Oleh:
KELOMPOK 5
1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang atas
rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Peran Pancasila dalam Membangun Karakter Bangsa”.
Disadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, untuk itu diharapkan
berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. Semoga
makalah ini bermanfaat.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................2
Daftar Isi.......................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan........................................................................................................4
Latar Belakang.....................................................................................................4
Rumusan Masalah................................................................................................4
Tujuan..................................................................................................................5
Bab II Pembahasan.......................................................................................................6
Pengertian Pancasila............................................................................................9
Makna dan Nilai – Nilai yang Terkandung dalam Pancasila.............................13
Pengertian Pendidikan Karakter........................................................................16
Hubungan Nilai – Nilai Panasila dengan Pendidikan Karakter.........................19
Implementasi Nilai – Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter....................15
Bab III Penutup...........................................................................................................23
Kesimpulan........................................................................................................23
Daftar Pustaka.............................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang setiap warganya harus
hafal dan mematuhi segala isi dalam pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga
negara Indonesia hanya menganggap pancasila sebagai dasar negara/ideologi semata
tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan. Tanpa manusia sadari
nilai-nilai makna yang terkandung dalam pancasila sangat berguna dan bermanfaat.
Kadang kala nilai-nilai luhur yang ada dalam pancasila yang merupakan
penjelmaan dari seluruh bangsa Indonesia tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, tetapi diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nilai luhur tersebut dengan
sendirinya akan hilang. Menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai pancasila itu
perlu diusahakan secara nyata dan terus-menerus pengahayatan dan pengamalan nila-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya, oleh sebab itu setiap warga Negara
Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama mengamalkan nilai-
nilai pancasila demi kelestarianya.
Oleh karena itu sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur
pancasila, perlu ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus
bangsa, salah satunya lewat pendidikan pancasila sejak dini. Atas dasar realita inilah
kami merasa tertarik untuk membahasnya dalam bentuk makalah dengan judul
“PERAN PANCASILA DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA”.
4
1.3. Tujuan
Adapun yang tujuan yang akan di dapat dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Memahami Nilai – Nilai yang Terkandung dalam Pancasila
2. Memahami Pendidikan Karakter.
3. Memahami Hubungan antara Nilai – Nilai Pancasila dengan Pendidikan
Karakter.
4. Mengetahui Implementasi Nilai – Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila mengandung arti, panca yang berarti lima “lima” dan sila yang
berarti “dasar”. Dengan demikian pancasila artinya lima dasar.
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua
macam arti secara leksikal yaitu : “panca” artinya “lima” “syila” artinya “batu sendi”,
“alas”, atau “dasar” Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama
bahasa Jawa diartikan “susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh
6
karena itu secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah istilah “Panca
Syilla” yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar
yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari I
bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.
8
2.2. Makna dan Nilai – Nilai yang Terkandung dalam Pancasila
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama antara lain sebagai berikut.
1. Keyakinan terhadap adanya Tuhan yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya yang
Mahasempurna.
2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara menjalankan semua
perintah-Nya, dan sekaligus menjauhi segala larangan-Nya.
3. Saling menghormati dan toleransi antara pemeluk agama yang berbeda-beda.
4. Kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” mengandung
pengertian bahwa bangsa Indonesia diakui dan diper-lakukan sesuai dengan harkat
dan martabatnya selaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang sama
derajatnya, sama hak dan kewajibannya, tanpa membeda-bedakan agama, suku ras,
dan keturunan.
9
Dengan demikian, pada sila “Kemanusiaan yang adil dan beradab” terkandung
nilai-nilai sebagai berikut.
1. Pengakuan terhadap adanya harkat dan martabat manusia.
2. Pengakuan terhadap keberadaan manusia sebagai makhluk yang paling mulia
diciptakan Tuhan.
3. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan harus mendapat perlakuan yang adil
terhadap sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa agar tidak berbuat semena-mena
terhadap orang lain.
Makna “Persatuan Indonesia” dalam sila ketiga Pancasila adalah suatu wujud
kebulatan yang utuh dari berbagai aspek kehidupan, yang meliputi ideologi, politik,
sosial, budaya, dan pertahanan keamanan yang semuanya terwujud dalam suatu
wadah, yaitu Indonesia.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga, antara lain sebagai berikut.
1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Memiliki rasa cinta tanah air dan bangsa serta rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara.
3. Pengakuan terhadap keragaman suku bangsa dan budaya bangsa dan sekaligus
mendorong ke arah pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Sila Keempat: kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
10
untuk mencapai mufakat. Musyawarah untuk mencapai mufakat tersebut dilakukan
dengan semangat kekeluargaansebagai ciri khas kepribadian bangsa Indonesia.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat, antara lain sebagai
berikut.
1. Kedaulatan negara ada di tangan rakyat.
2. Manusia Indonesia sebagai warga masyarakat dan warga negara mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
3. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
4. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat daripada kepentingan
pribadi atau golongan.
5. Mengutamakan musyawarah dalam setiap pengambil keputusan.
Keadilan merupakan salah satu tujuan negara republik Indonesia selaku negara
hukum. Penegakan keadilan akan membuat kehidupan manusia Indonesia, baik selaku
pribadi, selaku anggota masyarakat, maupun selaku warga negara menjadi aman,
tenteram, dan sejahtera.
Upaya untuk mencapai ke arah itu memerlukan nilai keselarasan, keserasian,
dan keseimbangan, yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seluruh
warga negara Indonesia tanpa membedakan agama, suku, bahasa, dan status sosial
ekonominya. Setiap warga negara Indonesia harus diperlakukan adil sesuai dengan
hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Adapun nilai-nilai yang tercermin dalam sila kelima, antara lain sebagai
berikut.
1. Mewujudkan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
terutama meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan
pertahanan keamanan nasional.
2. Keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang
lain.
3. Bersikap adil dan suka memberi pertolongan kepada orang lain.
4. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang terpuji yang senantiasa
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
11
5. Cinta akan kemajuan dan pembangunan bangsa, baik material maupun
spiritual.
Dalam Pancasila, terkandung nilai-nilai yang lengkap dan harmonis, baik nilai
material, nilai vital, nilai kebenaran/kenyataan, nilai estetis, nilai etis atau moral
maupun nilai religius, yang ter cermin dalam sila-sila Pancasila yang bersifat
sistematis-hierarkis. Nilai-nilai Pancasila mempunyai sifat objektif, subjektif, dan
kedua-duanya. Sifat objektif karena sesuai dengan objeknya/kenyataannya dan
bersifat umum/universal. Adapun sifat subjektif karena sebagai hasil pemikiran
seluruh bangsa Indonesia.
Melihat fungsi dasar Pancasila sebagai dasar negara, segala tindak tanduk atau
perbuatan semua warga negara harus mencer minkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Pancasila merupakan sumber nilai yang menuntun sikap, perilaku
atau perbuatan manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
12
Pengertian pendidikan karakter tingkat dasar haruslah menitikberatkan kepada
sikap maupun keterampilan dibandingkan pada ilmu pengetahuan lainnya. Dengan
pendidikan dasar inilah seseorang diharapkan akan menjadi pribadi yang lebih baik
dalam menjalankan hidup hingga ke tahapan pendidikan selanjutnya. Pendidikan
karakter tingkat dasar haruslah membentuk suatu fondasi yang kuat demi keutuhan
rangkaian pendidikan tersebut. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin luas pula ragam ilmu yang didapat dari seseorang dan akibat yang akan
didapatkannyapun semakin besar jika tanpa ada landasan pengertian pendidikan
karakter yang diterapkan sejak usia dini. Sebagai contoh perbuatan yang merusak
moral dan karakter adalah tawuran antar penduduk desa, dahulu saya kira tidaklah
pernah kita mendengar yang namanya tawuran, akan tetapi sekarang sudah lazim
tergiang di gendang telinga kita, bukan anak sma, bukan anak smp tetapi penduduk
desa, antar warga kampung... sungguh memprihatinkan.
Pengertian ilmu pendidikan karakter ini merupakan salah satu alat yang paling
penting dan harus dimiliki oleh setiap orang. Sehingga tingkat pengertian pendidikan
karakter seseorang juga merupakan salah satu alat terbesar yang akan menjamin
kualitas hidup seseorang dan keberhasilan pergaulan di dalam masyarakat. Disamping
pendidikan formal yang kita dapatkan, kemampuan memperbaiki diri dan pengalaman
juga merupakan hal yang mendukung upaya pendidikan seseorang di dalam
bermasyarakat. Tanpa itu pengembangan inividu cenderung tidak akan menjadi lebih
baik. Pendidikan karakter diharapkan tidak membentuk siswa yang suka tawuran,
nyontek, malas, pornografi, penyalahgunaan obat-obatan dan lain-lain.
13
tinggi memiliki kesempatan berpendidikan dan berkarakter lebih baik dibanding
dengan siswa yang kurang mampu walaupun hal ini tidak menjadi sebuah patokan.
Hal ini pula yang meyakinkan kepada program pemerintah bahwa setiap tingkatan
ekonomi masyarakat haruslah dapat memperoleh pendidikan semaksimal mungkin,
termasuk pendidikan karakter.
Demikian juga dengan faktor dari dalam, yaitu faktor orang tua. Kenapa saya
sebut faktor dari orang tua ? Sebagai orang tua haruslah menaruh kepedulian yang
sangat tinggi terhadap pendidikan karakter anak-anaknya karena faktor orang tua juga
merupakan salah satu kunci sukses dalam dunia pendidikan. Orang tua yang memiliki
tingkat ekonomi tinggi haruslah memfokuskan pendidikan untuk anaknya, jangan
memfokuskan untuk mencari harta kekayaan yang beralasan demi masa depan
anaknya diukur dengan uang. Orang tua yang memiliki tingkat ekonomi rendah,
janganlah menjadikan kambing hitam ekonomi untuk membentengi kemampuan si
anak. Orang tua tetaplah harus terlibat dalam dunia pendidikan si anak demi
mencapai kesempurnaan pendidikan. Jangan sampai orang tua justru menjadi
penghambat upaya-upaya yang dilakukan negara maupun guru.
Faktor lain yang mendukung pendidikan karakter anak adalah guru, guru
tentunya harus tahu tujuannya sebagai guru, bukan alasan utama untuk menjadi
profesi guru untuk mencari nafkah demi keluarganya saja, tetaplah berpedoman
bahwa seorang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, bukan pahlawan dengan
banyak tanda jasa. Guru memiliki tanggung jawab untuk membentuk hubungan yang
baik dengan para siswa dan orang tua. Guru juga harus mampu berkomunikasi secara
efektif dengan kedua orang tua dan siswa dalam rangka untuk memastikan bahwa
tidak ada kesalahpahaman atau katidaktahuan tentang pendidikan anak-anak. Seorang
guru yang baik menyadari setiap kebutuhan khusus untuk membantu siswa
menyesuaikan diri dengan kurikulum yang sesuai. Dan sudah pasti, diperlukan
kesabaran ekstra bagi seorang guru dalam berhadapan dengan para siswa. Jadi
haruslah ada keterkaitan faktor-faktor tersebut agar terjalin kesinambungan
pendidikan yang baik bahkan mencapai ke tingkat kesempurnaan.
Tentunya suatu pendidikan yang ideal tidak dapat dicapai dengan hanya
belajar di sekolah, walaupun kurikulum selalu disesuaikan dengan peradaban saat ini.
Saya sendiri sebenarnya kurang setuju jika kurikulum selalu berubah-ubah, karena
14
menurut pemikiran saya bahwa perubahan kurikulum yang terlalu sering akan
menyebabkan penguasaan bidang pendidikan berkurang apalagi kepada pihak guru.
Adalah bijaksana jika suatu kurikulum memperhatikan perkembangan jaman,
kurikulum yang bersifat elastis yang dapat mengikuti alur kehidupan. Apalagi
penerapan kurikulum sudah banyak meninggalkan pendidikan karakter, dahulu kita
pernah mendapatkan yang namanya PMP (Pendidikan Moral Pancasila) tetapi saat
sekarang sudah tidak terdengar lagi bukan ? Apakah kita harus meninggalkan semua
pendidikan etika seperti itu ?
15
Nilai-Nilai Pancasila merupakan Sumber dari Pendidikan Karakter. Nilai-nilai
luhur bangsa Indoesia sudah harusnya tertanam dalam jati diri setiap rakyat bangsa
Indonesia. Namun hal ini jarang terjadi karena banyaknya tantangan bagi generasi
muda yaitu nilai-nilai baru yang menarik seperti instan atau praktis. Namun nilai-nilai
baru itu tidak dapat menjamin kekohan kepribadian seseorang karena hanya bersifat
semu atau sementara, namun memiliki daya tarik yang tinggi.
Kelima inilah nilai-nilai luhur pancasila yang harus kita lestarikan dan kita
kembangkan dalam keseharian kita. Agar tercipta generasi muda yang baik ahlaknya
dan budinya.
Dari paparan diatas, jelaslah bahwa Pancasila adalah wujud karakter bangsa
Indonesia, bangsa yang berketuhanan YME, bangsa yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, bangsa yang mengedepankan persatuan, bangsa yang selalu
mengedepankan musyawarah untuk mufakat, dan bangsa yang menjunjung tinggi
keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Pancasila harus kembali ditanamkan dalam
jiwa-jiwa anak bangsa melalui proses pendidikan di semua lapisan masyarakat.
Pancasila harus dihadirkan kembali dalam setiap nurani anak bangsa dan Pancasila
harus tercermin dalam setiap perilaku anak bangsa. Pancasila adalah Indonesia dan
Indonesia adalah Pancasila.
Generasi muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap
generasi muda bangsa Indonesia adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan
untuk mewujudkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. Para
pendiri bangsa Indonesia telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
Republik ini didirikan dengan maksud untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita
tersebut, bangsa kita telah pula bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan
dalam susunan organisasi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara
17
Hukum yang bersifat demokratis (democratische rechtsstaat) dan sebagai Negara
Demokrasi konstitutional (constitutional democracy) berdasarkan Pancasila.
18
Saat ini di semua jenjang pendidikan mulai diterapkan pendidikan karakter
yang merupakan satu kesatuan program kurikulum satuan pendidikan sehingga secara
dokumen diintegrasikan ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
mulai dari visi, misi, tujuan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan,
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (Kemdiknas, 2011:9).
Pelaksanaan pendidikan karakter sesuai dengan panduan pelaksanaan dapat
dilakukan melalui tiga jalur yaitu (1) integrasi melalui mata pelajaran, (2) integrasi
melalui muatan lokal dan (3) integrasi melalui pengembangan diri. Pendidikan
karakter yang terintegrasi di dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan
diri adalah pengenalan nilai-nilai yang diperolehnya kesadaran akan pentingnya dan
bagaiman penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-
hari melalui proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas (Kemdiknas,
2011:40).
Saat ini guru dituntut untuk membuat silabus dan rencana persiapan
pembelajaran (RPP) yang berkarakter, artinya, memuat beberapa nilai pendidikan
karakter dalam indikator dan kegiatan pembelajarannya. Hal yang perlu dicermati
adalah bagaimana agar nilai-nilai yang dicantumkan tersebut benar-benar sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Guru selaku eksekutor di
lapangan harus mengetahui karena guru yang membuat sendiri RPP nya sehingga tahu
persis apa yang dibuatnya.
Dalam pendidikan karakter yang penting bukan apa yang ditulis guru dalam
RPP tapi apa yang dilakukan dan dicontohkan guru ke peserta didik. Untuk itu perlu
diketahui bagaimana kita selaku pendidik memberikan pendidikan karakter kepada
peserta didik sehingga fungsi dan tujuan Kaya Karsa dapat tercapai. Gagasan lama
yang sampai saat ini masih relevan atau kembali relevan dengan kondisi saat ini yaitu
gagasan Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa pengajaran (onderwijs) itu
tidak lain dan tidak bukan adalah salah satu bagian dari pendidikan di mana selain
memberikan ilmu atau pengetahuan juga memberi kecakapan (keterampilan) kepada
anak-anak yang keduaduanya dapat berfaedah baik lahir maupun batin
(Dewantara, 1962:67). Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
diri seseorang agar dapat hidup sebagai individu dan masyarakat yang berguna di
masa yang akan datang. Pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya
19
budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran dan tubuh anak yang tidak dapat
dipisah-pisahkan sehingga dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak.
21
n, percaya Kontes
diri robot,
UKM,
IMTGT, dll
3. Kesejahtraa Kejujuran, Pelaksanaa Seminar, Terjadwal
n kepedulian, n ormawa, Lokakarya,
etika, kompetisi, Diskusi,
disiplin, pendampin Lomba,
inovatif, gan, PKM,
kreatif, pemaganga Pimnas,
moral n, pelatihan Mawapres
4. Penunjang / Kesopanan, Pendampin Orientasi Terjadwal
Sosial kejujuran, gan, mahasiswa
Kemasya- kecerdasan, Kerjasama baru,
rakatan etika, dengan Pameran
disiplin, eksternal buku,
ketangguha kampus Student
n yang terkait Day,
English
Day, dll
22
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Pnddkn-Karakter-Bngs-NS-Dharmawan-2014
2. http://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/ejournal-noneksakta/article/
download/134/117
3. http://thohamuhammad.blogspot.co.id/2014/08/pancasila-dalam-rangka-
membentuk.html
4. http://artikelpengertianmakalah.blogspot.in/2015/05/nilai-nilai-yang-
terkandung-dalam-sila.html
5. evitaclairine.blogspot.co.id/2014/10/pancasila-sebagai-sumber-nilai-
bagi.html
6. 5sila.blogspot.co.id/2014/12/pendidikan-pancasila-dan-pembangunan.html
24