SITI FATIMAH
D1B017038
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Kabupaten Muaro Jambi memiliki lahan gambut yang sangat potensial untuk
budidaya nanas, terutama di Kecamatan Sungai Gelam tepanya di Desa Tangkit
Baru. Dengan pemanfaatan lahan gambut melalui budidaya nanas ini menjadi
salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen dan tingkat produktivitas nanas yang
tertinggi berada di Kabupaten Muaro Jambi. Perbedaan luas panen, produksi, dan
produktivitas di Kabupaten Muaro Jambi sangat berbeda jauh dengan
Kabupaten/Kota lainnya yang ada di Provinsi Jambi. Pada tahun 2016 Kabupaten
Muaro Jambi mencapai produktivitas sebesar 1616,42 ton/ha dengan luas panen
sebesar 570,26 ha dimana Kecamatan Sungai Gelam memiliki persentasi luas
panen terbesar yaitu 99,95% dari total luas panen di Kabupaten Muaro Jambi.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Nanas di Provinsi Jambi
Tahun 2016
Dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Sungai Gelam, desa Tangkit Baru
merupakan sentra produksi buah nanas di Provinsi Jambi. Dari data yang didapat
menunjukkan terjadi peningkatan produktivitas dari tahun 2013 sampai 2017. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Nanas di Desa Tangkit
Baru Tahun 2018
Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ha) (Ton/Ha)
2013 820 30.784 37,54
2014 830 67.170 80,9
2015 845 144.487 170,992
2016 850 156.088 183,63
2017 850 218.593 254,16
Sumber : BPP Kecamatan Sungai Gelam, 2018
Produksi nanas terbesar dihasilkan oleh para petani di Desa Tangkit Baru
Kecamatan Sungai Gelam dapat terus ditingkatkan dengan berbagai factor.
Adanya perbedaan marjin ditingkat petani dan pedagang merupakan salah satu
factor penyebab belum optimalnya pengembangan sumberdaya ekonomi local.
Adanya perbedaan ter sebut membuat petani berada di posisi lemah dibandingkan
lembaga pemasaran yang ada di Desa tangkit Baru. Oleh karena itu, kajian ini
membahas mengenai efisiensi pemasaran nanas di Desa Tangkit Baru Kecamatan
Sungai Gelam.
Jenis data yang diperoleh dalam kajian ini merupakan data sekunder, yang
diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku bacaan yang relevan dengan topic
kajian. Data sekunder juga diperoleh dari studi literatur-literatur, berupa hasil
penelitian terdahulu baik berupa jurnal ataupun skripsi, artikel yang berasal dari
internet. Data sekunder lainnya juga diperoleh dari BPS dan BPP Kecamatan Sungai
Gelam.
a. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga di tingkat petani (Pf) dengan harga
pedagang pengecer (Pr). Marjin pemasaran yang efisien dilihat dari besar atau
kecilnya nilai marjin tersebut. Saluran pemasaran dikatakan efisien apabila marjin
pemasaran nilainya semakin kecil, begitu juga sebaliknya saluran pemasaran tidak
efisien apabila nilai marjin pemasaran semakin besar.
b. Farmer’s Share
PETANI
(2)
(5)
(6)
(1)
PEDAGANG LUAR
PEDAGANG BESAR
(4)
PENGECER
KONSUMEN
Lembaga Saluran
Pemasaran 1 2 3 4 5 6
Petani
Pedagang
Pengumpul
Marjin
pemasaran 1 440.00 1 940.00 940.00
Rasio
keuntungan dan 4.23 14.39 2.41
Biaya
Pedagang Besar
Marjin
pemasaran 1 314.29 1 000.00
Rasio
keuntungan dan 2.54 3.12
Biaya
Pedagang Luar
Keuntungan 1 975.49
Marjin
pemasaran 3 750.00
Rasio
keuntungan dan
biaya 1.11
Pedagang
Pengecer
Rasio
Keuntungan dan
Biaya 3.85 5 7.02 5.07
Value
Marketing 6 593 10 332
Margin 0 2 960 000 936.5 000 7 254 750 17 343 000
Total Biaya
(Rp/Buah) 257.95 622.9 1003.59 829.97 2175.22 1080.21
Total
Keuntungan
(Rp/Buah) 5242.05 1 468.75 2 818.75 3 134.54 3789.3 2 884.31
Total Marjin
Pemasaran
(Rp/Buah) 0 1 850.00 3 564.29 3 690.00 5 690.00 3 690.00
Pada saluran 2 yang terdiri dari petani, pedagang, dan konsumen, petani
menjual nanas ke pedagang pengecer dengan harga rata-rata sebesar Rp.
1.900/buah. Lalu pedagang pengecer menjual kepada konsumen akhir dengan
harga rata-rata Rp. 3.750/buah. Pedagang pengecer mengeluarkan biaya sebesar
Rp. 381,25/buah. Keuntungan yang diperoleh pada saluran 2 yaitu sebesar Rp.
1.468,75/buah, dengan marjin pemasaran sebesar Rp.1850/buah.
Pada saluran 3 yang terdiri dari petani, pedagang besar, pengecer, dan
konsumen. Pedagang besar membeli nanas dari petani sebesar Rp.
1.935,71/buah, lalu pedagang besar menjual kepada pengecer dengan harga Rp.
3.250/buah, lalu ppedagang pengecer akan menjual kepada konsumen akhir
dengan harga Rp. 5.500/buah. Marjin pemasaran terkecil pada saluran ini yaitu
pada tingkat pedagang besar sebesar Rp. 1.314,29/buah, sedangkan marjin
terbesar pada tingkat pengecer yaitu sebesar Rp. 2.250/buah. Dengan total marji
pada saluran 3 yaitu sebesar Rp. 3.564,29/buah.
Pada saluran 4 yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pengecer, dan
konsumen. Pedagang pengumpul membeli nanas dari petani dengan harga rata-
rata sebesar Rp. 1.810/an harga buah, lalu pedagang pengumpul akan menjual
kepada pengecer dengan harga Rp. 3250/buah. Pada saluran ini pengecer tidak
mengeluarkan biaya pengangkutan karena pedagang pengumpul desa yang
mengantarkan nanas hingga pasar. Pada saluran ini marjin terendah pada tingkat
pedagang pengumpul sebesar Rp. 1440/buah, dan marjin terbesar pada tingkat
pedagang pengecer sebesar Rp. 2.250/buah. Dengan total marjin pada saluran 4
yaitu sebesar Rp. 3690/buah.
Pada saluran 5 yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang luar,
dan konsumen. Pedagang pengumpul menjual nanas kepada pedagang luar
dengan harga Rp. 3750/buah dengan biaya pemasaran sebesar Rp.126,19/buah.
Pada saluran ini marjin terbesar berada pada tingkat pedagang luar yaitu sebesar
Rp. 3750/buah dengan total marjin sebesar Rp. 5.690/buah.
Pada saluran 6 yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, pedagang besar,
pengecer, dan konsumen. Pedagang pengumpul menjual nanas kepada pedagang
besar dengan harga rata-rata sebesar Rp. 2.750/buah, lalu pedagang besar akan
menjual kepada pengecer dengan harga Rp. 3.750/buah, yang selanjutnya
pengecer akan menjual kepada konsumen akhir dengan harga rata-rata yaitu Rp.
5.500/buah. Pada saluran ini marjin terendah berada pada tingkat pedagang
pengumpul sebesar Rp. 940/buah, sedangkan marjin terbesar berada pada tingkat
pengecer sebesar Rp. 1750/buah. Dengan total marjin pemasaran pada saluran 6
sebesar Rp. 3690/buah.
Efisiensi pemasaran dapat diukur salah satunya dengan melihat besarnya rasio
keuntungan dan biaya yang terbentuk pada setiap saluran pemasaran. Rasio
keuntungan dan biaya pemasaran tersebut akan menunjukkan nilai dari
keuntungan yang diterima dibandingkan dengan biaya pemasaran yang
dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Berdasarkan tabel 6, rasio keuntungan dan
biaya pada saluran 1 sebesar 20,32 yang berarti setiap satu rupiah biaya
pemasaran yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan sebesar 20,32 rupiah.
Pada saluran 2 rasio keuntungan dan biayanya sebesar 2,36 yang berarti setiap
satu rupiah biaya pemasaran yang akan dikeluarkan maka akan memberikan
keuntungan sebesar 2,36 rupiah. Pada saluran 3 rassio keuntungan dan biayanya
sebesar 2,81 yang berarti setiap satu rupiah biaya pemasaran yang akan
dikeluarkan maka akan memberikan keuntungan sebesar 2,81 rupiah. Pada
saluran 4 rasio keuntungan dan biayanya sebesar 3,78 yang artinya setiap satu
rupiah biaya pemasaran yang akan dikeluarkan maka akan mendapatkan
keuntungan sebesar 3,78 rupiah. Pada saluran 5 rasio keuntungan dan biayanya
sebesar 1,74 yang berarti setiap satu rupiah biaya pemasaran yang akan
dikeluarkan maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,74 rupiah. Pada
saluran 6 rasio keuntungan dan biayanya sebesar 2,67 yang berarti setiap satu
rupiah biaya pemasaran yang akan dikeluarkan maka akan mendapatkan
keuntungan sebesar 2,67 rupiah.
Rasio
Saluran
1 0 100.00 20.32
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Diharapkan petani dapat memilih saluran yang paling efisien yaitu pada
saluran 1, namun karena kurangnya modal diharapkan pula peran pemerintah
untuk membantu permodalan pemasaran petani supaya pendapatan petani
meningkat. Salah satu upaya untuk meningkatkan farmer’s share dan mengurangi
nilai marjin adalah dengan menambah nilai tambah terhadap nanas sehingga
diperlukan pengembangan produk olahan nanas.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Mario Zulhadi, Ratnawati Siata dan Edison. 2017. Peranan Penyuluh
Pertanian Dalam Penerapan Budaya Nenas Di Desa Tangkit Baru
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Universitas
Jambi.
Asmaida dan Zarkasih. 2018. Pendapatan Usahatani Nanas (Ananas Comosus L.) Di
Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
Jurnal Media Agribisnis Vol.3 No.1 Hal 39-47.
Hakim, Ibrahim Noor. 2017. Analisis Efisiensi Pemasaran Komoditas Nanas Di Desa
Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. [Skripsi], Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Kemala, Nida dan Wulandari, Siti Abir. 2015. Dampak Kemasan Terhadap Kuantitas
Penjualan Produk Usaha Agroindustri CV. Tuli Mario Di Tangkit Baru Kota
Jambi. Jurnal Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.1.
Tamba, Lamhot Rejeki, Jamaluddin, dan Aulia Farida. 2017. Hubungan Karakteristik
Petani Dengan Penerapan Teknik Usahatani Nanas Di Desa Tangkit Baru
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro jambi. Jurnal Universitas
Jambi.