Anda di halaman 1dari 109

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN

STROBERI DI DESA PANCASARI, KECAMATAN


SUKASADA, KABUPATEN BULELENG

SKRIPSI

Oleh

MUNA YASMIN
1906511126

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN
STROBERI DI DESA PANCASARI, KECAMATAN
SUKASADA, KABUPATEN BULELENG

SKRIPSI

Oleh

MUNA YASMIN
1906511126

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
SAMPUL DEPAN

i
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN STROBERI
DI DESA PANCASARI, KECAMATAN SUKASADA,
KABUPATEN BULELENG

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh:
MUNA YASMIN
1906511126

SAMPUL DALAM

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia

dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti

bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan

plagiarism. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 12 Mei 2023


Yang Menyatakan,

Muna Yasmin
NIM. 1906511126

iii
ABSTRAK

Muna Yasmin. NIM 1906511126. Strategi Pengembangan Produk Olahan


Stroberi di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Dibimbing oleh: Dr. Ir. I Made Sudarma, M.S
Keterbatasan teknologi dapat mempengaruhi kelancaran suatu usaha, salah
satunya produk olahan stroberi di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten
Buleleng. Permasalahan yang ditemukan yakni belum dapat memenuhi permintaan
pasar yang terlalu tinggi sehingga harga stroberi terlampau tinggi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor internal yang menjadi kekuatan
dan kelemahan bagi pengembangan olahan stroberi, faktor eksternal yang menjadi
peluang dan ancaman bagi pengembangan olahan stroberi dan strategi yang
diterapkan dalam pengembangan olahan stroberi di Desa Pancasari Kecamatan
Sukasada, Kabupaten Buleleng. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling dengan menentukan 14 responden. Uji validitas dan reabilitas dilakukan
pada data sebelum disebarkan. Metode penelitian dengan menggunakan deskriptif
kuantitatif dengan Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM). Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan bahwa, pada matriks IE menunjukkan posisi keadaan
usaha yang kuat namun memiliki beberapa ancaman. Hasil dari skor IFE adalah
2.77 dengan faktor-faktor internal yaitu (1) strength (kekuatan), kualitas buah yang
baik, kemauan petani untuk mengembangkan komoditas stroberi, ketersediaan
sarana produksi yang mudah diakses petani; dan (2) weakness (kelemahan) yaitu
penggunaan bibit yang turun temurun, SDM petani masih rendah, permodalan yang
masih lemah, kuantitas dan kualitas produk olahan yang masih rendah, keterbatasan
fasilitas dan luasan kebun wisata, fluktuasi produk stroberi. Sedangkan pada skor
EFE memperoleh 3.11 dengan faktor eksternal opportunity (peluang) yaitu pasar
yang masih terbuka, perkembangan teknologi, ketertarikan investor terhadap
komoditas stroberi dan threat (ancaman) yaitu masuknya produk stroberi dari
daerah lain, peningkatan biaya dan belum ada industri yang menjamin mitra dan
eksternal (peluang dan ancaman). Strategi yang paling diminati dan diprioritaskan
adalah menciptakan variasi produk untuk menambah pangsa pasar dengan skor
TAS sebesar 7.00 menurut perhitungan QSPM. Alternatif strategi yang dapat
diterapkan dalam upaya pengembangan agribisnis di Desa Pancasari adalah (1)
meningkatkan kualitas dan kuantitas buah; (2) menambah pengetahuan dan
pengajaran melalui investor yang tertarik; (3) memiliki sarana produksi yang bersih
dan nyaman, dan (4) mengembangkan fasilitas dan daya tampung kebun agar
menarik banyak konsumen.

Kata Kunci : Strategi Pengembangan, dan Produk Olahan.

iv
ABSTRACT

Muna Yasmin. NIM 1906511126. Strategy for Processed Strawberry Product


Development in Pancasari Village, Sukasada District, Buleleng Regency.
Supervised by: Dr. Ir. I Made Sudarma, M.S

Technological limitations can affect the smooth running of a business, one


of which is processed strawberry products in Pancasari Village, Sukasada District,
Buleleng Regency. The problem that was found was not being able to meet market
demand which was too high so that the price of strawberries was too high. The
purpose of this research is to find out the internal factors which are the strengths
and weaknesses for the development of processed strawberries, external factors
which are the opportunities and threats for the development of processed
strawberries and the strategies applied in the development of processed
strawberries in Pancasari Village, Sukasada District, Buleleng Regency. The
sampling technique used was purposive sampling by determining 14 respondents.
Validity and reliability tests were carried out on the data before distribution. The
research method uses quantitative descriptive with the Quantitative Strategic
Planning Matrix (QSPM). Based on the results of the study it was found that, the
IE matrix shows a strong business position but has several threats. The result of the
IFE score is 2.77 with internal factors namely (1) strength, good fruit quality,
farmer's willingness to develop strawberry commodities, availability of production
facilities that are easily accessible to farmers; and (2) weakness, namely the use of
hereditary seeds, low farmer human resources, weak capital, low quantity and
quality of processed products, limited facilities and area of tourist gardens,
fluctuations in strawberry products. Whereas the EFE score obtained 3.11 with
external factors of opportunity, namely open markets, technological developments,
investor interest in strawberry commodities and threats, namely the entry of
strawberry products from other regions, increased costs and there is no industry
that guarantees partners and external (opportunities and threats). The most
desirable and prioritized strategy is to create product variations to increase market
share with a TAS score of 7.00 according to QSPM calculations. Alternative
strategies that can be applied in efforts to develop agribusiness in Pancasari
Village are (1) increasing the quality and quantity of fruit; (2) increase knowledge
and teaching through interested investors; (3) having clean and comfortable
production facilities, and (4) developing the facilities and capacity of the garden to
attract more consumers.

Keywords: Development Strategy, and Processed Products.

v
RINGKASAN

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang

mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun

sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman

bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan,

dan subsektor kehutanan (Sukirno, 2007). Alam di Indonesia Menyuguhkan

berbagai Sumber daya yang potensial untuk diolah menjadi produk-produk yang

memiliki mutu tinggi. Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata populer di

Indonesia turut andil dalam pengembangan pariwisatanya dalam berbagai sektor.

Tidak hanya terfokus dalam sektor pariwisata yang telah ada, namun terus

melakukan inovasi guna dapat meyentuh sektor pertanian yang perlu dikembangkan

terutama di daerah Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng yang memiliki lahan

pertanian, khususnya di Desa Pancasari memiliki banyak komoditas unggulan

seperti buah-buahan dan sayuran yang banyak digemeri masyarakat, khususnya

pada buah stroberi yang kini menjadi primadona. Budiman dan Saraswati (2005)

mengungkapkan bahwa harga jual stroberi yang cukup menjanjikan serta adanya

peluang bisnis di dalam dan luar negeri menjadikan sektor ini memiliki peluang

besar untuk terus berkembang.

Hanya beberapa UKM yang mengolah stroberi menjadi dodol dan minuman

fermentasi. Namun pengemasan dan label pada produk ini masih belum sesuai

standar. Terdapat pula pengembangan hasil olahan buah stroberi menjadi selai dan

ice cream yang memiliki nilai jual, namun masih terkendala oleh hasil panen yang

vi
tidak stabil menjadi masalah baru, dikarenakan belum dapat memenuhi permintaan

pasar. Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) bagaimana strategi

pengembangan olahan stroberi di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten

Buleleng; (2) bagaimana alternatif pengembangan pengolahan stroberi di Desa

Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng; dan (3) bagaimana strategi

prioritas dalam pengembangan olahan stroberi di Desa Pancasari Kecamatan

Sukasada, Kabupaten Buleleng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

alternatif pengembangan pengolahan stroberi, alternatif pengembangan pengolahan

stroberi, dan strategi prioritas dalam pengembangan olahan stroberi di Desa

Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

Penelitian ini dilakukan di lokasi yang terdapat sumber daya pertanian

khususnya tanaman stroberi di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kecamatan

Sukasada, Kabupaten Buleleng. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

data kualitatif. Metode analisa menggunakan analisa SWOT dan metode analisis

dalam penelitian ini menggunakan analisis QSPM. Hasil penelitian berdasarkan

analisis QSPM diketahui bahwa skor pada IFE adalah 2.77, sedangkan EFE 3.11,

dalam hal ini pada matriks IE menunjukkan posisi keadaan usaha yang kuat namun

memiliki beberapa ancaman. Strategi yang menjadi prioritas utama menurut

perhitungan QSPM yaitu menciptakan variasi produk untuk menambah pangsa

pasar dengan skor TAS sebesar 7.00.

Pengembangan agribisnis stroberi di Desa Pancasari dilihat dari analisis

SWOT adalah kualitas buah yang baik, kemauan petani untuk mengembangkan

komoditas stroberi, dan ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses oleh para

vii
petani. Penggunaan bibit hibrida yang turun menurun, SDM petani mayoritas masih

rendah, permodalan yang masih lemah, kuantitas dan kualitas produk olahan

stroberi masih rendah, keterbatasan fasilitas dan luasan kebun wisata, fluktuasi

produksi stroberi. Pasar yang masih terbuka, perkembangan teknologi, dan

ketertarikan investor terhadap komoditas stroberi. Masuknya produk stroberi dari

daerah lain, peningkatan biaya, dan belum ada industri yang mau menjadi mitra.

Faktor internal yang menjadi kekuatan utama yaitu kualitas buah yang baik

dan kemauan petani untuk mengembangkan komoditas stroberi. Faktor internal

yang menjadi kelemahan utama yaitu fluktuasi produk stroberi. Faktor eksternal

yang menjadi ancaman utama adalah belum ada industri yang mau menjadi mitra,

sedangkan yang menjadi peluang utama adalah ketertarikan investor terhadap

komoditas stroberi. Produk Olahan Stroberi di Desa Pancasari Kecamatan

Sukasada, Kabupaten Buleleng berada pada posisi kuadran dua yaitu rata-rata yang

menunjukkan keadaan usaha yang tumbuh dan kembangkan.

viii
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN
STROBERI DI DESA PANCASARI, KECAMATAN
SUKASADA, KABUPATEN BULELENG
HALAMAN PENGESAHAN

MUNA YASMIN
1906511126

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. I Made Sudarma,M.S


NIP.196007281986011002

Tanggal Lulus :

Mengesahkan
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, M.M


NIP. 19611031986031002

ix
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN

STROBERI DI DESA PANCASARI, KECAMATAN

SUKASADA, KABUPATEN BULELENG

Dipersiapkan dan diajukan oleh

MUNA YASMIN

1906511126

Telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji

pada tanggal 10 Juli 2023

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No.: 049/UN

14.2.6.IV.1/SH/2023

Tanggal 12 Mei 2023

Tim Penguji Skripsi:

Ketua : Prof. Dr. Ir. I Ketut Suamba, M.P

Anggota :

1. A.A.A Wulandira Sawitri Djelantik,SP.,MMA

2. Dr.Ir. I Made Sudarma,M.S TIM PENGUJI

x
RIWAYAT HIDUP

Muna Yasmin lahir pada tanggal 24 Mei 2001 di Tabanan

Provinsi Bali. Penulis adalah anak dari pasangan Hilda Mariany

dan Abdul Halim, S.H. Penulis pertama kali mengenyam

pendidikan formal di SDN 8 Banjar Anyar Tabanan pada tahun

2007. Kemudian lulus di tahun 2010. Selanjutnya masuk ke SMPN 2 Tabanan

Kemudian lulus pada tahun 2013. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke

SMAN 2 Tabanan dan lulus pada tahun 2019. Lalu berhasil terdaftar sebagai

mahasiswa Konsentrasi Pengembangan Bisnis Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Udayana. Semasa kuliah, penulis aktif mengikuti organisasi

yakni Musyawarah wilayah 2019. Kemudian, saat ini sudah memiliki jasa tour,

travel dan rental mobil.

xi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini
dengan baik dan lancar. Penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan
judul “Strategi Pengembangan Produk Olahan Buah Stroberi Di Desa Pancasari
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng”. Penyusunan usulan penelitian ini
tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
menyampaikan terimakasih kepada pihak yang ikut serta membantu dan
mendorong penyusunan proposal usulan penelitian ini.
Penulis mengharapkan koreksi dan saran dari semua pihak sebagai bahan
masukan yang bermanfaat dalam pelaksanaan penelitian. Akhir kata penulis
berharap semoga usulan penelitian ini dapat menjadi langkah awal dalam
penyelesaian skripsi sebagai salah satu tugas akhir untuk menempuh program
pendidikan sarjana dan semoga usulan penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya pembaca umumnya.

Denpasar, 21 November 2022


Penulis,

Muna Yasmin
NIM. 1906511126

xii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ................................................................................................... i


SAMPUL DALAM ................................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ....................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ...............................................................................................................v
RINGKASAN ........................................................................................................ vi
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ix
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ xi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................7

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................9


2.1 Agribisnis dan Subsistem Agribisnis ..........................................................9

2.2 Karakteristik Tanaman Stroberi ................................................................15

2.3 Budidaya Tanaman Stroberi......................................................................17

2.4 Saprodi ......................................................................................................18

2.5 Pendapatan Usahatani ...............................................................................21

2.6 Produk Olahan Stroberi.............................................................................23

2.7 Strategi ......................................................................................................24

xiii
2.7.1 Pengertian Strategi ..........................................................................24

2.7.2 Strategi Pengembangan Usaha ........................................................25

2.7.3 Fungsi Strategi Pemasaran ..............................................................26

2.8 Analisis SWOT .........................................................................................28

2.9 The Quantitative Strategic Planning Matrix .............................................29

2.10 Kerangka Pemikiran................................................................................31

III. METODE PENELITIAN .................................................................................33


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................33

3.2 Data dan Metode Pengumpulan Data........................................................33

3.2.1 Jenis Data ........................................................................................33

3.2.2 Sumber Data....................................................................................34

3.2.3 Metode Pengumpulan Data .............................................................34

3.3 Subjek Penelitian ......................................................................................35

3.4 Variable dan Pengukuran ..........................................................................35

3.5 Metode Analisis Data ................................................................................37

3.5.1 Analisis SWOT ...............................................................................37

3.5.2 Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM) .........................38

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ..............................................40


4.1 Keadaan Alam ...........................................................................................40

4.1.1 Luas Wilayah dan Pembagian Wilayah Administrasi ....................40

4.1.2 Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan ........................................40

4.2 Subsistem Produksi/ Usahatani .................................................................41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................60


5.1 Agribisnis Stroberi di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten
Buleleng ...................................................................................................60

5.2 Karasteristik Responden ...........................................................................62

xiv
5.3 Pemasaran dan Pengolahan Hasil .............................................................64

5.4 Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Agribisnis Stroberi .....66

5.4.1 Identifikasi Faktor Internal .............................................................66

5.4.2 Identifikasi Faktor Eksternal ...........................................................74

5.5 Perumusan Alternatif Strategi Pengembangan Produk Olahan Stroberi Di


Desa Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng Berdasarkan
Metode SWOT .........................................................................................81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................88


6.1 Kesimpulan ...............................................................................................88

6.2 Saran .........................................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................91


LAMPIRAN ...........................................................................................................94

xv
DAFTAR TABEL

2. 1 Jumlah Kebutuhan Produksi .......................................................................... 15


2. 2 Varietas Stroberi............................................................................................. 18
2. 3 Kebutuhan Tenaga Kerja Budidaya Stroberi ................................................. 21
2. 4 Biaya Usahatani Stroberi Di Desa Serang ..................................................... 21
2. 5 Analisis Usaha Jangka Waktu 1 Tahun .......................................................... 22
3. 1 Keterangan Responden................................................................................... 35
3. 2 Kriteria Hasil Analisis .................................................................................... 37
3. 3 Matriks QSPM ............................................................................................... 39
4. 1 Jumlah penduduk Desa Pancasari .................................................................. 40
4. 2 Data Pendidikan Masyarakat Desa Pancasari ................................................ 41
5. 1 Karasteristik Responden................................................................................. 63
5.2 Hasil analisis matrik IFE pada Produk Olahan Stroberi Di Desa Pancasari
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng ................................................... 82
5.3 Hasil analisis matrik EFE pada Produk Olahan Stroberi Di Desa Pancasari
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng ................................................... 84
5.4 Hasil Matriks SWOT pada Produk Olahan Stroberi Di Desa Pancasari
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng ................................................... 86
5.5 Hasil Analisis QSPM Pada Produk Olahan Stroberi Di Desa Pancasari
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng ................................................... 90

xvi
DAFTAR GAMBAR

2. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan Olahan Stroberi .................. 31


5. 1 Matrik EFE dan IFE ....................................................................................... 89

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi ...................................................................................................... 94
2 Lembar Kuisioner............................................................................................... 96
3 Hasil Kuisioner Responden ................................................................................ 97

xviii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan

manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber

energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Menurut Utama dkk (2015)

sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting untuk menegakkan

kedaulatan pada suatu negara, hal tersebut dikarenakan adanya produk-produk yang

diperlukan untuk menunjang industri pariwisata itu sendiri meliputi sektor

pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat, peningkatan kesempatan

kerja, dan lain sebagainya (Salma dan Susilowati, 2004).

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang

mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun

sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman

bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan,

dan subsektor kehutanan (Sukirno, 2007). Alam di Indonesia Menyuguhkan

berbagai Sumber daya yang potensial untuk diolah menjadi produk-produk yang

memiliki mutu tinggi. Salah satunya adalah potensi sumber daya pada sektor

pertanian. Hingga saat ini pertanian masih menjadi sumber penghasilan bagi

sebagian besar masyarakat Indonesia. Usaha dalam bidang pertanian berskala

menengah terbukti mampu bertahan pada era yang menghadapi krisis bahan pangan

yang terasa hingga saat ini.

1
2

Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan

pembangunan nasional. Beberapa hal yang mendasari pembangunan pertanian di

Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain potensi sumber daya alam yang

besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar,

besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang

menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan

masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. (Todaro dan Smith, 2006).

Jika suatu wilayah menghendaki pembangunan yang lancar dan

berkesinambungan, maka wilayah harus memulainya dari pedesaan pada

umumnya, dan sektor pertanian. Kondisi ekonomi dengan sektor pertanian yang

cukup besar, maka strategi pembangunan ekonomi yang tepat yaitu dengan

mendahulukan sektor pertanian. Melalui konsepsi tersebut maka diharapkan

mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi

sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal

pencapaian sasaran mensejahterakan petani, menyediakan lapangan pekerjaan,

sebagai wahana pemerataan pembangunan antar wilayah, menghasilkan devisa,

meningkatkan pendapatan nasional, dan mempertahankan kelestarian sumber daya.

(World Bank, 2008)

Stroberi merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai

ekonomi tinggi dan pangsa pasar yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh

Budiman dan Saraswati (2005) bahwa stroberi tidak hanya memiliki peluang yang

menjanjikan di dalam negeri namun juga memiliki harga jual dan peluang bisnis

hingga manca negara. Pasar buah stroberi sendiri semakin luas karena budaya saat
3

ini yang mengonsumsi buah stroberi tidak hanya sebatas buah saja namun dijadikan

berbagai macam olahan seperti selai, sirup, dodol, manisan, jus, dan bahan

pembantu dalam pembuatan es krim. Dengan demikian membuka banyak peluang

untuk pengusaahaan bududaya stroberi secara optimal karena banyaknya

pengolahaan pemanfaatan yang dapat dikembangkan.

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani Indonesia dalam

memproduksi olahan stroberi antara lain, keterbatasan teknologi dan infrastruktur.

Petani seringkali tidak memiliki akses atau dana untuk membeli teknologi dan

infrastruktur yang diperlukan untuk menghasilkan produk olahan stroberi yang

berkualitas. Hal ini dapat membatasi kemampuan mereka untuk memproses stroberi

menjadi produk olahan seperti selai, jus, atau saus stroberi. Persaingan harga pasar

produk olahan stroberi di Indonesia sangat kompetitif. Banyak produsen lokal dan

impor bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar yang sama. Hal ini dapat

menyebabkan penurunan harga jual yang mempengaruhi profitabilitas petani.

Produk olahan stroberi masih belum terlalu populer di Indonesia, sehingga pasar

masih terbatas. Petani harus berjuang untuk menemukan pasar yang cukup besar

untuk produk mereka, atau berinvestasi dalam pemasaran untuk meningkatkan

kesadaran konsumen tentang produk stroberi. Masalah kualitas penanganan dan

penyimpanan stroberi yang salah dapat memengaruhi kualitas produk olahan

stroberi. Petani harus memastikan stroberi segar dan berkualitas tinggi digunakan

dalam pembuatan produk olahan stroberi, dan juga mempertimbangkan faktor-

faktor seperti pH, keasaman, dan kestabilan produk agar kualitasnya tetap terjaga.
4

Sebagai sebuah pulau tropis yang subur, Bali adalah tempat yang ideal untuk

menanam stroberi. Namun, produksi stroberi di Bali umumnya terbatas pada skala

kecil dan tidak sebesar di daerah yang lebih dingin seperti Jawa Barat atau Malang.

Oleh karena itu, pasokan stroberi segar di Bali dapat menjadi langka terutama pada

musim kemarau. Meskipun begitu, banyak produk olahan stroberi yang dapat

ditemukan di Bali, seperti selai stroberi, saus stroberi, jus stroberi, dan makanan

ringan seperti keripik stroberi. Banyak hotel dan restoran di Bali juga menawarkan

menu yang menggunakan stroberi sebagai bahan utama atau dekorasi, seperti

pancake stroberi, smoothie stroberi, dan kue stroberi. Karena Bali adalah tujuan

wisata yang populer, banyak toko oleh-oleh di Bali yang menjual produk olahan

stroberi untuk dijadikan oleh-oleh atau hadiah. Beberapa merek lokal yang terkenal

di Bali yang memproduksi produk olahan stroberi antara lain Bali Harvest, Bali

Deli, dan Bali Sari. Namun, karena Bali juga bergantung pada impor beberapa

produk olahan stroberi mungkin berasal dari luar Bali, terutama dari Jawa Barat

atau luar negeri.

Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata populer di Indonesia turut andil

dalam pengembangan pariwisatanya dalam berbagai sektor. Tidak hanya terfokus

dalam sector pariwisata yang telah ada, namun terus melakukan inovasi guna dapat

meyentuh sektor pertanian yang perlu dikembangkan terutama didaerah Kecamatan

Sukasada, Kabupaten Buleleng yang memiliki lahan pertanian, khususnya di Desa

Pancasari memiliki banyak komoditas unggulan seperti buah-buahan dan sayuran

yang banyak digemeri masyarakat, khususnya pada buah stroberi yang kini menjadi

primadona. Budiman dan Saraswati (2005) mengungkapkan bahwa harga jual


5

stroberi yang cukup menjanjikan serta adanya peluang bisnis di dalam dan luar

negeri menjadikan sektor ini memiliki peluang besar untuk terus berkembang.

Desa Pancasari terletak dikawasan dataran tinggi di Kecamatan Sukasada

Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Berdasarkan letak geografis, Desa

Pancasari berada pada ketinggian 1.000 sampai 2.000 m di atas permukaan air laut,

dengan curah hujan rata-rata 2.000-3.000 mm per tahun dan temperature suhu rata-

rata 11,5 – 25 oC (Sutomo dkk, 2020). Kawasan desa ini sangat cocok sebagai

daerah pertanian dan perkebunan. Daerah yang sejuk dengan pemandangan

perkebunan khas suasana pegunungan yang menawan, ditambah lagi daya tarik

pulau dewata yang tinggi mempunyai potensi tinggi sebagai tempat pariwisata dan

pengembangan daerah perekonomian masyarakat.

Desa Pancasari merupakan desa utama penghasil buah stroberi, namun

masih sedikit menghasilkan produk khas olahan stroberi sebagai oleh-oleh atau

souvenir khas Pancasari. Hanya beberapa UKM yang mengolah stroberi menjadi

dodol dan minuman fermentasi. Namun pengemasan dan label pada produk ini

masih belum sesuai standar. Ada pula pengembangan hasil olahan buah stroberi

menjadi selai dan ice cream yang memiliki nilai jual, namun masih terkendala oleh

hasil panen yang tidak stabil menjadi masalah baru, dikarenakan belum dapat

memenuhi permintaan pasar.

Beberapa masalah yang ditemui dari pengembangan olahan stroberi ini

yaitu belum dapat memenuhi permintaan pasar yang terlalu tinggi sehingga harga

stroberi terlampau tinggi. Salah satu faktor penyebab hal itu terjadi adalah masa

simpan stroberi diakbatkan oleh buah stroberi merupakan buah yang mudah
6

mengalami proses busuk (mengalami oksidasi). Untuk mengatasi pembusukkan

diperlukan proses pengemasan yang steril, higienis. Namun, meski sekarang ini

masyarakat sudah dapat mengemas, timbul permasalahan lainnya yaitu

pengemasan yang kurang menarik dan tidak sesuai standar. Desian kemasan harus

menjadi media komunikasi antara produsen dengan calon konsumen sehingga

dalam desain kemasan perlu dicantumkan nama produk, komposisi dan isi/netto.

Kemasan standar yang menarik dapat dikatakan bisa menjual dirinya sendiri

sehingga dapat meningkatkan penjualan (Widiati, 2019). Selain itu pengolahan

produk selai dan ice cream berbahan dasar stroberi yang sedang dikembangkan

memiliki kendala pemasaran produk, yang mana seharusnya produk hasil olahan

memiliki nilai jual tinggi bagi para petani stroberi di Desa Pancasari.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian

mengenai “Analisis Strategi Pengembangan Produk Olahan Buah Stroberi Di Desa

Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi pengembangan olahan stroberi di Desa Pancasari Kecamatan

Sukasada, Kabupaten Buleleng?

2. Bagaimana alternatif pengembangan pengolahan stroberi di Desa Pancasari

Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

3. Bagaimana strategi prioritas dalam pengembangan olahan stroberi di Desa

Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng?


7

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian tersebut, penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Untuk mengidentifikasi strategi pengembangan olahan stroberi di Desa

Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

2. Untuk mengetahui alternatif pengembangan pengolahan stroberi di Desa

Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

3. Untuk mengetahui strategi prioritas dalam pengembangan olahan stroberi di

Desa Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan panduan dalam mengembangankan

usaha pertanian stroberi.

2. Bagi Petani Stroberi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam

mengembangkan agribisnis stroberi, sehingga dapat menghasilkan produk

dengan nilai jual tinggi.

3. Bagi Peneliti Lain

hasil penelitian ini memberikan bahan rujukan bagi peneliti dalam ilmu

pengetahuan serta menjadi informasi bagi peneliti-peneliti yang sedang

menyelesaikan tugas akhir dan kegiatan lain yang berkaitan.

4. Bagi Kalangan Anak Muda


8

Hasil penelitian ini bisa dijadikan motivasi bahwa stroberi memiliki

peluang untuk usaha kedepannya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agribisnis dan Subsistem Agribisnis

Agribisnis adalah suatu rangkaian kegiatan budidaya dalam bidang pertanian

pada lini on-farm (di dalam lahan budidaya) dan peningkatan nilai tambah pada

komoditas on-farm lewat proses pengolahan, pemasaran dan distribusi (off-farm).

Terdapat 4 subsistem agribisnis, yaitu 1) subsistem pengadaan dan penyaluran

sarana dan prasarana produksi (saprodi), 2) subsistem produksi primer atau usaha

tani (on-farm), 3) subsistem agroindustri atau pengolahan, dan 4) subsistem

pemasaran. Usaha di bidang agribisnis dapat menggerakkan perekonomian melalui

pemanfaatan sumber daya yang terbatas dengan berbagai kegunaan yang tidak

terbatas. (Sa'id, E., 2007). Agribisnis juga dapat dikatakan sebagai bisnis dengan

basis usaha dalam bidang pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, mulai

dari sektor hulu hingga hilir. Dapat dikatakan, agribisnis merupakan cara dalam

melihat sisi ekonomi bagi usaha penyediaan pangan.

Dalam dunia agribisnis juga dipelajari bagaimana strategi dalam

memperoleh keuntungan melalui pengelolaan berbagai macam aspek seperti

budidaya, penyediaan bahan baku, pasca panen, proses pengolahan, sampai pada

tahap pemasaran suatu produk/komoditi. Dalam uraian manajemen agribisnis,

setiap bagian penting dalam produksi dan distribusi pertanian sebagai aktivitas

agribisnis. Istilah agribusiness atau agribisnis adalah gabungan dari kata agriculture

(pertanian) dan business (bisnis) yaitu pemasaran dalam bidang pertanian atau

segala bentuk pengusahaan akan suatu komoditi pertanian. Dalam bahasa Indonesia

9
10

dikenal juga dengan agrobisnis. Objek agribisnis dapat berupa hewan, tumbuhan,

maupun organisme lain dalam penelitian ini adalah stroberi (Sieva, 2015).

Stroberi ialah tanaman buah herba yang ditemukan pertama kali di Chili,

Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L. menyebar

ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih

menyebar secara luas, jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.

Stroberi yang sering kita jumpai di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan

dari persilangan Fragaria virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan

Fragaria Chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan

hibrida yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x ananassavar

Duchesne (Darwis, 2007).

Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan

dari persilangan Fragaria virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan

Fragaria Chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan

hybrid yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var

Duchesne. Stroberi memerlukan temperatur rendah untuk tumbuh dengan baik

sangat cocok dengan daerah Rancabali, Bandung. Stroberi yang banyak ditanam

penduduk adalah Fragaria nilgerrensis yang oleh warga setempat lebih dikenal

dengan Stroberi Nyodo. Selain di daerah Jawa Barat. Stroberi juga mulai

dibudidayakan di daerah Tawangmangu Kabupaten Karang Anyar, Sukabumi,

Cipanas, Lembang, Batu dan Bedugul.

Buah stroberi berwarna merah menandakan bahwa buah ini kaya akan

pigmen warna antosianin dan mengandung antioksidan yang tinggi. Karena


11

kandungan antioksidannya yang tinggi itulah stroberi mempunyai khasiat yang

sangat banyak. Selain itu stroberi ternyata kaya Vitamin C, serat, rendah kalori,

folat, potassium, serta asam ellagic. Dengan mengkonsumsi delapan buah stroberi

setiap hari, maka kebutuhan Vitamin C dan serat orang dewasa sudah tercukupi.

Stroberi memiliki kandugan Vitamin C sebanyak 56,7 mg per 100 gram. Dengan

kandungan vitamin C-nya tersebut diyakini stroberi mampu mengurangi resiko

terserang penyakit kanker hingga 37% seperti yang dirilis The Iowa Women’s

Health Study. Selain itu stroberi juga diyakini mampu mencegah kanker payudara

dan leher rahim.

Warna buah yang sangat mencolok dengan bentuk mungil serta rasa yang

manis segar telah menempatkan buah stroberi sebagai tanaman buah yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi. Warna dan rasanya yang khas menyebabkan buah

Buah Stroberi sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat, dari anakanak

hingga usia lanjut. Menurut American Cancer Society, vitamin C didalam stroberi

dapat menurunkan resiko kanker saluran pencernaan. Beberapa senyawa fitokimia

yang terdapat pada buah stroberi diantaranya adalah antosianin, asam ellagik,

katekin, kuaerferin dan kaemferol. Antosianin tergolong dalam komponen

flavonoid yang merupakan pigmen pemberi warna merah pada stroberi. Antosianin

memiliki efek dalam menurunkan tekanan darah serta melindungi terhadap

masalah-masalah yang disebabkan oleh diabetes. Selain zat gizi, stroberi juga

mengandung senyawa fitokimia yang disebut etlagic acid, yaitu suatu

persenyawaan fenol yang berpotensi sebagai anti karsinogen dan anti mutagen.

Senyawa karsinogen yang memicu timbulnya kanker tersebar luas di lingkungan


12

kita. Senyawa fitokimia ini juga mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan

berguna sebagai anti virus.

Secara abstrak sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktifitas,

mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan

pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang

saling terkait satu sama lain. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan

bahwa terdapat berbagai sistem dalam agribisnis, yaitu :

a. Subsistem Agribisnis Hulu

Subsistem ini adalah subsistem yang meliputi penyediaan sarana

produksi (saprodi) pertanian yaitu, benih, bibit, pupuk, pemberantas hama

dan penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, mesin pertanian, dan peralatan

produksi pertanian. Individuindividu yang melakukan kegiatan pengadaan

dan penyaluran sarana produksi baik itu perorangan, perusahaan swasta,

pemerintah, maupun koperasi. Subsistem ini sangat penting mengingat

perlunya keterpaduan antara berbagai unsur tersebut guna mewujudkan

sukses agribisnis. Industri yang meyediakan sarana produksi pertanian

disebut juga sebagai agroindustri hulu.

b. Subsistem Budidaya/Usaha Tani

Subsistem ini menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan,

hasilhasil perkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, serta hasil

ternak hewan dan ikan. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah

produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha

tanaman hias dan lain sebagainya.


13

c. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hilir

Subsistem ini meliputi pengolahan dan pemasaran (Tata niaga)

produk pertanian dan olahannya. Terdapat beberapa rangkaian kegiatan

yang dilaksanakan dalam subsistem ini mulai dari pengumpulan produk

usaha tani, pengolahan, penyimpanan serta distribusi. Sebagian produk

yang dihasilkan dari usaha tani ini didistribusikan langsung pada konsumen

baik dalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses

pengolahan terlebih dahulu yang kemudian didistribusikan ke konsumen.

Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan subsistem ini adalah pengumpul

produk, pengolah, pedagang, penyalur ke konsumen, pengalengan dan lain-

lain. Industri yang mengolah suatu produk usahatani disebut juga

agroindustri hilir. Subsistem ini dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi

masyarakat pedesaan serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat pedesaan karena subsistem ini dapat menjadi penggerak utama

roda perekonomian pedesaan.

d. Subsistem Jasa Layanan Pendukung (Kelembagaan)

Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (kelembagaan) atau

supporting institution adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi

mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan sub-sistem hulu,

sub-sistem usaha tani, dan subsistem hilir. Berbagai lembaga yang memiliki

keterkaitan dalam kegiatan ini adalah konsultan, penyuluh, keuangan, dan

penelitian. Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan layanan

informasi yang dibutuhkan oleh petani dan pembinaan teknik produksi,


14

budidaya pertanian, dan manajemen pertanian. Untuk lembaga keuangan

seperti perbankan, model ventura, dan asuransi yang memberikan layanan

keuangan berupa pinjaman dan penanggungan resiko usaha (khusus

asuransi). Kemudian dalam rangka pemberian layanan informasi teknologi

produksi, teknik manajemen hasil penelitian dan pengembangan yang

mutakhir serta budidaya dilakukan oleh lembaga penelitian baik itu

dilakukan oleh Balai penelitian maupun oleh Perguruan tinggi. (Maulidah,

2012).

e. Subsistem Penyedia Sarana Produksi Pertanian

Penyediaan sarana produksi bagi budidaya stroberi dirasakan sudah cukup

mudah diakses para petani stroberi. Di wilayah Desa Pnacasari sendiri tidak

terdapat toko sarana produksi. Para petani umumnya hanya membutuhkan

mulsa dan pupuk daun yang tersedia di toko-toko pertanian. Pupuk kandang

yang mereka pergunakan diperoleh dari pedagang keliling yang menjajakan

pupuk kandang yang diangkut dengan truk. Bagi pemilik toko penyedia

sarana produksi omset yang diperoleh dari penjualan kepada petani stroberi

hanya sedikit persentasenya dibanding omset dari penjualan kepada para

petani sayuran yang banyak terdapat di Desa Pancasari. Kebutuhan sarana

produksi bagi petani sayuran memang jauh lebih banyak dibanding petani

stroberi, mereka masih banyak menggunakan pupuk kimia dan berbagai

obat-obatan kimia, sedangkan petani stroberi cenderung mengarah ke

pertanian tanpa pupuk dan obatobatan kimia. Saat ini ketersediaan pupuk
15

organik memang sudah difasilitasi oleh Dinas setempat dan ada bantuan

pupuk organik dari Program Primatani.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kecamatan

Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun 2022 yang mencatat sedikitnya terdapat 6

hektar lahan stroberi di Desa Serang, maka kebutuhan akan sarana produksi selain

bibit yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Jumlah Kebutuhan Produksi

No. Jenis Saprodi Jumlah Kebutuhan


1 Pupuk Kandang (ton) 12.000
2 Pupuk Daun (ton) 1,2
3 Mulsa Plastik (ton) 1.200
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun, 2022

2.2 Karakteristik Tanaman Stroberi

Stroberi merupakan salah satu komoditas buah subtropis yang berpotensi

tinggi untuk dikembangkan di Indonesia. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu

Fragaria chiloensis L. yang menyebar ke berbagai negara antara lain Amerika,

Eropa dan Asia. Stroberi merupakan tanaman buah pada daerah sub tropik. Oleh

karena itu stroberi yang telah dibudidayakan di Indonesia merupakan hasil dari

introduksi. Jenis tanaman stroberi yang berkembang di Indonesia antara lain:

Osogrande di purbalingga, earlibite (Holibert) di Garut dan Ciwidey Bandung,

Selva di Karanganyar, Aerut, Camarosa di Bedugul Bali, Dorit Lokal Berastagi dan

Clifornia di Barastagi, Chandler di Bondowoso PTPN XII, Lokal Batu di Batu

Malang (Hanif, 2011). Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) merupakan

tumbuhan yang termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledonae,


16

Keluarga Rosaceae, Genus Fragaria dan spesies Fragaria sp. (Budiman dan

Saraswati, 2010).

Stroberi adalah tanaman yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran

tinggi tropis yang memiliki temperatur 17-20ºC dan disertai dengan curah hujan

600-700 mm/tahun. stroberi juga membutuhkan kelembapan udara yang baik untuk

pertumbuhannya yang berkisar antara 80-90% dan lama penyinaran cahaya

matahari yang dibutuhkan sekitar 8-10 jam setiap harinya. Suhu yang cukup dingin

di malam hari dibutuhkan untuk memicu proses inisiasi bunga, sedangkan di siang

hari tanaman stroberi, membutuhkan cukup cahaya matahari untuk proses

fotosintensis dan pematangan buah. Untuk menanam stroberi dari anakan tanaman

yang telah lumayan besar, jika dirawat dengan baik usia 3 minggu umumnya telah

mulai berbunga serta buah hendak matang sekitar 1- 2 bulan. Tetapi ada juga yang

mulai berbunga pada usia 2 bulan ke atas. Usia tumbuhan stroberi buat bisa berbuah

bervareasi, terdapat yang kilat terdapat pula yang lama, perihal ini sebab sebagian

aspek antara lain merupakan sebab varietas/ tipe tumbuhan stroberi, dapat pula

sebab penjaannya. Pada usia panen 2 hingga 4 bulan dari penanaman stroberi, buah

sudah dapat dipanen. Setelah panen pertama dilakukan, panen selanjutnya dapat

dilakukan 3 hari sekali atau seminggu 2 kali panen dengan melihat kondisi buah.

Produksi tanaman stroberi di Indonesia mengalami fluktuasi. Menurut Badan Pusat

Statistik (2011), produksi stroberi Indonesia tahun 2021 sebesar 9.860 ton, pada

tahun 2020 produksi stroberi sebanyak 8.350 ton, dan tahun 2019 total produksi

tanaman stroberi yaitu 7.501 ton. Produksi tanaman stroberi di Provinsi Bali yaitu
17

sebanyak 594 ton tahun 2019, 668 ton pada tahun 2020 dan tahun 2021 sebanyak

291 ton (BPS Provinsi Bali, 2021).

2.3 Budidaya Tanaman Stroberi

Terdapat beberapa permasalahan umum dalam budidaya stroberi dan berikut

adalah penyelesaiannya: Serangan hama dan penyakit: Hama dan penyakit seperti

jamur, kutu daun, ulat grayak, dan phytophthora dapat merusak tanaman stroberi.

Untuk mengatasinya, dapat dilakukan dengan cara pencegahan seperti memilih

bibit yang sehat dan memperhatikan sanitasi lahan. Jika terjadi serangan, dapat

menggunakan pestisida alami atau kimia dengan dosis yang tepat. Masalah pada

pengairan: Tanaman stroberi membutuhkan air yang cukup untuk tumbuh dengan

baik. Namun, kelebihan air atau kekurangan air dapat menyebabkan masalah seperti

busuk akar, kekeringan, atau serangan jamur. Solusinya adalah dengan mengatur

irigasi dengan baik dan memperhatikan drainage agar tidak terjadi genangan air di

lahan. Pemilihan varietas yang tepat: Beberapa varietas stroberi membutuhkan

kondisi cuaca atau iklim yang spesifik. Sebelum menanam, perhatikan faktor-faktor

seperti suhu dan kelembapan yang dibutuhkan oleh varietas yang akan ditanam.

Pengaturan nutrisi dan pemupukan: Tanaman stroberi membutuhkan nutrisi yang

cukup untuk tumbuh dengan baik. Pastikan untuk memberikan pemupukan secara

teratur dan sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Persaingan gulma dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman stroberi dengan menyerap nutrisi dan air yang

seharusnya diperuntukkan bagi tanaman stroberi. Pastikan untuk membersihkan

gulma secara teratur untuk menjaga pertumbuhan tanaman stroberi yang optimal.

Beberapa masalah pada saat pembenihan stroberi dapat terjadi, seperti kualitas bibit
18

yang buruk atau perbedaan dalam ukuran bibit. Untuk mengatasinya, pastikan

memilih bibit yang baik dan menggunakan teknik pembenihan yang tepat.

2.4 Saprodi

Saprodi yang digunakan dalam usahatani stroberi di Desa Pancasari antara

lain bibit, pupuk kandang, pupuk kimia, dan mulsa. Saprodi tersebut merupakan

input yang akan berpengaruh pada output yang dihasilkan sehingga secara tidak

langsung akan berpengaruh pada produktivitas usahatani. Varietas yang ada di Desa

Pancasari adalah varietas Oso grande. Varitas ini termasuk varietas yang berkualitas

tinggi. Ukuran buahnya besar, rasa tidak terlalu masam, daya tahan juga cukup baik.

Varietas Oso grande ini lebih cenderung dimanfaatkan sebagai buah segar. Bila

dibandingkan dengan buah stroberi asal Jawa Barat yang beredar di pasaran,

stroberi dari Desa Pancasari ini memiliki keunggulan antara lain rasa lebih manis,

ukuran buah relatif lebih besar, lebih tahan lama. Buah dari Desa Pancasari bisa

bertahan selama 3 hari pada suhu kamar dan 6 hari bila disimpan di lemari

pendingin. Menurut Budiman dan Saraswati (2005) ada beberapa varietas stroberi

yang bisa ditemui di Indonesia.

Tabel 2.2 Varietas Stroberi


19

Kesegaran
Varietas Ukuran Buah Rasa Kekeraan Buah
Buah
Camaraosa Besar Baik Baik Sangat Keras
Chandler Medium Baik Baik Keras
Earlibrate Besar Baik Kurang Baik Medium
Oso Grade Besar Baik Baik Keras
Stroberi Festifal Besar Sangat Baik - Sangat Keras
Sweet Charlie Besar Baik Kurang Baik Keras
Sumber: Budiman dan Saraswati ,2005

Bibit yang sampai saat ini digunakan masih berasal dari bibit tahun 2003

yang terus diambil anakannya. Bagi petani yang pertama kali menanam stroberi

maka akan membeli bibit dari petani lain yang terlebih dahulu sudah menanam

stroberi. Harga bibit yang awalnya mencapai Rp 5.000,00 semakin lama harganya

semakin menurun. Harga bibit saat penelitian berlangsung hanya Rp. 1.000,00.

Awalnya bibit stroberi ini diimpor langsung dari California Amerika Serikat. Bibit

yang berasal dari sana biasanya adalah bibit hibrida. Ini artinya masyarakat

menggunakan bibit hibrida yang terus diturunkan. Menurut Budiman dan Saraswati

(2005), penggunaan bibit hibrida tidak layak diperbanyak karena kualitas dan

kuantitas tanaman nantinya akan semakin menurun bila dibandingkan dengan

induknya. Hasil wawancara dengan para narasumber juga menggambarkan kondisi

seperti diatas. Petani pada unumnya merasakan hasil yang semakin menurun

kualitas maupun kuantitasnya. Awalnya berat buah stroberi bisa mencapai 25 gram

per buah, sedangkan saat ini berat buah hanya berkisar 15-20 gram. Bibit yang

diperlukan untuk 1 hektar lahan sebanyak 40.000 sampai 60.000 tanaman.

Masyarakat petani Desa Pancasari pada umumnya menggunakan pupuk

dasar berupa pupuk kandang. Kotoran sapi, kambing maupun ayam adalah bahan

yang biasa digunakan sebagai pupuk kandang. Saat ini pupuk kandang yang lebih
20

banyak digunakan adalah yang berasal dari kotoran ayam. Petani memilih kotoran

ayam karena termasuk pupuk dingin sehingga bisa langsung dipergunakan di lahan.

Pupuk yang berasal dari kotoran sapi atau kambing perlu didiamkan dulu beberapa

hari sebelum ditaburkan di lahan. Selain itu, ketersediaan pupuk dari kotoran ayam

lebih banyak, hanya saja harganya lebih mahal dari pupuk yang berasal dari kotoran

sapi maupun kambing. Kebutuhan pupuk kandang untuk satu hektar lahan sekitar

20 ton. Petani sudah mulai sadar akan bahaya zat-zat kimia terutama pada buah

stroberi, sehingga penggunaan pupuk kimia sudah mulai dikurangi. Meskipun

kesadaran sudah mulai tumbuh namun untuk menjaga kesuburan tanaman para

petani masih memberikan pupuk kimia sebagai pupuk susulan. Pupuk ini biasanya

diberikan 1-2 kali per bulan. Pupuk ini merupakan pupuk daun. Kebutuhan pupuk

ini per hektar lahan mencapai mencapai 10 kilogram. Beberapa petani sudah ada

yang menggunakan pupuk organik cair sebagai pupuk daunnya. Kebutuhan pupuk

organik untuk satu hektar lahan sekitar 10 liter.

Kebutuhan lain dalam budidaya stroberi di lahan terbuka adalah mulsa.

Mulsa bermanfaat untuk mengurangi erosi pada guludan sehingga unsur hara tanah

tidak mudah hilang terbawa air hujan. Selain itu mulsa juga dapat meningkatkan

penyerapan cahaya matahari dengan memantulkan cahaya ke bagian bawah

tanaman. Setiap 1 hektar lahan memerlukan plastik mulsa sebanyak 9 sampai 10

gulung. Seluruh sarana produksi itu sangat mudah diakses oleh petani di Desa

Serang. Terdapat 3 toko penyedia saprodi yang letaknya tidak terlalu jauh dari Desa

Pancasari. Setiap tahapan dalam usaha tani stroberi membutuhkan jumlah tenaga

kerja yang berbeda-beda. Menurut Khoerudin (2007) kebutuhan tenaga kerja


21

budidaya stroberi untuk luasan satu hektar per musim tanam adalah sebagai berikut

Tabel 2.3 Kebutuhan Tenaga Kerja Budidaya Stroberi

No. Tahap Budidaya Kebutuhan Tenaga Kerja Per Ha


HKP HKW
1 Persiapan Bibit 5 15
2 Pengolahan Tanah 100 -
3 Pemasangan Mulsa 50 -
4 Penanaman 20 15
5 Pemeliharaan 220 150
6 Panen 50 150
Jumlah 445 330
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun, 2023

2.5 Pendapatan Usahatani

Pendapatan mempunyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan

melanjutkan kegiatan usaha petani. Sisa dari pendapatan usahatani merupakan

tabungan dan juga sebagai sumber dana yang memungkinkan petani mengusahakan

kegiatan sektor lain. Berdasarkan Khoerudin (2007) dapat diadopsi análisis

besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani stroberi di Desa Serang pada

lahan seluas 1 hektar dengan jarak tanam 50x40 cm selama 2 tahun. Dan berikut

adalah analisis besarnya penerimaan dan pendapatan usaha petani stroberi di

kecamatan sukasada, buleleng:

Tabel 2. 4 Biaya Usahatani Stroberi


Harga Satuan Jumlah
Keterangan Kuantitas
(Rupiah) (Rupiah)
Alat Pertanian 1 set 1.250.000 1.250.000
Gubug 1 unit 1.000.000 1.000.000
Jumlah Biaya 2.250.000
Investasi
22

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun,
2023

Investasi alat dan gubug ini merupakan barang modal yang perlu dibeli

untuk menjalankan usahatani stroberi. Gubug dan alat pertanian dapat digunakan

hingga 3 tahun sehingga penghitungan setiap tahunnya menggunakan penyusutan

sebesar 33%.

Tabel 2.5 Analisis Usaha Jangka Waktu 1 Tahun


Harga Satuan Jumlah
Keterangan Kuantitas
(Rupiah) (Rupiah)
Sewa Lahan 1 Ha 2.500.000 2.500.000
Bibit 50.000 1.000 50.000.000
Pupuk Kandang 20 Ton 180.000 3.600.000
Pupuk Daun 10 Kg 65.000 650.000
Mulsa Plastik 10 450.000 4.500.000
Tenaga Kerja
a. Pengolahan Tanah 12.000 1.200.000
b. Pemasangan Mulsa
c. Penanaman 100 HKP 12.000 600.000
d. Pemeliharaan
e. Panen 50 HKP 12.000 240.000
20 HKP 12.000 3.996.000
333 HKP 12.000 1.944.000
Pajak dan Iuran 162 HKP 250.000 250.000
Penyusutan Alat dan Gubug 1 Tahun 708.400 708.400
Jumlah Biaya 70.188.000
Pemerimaan :
0,4 kg x 45.000 tanaman = 18.000 kg 5.500 99.000.000
18.000 kg
99.000.000
70.188.400
= 28.811.600
Sumber: data diolah, 2023

Analisis usaha di atas menghitung untuk jangka waktu tahun (1 musim

tanam). Modal awal yang diperlukan untuk budidaya stroberi cukup besar. Bila

diperhitungkan untuk 1 musim tanam (1 tahun) saja maka pendapatan yang

diperoleh relatif kecil bila dibanding modal awal yang dikeluarkan. Biaya yang
23

diperlukan pada awal pengusahaan adalah Rp.70.188.400,00 dengan pendapatan

Rp.28.811.600,00. Penghematan cxx untuk musim tanam kedua yaitu pada

komponen bibit. Bibit untuk musim tanam kedua tidak membeli melainkan

mengambil dari anakan tanaman sebelumnya. Untuk tahun berikutnya ada upah

pekerja mengalami peningkatan.

2.6 Produk Olahan Stroberi

Produk olahan stroberi dapat berupa berbagai macam jenis makanan dan

minuman yang menggunakan stroberi sebagai bahan utama atau bahan tambahan.

Beberapa contoh produk olahan stroberi antara lain selai stroberi. Selai yang terbuat

dari stroberi yang diolah dengan cara merebus dan ditambahkan gula. Selai stroberi

biasanya digunakan sebagai olesan pada roti, biskuit, dan kue. Yogurt stroberi,

yogurt yang dicampur dengan saus stroberi atau buah stroberi yang telah

dihaluskan. Yogurt stroberi biasanya dijual dalam kemasan kecil dan menjadi salah

satu makanan ringan yang sehat. Smoothie stroberi, yaitu minuman yang terbuat

dari buah stroberi yang dihaluskan dan dicampur dengan susu, yogurt, atau es krim.

Smoothie stroberi biasanya dijual di kedai minuman dan menjadi salah satu

minuman yang populer pada musim panas. Es krim stroberi: Es krim yang terbuat

dari susu dan buah stroberi yang dihaluskan. Es krim stroberi biasanya dijual dalam

kemasan dan menjadi salah satu es krim yang populer pada musim panas. Pie

stroberi: Kue tart yang diisi dengan buah stroberi yang telah diolah dengan gula dan

tepung maizena. Pie stroberi biasanya dijual di toko kue atau restoran sebagai

hidangan penutup. Jus stroberi: Minuman yang terbuat dari buah stroberi yang dijus

atau dihaluskan dan dicampur dengan air dan gula. Jus stroberi biasanya dijual di
24

kedai minuman dan menjadi salah satu minuman yang menyegarkan pada musim

panas. Produk olahan stroberi memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi seperti

vitamin C, serat, dan antioksidan. Namun, sebaiknya tetap memperhatikan porsi

konsumsi dan kandungan gula yang terdapat pada produk olahan stroberi.

2.7 Strategi

2.7.1 Pengertian Strategi

Menurut Johnson et al., (2016) Strategi merupakan suatu arah dan ruang

lingkup sebuah organisasi dalam jangka panjang yang bertujuan untuk mencapai

keuntungan bagi organisasi melalui konfigurasi sumber daya dalam lingkungan

yang menantang, untuk memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi harapan

pemangku kepentingan. Siagan (2016) menyatakan bahwa strategi adalah

serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang telah dibuat oleh manajemen

puncak dan dapat diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam

rangka pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Menurut Sofjan Assauri (2016)

strategi merupakan pemilihan yang dilakukan secara matang atas serangkaian

tindakan atau cara yang dilakukan sebagai upaya pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.

Menurut Richard L. Daft dalam Nisak (2013) mendefinisikan startegi secara

eksplisit, yaitu rencana tindakan yang menerangkan tentang alokasi sumber daya

serta berbagai aktivitas untuk menghadapi lingkungan, memperoleh keunggulan

bersaing dan terakhir mencapai tujuan perusahaan. Dari pengertian tersebut, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi adalah proses perencanaan yang dilakukan

oleh suatu perusahaan atau seseorang dengan berbagai pertimbangan berupa faktor-
25

faktor internal dan eksternal perusahaan untuk mencapai sasaran yang diinginkan

sehingga unggul dari sebuah persaingan.

Proses strategi mewujudkan pendekatan ini untuk mengambil sebuah

keputusan. Hal tersebut dapat mempresentasikan pendekatan yang logis, sistematis

serta objektif untuk menentukan arah perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini

membuat para penyusun strategi tidak hanya dapat menggunakan instuisi saja

dalam memilih diantara berbagai alternatif suatu tindakan. Para penyusun strategi

yang sukses dalam memikirkan bisnis mereka, posisi mereka bersmaa bisnis dan

apa yang diinginkan sebagai sebuah organisasi dan dapat mengimplementasikan

program-program yang ingin dicapai.

2.7.2 Strategi Pengembangan Usaha

Strategi merupakan kiat perusahaan untuk mencapai visi, misi, dan

tujuannya. Merumuskan suatu Strategi merupakan tanggung jawab besar bagi

pimpinan perusahaan dalam menentukan keberhasilan suatu usaha. Oleh sebab itu,

perumusan Strategi harus dilakukan dengan pertimbangan yang matang.

Pertimbangan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan

dan data yang valid, agar strategi yang dirumuskan mampu memberikan pengaruh

atau kontribusi terhadap perkembangan usaha. Dalam merumuskan strategi

pengembangan usaha perlu mengidentifikasi secara cermat kondisi internal dan

eksternal perusahaan yang meliputi faktor kekuatan, kelemahan, ancaman, dan

peluang bagi perusahaan. Kekuatan merupakan faktor internal yang mendukung

perusahaan dalam mencapai tujuannya, sedangkan kelemahan merupakan faktor

internal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.


26

Sementara itu, ancaman dan peluang merupakan faktor dari luar perusahaan

yang memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap perkembangan

perusahaan (Putra, 2018). Tujuan utama Strategi dalam setiap kegiatan adalah

mencapai keberhasilan. Dalam mencapai tujuan yaitu keberhasilan, ada beberapa

elemen Strategi yang harus dipenuhi. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara

sederhana, konsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap

lingkungan persaingan. Ketiga, penilaian objektif terhadap sumber daya dan

implementasi yang efektif (Pane, 2017).

2.7.3 Fungsi Strategi Pemasaran

Adapun Fungsi Strategi Pemasaran menurut Tjiptono (2015) adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan motivasi untuk berpikir jauh ke depan

Memberikan kreasi dan inovasi baru terhadap suatu produk memang

sangat diperlukan untuk menjaga keutuhan dan ketahanan, ataupun

kelangsungan dalam suatu perusahaan. Karena itulah setiap perusahaan yang

maju memiliki divisi khusus untuk riset dan pengembangan produk, hal ini untuk

memahami kebutuhan konsumen dan membuat sebuah inovasi produk yang

baru. Untuk konsumen sendiri biasanya mereka bingung terhadap apa yang

dibutuhkan, maka dari itu perusahaan harus bisa menangkap apa yang

sebenarnya konsumen butuhkan.

2. Koordinasi pemasaran yang lebih efektif dan terarah

Dengan adanya strategi pemasaran akan membuat koordinasi tim menjadi

jauh lebih baik serta terarah. Sehingga sangat dibutuhkan pengetahuan


27

manajemen pemasaran, dengan memiliki manajemen pemasaran yang tepat

maka perusahaan bisa membuat koordinasi dari tiap divisi untuk menunjang

penjualan. Sehingga perlu adanya keseimbangan permintaan konsumen tinggi,

tetapi tidak diimbangi dengan kekuatan produksi barang. Karena itulah, perlu

peningkatan koordinasi tiap divisi khususnya bagian pemasaran dengan produksi

supaya dapat melayani konsumen dengan baik.

3. Dapat merumuskan tujuan/goal perusahaan yang akan dicapai

Dengan bantuan strategi ini, wirausahawan dapat terbantu untuk lebih

mendetailkan tujuan apa yang ingin perusahaan capai. Baik jangka panjang

maupun jangka pendek. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka perusahaan tentu

akan “stagnan” atau tidak berkembang. Karena itulah, perlu ditetapkan goal

yang jelas. Tujuan ini bisa berupa target penjualan, pemasukan atau memperluas

pangsa pasar. Jika tujuan dapat tercapai maka akan meningkatkan nilai ekonomi

dari perusahaan tersebut.

4. Pengawasan kegiatan pemasaran lebih efektif atas standard prestasi kerja

Tentunya dalam hal pemasaran perlu diawasi setiap anggota tim untuk

peningkatan mutu ataupun kualitas. Tanpa adanya pengawasan yang jelas dan

tegas maka tidak bisa memunculkan potensi dari setiap anggota. Untuk

memotivasi karyawan supaya lebih semangat perlu diberikan reward jika

mencapai atau melebihi target penjualan. Karena itulah, tidak heran jika

karyawan divisi marketing sering mendapatkan bonus ketika berhasil

mendapatkan client yang banyak. Menurut Tjiptono, F. (2015), agar dapat


28

bermanfaat secara maksimal, maka segmen-segmen pasar harus memenuhi

empat karakteristik berikut yaitu :

a. Terukur (Measurable), artinya segmen pasar tersebut dapat diukur, baik

besarnya, maupun luasnya serta daya beli segmen pasar tersebut.

b. Terjangkau (Accessible), artinya segmen pasar tersebut dapat dicapai

sehingga dapat dilayani secara efektif.

c. Cukup luas (Substantial), sehingga dapat menguntungkan bila dilayani.

d. Dapat dilaksanakan (Actionable), sehingga semua program yang telah

disusun untuk menarik dan melayani segmen pasar itu dapat efektif.

2.8 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah kegiatan mengidentifikasi berbagai macam faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi yang dapat menguntungkan

perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengembilan

keputusan Strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, Strategi

dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, perencana Strategis (strategic planer)

harus menganalisis faktor-faktor Strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada pada saat ini. Hal ini disebut dengan

Analisis SWOT (Rangkuti, 2014).


29

2.9 The Quantitative Strategic Planning Matrix

The Quantitative Strategic Planning Matrix atau pendekatan QSPM adalah

metode objektif yang digunakan untuk memilih strategi terbaik dengan

menggunakan input dari teknik manajemen lainnya dan beberapa perhitungan

mudah. Dengan kata lain, metode QSPM menggunakan input dari analisis tahap 1,

sesuai dengan hasil analisis dari tahap 2, kemudian memutuskan objektif antara

strategi alternatif. Langkah pertama dalam analisis manajemen strategis secara

keseluruhan digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis. Hal ini dapat

dilakukan dengan menggunakan, misalnya, matriks EFE dan IFE matriks. Setelah

mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor strategis kunci sebagai masukan

untuk QSPM, kemudian yang dapat dilakukan adalah merumuskan jenis strategi

Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tahap 2 alat manajemen strategis,

misalnya analisis SWOT (atau TOWS), SPACE matriks analisis, matriks BCG

model, atau IE matriks model. Berdasarkan analisis kemudian merumuskan

strategi, lalu hal yang selanjutnya yang akan dilakukan adalah untuk

membandingkan dalam strategi-strategi alternatif QSPM dan memutuskan mana

yang paling sesuai untuk tujuan penelitian. Metode QSPM sangat memungkinkan

untuk dapat mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif.

QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk

melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key

succes factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Jadi,

secara konseptual tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif

(relative attractiveness) dari strategi yang bervariasi yang dipilih, untuk


30

menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan

(Umar, 2002).

Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) merupakan analisis

yang digunakan untuk mengetahui prioritas strategi yang akan diterapkan.

Menurut David et al. (2009), QSPM dapat digunakan untuk menentukan strategi

alternatif yang diperoleh dari analisis SWOT. Analisis ini dapat digunakan untuk

menganalisis secara obyektif dan menentukan urutan strategi pengembangan.

Menurut Chatarine (2012). berikut beberapa langkah dalam perumusan Matriks

QSPM yakni :

a. Pencatatan semua faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor

eksternal (peluang dan ancaman).

b. Pemberian bobot untuk masing-masing faktor internal dan faktor eksternal

sesuai matriks EFAS dan IFAS.

c. Pengevaluasian matriks tahap pencocokan dan identifikasi strategi yang

dirumuskan.

d. Penentuan nilai Attractiveness Score (AS) dengan cara mengidentifikasi daya

tarik relatif dari masing-masing strategi dalam sel alternatif tertentu. Nilai untuk

AS adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik dan 4 =

sangat menarik.

e. Penghitungan nilai Total Attractiveness Score (TAS) yang didapat dari hasil

perkalian bobot dengan Nilai AS. Nilai TAS menunjukkan daya tarik relatif

dari masing-masing strategi dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor

keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat. Nilai TAS yang
31

semakin tinggi menunjukkan semakin menarik strategi tersebut.

f. Penghitungan nilai Sum Total Attractiveness Score (STAS) dengan

menjumlahkan nilai TAS dari masing-masing strategi. Nilai STAS

menunjukkan urutan strategi yang paling cocok dengan mempertimbangkan

semua faktor internal dan eksternal.

2.10 Kerangka Pemikiran

Agribisnis mencakup subsistem sarana produksi atau bahan baku di hulu,

proses produksi biologis di tingkat bisnis atau usahatani, aktivitas transportasi

berbagai fungsi bentuk (pengolahan), waktu (penyimpanan atau pengawetan) di

tengah, serta pemasaran dan perdagangan di hilir, dan subsistem lain seperti jasa,

permodalan, perbankan dan sebagainya. Memilah-milah suatu sistem agribisnis

dalam satuan yang terpisah hanya akan menimbulkan gangguan serius dalam

seluruh rangkaian yang ada, dan tidak mustahil dapat menciptakan permasalahan

tingkat berikutnya yang lebih dahsyat (Arifin, 2004).

Dalam perkembangannya, produk stroberi kian diminati, selain rasanya

yang manis, kaya Vitamin C, serat, rendah kalori, folat, potassium, serta asam

ellagic. Dengan mengkonsumsi delapan buah stroberi setiap hari, maka kebutuhan

Vitamin C dan serat orang dewasa sudah tercukupi. Oleh sebab itu, peneliti ingin

melakukan strategi pengembangan olahan agar dapat meningkatkan pendapatan

para petani strawberr di Desa Pancasari sehingga produk yang mereka hasilkan

akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada hanya menjual produk buah

strawberri. Berdasarkan penjelasan diatas berikut disajikan kerangka pemikiran

penelitian.
32

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan


Olahan Stroberi
III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lokasi yang terdapat sumber daya pertanian

khususnya tanaman stroberi di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kecamatan

Sukasada, Kabupaten Buleleng. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan

metode purposive yaitu seuatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja

berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan

dalam penentuan lokasi penelitian di desa Pancasari, Kecamatan Sukasada,

Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng karena lokasi ini merupakan salah satu

penghasil buah stroberi namun belum dapat berkembang terutama pada produk

hasil pengolahan stroberi sehingga pasar yang mampu dijangkau hanya sebatas

penjualan buah segarnya saja. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2022

hingga Februari 2023.

3.2 Data dan Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data kualitatif

adalah data yang memuat informasi berupa kalimat atau kata-kata. Data kualitatif

yang dikumpulkan pada penelitian ini didapatkan dari petani yang mengelola

stroberi di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kecamatan Sukasada, Kabupaten

Buleleng.

33
34

3.2.2 Sumber Data

Data yang dikumpulkan merupakan data yang terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada 4 resonden

yakni pengepul, pedagang, pengolah stroberi dan informan kunci yaitu petani.

Institusi atau lembaga pemerintah sebagai pelengkap saja yang berasal dari dinas

pertanian dan kehutanan Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, dinas

kebudayaan dan pariwisata Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng dan badan

perencana pembangunan daerah Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng

dengan berbagai macam latar belakang pendidikan yang terlibat baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam proses pengembangan produk olahan

stroberi di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kecamatan Sukasada, Kabupaten

Buleleng.

3.2.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan guna mengetahui

situasi dan kondisi di lapangan. Sedangkan, wawancara merupakan suatu bentuk

teknik pengumpulan data melalui komunikasi secara langsung antara peneliti dan

responden. Wawancara di dalam penelitian ini ditujukan kepada responden dalam

penelitian ini yakni pengepul, pedagang, pengolah stroberi dan informan kunci

yaitu petani serta institusi atau lembaga pemerintah yang berasal dari dinas

pertanian dan kehutanan Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, dinas

kebudayaan dan pariwisata Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng dan badan

perencana pembangunan daerah Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.


35

Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang memuat daftar pertanyaan atau

pernyataan kepada orang yang bersedia memberikan respon sesuai dengan tujuan

pemberi kuesioner. Sedangkan dokumentasi merupakan teknik pencatatan yang

digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dari instansi atau lembaga yang

berkaitan dengan seluruh penelitian.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber utama data dalam penelitian, yaitu orang-
orang yang memiliki data mengenai variable yang diteliti. Adapun subjek dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Keterangan Responden

No Responden Jumlah Responden


1. Pengepul Stroberi 2
2. Pedagang Stroberi 4
3. Pengolah Stroberi 4
4. Petani Stroberi 4
Sumber: data diolah, 2023

3.4 Variable dan Pengukuran

Sugiyono (2009) menyatakan variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

indentifikasi faktor internal dan eksternal mengenai produksi olahan storberi

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun beberapa variabel dalam

penelitian ini adalah:

1. Variabel Strategi Pengembangan diajukan untuk mencapai keuntungan bagi

organisasi melalui konfigurasi sumber daya dalam lingkungan yang menantang,

untuk memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pemangku


36

kepentingan. Dalam merumuskan strategi pengembangan usaha perlu

mengidentifikasi secara cermat kondisi internal dan eksternal perusahaan yang

meliputi faktor kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang bagi perusahaan.

Kekuatan merupakan faktor internal yang mendukung perusahaan dalam

mencapai tujuannya, sedangkan kelemahan merupakan faktor internal yang

menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Sementara itu, ancaman

dan peluang merupakan faktor dari luar perusahaan yang memberikan pengaruh

positif maupun negatif terhadap perkembangan perusahaan .

2. Variabel Agribisnis yang diajukan untuk rangkaian kegiatan budidaya dalam

bidang pertanian pada lini on-farm (di dalam lahan budidaya) dan peningkatan

nilai tambah pada komoditas on-farm lewat proses pengolahan, pemasaran dan

distribusi (off-farm). Terdapat 4 subsistem agribisnis, yaitu subsistem pengadaan

dan penyaluran sarana dan prasarana produksi (saprodi), subsistem produksi

primer atau usaha tani (on-farm), subsistem agroindustri atau pengolahan, dan

subsistem pemasaran.

3. Variabel Saprodi dan Tenaga Kerja, yang digunakan dalam usahatani stroberi di

Desa Pancasari antara lain bibit, pupuk kandang, pupuk kimia, dan mulsa.

Saprodi tersebut merupakan input yang akan berpengaruh pada output yang

dihasilkan sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh pada produktivitas

usahatani.
37

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis SWOT

Analisa SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan sebuah strategi analisis agar dapat memaksimalkan sebuah

kekuatan dan peluang secara bersamaan yang nantinya akan mengurangi

kelemahan dan ancaman tersebut (Rangkuti, 2015). Analisis SWOT digunakan

untuk faktor-faktor strategi pengembangan olahan stroberi baik secara ekternal

maupun internal dalam kondisi saat ini yang kemudian disesuaikan dengan

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Dalam melakukan analisis SWOT

akan timbul penilaian yang akan menjadi sumber analisa bagi pengusaha untuk

dapat menentukan kualitas produk. Kategori penilaian menggunakan analisis

SWOT dibagi menjadi 4 yakni:

Internal = Range / Kelas

Keterangan:

a. Range : selisih antara nilai tertinggi dan terendah (4(sangat baik) -1(sangat

kurang baik) =3)

b. Kelas: jenis penilaian yang telah ditetapkan (sangat baik,baik,kurang

baik,sangat kurang baik) Interval penilaian =3/4= 0,75

Tabel 3. 2 Kriteria Hasil Analisis

Nilai Range Hasil Klasifikasi


4 3.26-400 Sangat Baik Kekuatan/Peluang
3 2.51-3.25 Baik Kekuatan/Peluang
2 1.76-2.50 Kurang Baik Kelemahan/Ancaman
1 1.00-1.75 Sangat Kurang Kelemahan/Ancaman
Sumber : Rangkuti (2015)
38

Berdasarkan tabel diatas maka posisi peluang berada pada rentang nilai

2.51 sampai 4.00 dan posisi ancaman berada pada rentan nilai 1.00 sampai

dengan 2.50. Untuk lingkungan internal, memberikan gambaran tentang peluang

yaitu sebutan sangat baik dan ancaman sebutan kurang baik. Kombinasi antara

kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman diperoleh suatu matrik yang

dikenal dengan matrik SWOT yang dimana dijelaskan pada tahap analisis.

3.5.2 Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM)

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis QSPM. Menurut

David (2006), pada analisis QSPM ini dilakukan evaluasi secara obyektif

berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang sebelumnya

sudah diidentifikasi. Dalam hal ini, seorang pengusaha harus bisa menentukan

strategi yang baik yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan.

Dalam menggunakan analisis Matriks QSPM, Matriks QSPM digunakan

untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan

lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai total

terbesar pada matriks QSPM merupakan strategi yang paling baik. QSPM

menggunakan analisis input dari Tahap 1 dan hasil pencocokan dari analisis Tahap

2 untuk secara objektif menentukkan strategi yang hendak dijalankan di antara

strategi-strategi alternatif. Pada kerangka perumusan strategi komprehensif QSPM

menggunakan input dari analisis Tahap 1 dan hasil pencocokan dari analisis Tahap

2 untuk menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. Yaitu, Matriks EFE,

SWOT, Matriks IFE, yang membentuk Tahap 1, digabung dengan Matriks SWOT,

Matriks SPACE, Matriks IE, Matriks Grand Strategy, yang membentuk dalam
39

Tahap 2, memberikan informasi yang dibutuhkan untuk membuat QSPM (Tahap

3). QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi

alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal

dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Seperti alat analisis perumusan-

strategi lainnya, QSPM membutuhkan penilaian intuitif yang baik.

Tabel 3.3 Matriks QSPM

Faktor Faktor Alternatif Strategi


Bobot
Kunci Strategi I Strategi 2 Strategi 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor-Faktor
Kunci Internal
Total Bobot
Faktor-Faktor
Kunci Eksternal
Total Bobot
Jumlah Total Nilai Daya Tarik
Sumber : David, 2006
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Alam

4.1.1 Luas Wilayah dan Pembagian Wilayah Administrasi

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Pancasari

Nama Dusun Jumlah KK Jiwa Laki-laki Perempuan


Buyan 216 922 451 471
Dasong 168 762 370 392
Karma 184 762 382 380
Lalang linggah 177 762 385 377
Peken 196 853 416 437
Total 941 4.061 2.004 2.057
Sumber: data diolah, 2023

4.1.2 Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan

Tingkat Pendidikan akan mempengaruhi pola piker setaip individu.

Meskipun pekerjaan di bidang pertanian dianggap tidak membutuhkan tingkat

Pendidikan yang tinggi, namun pengetahuan yang diperoleh melalui Pendidikan

formal dapat mempengaruhi pola piker petani dalam pengambilan keputusan usaha

tani dan strategi yang digunakan dalam pengembnagan pertanian maupun strategi

dalam pemasarannya. Berikut data Pendidikan masyarakat Desa Pancasari, Kab,

Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng:

40
41

Tabel 4.2 Data Pendidikan Masyarakat Desa Pancasari

Jumlah Laki-laki Perempuan


No. Kelompok
n % n % N %
Tamat
1. 1.477 28,98% 673 13,21% 804 15,78%
Sd/Sederajat
Tidak/Belum
2. 1.311 25,71% 601 11,39% 709 13,91%
Sekolah
3. Slta/Sederajat 970 19,03% 536 10,52% 434 8,52%
4. Sltp/Sederajat 614 12,00% 312 6,12% 302 5,93%
Belum Tamat
5. 350 6,87% 162 3,18% 188 3,69%
Sd/Sederajat
Diploma IV/
6. 157 3,08% 93 1,82% 64 1,26%
Strata I
7. Diploma I/II 139 2,73% 107 2,10% 32 0,63%
Akademi/Diploma
8. 69 1,35% 37 0,73% 32 0,63%
III/S.Muda
9. Strata II 7 0,14% 6 0,12% 1 0,02%
10. Strata III 3 0,06% 3 0,06% 0 0,00%
TOTAL 5.096 100% 2.530 49,65% 2.566 50,35%
Sumber: data diolah, 2023

4.2 Subsistem Produksi/ Usahatani

Stroberi sebagai tanaman yang berasal dari wilayah beriklim sub tropis,

dapat tumbuh di Indonesia yang beriklim tropis pada ketinggian 1000 meter di atas

permukaan laut. Saat ini berbagai daerah di Indonesia sudah banyak

mengembangkan budidaya stroberi di daerah Kabuaten Kecamatan Sukasada,

Kabupaten Buleleng. Salah satu wilayah yang mengembangkan budidaya stroberi

adalah Desa Pancasari. Wilayah Desa Pancasari memiliki kawasan dataran tinggi

dengan ketinggian 1000 sampai 1800 mdpl. Budidaya stroberi di Desa Pancasari

memiliki tanah yang berjenis latosol dengan suhu harian berkisar antara 18 - 290

C. Hingga saat penelitian ini berlangsung alat pengukur curah hujan di Desa

Pancasari masih rusak sehingga curah hujan secara tepat tidak dapat diketahui.

Kelembaban udara di Desa Pancasari termasuk tinggi, bahkan para petani mengaku
42

tidak pernah menyiram tanaman stroberinya karena sudah cukup mendapat air dari

embun atau kabut yang selalu muncul tiap pagi dan sore hari.

Kondisi agroklimat Desa Pancasari memang sesuai untuk budidaya stroberi,

namun bukan berarti tidak ada kendala dalam proses produksinya. Saat musim

kemarau stroberi yang dihasilkan bisa sangat melimpah, namun pada saat musim

penghujan produksinya turun sampai 50 persen. Kondisi tersebut membuat

produksi stroberi berfluktuasi. Pemyebabnya adalah pada musim hujan banyak

buah yang membusuk. Para petani memaknai hal ini karena pengaruh air yang

menggenangi buah, namun ciri-ciri busuknya buah mirip dengan ciri-ciri serangan

cendawan. Beberapa petani pernah mencoba memasang sungkup untuk

menghalangi air hujan agar tidak mengenai buah, namun cara ini tidak berhasil.

Tiupan angin yang cukup kencang menerbangkan sungkup yang telah dipasang.

Sejak saat itu, sebagian petani memilih pasrah menerima kodisi tersebut. Beberapa

petani lainnya mengatasinya dengan memperbaharui tanaman di pertengahan

musim hujan dengan tujuan agar di musim kemarau tanaman sudah siap berbuah.

Dorongan dari PPL dan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kecamatan

Sukasada, Kabupaten Buleleng juga berperan dalam perkembangan budidaya

stroberi di Desa Pancasari. Para personil dari Dinas Pertanian dan Kehutanan

melihat potensi stroberi dapat menjadi ujung tombak kemajuan bagi masyarakat

setempat. Mereka ternyata tidak hanya melihat adanya potensi ekonomi saja,

namun adanya potensi pelestarian alam. Budidaya stroberi mampu mengurangi laju

erosi tanah permukaan yang terjadi di Desa Pancasari. Selama menanam komoditas

sayuran para petani membuat guludan yang searah dengan kemiringan lahan karena
43

bila tidak air hujuan akan menggenang dan sayuran akan membusuk. Sedangkan

tanaman stroberi dapat ditanam dengan guludan yang tidak searah kemiringan

lahan karena lebih tahan terhadap air yang banyak di dalam tanah. Sistem ini akan

menghambat laju erosi pada tanah permukaan. Seiring perkembangannya Dinas

Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng menetapkan

stroberi sebagai salah satu komoditas unggulan.

Bila dilihat dari sejarah masuknya stroberi yang diuji cobakan pada tahun

2003 maka komoditas stroberi tergolong baru di Desa Pancasari. Persebarannyapun

terjadi hanya berdasarkan pengalaman orang lain yang memperoleh keuntungan

dari budidaya stroberi. Pihak perusahaan yang megujicobakan stroberi itupun tidak

pernah mengajarkan bagaimana teknik budidaya yang tepat untuk tanaman stroberi.

Masyarakat setempat menanam stroberi berdasarkan hasil pengamatan di kebun

percobaan dan pengalaman mereka bercocok tanam sayuran yang sama-sama

termasuk kelompok hortikultura. Kesulitan serupa juga dialami oleh petugas PPL

setempat. Bagi beliau stroberi adalah komoditas baru yang masih harus dipelajari

teknik budidaya dan pengembangannya. Kondisi ini membuat belum adanya

keseragaman dalam mengusahakan tanaman stroberi di Desa Pancasari.

Pengalaman masing-masing petani lebih dominan dalam menentukan langkah-

langkah yang mereka ambil dalam budidaya stroberi. Selain pengalam bertani

tingkat pendidikan juga menentukan pola pikir mereka dalam mengambil

keputusan. Sebagian besar petani di Desa Serang memiliki tingkat pendidikan tamat

SD dan SLTP.
44

Berbagai aspek yang penting untuk menjaga kualitas buah terkadang tidak

dilakukan dengan baik oleh para petani. Banyak petani yang menanam tanamannya

dengan jarak tanam yang lebih dekat dari aturan seharusnya dengan tujuan

meningkatkan daya tampung lahan. Gulma yang sudah memenuhi tanah kosong

antar guludan kerap dibiarkan tanpa disiangi. Hal seperti itu bisa terjadi karena

sebagian besar petani hanya berfikir jangka pendek saja, selain itu seperti apapun

hasil panen mereka selalu terserap oleh para pengepul dan mereka masih tetap

untung. Luas lahan tanam yang semakin bertambah namun tidak disertai dengan

pembagian waktu tanam menimbulkan kekhawatiran akan turunnya harga pada saat

panen raya. Ada kemungkinan petani menurunkan harga jual karena produk yang

melimpah dan belum ada mitra yang mau menampung berapapun jumlah panen.

Perbedaan-perbedaan teknik budidaya tersebut kebanyakan terdapat pada teknik

pemilihan bibit, pemberian pupuk, penentuan jarak tanam, ukuran guludan dan

pemanenan. Seluruh petani di Desa Pancasari mengusahakan stroberinya di lahan

terbuka menggunakan mulsa. Secara umum proses budidaya tanaman stroberi

adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Lahan

Persiapan lahan diawali dengan pengolahan tanah, yaitu mencangkul tanah

dengan kedalaman 30-40 cm. Setelah itu diangin-anginkan selama 1 hingga 2

minggu. Langkah berikutnya adalah membuat guludan dengan lebar 80- 120 cm,

tinggi guludan 30 cm dan jarak antar guludan 40 cm. Lalu ditaburkan pupuk

kandang diatas guludan hingga merata dengan ukuran 20 ton per hektar. Biarkan

selama 3 hari, lalu tutup dengan mulsa hitam perak. Buat lubang tanam
45

menggunakan kaleng susu kental manis yang sudah dilubangi. Jarak antar

lubang 40 cm. Pemupukan dasar pada tahap ini sebenarnya bisa menggunakan

urea, SP-36, dan KCL, namun masyarakat setempat atas dasar arahan dari dinas

sudah mulai mengarah ke pertanian tanpa pupuk dan pestisida kimia.

2. Persiapan Bibit

Bibit stroberi yang digunakan diambil dari tunas-tunas tanaman

sebelumnya. Anakan yang memiliki tunas dipisahkan dari rumpunnya. Anakan

dipisahkan berikut akarnya dan dipangkas daunnya sampai tersisa dua daun

dewasa saja. Setelah dicabut, anakan bisa langsung ditanam di persemaian atau

langsung ditanam di lahan yang sudah disiapkan.

3. Penanaman

Bila bibit disemai terlebih dahulu maka baru ditanam di lahan setelah

disemai selama 2 minggu. Bibit yang tidak disemaikan bisa langsung ditanam

pada lubang-lubang tanam yang telah disediakan. Bibit yang langsung ditanam

akan mengalami kematian pada daun dewasanya, namun itu tidak menjadi

masalah.

4. Penyiraman

Petani di Desa Pancasari pada umumnya tidak melakukan penyiraman

tanaman secara khusus. Kondisi kelembaban yang cukup tinggi membantu

menyediakan air bagi tanaman. Penyiraman hanya dilakukan bila terjadi musim

kering. Penyiraman dilakukan seminggu sekali langsung ke lubang tanam.


46

5. Pemupukan

Sebagian besar petani saat ini masih menggunakan pupuk kimia dalam

pemeliharaanya. Pupuk itu adalah pupuk daun yang disiramkan ke pangkal

batang setiap tanaman sebanyak 1-2 kali per bulan. Untuk beberapa petani sudah

ada yang menggunakan pupuk organik cair. Dan ini akan terus diperluas

penggunaannya.

6. Pemangkasan dan Penyiangan

Pemangkasan daun perlu terus dilakukan. Pemangkasan terhadap tanaman

yang terlalu rimbun akan mempermudah sirkulasi udara diantara tanaman,

meningktkan penyerapan sinar matahari dan menjaga agar tidak terlalu lembab.

Pemangkasan juga perlu dilakukan untuk membuang daun-daun tua dan rusak.

Bila daun-daun tersebut tidak dibuang maka akan mengganggu pertumbuhan

tanaman. Penyiangan dilakukan tergantung tingkat pertumbuhan gulma.

Semakin cepat pertumbuhan gulma maka penyiangan harus lebih sering di

lakukan.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Hama dan penyakit tanaman stroberi di Desa Pancasari pada awal

perkenalan tanaman sama sekali tidak ditemukan. Seiring semakin cxiii

berkembangnya tanaman maka muncul beberapa hama dan penyakit tanaman,

antara lain :

a. Siput, hama ini biasanya menyerang di daerah-daerah yang tergenang air.

Hama ini biasa memakan daun dan buah stroberi yang masak. Untuk
47

menghindari pestisida yang menempel pada buah, hama ini diatasi dengan

cara manual.

b. Tungau, hama ini berukuran sangat kecil dan mengisap cairan daun. Untuk

mengatasinya dapat menggunakan insektisida Omite 570 EC sesuai dosis

anjuran, namun petani lebih sering memusnahkan tanaman tersebut sebelum

menyebar.

c. Kumbang penggerek akar, kumbang dewasanya akan menyerang daun namun

pada stadium larva, hama ini menyerang akar. Petani biasanya membuang

tanaman ini begitu melihat gejala awalnya.

d. Penyakit yang banyak menyerang adalah busuk buah. Busuk buah ini

disebabkan oleh cendawan. Tanaman yang diserang buahnya akan busuk,

berair dan berwarna coklat muda. Penyakit ini selalu menyerang pada

pertengahan musim hujan sampai awal musim kemarau. Kerugian yang

disebabkan oleh serangan cendawan ini cukup besar dirasakan oleh petani.

Penurunan produksi bisa mencapai 50% dari kondisi tanaman yang sehat.

Kondisi ini diatasi dengan membuang buah yang terserang. Penyakit ini dapat

dicegah dengan pembuatan green house, namun keterbatasan modal peteni

membuat petani lebih memilih membiarkan produksinya berkurang.

8. Pemanenan

Tanaman stroberi pada umumnya akan berbuh pada usia 3 bulan setelah

tanam. Untuk bunga pertama hendaknya dibuang agar pertumbuhan bunga

berikutnya lebih cepat. Ciri buah yang sudah siap dipanen adalah ukuran cukup

besar dengan berat per buah kira-kira 20 gram. Warnanya merah kekuningan
48

sampai merah. Ukuran diameternya 3 sampai 4 cm. Petani biasanya melakukan

pemanenan 2 hari sekali, dan pemetikan dilakukan diatas jam 8 pagi. Tujuan

pemetikan diatas jam 8 pagi adalah menunggu kabut tebal hilang terkena panas

matahari. Bila pemanenan dilakukan saat kabut masih tebal maka kadar air buah

akan lebih tinggi sehingga lebih cepat busuk bila dibandingkan dengan tanaman

yang dipanen setelah kabut menghilang. Untuk setiap tanaman, dalam satu tahun

akan menghasilkan 4 sampai 5 ons buah stroberi. Satu masa tanam stroberi yaitu

satu tahun, per hektarnya dapat menghasilkan 18 sampai 22 ton buah.

9. Pasca Panen

Petani stroberi di Desa Pancasari sudah melakukan penanganan pasca

panen. Penyortiran terhadap hasil panen sudah umum dilakukan oleh para petani.

Secara umum stroberi dibagi dalam 3 kelas. Kelas A memiliki kriteria kondisi

buah tidak rusak, warna seragam, berat buah minimal 17 gram. Kelas B memiliki

kriteria buah tidak rusak, berat buah sekitar 12 gram. Kelas C memiliki kriteria

buah tidak busuk, berat dibawah 12 gram. Penyortiran ini bermanfaat untuk

menjaga kualitas dan keparcayaan konsumen. Selain itu, dengan penyortiran

petani dapat memaksimalkan penerimaan. Persentase dari tiap-tiap kelas

berbeda-beda untuk kelas A 20 persen dari total panen, kelas B sebanyak 30

persen dan kelas C sebanyak 50 persen.


V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Agribisnis Stroberi di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten

Buleleng

Tanaman Stroberi di Indonesia berasal dari daerah pegununggan Chili yang

di kenal dengan nama latin Fragaria Chileonsis. Tanaman stroberi tumbuh subur di

kawasan Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Pada areal

yang berada pada ketinggian 1.240 meter di atas permukaan laut itu terhampar

deretan pohon stroberi. Setiap petak lahan seluasa 10 are atau 1.000 meter persegi,

diatanami ribuan pohon stroberi. Tanaman yang tertata apik, perawatannya

menggunakan pupuk organik itu mulai mengarah untuk kegiatan agrowisata dengan

melibatkan petani yang terhimpun dalam wadah kelompok. Pemerintah Kecamatan

Sukasada, Kabupaten Buleleng sendiri terus memberi dukungan terhadap

pengembangan agribisnis stroberi di desa Pancasari.

Melalui wisata kebum stroberi ini petani dapat meningkatkan nilai tambah

dari komoditas stroberi. Wisata kebun stroberi di Desa Pancasari baru

diperkenalkan pada awal tahun 2005. Ide awal dari pemanfaatan kebun stroberi

sebagai obyek pariwisata adalah berawal dari paket wisata yang ditawarkan oleh

obyek wisata yang sudah ada terlebih dahulu di Kecamatan Sukasada, Kabupaten

Buleleng. Obyek yang pernah menawarkan paket wisata kebun stroberi. Awalnya

kedua pihak tersebut bekerjasama dengan seorang petani yang memiliki kebun yang

cukup luas, sekitar 1,2 hektar. Kondisi kebun saat pertama kali dijadikan tempat

60
61

wisata masih belum memadai untuk sebuah obyek wisata, hanya berupa kebun

produksi biasa.

Petani tersebut hanya menarik uang masuk kebun sebesar Rp. 1.000,00 per

orang. Bagi pengunjung diperkenankan memetik sendiri dan dimakan ditempat

dengan didampingi seorang pemandu. Buah yang dipetik tidak boleh dibawa keluar

kebun. Bila ingin membawa pulang disediakan stroberi yang sudah dikemas di

dalam kotak mika ukuran 1 kilogram dengan harga Rp. 25.000,00 dan 0,5 kilogram

dengan harga Rp. 10.000,00. Pada saat penelitian ini berlangsung, harga tiket

masuk kebun adalah Rp. 7.500,00 per orang dengan konsep yang tidak berubah.

Petani tersebut berusaha menyedikan penambahan fasilitas yang

memudahkan pengunjung untuk menikmati wisata kebun stroberi di Desa

Pancasari. Usaha untuk meningkatkan fasilitas ternyata mendapat perhatian dari

pihak Pemerintah Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng dan swasta.

Perbaikan infrastruktur jalan dan penerangan sudah dilakukan untuk mempermudah

akses ke lokasi wisata kebun stroberi. Beberapa pengusaha baik dalam maupun luar

Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tertarik untuk melakukan kerjasama

dengan petani tersebut. Salah satu bentuk kerjasamanya adalah pembangunan

warung makan di lokasi kebun stroberi yang sudah beroperasi sejak akhir tahun

2007.

Hingga saat penelitian berlangsung jumlah kunjungan pada hari libur dan

akhir pekan rata-rata mencapai 500 orang per hari. Jumlah itu hanya bisa ditampung

di kebun milik satu orang petani dengan luas 3 hektar. Kapasitas kebun ternyata

tidak mampu mencukupi kebutuhan pengunjung. Kondisi tersebut menjadi lebih


62

parah saat musim hujan datang, karena serangan cendawan di musim hujan

menurunkan produksi buah hingga 50 persen. Untuk mengatasinya pengunjung

diarahkan ke kebun petani lain dengan sistem bagi hasil dengan pengelola

agrowisata stroberi. Meskipun demikian, sering kali pengunjung tetap tidak

menemukan stroberi untuk dipetik. Kondisi ini menyebabkan kekecewaan dari

sebagian pengunjung.

Beberapa pengunjung menyatakan daya tarik utama wisata kebun stroberi ini

adalah pemandangan dan kesejukan udara pegunungan yang mampu memberikan

ketenangan. Selain itu pengalaman memetik buah stroberi langsung di kebun juga

menjadi hiburan tersendiri. Sebagian pengunjung menyatakan sudah beberapa kali

datang ke obyek wisata kebun stroberi tersebut. Kebanyakan dari pegunjung

awalnya mengetahui adanya obyek wisata kebun stroberi ini dari teman atau

saudaranya. Untuk promosi memang dari pemilik kebun tidak melakukan promosi

secara khusus.

5.2 Karasteristik Responden

Identitas responden akan memberikan gambaran karakteristik responden

yang menjadi narasumber dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini

terdiri dari para pelaku agribisnis stroberi di Desa Pancasari. Para pelaku agribisnis

stroberi terdiri dari petani stroberi, pengepul stroberi, pedagang stroberi, pengolah

stroberi Kebanyakan petani yang menjadi responden memiliki profesi juga sebagai

pengepul. Ada juga yang berprofesi sebagai pedagang stroberi maupun sebagai

pengolah stroberi. Demikian pula ada yang sekaligus berprofesi sebagai pengelola

agrowisata stroberi.
63

Tabel 5.1 Karasteristik Responden

Pengalaman
No Nama Pekerjaan Pendidikan
Bekerja (th)
1 Petani Stroberi SLTA 5
Desa Pancasari
2 Pengepul Stroberi SLTA 4
Desa Pancasari
3 Pedagang stroberi D3 6
Desa Pancasari
4 Pengelola olahan SLTA 3
Stroberi Desa
Pancasari
Sumber : Data Diolah, 2023

Responden yang terdiri dari Pemerintah Kecamatan Sukasada, Kabupaten

Buleleng memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Pendidikan yang

ditempuh minimal SLTA dan yang tertinggi D3. Pengalaman kerja personil

pemerintah tersebut cukup banyak, mereka telah aktif dalam bidangnya diatas 3

tahun sampai 6 tahun. Tingkat pendidikan yang tinggi dan pengalaman yang cukup

banyak dalam kuantitas dan kualitas dapat membantu dalam pola pikir dan

pengambilan keputusan. Dengan pola pikir dan ketepatan dalam mengambil

keputusan maka kebijakan yang diambil akan benar-benar dapat dirasakan oleh

masyarakat.

Responden petani yang ditemui pada umumnya memiliki pendidikan SLTA.

Mereka pada umumnya telah menanam stroberi lebih dari 3 tahun, ini artinya

mereka termasuk petani yang menanam sejak pertama kali stroberi diperkenalkan

di Desa Pancasari. Sebelum menanam stroberi mereka adalah petani sayuran.

Tingkat pendidikan responden tidak dapat digeneralisasi karena metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah snowball.


64

5.3 Pemasaran dan Pengolahan Hasil

Petani stroberi di Desa Pancasari pada umumnya menjual hasil panennya

segera setelah panen. Setelah dilakukan sortasi hasil panen diserahkan pada

pengepul. Sistem pembayaran dari pengepul kepada petani tidak secara langsung

setelah menerima hasil panen petani. Pembayaran oleh pengepul justru dilakukan

setelah petani mengumpulkan beberapa kali hasil panennya. Sistem ini dilakukan

karena kebanyakan petani kecil hanya menyetor hasil panen sebanyak 1 sampai 5

kilogram buah setiap kali panen dengan kualitas beragam.

Ada beberapa tingkat pengepul dan pedagang stroberi yang terdapat di desa

Pancasari. Sedikitnya tecatat ada 9 orang pengepul dan pedagang besar di Desa

Pancasari. Mereka mampu mengirim buah dalam jumlah besar setiap harinya.

Minimal setiap hari dapat mengirim buah dalam jumlah lebih dari 50 kilogram.

Pengepul dan pedagang besar ini kebanyakan menjual stroberi ke kota-kota besar

dalam jumlah yang besar setiap harinya. Buah stroberi dari Desa Pancasari ini pada

umumnya hanya dijual kepada wisatawan. Selain dari kebun sendiri dan beberapa

petani kecil buah stoberi yang dikumpulkan juga berasal dari para pengepul-

pengepul kecil yang langsung mengumpulkan dari para petani.

Pengepul dan pedagang stroberi di Desa Pancasari belum tergabung dalam

sebuah wadah khusus. Mereka masih bergerak sendiri-sendiri bahakan ada

kecenderungan untuk bersaing satu sama lain. Bahkan pernah terjadi antara satu

pedagang dan pedagang lainnya menjual pada pasar yang sama namun berbeda

harga, sehingga mematikan pedagang yang terlebih dahulu masuk ke pasar tersebut.
65

Meskipun belum tergabung dalam sebuah organisasi namun mereka sudah memiliki

kesepakatan tentang harga beli dari petani dan harga jual maksimal pada konsumen.

Harga beli dari petani disepakati untuk kelas A: Rp. 12.000,00 per kilogram, untuk

kelas B: Rp. 8.000,00 per kilogram untuk kelas C: Rp 3.000,00 per kilogram. Harga

jual buah tidak disamakan, namun dibatasi harga jual tertinggi adalah Rp 25.000,00

per kilogram untuk kelas A dan untuk kelas B dan C dibawah harga itu, besarnya

tergantung kesepakatan dengan pembeli. Selebihnya untuk penentuan harga

terserah kepada pedagang, hal ini disebabkan karena saluran pemasaran dari para

pedagang yang berbeda-beda. Pedagang yang menggunakan saluran pemasaran

yang lebih pendek bisa menjual stroberi dengan harga maksimal. Selain itu jenis

lembaga pemasaran dan kondisi masyarakat di daerah tujuan pemasaran juga

mempengaruhi harga jual. Harga jual di kota-kota besar lebih tinggi dari harga jual

di kota-kota kecil.

Sistem lain yang dilakukan pedagang stroberi di Desa Pancasari adalah

mengemas buah dalam plastik mika atau sterofoam yang dibalut plastik kedap udara

yang selanjutnya akan diambil oleh pedagang luar kota. Sistem pembayarannya

langsung diberikan saat buah diambil. Sitem ini tidak mengenal retur, namun harga

jualnya lebih rendah dibandingkan menjual langsung ke supermarket. Selain

menjual stroberi dalam bentuk buah segar, masyarakat Desa Pancasari sudah dapat

mengolah stroberi menjadi berbagai produk makanan. Produk yang sudah dapat

dihasilkan antara lain sirup, selai, dodol, puding, dan getuk goreng. Selama

penelitian dilakukan, baru produk itu saja yang sudah rutin diproduksi. Selain

buahnya, ternyata daun stroberi juga dapat diolah menjadi teh, namun pengolahan
66

teh daun stroberi ini belum dilakukan secara komersial. Petani hanya

mengkonsumsi sendiri sebagai minuman hangat di pagi atau sore hari. Pengolahan

stroberi ini terbilang baru dilakukan oleh masyarakat setempat. Adanya produk

stroberi yang tidak laku dijual dalam bentuk segar memunculkan wacana untuk

mengolah stroberi. Kegiatan pengolahan stroberi baru dimulai pada bulan Juli tahun

2018. Berawal dari program Primatani di Desa Pancasari yang salah satunya

programya adalah membina warga setempat untuk dapat menghasilkan produk

olahan dari berbagai hasil-hasil pertanian maka mulai ada masyarakat yang

berusaha mengolah stroberi.

5.4 Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Agribisnis Stroberi

5.4.1 Identifikasi Faktor Internal

Melalui identifikasi faktor internal akan dapat diketahui kekuatan dan

kelemahan bagi agribisnis stroberi. Kondisi lingkungan internal yang diamati

adalah pemasaran, keuangan, operasi, SDM, dan organisasi. Seluruh faktor tersebut

menjadi bagian dari agribisnis yang menjadi penggerak agribisnis dari dalam. Oleh

karena itu perlu dilakukan pengamatan untuk dapat menentukan kekuatan dan

kelemahan agribisnis.

a. Kekuatan:

1) Kualitas buah yang baik

Varietas yang ada di Desa Pancasari adalah varietas Oso grande. Varitas

ini termasuk varietas yang berkualitas tinggi. Ukuran buahnya besar, rasa

tidak terlalu masam, daya tahan juga cukup baik. Varietas Oso grande ini

lebih cenderung dimanfaatkan sebagai buah segar. Bila dibandingkan dengan


67

buah stroberi asal Jawa Barat yang beredar di pasaran, stroberi dari Desa

Pancasari ini memiliki keunggulan antara lain rasa lebih manis, ukuran buah

relatif lebih besar, lebih tahan lama. Buah dari Desa Pancasari bisa bertahan

selama 3 hari pada suhu kamar dan 6 hari bila disimpan di lemari pendingin.

Menurut Budiman dan Saraswati (2005) ada beberapa varietas stroberi yang

bisa ditemui di Indonesia.

2) Kemauan petani untuk mengembangkan komoditas stroberi

Sejak awal diperkenalkannya komoditas stroberi di Desa Pancasari,

masyarakat setempat sangat tertarik untuk membudidayakan stroberi. Pasar

yang masih terbuka dan harga jual yang lebih tinggi dibanding sayuran

menjadi alasan mereka untuk beralih menanam stroberi. Tingginya minat

masyarakat petani mempercepat perkembangan agribisnis stroberi di Desa

Pancasari. Luas tanam stroberi meningkat sangat cepat dalam waktu 2 tahun.

Selain itu, masyarakat memiliki inisiatif memanfaatkan buah stroberi untuk

diolah menjadi beberapa produk makanan. Respon positif terhada perkenalan

stroberi menjadi kekuatan untuk pengembangan agribisnis stroberi.

3) Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses petani

Sarana produksi merupakan input bagi proses budidaya stroberi. Para

petani sangat memerlukan kemudahan akses terhadap berbagai sarana

produksi. Kemudahan akses terhadap sarana produksi akan mempermudah

pelaksanaan budidaya stroberi. Sebaliknya bila sarana produksi sulit didapat

maka petanipun akan kesulitan menjalankan proses budidaya. Bagi petani

stroberi di Desa Pancasari ketersediaan sarana produksi sudah mudah diakses.


68

Beberapa toko pertanian selama ini sudah menyediakan berbagai kebutuhan

petani untuk memperoleh sarana produksi. Kemudahan akses terhadap sarana

produksi menjadi salah satu kekuatan agribisnis stroberi untuk

dikembangkan.

b. Kelemahan:

1) Penggunaan bibit yang turun temurun

Bibit yang sampai saat ini digunakan masih berasal dari bibit tahun

2007 yang terus diambil anakannya. Harga bibit saat penelitian berlangsung

hanya Rp. 1.000,00. Awalnya bibit stroberi ini diimpor langsung dari

California Amerika Serikat. Bibit adalah bibit hibrida, ini artinya petani

menggunakan bibit hibrida yang terus diturunkan. Menurut Budiman dan

Saraswati (2005), penggunaan bibit hibrida tidak layak diperbanyak karena

kualitas dan kuantitas tanaman nantinya akan semakin menurun bila

dibandingkan dengan induknya.. Hasil wawancara dengan para narasumber

juga menggambarkan kondisi seperti diatas. Penggunaan bibit hibrida yang

turun-temurun menjadi kelemahan bagi agribisnis stroberi. Petani pada

unumnya merasakan hasil yang semakin menurun kualitas maupun

kuantitasnya. Awalnya berat buah stroberi bisa mencapai 25 gram per buah,

sedangkan saat ini berat buah hanya berkisar 15-20 gram. Bibit yang

diperlukan untuk 1 hektar lahan sebanyak 40.000 sampai 60.000 tanaman.

2) SDM petani masih rendah

Rendahnya kualitas SDM merupakan kendala yang serius dalam

pembangunan pertanian. Kualitas SDM pertanian sebagian besar mempunyai


69

tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah. Selain itu mentalitas petani

yang berkecimpung dalam usahatani juga rendah. Kondisi tersebut juga

terjadi pada petani di Desa Pancasari. Tingkat pendidikan masyarakat Desa

Pancasari tergolong masih rendah, 50% penduduk berpendidikan SD. Data

tahun 2006 mencatat sebanyak 2.184 penduduk Desa Pancasari bekerja

sebagi petani dan buruh tani. Artinya tingkat pendidikan petani masih

tergolong rendah.

Ketika SDM petani memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

terbatas dalam pengolahan stroberi menjadi produk olahan, petani mungkin

tidak dapat menciptakan produk olahan yang inovatif dan berkualitas tinggi.

Strategi pengembangan produk olahan stroberi harus mencakup pelatihan dan

penyuluhan kepada petani tentang teknik-teknik pengolahan yang lebih baik

dan praktik-praktik inovatif untuk meningkatkan kualitas produk. Petani yang

memiliki kesadaran rendah tentang standar kualitas produk olahan stroberi

dapat menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan persyaratan pasar.

Strategi pengembangan harus mencakup upaya untuk meningkatkan

pemahaman tentang standar kualitas produk dan pentingnya memenuhi

kebutuhan konsumen.

3) Permodalan yang masih lemah

Kondisi masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dalam

kesedarhanaan dan keterbatasan, termasuk di dalamnya keterbatasan modal.

Kebanyakan hanya mengandalkan hasil pertanian yang hanya cukup untuk

kebutuhan sehari-hari. Kesulitan untuk menambah modal usaha dirasakan


70

sebagian besar petani dan pengolah stroberi. Keinginan menembangkan

usaha kerap terbentur keterbatasan modal. Bagi sebagian besar petani, akses

terhadap sumber-sumber modal juga terbatas. Tidak adanya lembaga

keuangan di desa mereka yang mampu memberi keringanan bantuan modal

menjadi salah satu penyebab sulitnya akses terhadap modal. Selain itu

persyaratan pengajuan kredit yang rumit, dan ketidakmampuan petani dalam

mengakses kredit dengan aturan dan suku bunga seperti yang diterapkan juga

menjadi penghambat. Ada juga kekhawatiran dari para petani apabila suatu

saat mereka tidak dapat mengembalikan kredit maka jaminan yang mereka

berikan akan disita.

Kendala tersebut dapat menggunakan strategi menambah pengetahuan

dan pemodalan melalui investor. Petani dapat meningkatkan pengetahuan

dalam pertanian organik dengan memanfaatkan limbah rumah tangga

maupun limbah pasar untuk mengolah pupuk organik. Hal tersebut dapat

menekan biaya modal untuk petani.

4) Kuantitas dan kualitas produk olahan yang masih rendah

Salah satu faktor penting dalam pengembangan produk olahan stroberi

adalah pengetahuan dan teknologi yang memadai. Jika masyarakat dan pelaku

usaha di desa tersebut belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang teknik-

teknik pengolahan yang baik dan inovatif, serta teknologi modern untuk

pengolahan stroberi, maka produk olahan yang dihasilkan kemungkinan akan

rendah kualitasnya dan kurang bervariasi. Salah satu strategi yang

diprioritaskan dalam penelitian ini yaitu dengan memanfaatkan kemajuan


71

teknologi untuk memperluas pemasaran. Selain itu, dapat melibatkan pelatihan

dan pendidikan kepada masyarakat tentang teknik-teknik pengolahan yang

baik, penggunaan teknologi yang tepat, serta cara inovatif untuk mengolah

stroberi menjadi beragam produk olahan berkualitas tinggi. Selain itu, strategi

dapat mencakup upaya untuk meningkatkan akses modal melalui kerjasama

dengan lembaga keuangan dan pemerintah, serta mencari pasar yang lebih luas

dan berpotensi untuk produk olahan stroberi.

Dalam konteks ini, dinas terkait dan pemerintah daerah juga dapat

berperan aktif dalam memberikan bimbingan, dukungan teknis, dan fasilitasi

akses pasar bagi pelaku usaha produk olahan stroberi di Desa Pancasari.

Dengan demikian, strategi yang komprehensif dan berbasis pada faktor-faktor

kunci ini dapat membantu mengatasi masalah kuantitas dan kualitas produk

olahan stroberi yang masih rendah, serta mendorong pertumbuhan dan

kesuksesan usaha tersebut.

5) Keterbatasan fasilitas dan luasan kebun wisata

Penyebab langsung dari keterbatasan fasilitas dan luasan kebun wisata

agrowisata stroberi adalah pertumbuhan kunjungan wisatawan yang

meningkat. Rangsangan dari pihak luar, serta peningkatan jumlah berita

tentang agrowisata stroberi, telah meningkatkan minat wisatawan untuk

mengunjungi tempat tersebut. Akibatnya, kebun wisata stroberi mungkin

mengalami tekanan karena tingginya jumlah kunjungan yang melebihi

kapasitasnya. Potensi alam yang baik sebagai kawasan wisata telah menarik

banyak pengunjung. Lokasi yang menawarkan pengalaman memetik buah


72

stroberi langsung dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang

mencari pengalaman berbeda dan interaktif.

Kurangnya investasi dan keterbatasan sumber daya seperti lahan yang

tersedia, infrastruktur, dan modal dapat menjadi hambatan dalam

meningkatkan luasan kebun dan fasilitas agrowisata stroberi. Terbatasnya

sumber daya dapat membatasi kemampuan untuk meningkatkan kapasitas

dan meningkatkan pengalaman pengunjung. Ketidakmampuan dalam

mengelola agrowisata stroberi secara efektif dapat menyebabkan keterbatasan

fasilitas dan pelayanan. Manajemen yang kurang baik dapat mengakibatkan

penurunan kualitas layanan dan ketidakmampuan untuk mengakomodasi

jumlah kunjungan yang meningkat.

Strategi alternatif menambah pengetahuan dan pemodalan melalui

investor dapat dilakukan untuk meningkatkan fasilitas dan infrastruktur di

agrowisata stroberi, seperti pembangunan lebih banyak tempat duduk, toilet

umum, tempat parkir, dan aksesibilitas bagi difabel, akan meningkatkan

kenyamanan dan pengalaman pengunjung. Meningkatkan kapasitas kebun

stroberi dengan memperluas lahan atau mengoptimalkan penggunaan lahan

yang ada akan membantu mengakomodasi jumlah kunjungan yang

meningkat. Perluasan kebun juga akan mendukung ketersediaan bahan baku

stroberi untuk produk olahan. Dengan mengatasi keterbatasan fasilitas dan

luasan kebun wisata agrowisata stroberi, serta mengembangkan produk

olahan stroberi yang menarik, desa Pancasari dapat meningkatkan daya tarik

wisata dan memberikan nilai tambah pada produk stroberi yang diolah.
73

Strategi yang komprehensif dan berbasis pada analisis faktor-faktor tersebut

akan membantu mencapai tujuan pengembangan produk olahan stroberi

secara berkelanjutan dan berhasil dalam menghadapi tantangan yang ada.

6) Fluktuasi produk stroberi

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi fluktuasi produk stroberi

adalah iklim dan cuaca. Fluktuasi hasil panen mengacu pada variasi atau

perubahan yang tidak stabil dalam jumlah atau kualitas hasil panen pertanian

dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan hasil panen yang diperoleh pada

periode tertentu bisa lebih tinggi dari biasanya (lebih tinggi dari rata-rata),

atau sebaliknya, hasil panen bisa lebih rendah dari biasanya (lebih rendah dari

rata-rata).

Produksi buah strawberi di Desa Pancasari dalam satu tahun pada lahan

seluas 1 Ha produksi stroberi mencapai 18 sampai 22 ton. Pada masa kemarau

memperoleh rata-rata strawberi sebanyak 3-4 ron, sebaliknya pada musim

hujan terjadi penurunan produksi strawberi sebanyak 40% menjadi 1,5-2

ton/bulan. Hal tersebut disebabkan oleh hama dan jamur yang membuat buah

strawberi busuk, sehingga tidak layak jual. Berdasarkan hal tersebut, petani

kesulitan mengelola bisnisnya karena gagal panen pada musim hujan.

Permasalahan tersebut dapat ditangani apabila petani memiliki green house,

sehingga dapat melindungi tanaman dari curah hujan. Namun, pembuatan

green house relatif mahal dan membutuhkan banyak biaya serta lahan.

Strategi menambah pengetahuan dan pemodalan melalui investor dapat

mengatasi kendala yang dialami petani. Petani dan pelaku usaha harus dilatih
74

dalam penerapan praktik-praktik pertanian yang tepat dan efektif dalam

menghadapi cuaca dan serangan hama. Pengetahuan tentang praktik pertanian

ramah lingkungan dan pengendalian hama yang efektif dapat membantu

mengurangi kerugian akibat fluktuasi hasil panen. Pihak terkait seperti dinas

pertanian dan lembaga terkait dapat memberikan penyuluhan dan pembinaan

secara teratur kepada petani tentang pengelolaan agribisnis stroberi yang baik.

Dengan memperkuat pengetahuan dan keterampilan petani, hasil panen dapat

lebih stabil dan berkualitas.

5.4.2 Identifikasi Faktor Eksternal

Melalui identifikasi faktor eksternal akan dapat diketahui peluang dan

ancaman bagi agribisnis stroberi. Kondisi lingkungan eksternal yang diamati adalah

pelanggan, teknologi, pemerintah, sosial budaya, pemerintah dan lingkungan alam.

Pelanggan perlu diamati karena karakteristik dan selera pelanggan menjadi

pertimbangan utama dalam memproduksi. Saat ini proses produksi haruslah

berdasarkan market oriented. Perkembangan teknologi menjadi factor yang perlu

dikaji karena perkembangan teknologi global yang begitu cepat. Apabila tidak

mampu menerapkan teknologi-teknologi baru dalam agribisnis, maka akan semakin

tertinggal oleh para pesaing. Selain itu motif ekonomi dalm melakukan investasi

juga perlu diamati. Adanya ketertarikan investasi pada komoditas stroberi dapat

membantu meningkatkan perkembangan agribisnis stroberi.

Faktor pemerintah juga perlu untuk diamati. Berbagai program pemerintah

yang berkaitan dengan agribisnis stroberi di Kecamatan Sukasada, Kabupaten

Buleleng turut membantu perkembangan agribisnis itu sediri. Kondisi sosial budaya
75

menjadi penting untuk diamati karena menjadi penentu apakah agribisnis stroberi

ini dapat diterima oleh masyarakat atau tidak. Usaha di bidang agribisnis tidak akan

lepas dari kondisi alam. Oleh karena itu kondisi lingkungan alam juga perlu

diamati. Keberadaan pesaing perlu diperhatikan terutama untuk mengetahuiposisi

terhadap pesaing. Apa saja yang menjadi keunggulan pesaing dan kelemahannya

dapat dijadikan pertimbangan dalam menproduksi produk yang betrdaya saing

tinggi. Faktor eksternal yang berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut :

A. Peluang

1) Pasar yang masih terbuka

Permintaan buah stroberi yang tinggi di kota-kota besar tidak lepas

dari tingkat pendapatan yang relatif lebih tinggi dibanding penduduk di

kota-kota kecil. dan gaya hidup sehat. Harga stroberi dianggap cukup mahal

bagi sebagian besar penduduk di kota-kota kecil, selain itu popularitasnya

belum mampu menyaingi popularitas buah-buahan lokal yang telah lama

dikonsumsi seperti jeruk, pisang, semangka, apel atau durian. Bagi

penduduk di kota-kota besar harga stroberi yang mencapai Rp. 25.000,00

per kilogram tidak memberatkan bagi para konsumen. Kandungan gizi yang

cukup lengkap dalam buah stroberi dianggap sebanding dengan harga yang

harus dibayarkan.

Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, stroberi juga menjadi salah

satu bahan untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan. Berbagai jenis

makanan seperti makanan ringan, selai, maupun sirup menggunakan

stroberi sebagai salah satu bahan campurannya. Berkembangnya industri


76

makanan tersebut ternyata membuka peluang bagi pemasaran stroberi yang

cukup menjanjikan. Sebagai gambaran, satu pengepul telah diajak untuk

bekerjasama sengan perusahaan waralaba dari Amerika untuk mensuplai 3

ton stroberi setiap 3 hari sekali. Seorang pengepul lainnya mengaku

mendapat permintaan sebesar 1 ton per hari. Permintaan tersebut belum

dapat dipenuhi karena sistem kontrak dengan perusahaan mengharuskan

suplai yang kontinyu.

2) Perkembangan Teknologi

Dewasa ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang

sangat pesat di berbagai bidang. Teknologi bukan hanya mencakup

penemuan-penemuan yang baru saja, tetapi juga meliputi cara pelaksanaan

atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

Perkembangan teknologi juga berlangsung di bidang agribisnis. Berbagai

teknologi mulai dari sarana produksi, proses produksi, panen dan pasca

panen, pengolahan, hingga informasi terus mengalami perkembangan.

Kondisi ini menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong

perkembangan agribisnis stroberi di Desa Pancasari.

Teknologi yang diterapkan dalam budidaya di desa Pancasari masih

sederhana. Petani masih melaksanakan budidaya di alam terbuka, belum

mampu menerapkan budidaya dalam green house. Penggunaan pupuk dan

pestisida kimia masih dilakukan beberapa petani. Teknologi pengolhan hasil

stroberi juga masih sederhana, alat masak masih menggunakan alat dapur
77

biasa. Alat dan cara pengemasan stroberi segar maupun olahannya juga

masih sederhana

Penerapan teknologi untuk agribisnis stroberi harus memperhatikan

kecepatan transfer dan adopsi teknologi dari pelaku agribisnis stroberi.

Seperti kebanyakan masyarakat petani, para petani stroberi cenderung

menunggu ada orang yang mampu membuktikan manfaat suatu teknologi.

Mereka cenderung tidak ingin mengambil risiko kerugian. Selain itu, jenis

teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan kondisi lingkungan

hendaknya diprioritaskan. Kesuksesan suatu teknologi di suatu tempat

belum tentu menghasilakan kondisi yang sama di tempat lain. Meskipun

hasil penerapan teknologi terbilang baik, namun jika biaya yang diperlukan

untuk menerapkan teknologi tersebut tinggi, maka penerapan teknologi

tidak akan diminati oleh para petani.

3) Ketertarikan Investor Terhdap Komoditas Stroberi

Perkembangan agribisnis stroberi di Desa Pancasari menarik

perhatian berbagai pihak termasuk pihak swasta. Beberapa pengusaha

melihat peluang yang baik untuk memperoleh keuntungan dari agribisnis

stroberi di Desa Pancasari. Para pengusaha tersebut kebanyakan

menginvestasikan modalnya untuk membeli tanah di dekat kebun wisata

stroberi. Lokasi yang mereka beli terletak di jalur yang rencananya akan

menjadi akses masuk ke kebun stroberi yang akan dikembangkan oleh

Pemerintah Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Pada saat

penelitian berlangsung tanah-tanah yang dibeli tersebut sudah ada yang


78

dibangun semacam rumah peristirahatan yang bisa disewa. Ada pula yang

hanya memanfaatkan kebunnya untuk ditanami stroberi. Selain itu, ada juga

investor yang mendirikan bangunan berupa rumah makan di lokasi kebun

wisata milik penduduk setempat.

Masuknya investor swasta ini akan membantu perkembangan

agribisnis stroberi di Desa Pancasari. Mengingat kondisi mayoritas

petaninnya yang mengalami kesulitan modal dan kebutuhan modal yang

besar dalam memulai usahatani stroberi serta penerapan teknologi yang

membutuhkan biaya yang besar maka investor menjadi peluang untuk

memperoleh modal usaha. Selain itu investasi berupa fasilitas-fasilitas di

lokasi wisata juga meringankan pengelola untuk mengembangkan

agrowisata stroberi. Ketertarikan para pengusaha juga mulai mengarah pada

produk-produk olahan stroberi. Hal ini dapat membantu memperluas

pemasaran produk-produk olahan stroberi. Yang perlu diperhatikan oleh

para petani adalah bentuk investasi dan kerjasama yang dilakukan harus

menguntungkan kedua belah pihak, agar investasi yang dilakukan justru

hanya menempatkan para petani sebagai penonton kesuksesan para investor.

B. Ancaman:

1) Masuknya produk stroberi dari daerah lain

Masuknya produk stroberi dari daerah lain dapat meningkatkan

persaingan pasar bagi produk olahan stroberi dari Desa Pancasari. Jika produk
79

stroberi dari luar memiliki kualitas yang lebih baik atau harga yang lebih

kompetitif, maka petani dan pelaku usaha lokal mungkin menghadapi tekanan

pada margin keuntungan petani. Kehadiran produk stroberi dari daerah lain

dapat mempengaruhi preferensi konsumen. Jika produk dari luar lebih dikenal

atau lebih diminati oleh konsumen, maka produk olahan stroberi dari desa

tersebut harus mencari cara untuk meningkatkan daya tarik dan nilai tambah

agar tetap diminati oleh pasar.

Strategi pengembangan produk olahan stroberi harus mencakup upaya

untuk mencari pasar baru, baik lokal maupun regional, untuk meningkatkan

daya saing produk. Dengan mengeksplorasi peluang pasar baru, petani dan

pelaku usaha dapat mengurangi ketergantungan pada pasar lokal dan

berupaya mencapai pangsa pasar yang lebih luar. Petani dapat menghadapi

kompetitor dengan menciptakan produk olahan stroberi yang unik dan

berbeda dari yang lain. Strategi pengembangan harus mendorong inovasi

dalam produk olahan stroberi, baik dari segi rasa, kemasan, maupun cara

penyajian, sehingga dapat menarik minat konsumen yang lebih besar. Upaya

pemasaran dan promosi produk olahan stroberi dapat lebih dikenal dan lebih

mudah ditemukan oleh konsumen. Strategi pengembangan harus mencakup

peningkatan dalam hal branding, pemasaran daring, serta promosi di acara-

acara pertanian dan kuliner.

2) Peningkatan biaya

Peningkatan biaya produksi, misalnya biaya untuk bibit, pupuk, tenaga

kerja, atau bahan kemasan, dapat berdampak pada harga jual produk olahan
80

stroberi. Jika biaya produksi naik, petani atau pelaku usaha mungkin harus

menaikkan harga produk olahan stroberi untuk menjaga margin keuntungan

mereka. Hal ini bisa mempengaruhi daya saing produk di pasar dan preferensi

konsumen. Jika biaya meningkat tanpa adanya peningkatan pendapatan yang

sebanding, hal ini bisa berdampak pada keberlanjutan usaha pertanian dan

pengembangan produk olahan stroberi. Strategi pengembangan harus

mencakup cara untuk mengurangi biaya produksi atau mencari sumber daya

yang lebih efisien.

Salah satu strategi untuk mengatasi peningkatan biaya adalah dengan

menerapkan teknologi modern dalam pertanian stroberi. Penggunaan

teknologi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi

biaya kerja serta penggunaan sumber daya lainnya. Contohnya, penggunaan

irigasi otomatis atau alat-alat pertanian yang canggih dapat membantu

mengurangi biaya produksi. Selain itu dapat juga beralih pada pertanian

organik agar dapat mengurangi biaya modal.

3) Belum ada industri yang menjamin mitra

Kontinuitas produksi stroberi di Desa Pancasari pada saat penelitian

berlangsung belum dapat terjamin. Jumlah produksi pada saat musim

kemarau diperkirakan dapat mencukupi permintaan tersebut namun pada saat

musim hujan diyakini jumlah produksi tidak dapat mencukupi permintaan

tersebut. Serangan cendawan pada musim hujan mngakibatkan buah yang

muncul menjadi busuk. Belum adanya mitra yang mau menampung

berapapun hasil panen dapat menjadi ancaman produk melimpah.


81

Berlimpahnya hasil panen dikhawatirkan akan memicu turunnya harga buah

stroberi. Karena, belum adanya kerja sama antara lembaga agtau bahkan

koperasi dan pemerintah setempat dalam usaha pengembangan budidaya

stoberi atau bahkan pengembangan kawasan wisata stroberi di Desa

Pancasari.

5.5 Perumusan Alternatif Strategi Pengembangan Produk Olahan Stroberi

Di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng

Berdasarkan Metode SWOT

Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh

terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan.

Lingkungan eksternal setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan

berbagai peluang dan ancaman yang senantiasa berubah. Hal tersebut juga

mengakibatkan perubahan faktor internal seperti perubahan terhadap kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki suatu usaha. Para penyusun strategi tidak pernah dapat

mempertimbangkan seluruh alternatif yang dapat menguntungkan perusahaan

karena akan sangat banyak tindakan yang mungkin dan tak terbatasnya cara untuk

menerapkan tindakan-tindakan tersebut. Oleh karena itu dalam proses penyusunan

strategi dapat melalui tiga tahap berikut:

1. Tahap Input (Input Stage)

a. Matriks IFE

Matriks IFE merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan

mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam sebuah usaha. Matriks

ini adalah hasil identifikasi faktor internal yang meliputi kekuatan dan
82

kelemahan yang berpengaruh terhadap pengembangan produk olahan stroberi

di Desa Pancasari. Berikut ini adalah hasil dari analisis matrik IFE pada

Produk Olahan Stroberi di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten

Buleleng

Tabel 5.2 Hasil analisis matrik IFE pada Produk Olahan Stroberi Di Desa
Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng

Faktor Internal
Bobot Rating Skor
Kekuatan
Kualitas buah yang baik 0.14 3.42 0.47
Kemauan petani untuk mengembangkan komoditas stroberi 0.14 3.42 0.47
Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses petani 0.13 3.28 0.42
Total 0.41 1.36
Kelemahan
Penggunaan bibit yang turun-temurun 0.10 2.42 0.24
SDM petani masih rendah 0.09 2.28 0.20
Permodalan yang masih lemah 0.10 2.42 0.24
Kuantitas dan kualitas produk olahan yang masih rendah 0.10 2.42 0.24
Keterbatasan fasilitas dan daya tampung kebun wisata 0.09 2.28 0.20
Fluktuasi produk stroberi 0.11 2.71 0.29
Total 0.59 1.41

Jumlah Keseluruhan 1.00 2.77

Sumber : data diolah, 2023

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kekuatan utamanya yaitu kualitas buah

yang baik dan kemauan petani untuk mengembangkan komoditas stroberi

dengan nilai skor sama sebesar 0,47. Hal ini mengidentifikasi bahwa kualitas

buah yang baik dan kemauan petani untuk mengembangkan komoditas

stroberi menjadi kekuatan utama bagi pengembangan produk olahan stroberi

di desa pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Kualitas

stroberi dari Desa Pancasari ini memiliki keunggulan antara lain rasa lebih
83

manis, ukuran buah relatif lebih besar, lebih tahan lama. Buah dari Desa

Pancasari bisa bertahan selama 3 hari pada suhu kamar dan 6 hari bila

disimpan di lemari pendingin. Selain itu minat masyarakat petani

mempercepat perkembangan agribisnis stroberi di Desa Pancasari. Luas

tanam stroberi meningkat sangat cepat dalam waktu 2 tahun. Masyarakat

memiliki inisiatif memanfaatkan buah stroberi untuk diolah menjadi beberapa

produk makanan. Respon positif terhadap perkenalan stroberi menjadi

kekuatan untuk pengembangan agribisnis stroberi. Sedangkan kelemahan

utama yaitu fluktuasi produk stroberi dengan skor tertinggi sebesar 0.29. Hal

ini mengidentifikasi adanya fluktuasi hasil panen. Pada bulan-bulan yang

tidak banyak hujan seperti Mei sampai September buah yang dihasilkan

maksimal. Pada bulan-bulan basah seperti Desember sampai Februari, hasil

panen mengalami penurunan hingga 40 %. Kondisi ini terjadi karena banyak

buah yang busuk. Gejala yang muncul dari buah yang busuk menunjukkan

serangan cendawan. Hasil panen yang berfluktuasi merupakan kelemahan

agribisnis stroberi.

b. Matriks EFE

Matriks EFE merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan

mengevaluasi peluang dan ancaman yang ada dalam sebuah usaha. Matriks

ini adalah hasil identifikasi faktor eksternal yang meliputi peluang dan

ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan produk olahan stroberi


84

di Desa Pancasari. Berikut ini adalah hasil dari analisis matrik EFE pada

produk olahan stroberi di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten

Buleleng.

Tabel 5. 3
Hasil analisis matrik EFE pada Produk Olahan Stroberi Di Desa Pancasari
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng

Faktor Eksternal
Bobot Rating Skor
Peluang
Pasar yang masih terbuka 0.18 3.28 0.59
Perkembangan teknologi 0.20 3.57 0.71
Ketertarikan investor terhadap komoditas
stroberi 0.21 3.71 0.78
Total 0.59 2.08
Ancaman
Masuknya produk stroberi dari daerah lain, 0.14 2.57 0.36
Peningkatan biaya 0.12 2.28 0.27
Belum ada industri yang mau menjadi
mitra. 0,15 2.71 0.40
Total 0.41 1.03
Jumlah Keseluruhan 1.00 3.11
Sumber : data diolah, 2023

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa yang menjadi peluang

terbesar pengembangan produk olahan stroberi di Desa Pancasari yaitu

ketertarikan investor terhadap komoditas stroberi dengan nilai skor tertinggi

sebesar 0.78. Hal ini menandakan bahwa Perkembangan agribisnis stroberi di

Desa Pancasari menarik perhatian berbagai pihak termasuk pihak swasta.

Beberapa pengusaha melihat peluang yang baik untuk memperoleh

keuntungan dari agribisnis stroberi di Desa Pancasari. Para pengusaha

tersebut kebanyakan menginvestasikan modalnya untuk membeli tanah di

dekat kebun wisata stroberi. Masuknya investor swasta ini akan membantu

perkembangan agribisnis stroberi di Desa Pancasari. Mengingat kondisi


85

mayoritas petaninnya yang mengalami kesulitan modal dan kebutuhan modal

yang besar dalam memulai usahatani stroberi serta penerapan teknologi yang

membutuhkan biaya yang besar maka investor menjadi peluang untuk

memperoleh modal usaha. Selain itu investasi berupa fasilitas-fasilitas di

lokasi wisata juga meringankan pengelola untuk mengembangkan agrowisata

stroberi. Ketertarikan para pengusaha juga mulai mengarah pada produk-

produk olahan stroberi. Hal ini dapat membantu memperluas pemasaran

produk-produk olahan stroberi. Sedangkan ancaman terbesar yaitu belum ada

industri yang mau menjadi mitra dengan skor tertinggi 0.40. Belum adanya

mitra yang mau menampung hasil panen menjadi ancaman produk melimpah.

Berlimpahnya hasil panen dikhawatirkan akan memicu turunnya harga buah

stroberi. Karena, belum adanya kerja sama antara lembaga atau bahkan

koperasi dan pemerintah setempat dalam usaha pengembangan budidaya

stoberi atau bahkan pengembangan kawasan wisata stroberi di Desa

Pancasari.

2. Tahap Pencocokan

Dalam tahap ini analisis yang digunakan adalah matriks SWOT. Matriks

SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para

manajer mengembangkan empat jenis strategi berdasarkan faktor internal dan

eksternal sebuah usaha. Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal

perusahaan, maka dapat disusun beberapa alternatif strategi berdasarkan matriks

SWOT. Hasil dari analisis matriks SWOT Pengembangan Produk Olahan

Stroberi Di Desa Pancasari dapat dilihat pada tabel berikut ini.


86

Tabel 5.4 Hasil Matriks SWOT pada Produk Olahan Stroberi Di Desa Pancasari
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng
Faktor Internal Kekuatan (Strenghts) Kelemahan (Weakness)

1. Kualitas buah yang 1. Penggunaan bibit


baik yang turun-temurun
2. Kemauan petani 2. SDM petani masih
untuk rendah
mengembangkan 3. Permodalan yang
komoditas stroberi masih lemah
3. Ketersediaan sarana 4. Kuantitas dan
produksi yang mudah kualitas produk
diakses petani olahan yang masih
rendah
5. Keterbatasan fasilitas
dan daya tampung
kebun wisata
Faktor Eksternal 6. Fluktuasi produk
stroberi
Peluang (Opportunities) Strategi SO (Strenghts- Strategi WO (Weakness-
Opportunities) Opportunities)
1. Pasar yang masih
terbuka 1. Menciptakan variasi 1. Meningkatkan
2. Perkembangan produk untuk kegiatan promosi
teknologi menambah pangsa secara teratur dengan
3. Ketertarikan pasar memanfaatkan media
investor terhadap 2. Menetapkan strategi sosial
komoditas stroberi harga pasar untuk 2. Memanfaatkan
menghadapi kemajuan teknologi
persaingan untuk memperluas
3. Mengoptimalkan pemasaran
pertumbuhan 3. Menambah
penjualan dengan pengetahuan dan
memperluas jaringan pengajaran serta
distribusi misalnya pemodalan melalui
menjual secara online investor yang minat
dan menjaga pada komoditas
hubungan baik stroberi sehingga
dengan konsumen petani dapat
menurunkan fluktuasi
pada buah stroberi.

Ancaman (Threats) Strategi ST (Strenghts- Strategi WT (Weakness-


Threats) Threats)
1. Masuknya produk
stroberi dari 1. Mempertahankan 1. Meningkatkan
daerah lain kualitas produk dan aktifitas promosi
2. Peningkatan biaya harga untuk untuk mengimbangi
3. Belum ada industri menghadapi promosi pesaing.
yang menjamin persaingan 2. Meningkatkan
mitra kualitas bibit buah
melalui industri
87

2. Menciptakan produk pertanian yang


terbaru untuk bermitra dengan
menarik pelanggan petani stroberi
3. Mengembangkan sehingga petani
komoditas stroberi stroberi ada
agar meningkatkan peningkatan modal
minat dari konsumen dan biaya.
stroberi sehingga 3. Mengembangkan
petani stroberi dapat fasilitas dan daya
memiliki peningkatan tampung kebun
biaya. wisata agar menarik
banyak konsumen
untuk berkunjung
sehingga tidak akan
terjadi masuknya
buah stroberi dari
petani atau daerah
lain.
Sumber : data diolah, 2023

Dari hasil analisis menggunakan matriks SWOT maka di peroleh sebuah

langkah alternatif dalam meningkatkan strategi pengembangan agribisnis

stroberi di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kecamatan Sukasada,

Kabupaten Buleleng. Dengan menggunakan matriks SWOT ini dapat diketahui

beberapa faktor-faktor strategi yang berupa internal dan juga eksternal, dimana

internal (Strenght-Weakness) maupun eksternal (Opportunities-Threats).

Adapun beberapa alternatif strategi pengembangan agribisnis stroberi yaitu

Strategi SO (Strenght Opportunities) dalam olahan stroberi, dapat menjadi

alternatif strategi untuk menciptakan variasi produk untuk menambah pangsa

pasar, membantu menetapkan strategi harga pasar untuk menghadapi persaingan

dan mengoptimalkan pertumbuhan penjualan dengan memperluas jaringan

distribusi dan menjaga hubungan baik dengan konsumen. Strategi WO

(Weakness Opportunities) dapat meningkatkan kegiatan promosi secara teratur

dengan memanfaatkan media sosial, memanfaatkan kemajuan teknologi untuk

memperluas pemasaran, menambah pengetahuan dan pengajaran serta


88

pemodalan melalui investor yang minat pada komoditas stroberi sehingga petani

dapat menurunkan fluktuasi pada buah stroberi.

Strategi ST (Strenght Threats) dapat menjadi alternatif untuk

mempertahankan kualitas produk dan harga untuk menghadapi persaingan,

menciptakan produk terbaru untuk menarik pelanggan, serta mengembangkan

komoditas stroberi agar meningkatkan minat dari konsumen stroberi sehingga

petani stroberi dapat memiliki peningkatan biaya. Strategi WT (Weakness

Threats) dapat digunakan untuk meningkatkan aktifitas promosi untuk

mengimbangi promosi pesaing, meningkatkan kualitas bibit buah melalui

industri pertanian yang bermitra dengan petani stroberi sehingga petani stroberi

ada peningkatan modal dan biaya dan mengembangkan fasilitas dan daya

tampung kebun wisata agar menarik banyak konsumen untuk berkunjung

sehingga tidak akan terjadi masuknya buah stroberi dari petani atau daerah lain.

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja suatu usaha dapat ditentukan oleh

kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus

dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara

faktor eksternal dengan faktor internal dengan menggunakan matrik EFE dan

IFE. Berdasarkan hasil analisis dari matrik IFE diperoleh titik koordinat dari

kekuatan dan kelemahan dengan nilai (2.77), kuadran SWOT ini berada pada

kuadran sedang yaitu strategi tumbuh dan kembangkan. Sedangkan hasil analisis

dari matrik EFE diperoleh titik koordinat dari peluang dan ancaman dengan nilai

(3.11) kuadran SWOT ini yakni berada pada kuadran tinggi yaitu biarkan dan

tanam. Posisi ini menunjukkan keadaan usaha yang kuat namun memiliki
89

beberapa ancaman. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini

masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi ancaman

dengan cara strategi diversifikasi, yaitu strategi yang dilakukan dengan

mengembangkan produk baru.

IFE

Sedang Lemah (1.0-


Kuat (3.0-4.0) (2.0-299) 1.99)

Tinggi (3.0-
4.0) I II III

Sedang (2.0- IV V VI
EFE 2.99)

Rendah (1.0- VII VIII IX


1.99)

Sumber : data diolah, 2023


Gambar 5. 1 Matrik EFE dan IFE

3. Strategi Prioritas Dalam Pengembangan Produk Olahan Stroberi

Tahap terakhir yaitu tahap menentukan strategi prioritas dengan

menggunakan matriks QSPM. QSPM adalah alat yang memungkinkan para

penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif,

berdasarkan faktor-faktor yang telah diidentifikasi sebelumnya. QSPM

diperoleh dari hasil perhitungan dengan mengalikan rata-rata bobot dari masing-

masing faktor dengan nilai daya tarik (AS) maka akan diperoleh nilai total daya
90

tarik (TAS). Berdasarkan hasil analisis matrik QSPM strategi yang paling

menarik untuk diterapkan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. 5
Hasil Analisis QSPM Pada Produk Olahan Stroberi Di Desa Pancasari
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng

Sumber : data diolah, 2023

Keterangan:
AS : Nilai Daya Tarik
TAS : Nilai Total Daya Tarik

1. Menciptakan variasi produk untuk menambah pangsa pasar (Strategi


1)
2. Mempertahankan kualitas produk dan harga untuk menghadapi
persaingan (Strategi 2)
3. Menambah pengetahuan dan pemodalan melalui investor (Strategi
3)
4. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memperluas pemasaran
(Strategi 4)
5. Memperluas jaringan distribusi dan menjaga hubungan baik dengan
konsumen (Strategi 5).

Berdasarkan hasil perhitungan TAS, strategi yang paling diminati dan

diprioritaskan untuk dilakukan adalah menciptakan variasi produk dengan skor

TAS sebesar 7.00. Strategi ini dapat menjadi sebuah terobosan baru bagi

pengembangan produk olahan stroberi di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada,

Kabupaten Buleleng dengan membuat produk yang lebih bervariasi dan dengan

tampilan masa kini dan harga yang terjangkau sehingga dapat menarik banyak

pelanggan dan meningkatkan volume penjualan. Strategi kedua yang dapat


91

dijalankan yaitu memperluas jaringan distribusi dan menjaga hubungan baik

dengan konsumen dengan skor TAS 6.48. Strategi yang ketiga yaitu

memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memperluas pemasaran dengan skor

TAS 6.09. Kemudian Strategi yang keempat yaitu mempertahankan kualitas

produk dan harga untuk menghadapi persaingan dengan skor TAS 6.03. Dan

strategi kelima yaitu menambah pengetahuan dan pemodalan melalui investor

dengan skor TAS 5.78.


VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengembangan agribisnis

stroberi di Desa Pancasari dapat diambil beberapa kesimpulan yakni pengembangan

agribisnis stroberi berdasarkan faktor internal yang menjadi kekuatan utama yaitu

kualitas buah yang baik dan kemauan petani untuk mengembangkan komoditas

stroberi. Sedangkan pada faktor internal yang menjadi kelemahan utama yaitu

fluktuasi produk stroberi. Faktor eksternal yang menjadi ancaman utama adalah

belum ada industri yang mau menjadi mitra, sedangkan yang menjadi peluang

utama adalah ketertarikan investor terhadap komoditas stroberi.

Produk Olahan Stroberi di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten

Buleleng berada pada posisi kuadran dua yaitu rata-rata yang menunjukkan keadaan

usaha yang tumbuh dan kembangkan. Hasil penelitian berdasarkan analisis QSPM

diketahui bahwa skor pada IFE adalah 2.77, sedangkan EFE 3.11, dalam hal ini

pada matriks IE menunjukkan posisi keadaan usaha yang kuat namun memiliki

beberapa ancaman. Strategi yang menjadi prioritas utama menurut perhitungan

QSPM yaitu menciptakan variasi produk untuk menambah pangsa pasar dengan

skor TAS sebesar 7.00.

6.2 Saran

88
89

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka saran daej

penelitian ini adalah:

a. Bagi Pemerintah

Pemerintah diharapkan dapat memberikan dukungan berupa

pengawasan, pengendalian mutu, pelatihan, dan pendanaan bagi petani stroberi

dan pelaku usaha produk olahan stroberi di Desa Pancasari, agar dapat

meningkatkan hasil panen dan kualitas strawberry.

b. Bagi Petani Strawberi

Petani stroberi dapat membuat variasi produk olahan stroberi, selain

produk segar, petani dapat mengembangkan berbagai produk seperti saus, selai,

produk kering, dan makanan ringan dari stroberi. Sehingga dapat membuka

peluang pasar yang lebih luas dan memberikan nilai tambah pada hasil panen.

c. Bagi Penelitian Lain

Penelitian lebih lanjut dapat menambahkan strategi lain dalam

pengelolaan risiko pada agribisnis stroberi yang dapat membantu dalam

menemukan strategi yang lebih efektif untuk mengatasi fluktuasi hasil panen

seperti analisis cuaca, analisis kebutuhan irigasi, dan pengembangan model

prediksi penyakit pada stroberi.


DAFTAR PUSTAKA

Aditiya. 2017. Perhitungan Penerimaan hasil Usaha Kotor dan Bersih.


Bandung:Sinar Pustaka.

Assauri, Sofjan. 2016. Manajemen Bisnis dan Pemasaran. Jakarta:PT. Raja


Grafindo Persada.

Astuti. 2017. ”Prospek Pengembangan Agrowisata Sebagai Wisata Alternatif Di


Desa Pelaga”. Soshum:Jurnal Sosial Dan Humaniora.

Budiman, S. dan D. Saraswati. 2008. Berkebun Stroberi Secara Komersial.


Jakarta:Penebar Swadaya.

Badan Pusat Statistika. 2021.”Produksi Tanaman Stroberi di Indonesia”. Diakses


tanggal 21 November 2022.

Chaeningrum. 2010. Biaya Produksi tingkat Penggunaan berbagai faktor


Produksi. Jakarta:Citra Jaya.

Daft, Richard L., and Dorothy Marcic. 2013. Building management skills: An
action-first approach. Cengage Learning.

Darwis, V. 2007. Budidaya, Analisis Usahatani, dan Kemitraan Stroberi Tabanan


Bali. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Jakarta:Panca.

David, F. R. (2006). ‘Manajemen Strategi”. Buku 1, Edisi 10, Penerbit Salemba


Empat, Jakarta.

Hanif, Z., dan Budiyati, E. 2011. “Diversity technology stroberi cultivation in


different regional production centre”. Proc. of Natural Resource Climate
and Food Security in Developing Countries, 614-624.

Hasibun. 2018, Kelayakan Usaha , Pengukur perbandingan antara penerimaan


total dengan biaya Total. Bogor:Grafindo.

Johnson, G., Whittington, R., Regnér, P., Angwin, D., & Scholes, K.
(2020). Exploring strategy. UK:Pearson.

Kurnia, A. 2005. Petunjuk Praktis Budi Daya Stroberi. Jakarta:Agromedia Pustaka.

91
92

Mappanganro N. Sengin. E.L. dan Baharuddin. 2011. “Pertumbuhan dan Produksi


Tanaman Stroberi pada Berbagai Jenis dan Konsentrasi Pupuk Organik
Cair dan Urine Sapi dengan Sistem Hidroponik Irigasi Tetes.” Jurnal
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar.

Maulidah. 2012. Subsistem Agribisnis Informasi Teknologi Produksi, Teknik


Manejemen Hasil Penelitian Dan Pengembangan. Bandung:Raja Dunia.

P. Siagan, Sondang. 2016. Manajemen Strategi. Jakarta:PT Bumi Aksara.

Pane. 2017. “Strategi Pengembangan Usaha untuk mencapai Visi,Misi dan Tujuan
Refrensi Skripsi 2019 Fakultas Perrtanian”.

Rangkuti, Freddy. 2015. Personal SWOT analysis. Jakarta:Gramedia Pustaka


Utama.

Rangkuti, Freddy. 2014. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara,
Perhitungan Bobot, Rating dan OCAI. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.


Jakarta:Gramedia Pustaka utama.

Sa’id.E.,2007. Tentang Agribinis di dalam lahan Budidaya. Bandung:Sinar Jaya.

Salma, I., dan Susilowati, I. 2004. “Analisis Permintaan Objek Wisata Alam Curug
Sewu, Kabupaten Kendal dengan Pendekatan Travel Cost”. Jurnal
Dinamika Pembangunan (JDP), 153–165.

Sieva. 2015. Agribisnis yang basis di Bidang Pertanian Dan Bidang lainnya.
Jakarta:Sinar Dunia.

Sugiayanto. 2010. Pendapatan Selisih antara Keuntungan dan Kerugian Secara


metamasis. Bandung:Andi Pustaka.

Surur, F., dan Auliyah, R. 2020. “Perencanaan Kawasan Agrowisata Di Taman


Maccini Sombala Kota Makassar”. Pusaka: Journal of Tourism.

Sutomo, S., Iryadi, R., dan Sujarwo, W. 2020. Bedugul Dari Angkasa. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor:Dunia Pustaka.

Tjiptono, Fandy. "Kewirausahaan, Kinerja Keuangan, dan Kelanggengan


Bisnis." Jurnal Manajemen Indonesia 15.1 (2015): 17-26.
93

Utama, I., dan Junaedi, I. W. R. 2015. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif


Indonesia: Solusi Masif Pengentasan Kemiskinan. books.google.com.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi

94
95
Lampiran 2 Lembar Kuisioner

KUESIONER PENELITIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN
STROBERI DI DESA PANCASARI, KECAMATAN
SUKASADA, KABUPATEN BULELENG

Muna Yasmin, NIM 1906511126 sedang melakukan penelitian mengenai


“Strategi Pengembangan Produk Olahan Stroberi Di Desa Pancasari, Kecamatan
Sukasada, Kabupaten Buleleng”. Mohon sekiranya Saudara/i, bersedia untuk membantu
kami meluangkan sedikit waktu untuk mengisi kuesioner yang telah kami berikan. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Petunjuk pengisian kuesioner
1. Mohon diberikan tanda checklist (√ ) pada kolom jawaban Bapak/Ibu Saudara/i yang
dianggap paling sesuai. Pendapat anda dinyatakan dalam skala :
Nilai 4 : Respon Sangat Bagus
Nilai 3 : Respon di atas rata-rata
Nilai 2 : Respon rata-rata
Nilai 1 : Respon dibawah rata-rata
2. Setiap pernyataan hanya membutuhkan satu jawaban saja.
3. Dimohon untuk memberikan jawaban yang sebenarnya karena tidak akan
mempengaruhi penilaian/pekerjaan anda.
4. Setelah mengisi kuesioner mohon anda berikan kepada yang menyerahkan
kuesioner.
5. Terima kasih atas partisipasi anda.

IDENTITAS RESPONDEN
1. Pekerjaan : ( 1 ) Pengepul Stroberi
( 2 ) Pengola Stroberi
( 3 ) Pedagang Stroberi
( 4 ) Petani Stroberi

96
97

NO FAKTOR INTERNAL 1 2 3 4
Kekuatan
1 Kualitas buah yang baik
2 Kemauan petani untuk mengembangkan komoditas stroberi
3 Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses petani
Kelemahan
1 Penggunaan bibit yang turun-temurun
2 SDM petani masih rendah
3 Permodalan yang masih lemah
4 Kuantitas dan kualitas produk olahan yang masih rendah
5 Keterbatasan fasilitas dan daya tampung kebun wisata
6 Fluktuasi produk stroberi

NO FAKTOR EKSTERNAL STS TS N S


Peluang
1 Pasar yang masih terbuka
2 Perkembangan teknologi
3 Ketertarikan investor terhadap komoditas stroberi
Ancaman
1 Masuknya Produk Stroberi Dari Daerah Lain,
2 Peningkatan Biaya
3 Belum Ada Industri Yang Mau Menjadi Mitra.

Lampiran 3 Hasil Kuisioner Responden

Faktor Internal
N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7
Kekuatan
Kualitas buah yang baik 4 4 3 3 3 3 4
Kemauan petani untuk mengembangkan
komoditas stroberi 4 4 3 3 3 4 3
98

Ketersediaan sarana produksi yang mudah


diakses petani 3 4 2 4 4 3 3
Total
Kelemahan
Penggunaan bibit yang turun-temurun 2 3 3 2 2 2 3
SDM petani masih rendah 2 2 2 3 3 2 2
Permodalan yang masih lemah 2 3 2 2 3 2 3
Kuantitas dan kualitas produk olahan yang
masih rendah 3 4 2 2 2 2 2
Keterbatasan fasilitas dan daya tampung
kebun wisata 3 2 2 2 2 3 2
Fluktuasi produk stroberi 3 2 2 3 3 3 3

Faktor Eksternal
N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7
Peluang
Pasar yang masih terbuka 3 4 3 3 3 4 3
Perkembangan teknologi 3 4 3 3 4 4 4
Ketertarikan investor terhadap komoditas
stroberi 3 4 3 4 4 4 4
Total
Ancaman
Masuknya Produk Stroberi Dari Daerah
Lain, 4 2 2 2 2 3 3
Peningkatan Biaya 3 2 2 3 2 2 2
Belum Ada Industri Yang Mau Menjadi
Mitra. 4 3 2 3 3 2 2

Anda mungkin juga menyukai