Anda di halaman 1dari 24

Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan

“Peran Pancasila dalam Membentuk Karakter Bangsa”

Oleh:
KELOMPOK 5

Putu Sri Apridayanti (paper terlampir) 1606511015


I Kadek Gandhi 1606511020
Dewa Ayu Mas Febila 1606511029
Anak Agung Istri Mas Surya Laksmi 1606511046
Komang Agus Putra Saraswati 1606511056

Program Studi Agribisnis


Fakultas Pertanian
Universitas Udayana
Jimbaran
2016

1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang atas
rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Peran Pancasila dalam Membangun Karakter Bangsa”.

Makalah ini ditulis berdasarkan buku panduan yang berkaitan dengan


Pancasila, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Pancasila.

Disadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, untuk itu diharapkan
berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. Semoga
makalah ini bermanfaat.

Om Santih Santih Santih Om

Jimbaran, September 2016

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................2
Daftar Isi.......................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan........................................................................................................4
Latar Belakang.....................................................................................................4
Rumusan Masalah................................................................................................4
Tujuan..................................................................................................................5
Bab II Pembahasan.......................................................................................................6
Pengertian Pancasila............................................................................................9
Makna dan Nilai – Nilai yang Terkandung dalam Pancasila.............................13
Pengertian Pendidikan Karakter........................................................................16
Hubungan Nilai – Nilai Panasila dengan Pendidikan Karakter.........................19
Implementasi Nilai – Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter....................15
Bab III Penutup...........................................................................................................23
Kesimpulan........................................................................................................23
Daftar Pustaka.............................................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang setiap warganya harus
hafal dan mematuhi segala isi dalam pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga
negara Indonesia hanya menganggap pancasila sebagai dasar negara/ideologi semata
tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan. Tanpa manusia sadari
nilai-nilai makna yang terkandung dalam pancasila sangat berguna dan bermanfaat.

Kadang kala nilai-nilai luhur yang ada dalam pancasila yang merupakan
penjelmaan dari seluruh bangsa Indonesia tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, tetapi diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nilai luhur tersebut dengan
sendirinya akan hilang. Menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai pancasila itu
perlu diusahakan secara nyata dan terus-menerus pengahayatan dan pengamalan nila-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya, oleh sebab itu setiap warga Negara
Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama mengamalkan nilai-
nilai pancasila demi kelestarianya.

Oleh karena itu sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur
pancasila, perlu ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus
bangsa, salah satunya lewat pendidikan pancasila sejak dini. Atas dasar realita inilah
kami merasa tertarik untuk membahasnya dalam bentuk makalah dengan judul
“PERAN PANCASILA DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA”.

1.2. Rumusan Masalah


1.      Apa pengertian Pancasila?
2.      Apa makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila?
3.      Apa itu pendidikan karakter?
4.      Bagaimana hubungan antara nilai-nilai Pancasila dengan pendidikan karakter?
5.      Bagaimana implementasi nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter saat
ini?

4
1.3. Tujuan
Adapun yang tujuan yang akan di dapat dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.     Memahami Nilai – Nilai yang Terkandung dalam Pancasila
2.     Memahami Pendidikan Karakter.
3.      Memahami Hubungan antara Nilai – Nilai Pancasila dengan Pendidikan
Karakter.
4.     Mengetahui Implementasi Nilai – Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pancasila

Pancasila mengandung arti, panca yang berarti lima “lima” dan sila yang
berarti “dasar”. Dengan demikian pancasila artinya lima dasar.

Apabila kita ingin benar-benar melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945


secara murni dan konsekuan, maka kita tidak saja harus melaksanakan ketentuan-
ketentuan dalam pasal-pasal dari UUD 1945 itu, tetapi juga ketentuan-ketentuan
pokok yang termasuk dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena pembukaan UUD
1945 (walaupun tidak tercantum dalam satu dokumen dengan Batang Tubuh UUD
1945, seperti konstitusi (RIS) atau UUDS 1950 misalnya), adalah bagian mutlak yang
tidak dipisahkan dari Konstitusi Republuk Indonesia Tahun 1945; pembukaan dan
Batang Tubuh kedua-duanya telah ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 18 Agustua 1945.

Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memliki


pengertian pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara,
sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan Negara, sabagai
kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat berbagai macam
terminologi yang harus didesktipsikan secara objektif. Selain itu, pancasila secara
kedudukan dan fungsinya juga harus dipahami secara kronologis.

Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara kronologis baik


menyangkut rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut
meliputi lingkup pengertian sebagai berikut :

Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua
macam arti secara leksikal yaitu : “panca” artinya “lima” “syila” artinya “batu sendi”,
“alas”, atau “dasar” Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama
bahasa Jawa diartikan “susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh

6
karena itu secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah istilah “Panca
Syilla” yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar
yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari I
bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.

Pengertian Pancasila secara Historis, Proses perumusan Pancasila diawali


ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan
suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah
tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian
tampillah pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin,
Soepomo dan Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir.
Soekarno berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara
Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar,
hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli
bahasa yang tidak disebutkan namanya. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus
1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945
dimana di dalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai satu dasar negara yang
diberi nama Pancasila.

Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan


merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak
termuat istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik
Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas
interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara,
yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

Pengertian Pancasila secara Terminologis. Proklamasi kemerdekaan tanggal


17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi
alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-negara yang merdeka,
maka panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera mengadakan
sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD
negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945
terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang
berisi 37 pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan
7
Tambahan terdiri atas 2 ayat. Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas
empat alinea tersebut tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945


inilah yang secara konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik
Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia. Kata
“sila” juga hidup dalam kata kesusilaan dan kadang-kadang juga berarti etika. Dalam
bahasa Indonesia kedua pengertian  di atas dirasakan sudah menjadi satu paduan
antara sendi yang lima dengan lima tingkah laku yang senonoh. Dari uraian di atas
dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan bahwa pancasila sebagai istilah perkataan
Sanskerta yang sudah dikenal di tanah air kita sejak abad XIV. Sedangkan pancasila
dalam bentuk formalnya sebagai dasar falsafah Negara Republik Indonesia baru
diusulkan pada tanggal 1 Juni 1945.

8
2.2. Makna dan Nilai – Nilai yang Terkandung dalam Pancasila

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara mengandung


nilai-nilai yang dijadikan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai tersebut terdapat dalam sila-sila
yang ada dalam Pancasila.

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama, yakni “Ketuhanan yang Maha Esa” mengandung pengertian


bahwa bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk meng anut agama dan
menjalankan ibadah yang sesuai dengan ajaran agamanya. Sila pertama ini juga
mengajak manusia Indonesia untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan
seimbang antarsesama manusia Indonesia, antarbangsa, maupun dengan makhluk
ciptaan Tuhan yang lainnya. Dengan demikian, di dalam jiwa bangsa Indonesia akan
timbul rasa saling menyayangi, saling menghargai, dan saling mengayomi.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama antara lain sebagai berikut.
1. Keyakinan terhadap adanya Tuhan yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya yang
Mahasempurna.
2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara menjalankan semua
perintah-Nya, dan sekaligus menjauhi segala larangan-Nya.
3. Saling menghormati dan toleransi antara pemeluk agama yang berbeda-beda.
4. Kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” mengandung
pengertian bahwa bangsa Indonesia diakui dan diper-lakukan sesuai dengan harkat
dan martabatnya selaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang sama
derajatnya, sama hak dan kewajibannya, tanpa membeda-bedakan agama, suku ras,
dan keturunan.

9
Dengan demikian, pada sila “Kemanusiaan yang adil dan beradab” terkandung
nilai-nilai sebagai berikut.
1. Pengakuan terhadap adanya harkat dan martabat manusia.
2. Pengakuan terhadap keberadaan manusia sebagai makhluk yang paling mulia
diciptakan Tuhan.
3. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan harus mendapat perlakuan yang adil
terhadap sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa agar tidak berbuat semena-mena
terhadap orang lain.

Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Makna “Persatuan Indonesia” dalam sila ketiga Pancasila adalah suatu wujud
kebulatan yang utuh dari berbagai aspek kehidupan, yang meliputi ideologi, politik,
sosial, budaya, dan pertahanan keamanan yang semuanya terwujud dalam suatu
wadah, yaitu Indonesia.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga, antara lain sebagai berikut.
1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Memiliki rasa cinta tanah air dan bangsa serta rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara.
3. Pengakuan terhadap keragaman suku bangsa dan budaya bangsa dan sekaligus
mendorong ke arah pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Sila Keempat: kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.

Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.

Setiap orang Indonesia sebagai warga masyarakat, bangsa, dan negara


Indonesia mempunyai hak, kewajiban, dan kedudukan yang sama dalam
pemerintahan. Oleh karena itu, setiap kegiatan peng ambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu selalu mengadakan musyawarah

10
untuk mencapai mufakat. Musyawarah untuk mencapai mufakat tersebut dilakukan
dengan semangat kekeluargaansebagai ciri khas kepribadian bangsa Indonesia.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat, antara lain sebagai
berikut.
1. Kedaulatan negara ada di tangan rakyat.
2. Manusia Indonesia sebagai warga masyarakat dan warga negara mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
3. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
4. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat daripada kepentingan
pribadi atau golongan.
5. Mengutamakan musyawarah dalam setiap pengambil keputusan.

Sila kelima: keadilan Sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Keadilan merupakan salah satu tujuan negara republik Indonesia selaku negara
hukum. Penegakan keadilan akan membuat kehidupan manusia Indonesia, baik selaku
pribadi, selaku anggota masyarakat, maupun selaku warga negara menjadi aman,
tenteram, dan sejahtera.
Upaya untuk mencapai ke arah itu memerlukan nilai keselarasan, keserasian,
dan keseimbangan, yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seluruh
warga negara Indonesia tanpa membedakan agama, suku, bahasa, dan status sosial
ekonominya. Setiap warga negara Indonesia harus diperlakukan adil sesuai dengan
hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Adapun nilai-nilai yang tercermin dalam sila kelima, antara lain sebagai
berikut.
1. Mewujudkan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
terutama meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan
pertahanan keamanan nasional.
2. Keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang
lain.
3. Bersikap adil dan suka memberi pertolongan kepada orang lain.
4. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang terpuji yang senantiasa
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.

11
5. Cinta akan kemajuan dan pembangunan bangsa, baik material maupun
spiritual.  

Pancasila merupakan sumber nilai dalam kehidupan bermasyar-akat,


berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai apa sajakah yang terkandung dalam Pancasila
sehingga Pancasila merupakan sumber nilai? Dalam kaitan ini, Dardji Darmodihardjo
mengatakan bahwa Pancasila tergolong nilai kerohanian, tetapi nilai kerohanian yang
mengakui nilai material dan nilai vital. Nilai material adalah segala sesuatu yang
berguna bagi unsur jasmani manusia. Adapun nilai vital adalah segala sesuatu yang
berguna untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. 

Dalam Pancasila, terkandung nilai-nilai yang lengkap dan harmonis, baik nilai
material, nilai vital, nilai kebenaran/kenyataan, nilai estetis, nilai etis atau moral
maupun nilai religius, yang ter cermin dalam sila-sila Pancasila yang bersifat
sistematis-hierarkis. Nilai-nilai Pancasila mempunyai sifat objektif, subjektif, dan
kedua-duanya. Sifat objektif karena sesuai dengan objeknya/kenyataannya dan
bersifat umum/universal. Adapun sifat subjektif karena sebagai hasil pemikiran
seluruh bangsa Indonesia.    

Melihat fungsi dasar Pancasila sebagai dasar negara, segala tindak tanduk atau
perbuatan semua warga negara harus mencer  minkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Pancasila merupakan sumber nilai yang menuntun sikap, perilaku
atau perbuatan manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

2.3. Pengertian Pendidikan Karakter

12
Pengertian pendidikan karakter tingkat dasar haruslah menitikberatkan kepada
sikap maupun keterampilan dibandingkan pada ilmu pengetahuan lainnya. Dengan
pendidikan dasar inilah seseorang diharapkan akan menjadi pribadi yang lebih baik
dalam menjalankan hidup hingga ke tahapan pendidikan selanjutnya. Pendidikan
karakter tingkat dasar haruslah membentuk suatu fondasi yang kuat demi keutuhan
rangkaian pendidikan tersebut. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin luas pula ragam ilmu yang didapat dari seseorang dan akibat yang akan
didapatkannyapun semakin besar jika tanpa ada landasan pengertian pendidikan
karakter yang diterapkan sejak usia dini. Sebagai contoh perbuatan yang merusak
moral dan karakter adalah tawuran antar penduduk desa, dahulu saya kira tidaklah
pernah kita mendengar yang namanya tawuran, akan tetapi sekarang sudah lazim
tergiang di gendang telinga kita, bukan anak sma, bukan anak smp tetapi penduduk
desa, antar warga kampung... sungguh memprihatinkan.

Pengertian ilmu pendidikan karakter ini merupakan salah satu alat yang paling
penting dan harus dimiliki oleh setiap orang. Sehingga tingkat pengertian pendidikan
karakter seseorang juga merupakan salah satu alat terbesar yang akan menjamin
kualitas hidup seseorang dan keberhasilan pergaulan di dalam masyarakat. Disamping
pendidikan formal yang kita dapatkan, kemampuan memperbaiki diri dan pengalaman
juga merupakan hal yang mendukung upaya pendidikan seseorang di dalam
bermasyarakat. Tanpa itu pengembangan inividu cenderung tidak akan menjadi lebih
baik. Pendidikan karakter diharapkan tidak membentuk siswa yang suka tawuran,
nyontek, malas, pornografi, penyalahgunaan obat-obatan dan lain-lain.

Pada kenyataannya moral adalah faktor utama yang mendukung pendidikan


karakter seseorang tetapi masih ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa tidak
dapat menyerap pendidikan karakter yang diberikan. Sebagian besar dikarenakan
terbentur dari sisi latar belakang ekonomi dan sosial, kemampuan seorang siswa
sebenarnya ada akan tetapi karena terbentur oleh faktor di atas maka terbentur pula
kemampuan seorang siswa untuk dapat menyerap apa yang telah diberikan
kepadanya. Umumnya siswa dari keluarga yang memiliki tingkat ekonomi lebih baik
akan lebih mudah untuk memilih jenis pendidikan yang diingikannya walaupun
kemampuan seseorang berbeda-beda. Tingkat ekonmi juga menyumbang banyak
pengaruh kepada tingkat penyerapan seorang siswa, siswa dengan tingkat ekonomi

13
tinggi memiliki kesempatan berpendidikan dan berkarakter lebih baik dibanding
dengan siswa yang kurang mampu walaupun hal ini tidak menjadi sebuah patokan.
Hal ini pula yang meyakinkan kepada program pemerintah bahwa setiap tingkatan
ekonomi masyarakat haruslah dapat memperoleh pendidikan semaksimal mungkin,
termasuk pendidikan karakter.

Demikian juga dengan faktor dari dalam, yaitu faktor orang tua. Kenapa saya
sebut faktor dari orang tua ? Sebagai orang tua haruslah menaruh kepedulian yang
sangat tinggi terhadap pendidikan karakter anak-anaknya karena faktor orang tua juga
merupakan salah satu kunci sukses dalam dunia pendidikan. Orang tua yang memiliki
tingkat ekonomi tinggi haruslah memfokuskan pendidikan untuk anaknya, jangan
memfokuskan untuk mencari harta kekayaan yang beralasan demi masa depan
anaknya diukur dengan uang. Orang tua yang memiliki tingkat ekonomi rendah,
janganlah menjadikan kambing hitam ekonomi untuk membentengi kemampuan si
anak.  Orang tua tetaplah harus terlibat dalam dunia pendidikan si anak demi
mencapai kesempurnaan pendidikan. Jangan sampai orang tua justru menjadi
penghambat upaya-upaya yang dilakukan negara maupun guru.

Faktor lain yang mendukung pendidikan karakter anak adalah guru, guru
tentunya harus tahu tujuannya sebagai guru, bukan alasan utama untuk menjadi
profesi guru untuk mencari nafkah demi keluarganya saja, tetaplah berpedoman
bahwa seorang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, bukan pahlawan dengan
banyak tanda jasa. Guru memiliki tanggung jawab untuk membentuk hubungan yang
baik dengan para siswa dan orang tua. Guru juga harus mampu berkomunikasi secara
efektif dengan kedua orang tua dan siswa dalam rangka untuk memastikan bahwa
tidak ada kesalahpahaman atau katidaktahuan tentang pendidikan anak-anak. Seorang
guru yang baik menyadari setiap kebutuhan khusus untuk  membantu siswa
menyesuaikan diri dengan kurikulum yang sesuai. Dan sudah pasti, diperlukan
kesabaran ekstra bagi seorang guru dalam berhadapan dengan para siswa. Jadi
haruslah ada keterkaitan faktor-faktor tersebut agar terjalin kesinambungan
pendidikan yang baik bahkan mencapai ke tingkat kesempurnaan.

Tentunya suatu pendidikan yang ideal tidak dapat dicapai dengan hanya
belajar di sekolah, walaupun kurikulum selalu disesuaikan dengan peradaban saat ini.
Saya sendiri sebenarnya kurang setuju jika kurikulum selalu berubah-ubah, karena
14
menurut pemikiran saya bahwa perubahan kurikulum yang terlalu sering akan
menyebabkan penguasaan bidang pendidikan berkurang apalagi kepada pihak guru.
Adalah bijaksana jika suatu kurikulum memperhatikan perkembangan jaman,
kurikulum yang bersifat elastis yang dapat mengikuti alur kehidupan. Apalagi
penerapan kurikulum sudah banyak meninggalkan pendidikan karakter, dahulu kita
pernah mendapatkan yang namanya PMP (Pendidikan Moral Pancasila) tetapi saat
sekarang sudah tidak terdengar lagi bukan ? Apakah kita harus meninggalkan semua
pendidikan etika seperti itu ?

Pendidikan karakter sangatlah menjadi perhatian berbagai negara di dunia ini


untuk membentuk generasi yang berkualitas. Kita harapkan saja bahwa generasi
penerus bangsa ini juga mengedepankan pendidikan karakter sehingga membentuk
generasi yang tidak brutal, tidak berprilaku free seks, tidak berpesta miunuman keras
bahkan tidak berprilaku pornografi. Kita juga mengharapkan dapat berkurangnya
tingkat korupsi bahkan hilang, dengan meningkatkan pendidikan karakter tersebut.

2.4. Hubungan Nilai – Nilai Panasila dengan Pendidikan Karakter

15
Nilai-Nilai Pancasila merupakan Sumber dari Pendidikan Karakter. Nilai-nilai
luhur bangsa Indoesia sudah harusnya tertanam dalam jati diri setiap rakyat bangsa
Indonesia. Namun hal ini jarang terjadi karena banyaknya tantangan bagi generasi
muda yaitu nilai-nilai baru yang menarik seperti instan atau praktis. Namun nilai-nilai
baru itu tidak dapat menjamin kekohan kepribadian seseorang karena hanya bersifat
semu atau sementara, namun memiliki daya tarik yang tinggi.

Pemerintah melalui kementerian pendidikan nasional, sedang mencanangkan


program pendidikan karakter secara besar-besaran. Pendidikan karakter dianggap
sebagai solusi terbaik terhadap berbagai bencana moral yang melilit bangsa ini, yakni
hilangnya nilai-nilai Ketuhanan YME, lemahnya nilai-nilai peri-kemanusiaan yang
adil dan beradab, lunturnya persatuan dan lemahnya prinsip musyawarah untuk
mufakat, serta semakin terpinggirkannya nilai-nilai keadilan. Pembentukan karakter
yang diinginkan dalam proses pendidikan adalah terdiri dari tiga bagian yang saling
terkait, yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan bermoral, dan perilaku bermoral.
Karakter yang baik terdiri dari mengetahui kebaikan, mencintai atau menginginkan
kebaikan dan melakukan kebaikan. Membentuk karakter adalah dengan
menumbuhkan karakter yang merupakan the habits of mind, heart, and action yang
antara ketiganya (pikiran, hati, dan perbuatan) adalah saling terkait. Pendidikan
karakter adalah internalisasi nilai-nilai luhur budaya, agama dan nilai-nilai luhur lain
yang telah dijadikan falsafah hidup suatu bangsa.

Pendidikan secara essensi berbicara tentang moral, moral adalah kebaikan,


sedangkan pedoman moral bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pendidikan
karakter ditujukan untuk membenahi moral masyarakat bangsa yang kian hari kian
mnurun, demoralisasi terjadi dalam semua bidang kehidupan politik, ekonomi, sosial,
budaya sampai pada yang paling essensi yakni keroposnya ideologi dan falsafah
bangsa.

Maka dari itu dalam menghadapi tantangan kedepannya kita harus


melestarikan dan membudayakan nilai-nilai luhur pancasila, dengan cara
mendalaminya, mengkajinya, membicarakannya, serta menerapkan semangat nilai-
nilai luhur pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari.
16
Terdapat 5 nilai-nilai luhur pancasila yaitu :
a.    Nilai ke 1 : Nilai ketuhanan (sila kesatu)
b.    Nilai ke 2 : Nilai kemanusiaan (sila kedua)
c.    Nilai ke 3 : Nilai persatuan (sila ketiga)
d.    Nilai ke 4 : Nilai demokrasi (sila keempat)
e.    Nilai ke 5 : Nilai keadilan (sila kelima)

Kelima inilah nilai-nilai luhur pancasila yang harus kita lestarikan dan kita
kembangkan dalam keseharian kita. Agar tercipta generasi muda yang baik ahlaknya
dan budinya.

Dari paparan diatas, jelaslah bahwa Pancasila adalah wujud karakter bangsa
Indonesia, bangsa yang berketuhanan YME, bangsa yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, bangsa yang mengedepankan persatuan, bangsa yang selalu
mengedepankan musyawarah untuk mufakat, dan bangsa yang menjunjung tinggi
keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Pancasila harus kembali ditanamkan dalam
jiwa-jiwa anak bangsa melalui proses pendidikan di semua lapisan masyarakat.
Pancasila harus dihadirkan kembali dalam setiap nurani anak bangsa dan Pancasila
harus tercermin dalam setiap perilaku anak bangsa. Pancasila adalah Indonesia dan
Indonesia adalah Pancasila.

Generasi muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap
generasi muda bangsa Indonesia adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan
untuk mewujudkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. Para
pendiri bangsa Indonesia telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
Republik ini didirikan dengan maksud untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita
tersebut, bangsa kita telah pula bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan
dalam susunan organisasi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara

17
Hukum yang bersifat demokratis (democratische rechtsstaat) dan sebagai Negara
Demokrasi konstitutional (constitutional democracy) berdasarkan Pancasila.

Kita semua memiliki tanggungjawab moral untuk membangun toleransi,


menegakkan dan memperkokoh empat pilar kenegaraan dalam setiap diri anak
bangsa. Terkait dengan hal ini maka setiap warga negara, penyelenggara negara dan
lembaga kenegaraan serta lembaga kemasyarakatan lainnya sudah saatnya memahami
serta mengimplementasikan empat pilar kenegaraan tersebut dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga Pancasila, Undang-undang dasar
negara republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta
Bhineka Tunggal Ika semakin kokoh dan tidak mudah rapuh oleh berbagai tantangan
dan ancaman yang menghadang bangsa Indonesia saat ini dan di masa yang akan
datang.

2.5. Implementasi Nilai – Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter

18
Saat ini di semua jenjang pendidikan mulai diterapkan pendidikan karakter
yang merupakan satu kesatuan program kurikulum satuan pendidikan sehingga secara
dokumen diintegrasikan ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
mulai dari visi, misi, tujuan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan,
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (Kemdiknas, 2011:9).
Pelaksanaan pendidikan karakter sesuai dengan panduan pelaksanaan dapat
dilakukan melalui tiga jalur yaitu (1) integrasi melalui mata pelajaran, (2) integrasi
melalui muatan lokal dan (3) integrasi melalui pengembangan diri. Pendidikan
karakter yang terintegrasi di dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan
diri adalah pengenalan nilai-nilai yang diperolehnya kesadaran akan pentingnya dan
bagaiman penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-
hari melalui proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas (Kemdiknas,
2011:40).
Saat ini guru dituntut untuk membuat silabus dan rencana persiapan
pembelajaran (RPP) yang berkarakter, artinya, memuat beberapa nilai pendidikan
karakter dalam indikator dan kegiatan pembelajarannya. Hal yang perlu dicermati
adalah bagaimana agar nilai-nilai yang dicantumkan tersebut benar-benar sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Guru selaku eksekutor di
lapangan harus mengetahui karena guru yang membuat sendiri RPP nya sehingga tahu
persis apa yang dibuatnya.
Dalam pendidikan karakter yang penting bukan apa yang ditulis guru dalam
RPP tapi apa yang dilakukan dan dicontohkan guru ke peserta didik. Untuk itu perlu
diketahui bagaimana kita selaku pendidik memberikan pendidikan karakter kepada
peserta didik sehingga fungsi dan tujuan Kaya Karsa dapat tercapai. Gagasan lama
yang sampai saat ini masih relevan atau kembali relevan dengan kondisi saat ini yaitu
gagasan Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa pengajaran (onderwijs) itu
tidak lain dan tidak bukan adalah salah satu bagian dari pendidikan di mana selain
memberikan ilmu atau pengetahuan juga memberi kecakapan (keterampilan) kepada
anak-anak yang keduaduanya dapat berfaedah baik lahir maupun batin
(Dewantara, 1962:67). Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
diri seseorang agar dapat hidup sebagai individu dan masyarakat yang berguna di
masa yang akan datang. Pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya
19
budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran dan tubuh anak yang tidak dapat
dipisah-pisahkan sehingga dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak.

IMPLEMENTASI PADA KEGIATAN KEMAHASISWAAN


Upaya untuk mengimplementasikan pendidikan karakter sebaiknya melalui
pendekatan holistik, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap
aspek kehidupan, termasuk kehidupan di kampus. Menurut Suyatno (2010), mengacu
pada konsep pendekatan holistik serta berbagai upaya yang dilakukan lembaga
pendidikan, perlu diyakini bahwa proses pendidikan karakter harus dilakukan secara
berkelanjutan (continually), sehingga nilai-nilai moral yang telah tertanam dalam
pribadi anak tidak sekadar sampai pada tingkatan pendidikan tertentu atau hanya
muncul di lingkungan keluarga saja. Selain itu, praktik-praktik moral yang
ditunjukannya agar tidak terkesan bersifat formalitas, melainkan memang benar-benar
tertanam dalam jiwanya.
Telah berulang kali disebutkan bahwa pendidikan merupakan tulang punggung
strategi pembentukan karakter bangsa. Salah satu strategi pembangunan karakter pada
mahasiswa, dapat dilakukan melalui kegiatan kemahasiswaan. Dalam kegiatan ko-
kurikuler dan/atau kegiatan ekstra-kurikuler, perlu dikembangkan suatu proses
pembiasaan dan penguatan dalam rangka pengembangan karakter. Kegiatan ekstra-
kurikuler dapat diselenggarakan melalui kegiatan olahraga dan seni dalam bentuk
pembelajaran, pelatihan, dan kompetisi. Berbagai kegiatan olahraga dan seni tersebut
diorientasikan terutama untuk penanaman dan pembentukan sikap, perilaku, dan
kepribadian para pelaku olahraga atau seni agar menjadi manusia Indonesia
berkarakter. Kegiatan ekstra-kurikuler yang diselenggarakan oleh gerakan pramuka,
misalnya, dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin
bangsa yang memiliki watak, kepribadian, dan akhlak mulia serta keterampilan hidup
prima.
Mengacu pada konteks mikro pengembangan karakter (Pemerintah Republik
Indonesia, 2010) dan ilustrasi yang digambarkan oleh Bendesa (2011), pelaksanaan
pendidikan karakter di perguruan tinggi, dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan tri
dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang berkarakter. Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di perguruan
tinggi dapat terintegrasi ke dalam budaya perguruan tinggi (kampus) atau budaya
organisasi. Sementara, implementasi pendidikan karakter bangsa dapat diintegrasikan
20
ke dalam kegiatan kemahasiswaan dalam bentuk aktifitas ko-kurikuler dan/atau
ekstra-kurikuler, seperti: pramuka, olah raga, karya tulis, seni, dll. Selain itu,
penerapan pembiasaan kehidupan keseharian dalam rangka pendidikan karakter
bangsa dapat disisipkan dalam setiap interaksi di lingkungan keluarga, asrama, dan
masyarakat. Perspektif nilai-nilai karakter dalam totalitas budaya akademik pada
gilirannya akan membentuk budaya akademik yang berkualitas.
Program pengembangan mahasiswa pada dasarnya merupakan kegiatan ekstra-
kurikuler sebagai penunjang kurikuler, yang dirancang sedemikan rupa agar menjadi
program yang terintegrasi. Pendekatan yang digunakan adalah berproses, terpadu dan
kontinyu. Ranah pembinaan kegiatan kemahasiswaan di perguruan tinggi biasanya
terbagai ke dalam pembinaan 1) penalaran, keilmuan dan keprofesian; 2) minat, bakat
dan kegemaran; 3) organisasi mahasiswa; 4) sosial kemasyarakatan. Masing-masing
ranah memiliki tujuan, seperti menanamkan sikap ilmiah dan profesionalisme;
mengaktualisasikan minat dan kegemaran serta bakat untuk menunjang
perkembangan jasmani dan rohani; mengembangkan organisasi kemahasiswaan di
lingkungan perguruan tinggi; mengaktualisasikan hasrat dan kepekaan sosial untuk
berinteraksi dengan masyarakat. Bendesa (2011) memberikan beberapa contoh
implementasi
Pelaksanaan pendidikan karakter pada kegiatan kemahasiswaan di perguruan
tinggi, seperti diringkas pada tabel berikut.

Tabel Contoh Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa pada Kegiatan


Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
No. Jenis Nilai yang Strategi Implement Waktu
kegiatan dikembang kegiatan asi kegiatan
kan
1. Penalaran Kejujuran, Pelaksanaa Seminar, Terjadwal
dan kecerdasan, n ormawa, Lokakarya,
Keilmuan etika, kompetisi, Diskusi,
disiplin, pendampin Lomba,
ketangguha gan, PKM,
n pelatihan, Pinmas,
workshop Mawapres,
dll
2. Minat, Sportifitas, Kompetisi, Pomda, Terjadwal
Bakat, dan kerjasama, pendampin Pomnas,
Kegemar- estetika, gan, Peksimida,
an kepedulian, pelatihan Peksiminas
toleransi, , MTQ,
ketangguha Pesparawi,

21
n, percaya Kontes
diri robot,
UKM,
IMTGT, dll
3. Kesejahtraa Kejujuran, Pelaksanaa Seminar, Terjadwal
n kepedulian, n ormawa, Lokakarya,
etika, kompetisi, Diskusi,
disiplin, pendampin Lomba,
inovatif, gan, PKM,
kreatif, pemaganga Pimnas,
moral n, pelatihan Mawapres
4. Penunjang / Kesopanan, Pendampin Orientasi Terjadwal
Sosial kejujuran, gan, mahasiswa
Kemasya- kecerdasan, Kerjasama baru,
rakatan etika, dengan Pameran
disiplin, eksternal buku,
ketangguha kampus Student
n yang terkait Day,
English
Day, dll

22
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

1. Pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik


(habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan
nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya bukan hanya sekedar mengajarkan
mana yang benar dan mana yang salah.
2. Nilai materiil Pancasila merupakan sumber kekuatanbagi perjuangan bangsa
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merupakan pengikat sekaligus pendorong dalam
usaha menegakkan dan memperjuangkan kemerdekaan sehingga menjadi bukti
bahwa Pancasila sesuai dengan kepribadian dan keinginan bangsa Indonesia.
Menutup uraian ini, kiranya perlu diingatkan kembali bahwa transformasi nilai
karakter yang baik yang terjadi pada karakter individu, yang pada gilirannya akan
menunjang karakter bangsa yang diidamkan, tidak cukup dilakukan hanya dengan
membaca, mempelajari, mendiskusikan, ataupun berfilsafat tentang nilai-nilai
karakter tersebut. Yang jauh lebih penting adalah mengimplementasikan dalam
bentuk praktik nyata pada kehidupan sehari-hari. Hendaknya kita selalu menjadi
teladan bagi orang lain, dengan melakukan apapun yang menjadi tugas dan kewajiban
kita dengan baik. Hanya dengan cara demikian, kita akan dapat mencapai
kesempurnaan akhir yang merupakan ciri manusia sejati.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Pnddkn-Karakter-Bngs-NS-Dharmawan-2014
2. http://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/ejournal-noneksakta/article/
download/134/117
3. http://thohamuhammad.blogspot.co.id/2014/08/pancasila-dalam-rangka-
membentuk.html
4. http://artikelpengertianmakalah.blogspot.in/2015/05/nilai-nilai-yang-
terkandung-dalam-sila.html
5. evitaclairine.blogspot.co.id/2014/10/pancasila-sebagai-sumber-nilai-
bagi.html
6. 5sila.blogspot.co.id/2014/12/pendidikan-pancasila-dan-pembangunan.html

24

Anda mungkin juga menyukai