsumen yang
dimaksud adalah konsumen akhir yang tidak menjual kepada lembaga pemasaran
lain kembali.
3.2 Saluran Pemasaran
Analisis saluran pemasaran digunakan untuk mengetahui saluran pemasaran
yang dilalui oleh komoditas nanas dari petani hingga sampai kepada konsumen
akhir. Analisis saluran pemasaran ini juga dapat diketahui skema saluran
pemasaran berdasarkan pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran nanas
di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam. Saluran pemasaran nanas di
Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam.dapat dilihat pada Gambar 1.

PETANI

(2)

PEDAGANG PENGUMPUL DESA (3)

(5)
(6)

(1)
PEDAGANG LUAR

PEDAGANG BESAR

(4)

PENGECER

KONSUMEN

Gambar 1. Skema Saluran Pemasaran Nanas di Desa Tangkit Baru


Kecamatan Sungai Gelam.
Panjang pendeknya saluran pemasaran dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
lembaga pemasaran yang terlibat. Pada gambar 1 ditunjukkan bahwa saluran
terpendek berada pada saluran 1 sedangkan yang terpanjang pada saluran 6.
Panjang pendeknya saluran pemasaran ini akan mempengaruhi besar kecilnya
marjin pada setiap saluran akibat fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan
lembaga pemasaran yang terlibat.

3.4 Analisis Efisiensi Pemasaran

3.4.1 Analisis Marjin Pemasaran

Analisis marjin pemasaran merupakan salah satu indikator untuk


menentukan efisiensi operasional pemasaran nanas di Desa Tangkit Baru
Kecamatan Sungai Gelam. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara
yang diterima petani dan yang dibayarkan oleh konsumen. Marjin pemasaran
meliputi seluruh biaya seluruh biaya pemasaran dan keuntungan selama proses
penyaluran nanas dari satu lembaga pemasaran menuju ke lembaga pemasaran
yang lain. Perhitungan marjin meliputi biaya pemasaran dan keuntungan lembaga
yang terlibat. Hasil perhitungan marjin dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Marjin Pemasaran Nanas di Desa Tangkit
Kecamatan Sungai Gelam.

Lembaga Saluran

Pemasaran 1 2 3 4 5 6

Petani

Biaya pemasaran 257.95 241.65 258.05 274.52 274.52 274.52

Harga jual 5 500.00 1 900.00 1 935.71 1 810.00 1 810.00 1 810.00

Pedagang
Pengumpul

Harga beli 1 810.00 1 810.00 1 810.00

Harga jual 3 250.00 3 750.00 2 750.00

Biaya pemasaran 275.10 126.19 275.10

Keuntungan 1 164.90 1 813.81 664.91

Marjin
pemasaran 1 440.00 1 940.00 940.00

Rasio
keuntungan dan 4.23 14.39 2.41

Biaya

Pedagang Besar

Harga beli 1 935.71 2 750.00

Harga jual 3 250.00 3 750.00

Biaya pemasaran 370.54 242.59


Keuntungan 943.75 757.41

Marjin
pemasaran 1 314.29 1 000.00

Rasio
keuntungan dan 2.54 3.12

Biaya

Pedagang Luar

Harga beli 3 750.00

Harga jual 7 500.00

Biaya pemasaran 1774.51

Keuntungan 1 975.49

Marjin
pemasaran 3 750.00

Rasio
keuntungan dan
biaya 1.11

Pedagang
Pengecer

Harga beli 1 900.00 3 250.00 3 250.00 3 750.00

Harga jual 3 750.00 5 500.00 5 500.00 5 500.00

Biaya pemasaran 381.25 375 280.36 288

Keuntungan 1 468.75 1 875.00 1 969.64 1 462.00

1 850.00 2 250.00 2 250.00 1 750.00


Marjin
Pemasaran

Rasio
Keuntungan dan
Biaya 3.85 5 7.02 5.07

Value
Marketing 6 593 10 332
Margin 0 2 960 000 936.5 000 7 254 750 17 343 000

Total Biaya
(Rp/Buah) 257.95 622.9 1003.59 829.97 2175.22 1080.21

Total
Keuntungan
(Rp/Buah) 5242.05 1 468.75 2 818.75 3 134.54 3789.3 2 884.31

Total Marjin
Pemasaran
(Rp/Buah) 0 1 850.00 3 564.29 3 690.00 5 690.00 3 690.00

Sumber : Data Primer Diolah (2016)

Pada saluran 1 petani menjual langsung ke konsumen dengan harga


Rp.5500/buah dengan biaya pemasaran sebesar Rp.275,95/buah. Pada saluran ini
sangat menguntungkan petani karena marjin pemasaran tidak ada sehingga
keuntungan langsung diterima petani. Petani biasaya menjual kepada konsumen
yang berada di sekitar lingkungan petani dan jika ada yang memesan.

Pada saluran 2 yang terdiri dari petani, pedagang, dan konsumen, petani
menjual nanas ke pedagang pengecer dengan harga rata-rata sebesar Rp.
1.900/buah. Lalu pedagang pengecer menjual kepada konsumen akhir dengan
harga rata-rata Rp. 3.750/buah. Pedagang pengecer mengeluarkan biaya sebesar
Rp. 381,25/buah. Keuntungan yang diperoleh pada saluran 2 yaitu sebesar Rp.
1.468,75/buah, dengan marjin pemasaran sebesar Rp.1850/buah.

Pada saluran 3 yang terdiri dari petani, pedagang besar, pengecer, dan
konsumen. Pedagang besar membeli nanas dari petani sebesar Rp.
1.935,71/buah, lalu pedagang besar menjual kepada pengecer dengan harga Rp.
3.250/buah, lalu ppedagang pengecer akan menjual kepada konsumen akhir
dengan harga Rp. 5.500/buah. Marjin pemasaran terkecil pada saluran ini yaitu
pada tingkat pedagang besar sebesar Rp. 1.314,29/buah, sedangkan marjin
terbesar pada tingkat pengecer yaitu sebesar Rp. 2.250/buah. Dengan total marji
pada saluran 3 yaitu sebesar Rp. 3.564,29/buah.

Pada saluran 4 yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pengecer, dan
konsumen. Pedagang pengumpul membeli nanas dari petani dengan harga rata-
rata sebesar Rp. 1.810/an harga buah, lalu pedagang pengumpul akan menjual
kepada pengecer dengan harga Rp. 3250/buah. Pada saluran ini pengecer tidak
mengeluarkan biaya pengangkutan karena pedagang pengumpul desa yang
mengantarkan nanas hingga pasar. Pada saluran ini marjin terendah pada tingkat
pedagang pengumpul sebesar Rp. 1440/buah, dan marjin terbesar pada tingkat
pedagang pengecer sebesar Rp. 2.250/buah. Dengan total marjin pada saluran 4
yaitu sebesar Rp. 3690/buah.

Pada saluran 5 yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang luar,
dan konsumen. Pedagang pengumpul menjual nanas kepada pedagang luar
dengan harga Rp. 3750/buah dengan biaya pemasaran sebesar Rp.126,19/buah.
Pada saluran ini marjin terbesar berada pada tingkat pedagang luar yaitu sebesar
Rp. 3750/buah dengan total marjin sebesar Rp. 5.690/buah.

Pada saluran 6 yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar,
pengecer, dan konsumen. Pedagang pengumpul menjual nanas kepada pedagang
besar dengan harga rata-rata sebesar Rp. 2.750/buah, lalu pedagang besar akan
menjual kepada pengecer dengan harga Rp. 3.750/buah, yang selanjutnya
pengecer akan menjual kepada konsumen akhir dengan harga rata-rata yaitu Rp.
5.500/buah. Pada saluran ini marjin terendah berada pada tingkat pedagang
pengumpul sebesar Rp. 940/buah, sedangkan marjin terbesar berada pada tingkat
pengecer sebesar Rp. 1750/buah. Dengan total marjin pemasaran pada saluran 6
sebesar Rp. 3690/buah.

3.4.2 Analisis Farmer’s Share

Farmer’s Share merupakan perbandingan tingkat harga yang diterima oleh


petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Farmer’s share juga
merupakan indicator dalam menentukan efisiensi operasional pemasaran suatu
komoditas. Dari hasil analisis farmer’s share didapatkan bahwa bagian terbesar
yang akan diterima petani yaitu berada pada saluran 1 yaitu sebesar 100%,
sedangkan bagian terendah yang akan diterima petani yaitu berada pada saluran 5
yaitu sebesar 24,13%. Petani dapat meningkatkan keuntungan apabila
menggunakan alternative penjualan yang tidak hanya bergantung pada pedagang
pengumpul untuk menjual nanas sehingga harga jual petani meningkat. Hasil
analisis farmer’s share tersebut dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Harga Ditingkat Petani, Harga Ditingkat Konsumen,
Farmer’s Share, dan Marjin Pemasaran di Desa Tangkit
Baru Kecamatan Sungai Gelam

Harga di Tingkat Harga di Tingkat Farmer’s


Saluran Marjin

Petani Konsumen Share


Pemasaran Pemasaran
(Rp/Buah) (Rp/Buah) (%)

1 5 500.00 5 500.00 100.00 0

2 1 900.00 3 750.00 50.67 1 850.00

3 1 935.71 5 500.00 35.19 3 564.29

4 1 810.00 5 500.00 32.91 3 690.00

5 1 810.00 7 500.00 24.13 5 690.00

6 1 810.00 5 500.00 32.91 3 690.00

Sumber : Data Primer Diolah (2016)

3.4.3 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Efisiensi pemasaran dapat diukur salah satunya dengan melihat besarnya rasio
keuntungan dan biaya yang terbentuk pada setiap saluran pemasaran. Rasio
keuntungan dan biaya pemasaran tersebut akan menunjukkan nilai dari
keuntungan yang diterima dibandingkan dengan biaya pemasaran yang
dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Berdasarkan tabel 6, rasio keuntungan dan
biaya pada saluran 1 sebesar 20,32 yang berarti setiap satu rupiah biaya
pemasaran yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan sebesar 20,32 rupiah.
Pada saluran 2 rasio keuntungan dan biayanya sebesar 2,36 yang berarti setiap
satu rupiah biaya pemasaran yang akan dikeluarkan maka akan memberikan
keuntungan sebesar 2,36 rupiah. Pada saluran 3 rassio keuntungan dan biayanya
sebesar 2,81 yang berarti setiap satu rupiah biaya pemasaran yang akan
dikeluarkan maka akan memberikan keuntungan sebesar 2,81 rupiah. Pada
saluran 4 rasio keuntungan dan biayanya sebesar 3,78 yang artinya setiap satu
rupiah biaya pemasaran yang akan dikeluarkan maka akan mendapatkan
keuntungan sebesar 3,78 rupiah. Pada saluran 5 rasio keuntungan dan biayanya
sebesar 1,74 yang berarti setiap satu rupiah biaya pemasaran yang akan
dikeluarkan maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,74 rupiah. Pada
saluran 6 rasio keuntungan dan biayanya sebesar 2,67 yang berarti setiap satu
rupiah biaya pemasaran yang akan dikeluarkan maka akan mendapatkan
keuntungan sebesar 2,67 rupiah.

Tabel 6. Rasio Keuntungan dan Biaya Pada Lembaga Pemasaran


di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam

Keuntungan Biaya Rasio

Saluran Pemasaran Pemasaran Pemasaran Keuntungan

(Rp/Buah) (Rp/Buah) dan Biaya

1 5 242.05 257.95 20.32

2 1 468.75 622.90 2.36

3 2 818.75 1003.59 2.81

4 3 134.54 829.98 3.78

5 3 789.30 2175.22 1.74

6 2 884.31 1080.21 2.67

Sumber : Data Primer Diolah (2016)


Berdasarkan hasil rekapitulasi marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio
keuntungan dan biaya saluran yang paling efisien berada pada saluran 1 karena
tidak memiliki marjin pemasaran, farmer’s sharenya sebesar 100%, serta rasio
keuntungan dan biaya sebesar 20,32. Sedangkan saluran yang memiliki efisiensi
terendah yaitu saluran 5 karena memiliki marjin yang besar yaitu Rp. 5.690,
farmer’s share terendah sebesar 24,13%, serta rasio keuntungan dan biaya
terendah yaitu sebesar 1,74.

Tabel 7. Rekapitulasi Marjin Pemasaran, Farmer’s Share, dan Rasio


Keuntungan dan Biaya Setiap Saluran

Rasio
Saluran

Marjin Pemasaran Farmer’s Share (%) Keuntungan


Pemasaran
dan Biaya

1 0 100.00 20.32

2 1 850.00 50.67 2.36

3 3 564.29 35.19 2.81

4 3 690.00 32.91 3.78

5 5 690.00 24.13 1.74

6 3 690.00 32.91 2.67

Sumber : Data Primer Diolah (2016)


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dalam pemasaran nanas di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam


memiliki 6 saluran pemasaran. Dari hasil analisis didapatkan bahwa saluran
terpendek berada pada saluran 1 sedangkan yang terpanjang pada saluran 6.
Panjang pendeknya saluran pemasaran ini akan mempengaruhi besar kecilnya
marjin pada setiap saluran akibat fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan
lembaga pemasaran yang terlibat. Dari 6 saluran yang ada, saluran yang paling
efisien adalah saluran 1 karena memiliki nilai marjin pemasaran terendah,
farmer’s share terbesar serta rasio keuntungan dan biaya terbesar. Saluran yang
memiliki efisien terendah berada pada saluran 5 karena memilki nilai marjin
pemasaran terbesar, farmer’s share terendah serta rasio keuntungan dan biaya
terendah.

4.2 Saran

Diharapkan petani dapat memilih saluran yang paling efisien yaitu pada
saluran 1, namun karena kurangnya modal diharapkan pula peran pemerintah
untuk membantu permodalan pemasaran petani supaya pendapatan petani
meningkat. Salah satu upaya untuk meningkatkan farmer’s share dan mengurangi
nilai marjin adalah dengan menambah nilai tambah terhadap nanas sehingga
diperlukan pengembangan produk olahan nanas.
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, Mario Zulhadi, Ratnawati Siata dan Edison. 2017. Peranan Penyuluh
Pertanian Dalam Penerapan Budaya Nenas Di Desa Tangkit Baru
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Universitas
Jambi.

Asmaida dan Zarkasih. 2018. Pendapatan Usahatani Nanas (Ananas Comosus L.) Di
Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
Jurnal Media Agribisnis Vol.3 No.1 Hal 39-47.

Hakim, Ibrahim Noor. 2017. Analisis Efisiensi Pemasaran Komoditas Nanas Di Desa
Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. [Skripsi], Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.

Kemala, Nida dan Wulandari, Siti Abir. 2015. Dampak Kemasan Terhadap Kuantitas
Penjualan Produk Usaha Agroindustri CV. Tuli Mario Di Tangkit Baru Kota
Jambi. Jurnal Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.1.

Tamba, Lamhot Rejeki, Jamaluddin, dan Aulia Farida. 2017. Hubungan Karakteristik
Petani Dengan Penerapan Teknik Usahatani Nanas Di Desa Tangkit Baru
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro jambi. Jurnal Universitas
Jambi.

Anda mungkin juga menyukai