Anda di halaman 1dari 27

lOMoARcPSD|23270536

Makalah Manajemen Produksi Pertanian Perkebunan Kelapa


Sawit
Manajemen Agribisnis (Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)
lOMoARcPSD|23270536

MAKALAH
MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Disusun oleh:

Aprilia Nur Safitri (134190006)


Bima Abdi Prasetiyo (134190008)
M Mirza Irawan Munthe (134190010)
Sartika Sari (134190011)
Sabrina Aulia Syarah (134190022)
Egi Rahmat Wicaksono (134190024)
Jenny Salza Piliyang (134190192)
Disya Ayu Oktavianissa P (134190195)
Yehezkiel Aldi A M (134190198)

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020

ii

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
dangan judul Manajemen Produksi Pertanian Pada Perkebunan Kelapa Sawit ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang Manajemen Produksi Pertanian Pada Perkebunan Kelapa
Sawit bagi para pembaca.
Kami juga memohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 21 Oktober 2020

Penyusun

ii

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................ 2
BAB II POKOK BAHASAN............................................................................ 3
A. Pengertian Manajemen Produksi Pertanian...................................... 7
B. Perencanaan Produksi Pertanian
1. Pemilihan Komoditas Pertanian
2. Pemilihan Lokasi Produksi Pertanian
3. Skala Usaha Pertanian
4. Perencanaan Proses Produksi Pertanian)
..........................................................................................................
15
C. .......................................................................................................... 19
D. .......................................................................................................... 35
E. .......................................................................................................... 35
F. 46
G. .......................................................................................................... 33
H. .......................................................................................................... 56
BAB III KESIMPULAN................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………................ 26

iii

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

iv

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen agribisnis adalah seluruh aktivitas dalam subsistem-
subsistem pertanian mulai dari penyediaan sarana produksi (input pertanian),
pengelolaan di tingkat usahatani sampai menghasilkan komoditi pertanian
(produksi pertanian primer), pengolahan komoditi pertanian (pabrik atau
prosesor), pemasaran dengan segala pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran,
sehingga produk sampai dan sesuai dengan keinginan konsumen akhir
(pelanggan) (Asmarantaka et al., 2019).
Manajemen produksi pertanian merupakan pengembangan fungsi dari
sistem manajemen agribisnis yang bersifat dinamis, yaitu dengan mengatur
sumber daya pertanian dalam arti luas sehingga bisnis pertanian dapat
memberikan manfaat dan keuntungan bagi pelaku-pelaku yang terlibat. Untuk
terwujudnya sistem tersebut, peranan dari manajemen produksi sangat
diperlukan pada kegiatan pertanian dalam mengoordinasikan pelaksanaan dan
mengawasi secara terintegrasi aktivitas-aktivitas baik didalam proses kegiatan
pertanian maupun di luar proses kegiatan pertanian yang dapat mempengaruhi
hasil produksi. Secara umum peranan manajemen produksi pertanian sangat
luas seperti mengoordinasikan pelaksanaan produksi di sektor pertanian mulai
dari subsistem hulu sampai subsistem hilir.
Untuk mewujudkan peningkatan hasil produksi yang lebih baik, maka
diperlukan pengetahuan serta pemahaman yang baik tentang bagaimana
menjalankan manajemen produksi pada suatu kegiatan pertanian. Oleh karena
itu, makalah ini disusun guna membahas bagaimana manajemen produksi
pertanian yang meliputi perencanaan produksi, pengorganisasian input-input
dan sarana produksi, kegiatan produksi, pengawasan produksi, evaluasi
produksi, pengendalian produksi, dan mengetahui bagaimana contoh
penerapan manajemen produksi pertanian pada perkebunan kelapa sawit.

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen produksi pertanian?
2. Bagaimana perencanaan produksi pertanian?
3. Bagaimana pengorganisasian input-input dan sarana produksi pertanian?
4. Seperti apa kegiatan produksi pertanian?
5. Bagaimana pengawasan produksi pertanian?
6. Apa maksud dari evaluasi produksi pertanian?
7. Bagaimana melakukan pengendalian produksi pertanian?
8. Bagaimana manajemen produksi pertanian pada perkebunan kelapa sawit?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian manajemen produksi pertanian.
2. Memahami perencanaan produksi pertanian.
3. Memahami maksud dari pengorganisasian input-input dan sarana
produksi pertanian, kegiatan produksi pertanian, pengawasan produksi
pertanian, evaluasi produksi pertanian, dan pengendalian produksi
pertanian.
4. Mengetahui manajemen produksi pertanian pada perkebunan kelapa sawit.

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Produksi Pertanian


Sejarah manajemen produksi dimulai sejak 1764 saat James Watt
menemukan mesin uap yang mengganti tenaga kerja manusia. Sejak itu
produktivitas pabrik meningkat dengan pesat. Pada tahun 1776 Adam Smith
menganjurkan peningkatan efisiensi dengan spesialisasi buruh. Dengan
spesialisasi maka tugas dalam pabrik dipisahkan berdasarkan unit-unit
tertentu dan setiap pekerja hanya mengerjakan tugas secara spesialis. Jadi
misalkan pada kebun kelapa sawit, petugas pengendali gulma, hanya bertugas
mengendalikan gulma dan tidak menjalankan tugas lain; petugas pemanen
hanya bertugas memanen dan seterusnya. Jadi tidak ada lagi tugas serabutan;
dimana petugas mengerjakan berbagai jenis pekerjaan. Masing-masing unit
tugas ini dikerjakan oleh tenaga yang ahli dan terampil, sehingga menjadi
spesialis. Sepesialisasi ini akan menurut Adam Smith akan meningkatkan
keahlian & keterampilan buruh karena tugas dilakukan berulang, mengurangi
kehilangan waktu bila ada perubahan aktivitas, dan mendorong penemuan
peralatan untuk pekerjaan khusus yang digunakan tenaga spesialis.
Perkembangan selanjutnya pada tahun 1832 Charles Babbege mengusulkan
agar tenaga kerja spesialis dibayar sesuai dengan keahlian. Hal ini dapat
meningkatkan kesejahteraan buruh dan mendorong peningkatan keahlian dan
keterampilan.
Manajemen Produksi adalah suatu pengelolaan (perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian) proses pengubahan atau konversi dari
sumberdaya yang merupakan input menjadi barang atau jasa (sebagai output)
yang dilakukan oleh suatu organisasi berdasarkan tujuannya.
Tanaman adalah tumbuhan yang sudah dibudidayakan. Sedangkan
Tanaman Pertanian adalah segala tanaman yang digunakan manusia untuk
tujuan apapun, yang berfaedah yang secara ekonomi cocok dengan rencana
kerja dan eksistensi manusia dan dikelola sampai tingkat tertentu.

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

Dari pengertian mengenai manajemen produksi dan tanaman tersebut


maka, difinisi dari Manajemen Produksi Tanaman adalah sebagai ilmu
terapan yang menggabungkan fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan
budidaya tanaman untuk menghasilkan suatu produk baik berupa benih atau
bibit atau bahan tanam, hasil tanaman (pangan, sandang, papan, bahan
industri, bunga, getah, dsb.) maupun keindahan dan kenyamanan.

B. Perencanaan Produksi Pertanian


Perencanaaan merupakan upaya penyususan program, baik program yang
sifatnya umum maupun spesifik baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Perencanaan produksi pertanian sendiri memiliki empat bagian yang
harus dipahami, bagian-bagian tersebut diantaranya:
1. Pemilihan Komoditas Pertanian
Dalam pemilihan komoditas pertanian, terdapat tiga hal yang perlu
diperhatikan yaitu pemilihan komoditas yang akan diusahakan memegang
peranan penting dalam keberhasilan usaha produksi pertanian, komoditas
yang bernilai ekonomis tinggi akan menjadi prioritas utama tetapi perlu
dipertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemasarannya, dan
yang terakhir yaitu komoditas yang telah dipilih selanjutnya ditetapkan
jenisnya atau varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim lokasi
yang direncanakan.
2. Pemilihan Lokasi Produksi Pertanian
Pemilihan lokasi produksi pertanian merupakan suatu usaha yang
dilakukan untuk menentukan dimana lahan pertanian tersebut akan
digunakan yang bertujuan agar proses produksi pertanian berjalan lancar
dan optimal.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi
diantaranya:
a). Ketersediaan Tenaga Kerja

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

Ketersediaan tenaga kerja mencangkup jumlah, spesifikasi, mutu


tenaga kerja yang dibutuhkan, tingkat upah regional serta peraturan-
peraturan daerah tentang ketenagakerjaan.
b). Ketersediaan Prasarana Dan Sarana Fisik Penunjang
Ketersediaan prasarana dan sarana fisik penunjang yang dimaksud
adalah ketersediaan faktor-faktor yang menunjang kegiatan produksi
pertanian seperti transportasi dan perhubungan, komunikasi,
penerangan serta pengairan lahan atau sumber air.
c). Lokasi Pemasaran
Pertimbangan lainnya adalah lokasi pemasaran. Sebaiknya lokasi
produksi dekat dengan lokasi lokasi pemasaran, terutama untuk
komoditas-komoditas komoditas yang tidak tahan lama seperti produk
hortikultura sehingga produk-produk hasil pertanian tetap dalam
kualitas yang baik sebelum dipasarkan.
d). Ketersediaan Insentif Wilayah
Faktor Insentif wilayah juga merupakan faktor pertimbangan dalam
menetapkan keputusan lokasi pertimbangan dalam menetapkan
keputusan lokasi produksi. Insentif wilayah sangat terkait dengan
kebijakan pemerintah daerah yang terkait, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan operasi produksi tersebut.
3. Skala Usaha Pertanian
Skala usaha pertanian berkaitan dengan input dan pasar. Skala usaha
hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang
dihasilkan tidak mengalami sehingga produksi yang dihasilkan tidak
mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Ketersediaan
input seperti modal, tenaga, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan
operasi lainnya harus harus diperhitungkan sehingga dapat dilakukan
produksi pertanian yang efektif.
4. Perencanaan Proses Produksi Pertanian
Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan program, baik
program yang sifatnya umum maupun yang spesifik dalam jangka pendek

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

maupun jangka panjang. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam


perencanaan proses produksi pertanian yaitu :
a). Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan
oleh perusahaan untuk memperoleh faktor produksi dan bahan mentah
yang akan digunakan untuk produksi.
b). Penjadwalan Proses Produksi
Jadwal produksi menggambarkan kapan suatu produksi
dilaksanakan, berapa kebutuhan bahan baku, berapa hasilnya, serta
berapa tingkat persediaan yang aman dari setiap tahapan produksi
c). Perencanaan Bahan Pelengkap Produksi
Perencanaan bahan pelengkap produksi sangat penting untuk
memastikan agar rencana produksi yang telah dibuat dapat dijalankan
sesuai rencana.
d). Perencanaan Desain Produk
Perencanaan desain produk tergantung besar kecilnya suatu
usaha, jenis usaha, teknologi yang digunakan, intensitas penggunaan
tenaga kerja atau modal dan lain sebagainya. Desain produk
mencangkup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan.

C. Pengorganisasian Input-input dan Sarana Produksi Pertanian


Menurut Said dan Intan (2001) harus ada pengorganisasian dalam
penerapan sistem untuk mencapai efisiensi input sarana produksi ini
yaitu penerapan jumlah, waktu, tempat dan tepat biaya serta mutu
sehingga ada optimasi dari penggunaan input–input produksi. Tujuan
usahatani adalah untuk mendapatkan produktivitas yang optimal,
sehingga akan diperoleh produktivitas yang tinggi. Agar tujuan itu
tercapai maka penggunaan input produksi yang tepat menjadi sangat
penting, dengan memperhatikan efisiensi usahatani (Makruf et al, 2011).
Kendala yang sering dialami dalam usaha agribisnis adalah kurangnya

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

modal atau investasi perbankan. Investasi ini sangat menentukan bagi


pengembangan agribisnis (Wahyuningsih, 2007).
Pengorganisasian mengenai sumberdaya berupa input-input dan
sarana-sarana produksi yang akan digunakan akan sangat berguna bagi
pencapaian efisiensi usaha dan waktu. Pengorganisasian tersebut
terutama menyangkut bagaimana mengalokasikan berbagai input dan
fasilitas yang akan digunakan dalam proses produksi sehingga proses
produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pencapaian efektivitas
dalam pengorganisasian menekankan pada penempatan fasilitas dan
input-input secara tepat dalam suatu rangkaian proses, baik dari segi
jumlah maupun mutu dan kapasitas. Pencapaian efisiensi dalam
pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi lebih mengarah
kepada optimasi penggunaan berbagai sumberdaya tersebut sehingga
dapat dihasilkan output maksimum dengan biaya tetap atau biaya
minimum maksimum dengan biaya tetap atau biaya minimum dengan
output tetap. Pencapaian efektivitas dan efisiensi dalam
pengorganisasian Pencapaian efektivitas dan efisiensi dalam
pengorganisasian input-input dan sarana produksi merupakan salah satu
dan sarana produksi merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan tingkat produktivitas perusahaan secara keseluruhan.

D. Kegiatan Produksi Pertanian


Produksi adalah suatu kegiatan antar faktor-faktor produksi dan
capaian tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor tersebut sering disebut
output (Boediono, 1999). Dalam ekonomi pertanian, produksi adalah
banyaknya produk usaha tani yang diperoleh dalam rentang waktu
tertentu. Satuan yang banyak digunakan adalah ton per tahun atau kg per
tahun, tergantung dari potensi hasil setiap jenis komoditi. Aak (1999:67)
mendefinisikan produksi tanaman sebagai kegiatan atau sistem budidaya
tanaman yang melibatkan beberapa faktor produksi seperti tanah, iklim,

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

farietas, kultur teknik, pengelolaan serta alat-alat agar diperoleh hasil


maksimum secara berkesinambungan.
Produksi pertanian adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat
bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus. Dari beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli maka penulis
menyimpulkan bahwa produksi dalam pertanian yaitu suatu hasil yang
diperoleh dari lahan pertanian dalam waktu tertentu biasanya diukur
dengan satuan berat ton atau kg menandakan besar potensi komiditi
pertanian. Produksi bawang merah adalah produksi total bawang merah
tiap musim (kg) atau (Ton/Ha). Efektivitas kegiatan produksi dilihat dari
alokasi sumber daya yang benar, perencanaan proses produksi yang
benar, pelaksanaan yang benar. Efisiensi produksi dicapai dengan
melaksanakan rencana dan proses produksi dengan benar, menimalkan
pemborosan selama proses produksi berlangsung, baik pemborosan
sumber daya, waktu, dan tenaga maupun pemborosan karena kehilangan
alat serta kehilangan dan kerusakan produk
Produksi pertanian dalam arti luas tergantung dari factor
genetik/varietas yang ditanam, lingkungan termasuk antara lain tanah,
iklim dan teknologi yang dipakai. Dalam arti sempit terdiri dari variditas
tanaman, tanah, iklim, dan factor-faktor non teknis seperti ketrampilan
petani, biaya/sarana produksi pertanian dan alat-alat yang digunakan
(Nurmala., dkk, 2012). Faktor yang mempengaruhi produksi pertanian
terbagi atas (Banowati., Eva., dan Sriyanto, 2013):
1. Genetik
Salah satu peranan penting dari faktor genetik ialah
kemampuan suatu tanaman hibrida (hasil silang dari induk-
induk yang potensial ) untuk berpotensi tinggi. Potensi hasil
tinggi beserta sifat-sifat lainnya (seperti mutu,ketahanan,
serangan hama penyakit, kekeringan) berhubungan sangat erat
dengan susunan genetika tanaman.

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

2. Alam/ lingkungan
Alam atau lingkungan sangat besar penmgaruhnya
terhadap produksi suatu pertanian. Lingkungan atau alam ini
didefinisikan sebagai rangkaian semua persayaratan atau
kondisi yang dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan
dan perkembangan organisme tersebut adalah sebagai berikut :
suhu, ketersediaan air, energi surya, struktur dan komposisi
udara tanah, mutu atmosfer, organisme, reaksi tanah.
3. Tenaga kerja
Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti
membutuhkan tenaga kerja. Oleh karena itu, dalam analisis
ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja
dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga
kerja yang dipakai adalah besar tenaga kerja efektif yang
dipakai. Pengunaan tenaga kerja tidak lepas dari kegiatan usaha
tani. Tenaga kerja bidang pertanian dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:
a. Tenaga kerja mekanik adalah tenaga orang –orang dewasa
(pria atau wanita) dan anak-anak. Orang dewasa dianggap
mampu mengerjakan semua pekerja sedangkan anak-anak
membantu menyelesaikan pekerjaan orang dewasa. Jumlah
tenaga kerja dihitung atau diukur dengan kerja hari orang
(HKO) yang setara dengan 8 jam kerja. Adapun jam kerja
membantu efisiensi tenaga kerja karena keteraturannya.
Tenaga kerja manuaisa diperoleh dari masyarakat sekitar
lahan atau daerah lain. Apabila mendatangkan tenaga kerja
dari daerah lain, upaahnya tinggi berkaitan dengan keahlian.
b. Tenaga kerja ternak, penggunaan tenag ternak lebih efisien
daripada tenaga manusia. Apabila dikonversi,satu tenaga
ternak sama dengan duia tenaga manusia. Sayangnya
pemakaian tenaga ternak terbatas, umumnya hanya untuk

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

mengelola tanah dan mengangkut barang. Kini, kemajuan


teknologi yang semakin canggih mengeser penggunaan
tenaga ternak.
c. Tenaga mekanik,di dalam perusahaan yang berorientasi
pertanian, tenaga mekanik semakin banyak dibutuhkan
untuk mengganti tenaga lain yang dianggap kurang efisien.
Tenaga mekanik digunakan dalam pengelolaan tanah,
pengangkutan, pemupukan, pemberantasan hama penyakit ,
maupun pemanean. Untuk menekan biaya yang
dikeluarkan, petani kecil mengkombinasikan tenaga
mekanik dengan tenaga ternak untuk menekan biaya yang
dikeluarkan.
4. Modal
Faktor modal merupakan unsur dalam pertanian yang
sangat penting sebab tanpa modal segalanya tidak berjalan.
Modal dibedakan menjadi dua yaitu modal tetap dan modal
berjalan. Modal tetap (misalnya tanah) tidak akan habis dalam
satu kali pakai atau produksi. Sedangkan modal bergerak
(uang tunai, pupuk, tanaman) dianggap habis untuk satu kali
produksi. Modal bisa diperoleh atau berasal dari pemilik,
warisan, atau kontrak (kredit).
5. Manajemen
Manajemen sangat penting peranannya apabila
dikaitkan dengan efisiensi. Artinya walaupun faktor produksi
tanah, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan modal merasa
cukup, tetapi apabila tidak dikelola dengan baik maka produksi
yang baik dan tinggi tidak akan tercapai. Manajemen
diperlukan untuk efisiensi
penggunaan modal, meliputi kemampuan untuk
menentukan, mengorganisasi, mengordinir dan menghasilkan
produk yang diharapkan.

10

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

E. Pengawasan produksi Pertanian


Pengawasan dalam usaha produksi pertanian meliputi
pengawasan anggaran, proses, masukan, jadwal kerja, dan lain-lain yang
merupakan upaya untuk memperoleh hasil yang maksimal dari usaha
produksi. Pengawasan dilakukan untuk memastikan pekerjaan berjalan
dengan baik tampa terjadi pemborosan seperti pengawasan terhadap
hargajual hasil panen, karena hasil panen yang dijual kepada pengumpul
desa akan berbeda harganya dengan harga jual kepengumpul yang ada di
kota-kota.
Pengawasan juga dilakukan untuk membandingkan hasil
usahatani yang telah di capai dengan yang di rencanakan sebelumnya.
Semua pelaksanaan kegiatan usahatani harus di awasi harus sesuai
dengan perencanaan yang di buat dari pengelolaan hingga pemasaran.
Pengawasan dari pengujian apakah segala sesuatu sesuai dengan rencana
yang telah di tetapkan, dengan instruksi yang telah di berikan dan dengan
prinsip yang telah di gariskan yang bertujuan untuk menemukan
kelemahan dan kesalahan dengan maksud untuk memperbaiki ke
depannya. Pengamatan dan hasil wawancara dilapangan bahwa sudah
sesuai dengan perencanaan manajemen usahatani, dilihat dari hasil panen
yang lebih banyak dan efisiensi pekerjaan petani lebih baik dari
sebelumnya.

F. Evaluasi Produksi Pertanian


Evaluasi adalah suatu upaya penilaian secara obyektif terhadap peraihan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil evaluasi ditujukan sebagai
pertimbangan dalam penentuan perencanan di masa mendatang. Tujuan
evaluasi adalah adanya peningkatan kualitas program, memberikan penilaian,
memberikan kepuasan pada kinerja dan menganalisis setiap hasil yang telah
direncanakan. Evaluasi dilakukan secara berkala, mulai dari saat perencanaan
sampai akhir usaha saat perencanaan sampai akhir usaha tersebut berlangsung.

11

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

Jika terjadi penyimpangan dari rencana yang Jika terjadi penyimpangan dari
rencana yang dianggap dapat merugikan, maka segera dianggap dapat
merugikan, maka segera dilakukan pengendalian
Tahapan evaluasi sangat penting untuk peningkatan efisiensi produktif.
Analisis menyeluruh terhadap semua faktor yang mempengaruhi perencanaan
dan pengendalian produksi akan membantu mengidentifikasi titik lemah dan
tindakan korektif sehubungan dengan pra-perencanaan dan perencanaan
melalui umpan balik. Keberhasilan langkah ini bergantung pada komunikasi,
pengumpulan data dan pengumpulan informasi dan analisis (Nurliza, 2017).

G. Pengendalian Produksi Pertanian


Pengendalian produksi adalah berbagai kegiatan dan metoda yang
digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola, mengatur,
mengkoordinir dan mengarahkan proses produksi (peralatan, bahan baku,
mesin dan tenaga kerja) ke dalam suatu arus aliran yang memberikan hasil
dengan jumlah biaya yang seminimum mungkin dan waktu yang secepat
mungkin. Pengendalian produksi yang dilaksanakan pada perusahaan yang
satu dengan perusahaan yang lain akan berbeda-beda tergantung pada sistem
dan kebijaksanaan perusahaan yang digunakan (Teguh, 2002). Pengendalian
produksi dapat dilakukan:
1. Order Control, Perusahaan yang beroperasi berdasarkan pesanan dari
konsumen sehingga kegiatan operasionalnya juga tergantung pada
pesanan tersebut.
2. Flow control, Perusahaan yang beroperasi untuk menghasilkan produk
standar sehingga sebagian produk merupakan produk untuk persediaan
dalam jumlah yang besar.

Menurut Agus (2001). Berdasarkan pengendalian persediaan dan kualitas,


sebagai berikut :
1. Pengendalian Persediaan bahan baku. Persediaan adalah bahan atau
barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan

12

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan,


untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau
mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang
dalam proses, barang jadi ataupun suku cadang. Bahan baku merupakan
salah satu faktor pembentuk terjadinya barang jadi sehingga segala
sesuatu yang menyangkut bahan baku harus benar-benar diperhatikan.
Masalah tersebut diantaranya; Bagaimana jumlah bahan baku yang
tersedia tidak kurang karena akan mengganggu jalannya proses produksi.
Dengan adanya pengendalian bahan baku maka perusahaan akan
berusaha untuk menyediakan bahan baku yang diperlukan dalam proses
produksi sedemikian rupa agar berjalan dengan lancar tanpa terjadi
kekurangan persediaan atau kelebihan persediaan.
2. Pengendalian Kualitas (Quality Control). Pengendalian kualitas
merupakan suatu proses untuk menentukan barang-barang yang rusak dan
diusahakan dikurangi serta mempertahankan barang-barang yang sudah
baik kemudian mengontrol agar hasil produksi di waktu yang akan datang
tidak lagi mengalami penuruanan kualitas atau kerusakan.

Menurut Teguh (2002). Berdasarkan pengendaliaan biaya dan pemeliharaan,


sebagai berikut :
1. Pengendalian Biaya Produksi merupakan sebagian keseluruhan faktor
produksi yang dikorbankan dalam proses produksi untuk menghasilkan
produk. Dalam kegiatan perusahaan, biaya produksi dihitung berdasarkan
jumlah produk yang siap dijual. Biaya produksi sering disebut ongkos
produksi. Berdasarkan pengertian tersebut, biaya produksi adalah
keseluruhan biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan produk hingga
produk itu sampai di pasar, atau sampai ke tangan konsumen. Dengan
meneliti lebih cermat biaya-biaya apa saja yang dibutuhkan dalam proses
produksi maka dapat dianalisa berapa volume penjualan yang terjual di
perusahaan tersebut beserta pendapatan yang diperoleh dari hasil
penjualan tersebut.

13

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

2. Pemeliharaan dan penggantian fasilitas produksi dilakukan dalam rangka


mempertahankan tingkat produktivitas mesin dan peralatan lainnya.
Untuk menunjang kegiatan ini perlu disusun jadwal rutin mengenai saat
pemeliharaan sesuai dengan kemampuan tenaga kerja bagian servis tetapi
jangan sampai baru diperiksa kalau sudah mengalami kerusakan berat.
Jadi pemeliharaan ini merupakan usaha pencegahan (prefentif), jangan
sampai suatu mesin sudah rusak berat pada saat dilakukan
pepepemeriksaan.

H. Manajemen Produksi Pertanian Perkebunan Kelapa Sawit


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas
perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk
utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit
(KPO) ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi salah
satu penyumbang devisa negara yang terbesar dibandingkan dengan
komoditas perkebunan lainnya. Hingga saat ini kelapa sawit telah
diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa
sawit hingga menjadi minyak dan produk turunannya (Effendi,
2011).
Minyak sawit menghasilkan berbagai produk turunan yang
kaya manfaat sehingga dapat dimanfaatkan di berbagai industri mulai
dari industri makanan, farmasi, sampai industri kosmetik. Bahkan
limbahnya pun masih dapat dimanfaatkan untuk industri mebel,
oleokimia, hingga pakan ternak. Dengan demikian, kelapa sawit
memiliki arti penting bagi perekonomian di Indonesia.
Menurut Mangoensoekarjo (2008), kelapa sawit merupakan
tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien diantara
beberapa tanaman sumber minyak nabati yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggilainnya, seperti kedelai, zaitun, kelapa, bunga matahari.
Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak paling banyak dengan
rendemen mencapai 20 persen, kelapa sawit dapat menghasilkan

14

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

minyak sebanyak 6-8 ton perhektar. Sementara itu, tanaman sumber


minyak nabati yang lainnya hanya menghasilkan kurang dari 2,5 ton
perhektar, berada jauh di bawah kelapa sawit, sehingga prospek untuk
memenuhi kebutuhan pasarkelapa sawit lebih menjanjikan.
Kelapa sawit yang dianggap masih menduduki porsi yang paling
baik dibandingkan tanaman lain, sebagai komoditas non-migas andalan
pemberi kontribusi devisa negara untuk kelancaran pengelolaannya,
membutuhkantiga aspek agribisnis yang saling terkait satu sama lainnya,
yakni aspek produksi, pemasaran, dan keuangan. Bila ketiga aspek
tersebut ditangani dengan manajemen yang benar-benar tepat, bukan
tidak mungkin hasil yang diperoleh bisa lebih dari sekedar
mendapatkan keuntungan (Pahan, 2010).
Ketersediaan lahan dan iklim di Indonesia yang pada
umumnya cocok untuk ditanami kelapa sawit, banyak petani yang
beralih fungsi menjadi petani kelapa sawit. Bukan hanya karena
pembudidayaannya yang dianggap tidak terlalu sulit, kelapa sawit ini
juga mampu memberikan kontribusi pendapatan yang tinggi apabila di
budidayakan dengan benar sehingga menghasilkan minyak sawit dengan
rendemen tinggi. Pemeliharaan kelapa sawit umumnya dibedakan
menjadi pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan tanaman
belum menghasilkan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan vegeratif
dan mempercepat fase tanaman menghasilkan. Pemeliharaan tanaman
menghasilkan merupakan pemeliharaan yang sangat penting karena
dapat mempengaruhi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi
kelapa sawit (Suwarto,2010).
Permasalahan yang terjadi adalah produksi kebun kelapa sawit
pada perkebunan rakyat jauh lebih rendah dibandingkan dengan
perkebunan yang dikelola oleh perusahaan maupun perkebunan inti
rakyat binaan dari perusahaan. Banyak faktor yang menyebabkan
produksi rendah seperti penggunaan bibit, teknik budidaya dan sumber

15

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

daya manusia yang rendah. Pemupukan merupakan salah satu tindakan


perawatan yang harus dilakukan oleh petani untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Pemupukan bertujuan untuk
menambahkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah sehingga
produktivitas meningkat.
Dinas Perkebunan Propinsi Riau (2008), pada perkebunan rakyat
pemupukan dilakukan apabila tanaman telah menghasilkan dan juga
kalau dana mencukupi untuk pembelian pupuk. Pada tanaman yang
sudah menghasilkan seringkali terjadi pemupukan yang kurang memadai
sehingga tidak diperoleh hasil TBS yang optimal dibandingkan dengan
yang dihasilkan oleh perkebunan besar . Manajemen bersama tiga faktor
produksi seperti tanah, modal, dan tenaga kerja harus saling mendukung
untuk memberikan hasil usaha yang memuaskan.
Herujito dan Yayat M (2001), menjelaskan manajemen
perkebunan adalah ilmu yang mengatur dan mengelola pelaksanaan
proses/kegiatan-kegiatan dalam perkebunan untuk mencapai keuntungan
yang diharapkan secara efektif dan efisien.Pengelolaan yang baik
menurut aturan akan memberikan hasil yang baik pula. Salah satu
kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah pemupukan.
Pemupukan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambahkan ketersediaan unsur
hara di dalam tanah, kekurangan unsur hara tanaman dapat diketahui
dari gejala-gejala yang tampak pada tanaman, apabila ketersediaannya
tidak mencukupi tanaman akan mengalami gejala defisiensi yang
mengakibatkan proses metabolism tanaman akan terganggu yang
mengakibatkan produksi tidak optimal (Mangoensoekarjo, 2007).
Pemberian pupuk yang dilakukan petani secara umum belum sesuai baik
secara jenis, kuantitas, cara dan kualitas.
Penanaman kelapa sawit ditujukan untuk menghasilkan produksi
yang optimal yang dapat dihasilkan oleh tanaman sawit. Produksi kelapa
sawit sangat ditentukan oleh faktor teknik budidaya yang baik dan benar.

16

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

Jika dalam teknik budidayanya sudah benar maka hasil produksi akan
optimal dan jika sebaliknya maka produksi akan kurang memuaskan.
Komposisi tanaman sawit petani berada pada 92 % tanaman
menghasilkan dan hanya 8 % tanaman berada pada tanaman belum
menghasilkan.
Keaslian bibit yang digunakan pada kebun kelapa sawit
merupakan salah satu penentu produktivitas (Purwantoro,2008). Hasil
penelitian Juliza Hidayati, Sukardi, Ani Suryani, Anas Miftah Fauzi,
Sugiharto (2016), menyatakan faktor-faktor yang berdampak besar pada
peningkatan produktivitas perkebunan sawit berturut-turut adalah
kesehatan tanaman,penyisipan bibit, jenis pupuk, prosedur kerja,
pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, teknologi
pemupukan, dan pemupukan bibit.
Aspek–aspek pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit
menghasilkan meliputi pengendalian gulma, penunasan pelepah,
pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, serta pemeliharaan jalan.
Pemeliharaan tanaman menghasilkan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap tingkat produksi yang dicapai. Produksi tanaman kelapa
sawit meningkat mulai umur 4-15 tahun dan akan menurun kembali
setelah umurnya 15-25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan
10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40 kg per tandan, tergantung umur
tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000–3.000 brondolan dengan
berat brondolan berkisar 10-20 gr. Volume produksi per hektar lahan
perkebunan sawit akan sangat menentukan pendapatan, karena itu titik
kritis usaha ini adalah produktivitas dan harga TBS. Volume produksi
per hektar lahan perkebunan selain ditentukan oleh luas lahan dan jenis
bibit yang digunakan juga sangat dipengaruhi oleh intensitas
pemeliharaan yang dilakukan sehingga tanaman tapat tumbuh dan
menghasilkan produksi yang optimal (Pahan, 2007).
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk
suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut

17

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi. Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang dikeluarkan
petani selama proses pemeliharaan berlangsung. Biaya pemeliharaan
merupakan bagian dari biaya produksi, yaitu biaya yang digunakan
selama pengusahaan tanaman (Soekartawi, 1999).
Tinggi rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan tergantung
pada sistem manajemennya yaitu mengefisiensikan segala biaya-biaya
produksi yang dikeluarkan. Rendahnya biaya produksi adalah salah
satu dari satu indikator terciptanya efisiensi dalam pengelolaan tanaman
kelapa sawit. Hal ini disebabkan biaya produksi adalah salah satu
alternatif yang dapat dipilih sebagai faktor yang dapat ditekan sehingga
tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya produksi. Upaya untuk
menciptakan dan meningkatkan pendapatan petani dapat pula
dilakukan dengan menekan biaya produksi menjadi seminimal mungkin
(Pardamean, 2008).
BAB III

KESIMPULAN

Manajemen produksi pertanian merupakan pengembangan fungsi dari


sistem manajemen agribisnis yang bersifat dinamis, yaitu dengan mengatur
sumber daya pertanian dalam arti luas sehingga bisnis pertanian dapat
memberikan manfaat dan keuntungan bagi pelaku-pelaku yang terlibat. Untuk
terwujudnya sistem tersebut, peranan dari manajemen produksi sangat
diperlukan pada kegiatan pertanian dalam mengoordinasikan pelaksanaan dan
mengawasi secara terintegrasi aktivitas-aktivitas baik didalam proses kegiatan
pertanian maupun di luar proses kegiatan pertanian yang dapat mempengaruhi
hasil produksi. Secara umum peranan manajemen produksi pertanian sangat
luas seperti mengoordinasikan pelaksanaan produksi di sektor pertanian mulai
dari subsistem hulu sampai subsistem hilir.

18

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

Perencanaaan merupakan upaya penyususan program, baik program yang


sifatnya umum maupun spesifik baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Pengorganisasian mengenai sumberdaya berupa input-input dan
sarana-sarana produksi yang akan digunakan akan sangat berguna bagi
pencapaian efisiensi usaha dan waktu. Pengorganisasian tersebut terutama
menyangkut bagaimana mengalokasikan berbagai input dan fasilitas yang
akan digunakan dalam proses produksi sehingga proses produksi dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Pencapaian efektivitas dalam
pengorganisasian menekankan pada penempatan fasilitas dan input-input
secara tepat dalam suatu rangkaian proses, baik dari segi jumlah maupun
mutu dan kapasitas.

Produksi pertanian adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat


bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus. Dari beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli maka penulis
menyimpulkan bahwa produksi dalam pertanian yaitu suatu hasil yang
diperoleh dari lahan pertanian dalam waktu tertentu biasanya diukur
dengan satuan berat ton atau kg menandakan besar potensi komiditi
pertanian. Produksi bawang merah adalah produksi total bawang merah
tiap musim (kg) atau (Ton/Ha). Efektivitas kegiatan produksi dilihat dari
alokasi sumber daya yang benar, perencanaan proses produksi yang
benar, pelaksanaan yang benar. Efisiensi produksi dicapai dengan
melaksanakan rencana dan proses produksi dengan benar, menimalkan
pemborosan selama proses produksi berlangsung, baik pemborosan
sumber daya, waktu, dan tenaga maupun pemborosan karena kehilangan
alat serta kehilangan dan kerusakan produk.
Herujito dan Yayat M (2001), menjelaskan manajemen
perkebunan adalah ilmu yang mengatur dan mengelola pelaksanaan
proses/kegiatan-kegiatan dalam perkebunan untuk mencapai keuntungan
yang diharapkan secara efektif dan efisien. Pengelolaan yang baik
menurut aturan akan memberikan hasil yang baik pula. Kelapa sawit
yang dianggap masih menduduki porsi yang paling baik dibandingkan

19

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

tanaman lain, sebagai komoditas non-migas andalan pemberi


kontribusi devisa negara untuk kelancaran pengelolaannya,
membutuhkantiga aspek agribisnis yang saling terkait satu sama lainnya,
yakni aspek produksi, pemasaran, dan keuangan. Bila ketiga aspek
tersebut ditangani dengan manajemen yang benar-benar tepat, bukan
tidak mungkin hasil yang diperoleh bisa lebih dari sekedar
mendapatkan keuntungan (Pahan, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1999. Pedoman Bertanam Bawang. Yogyakarta: Kanisius.


Ahyari, Drs. Agus. 2001. Manajemen Produksi: Pengendalian Produksi.
Yogyakarta. BPFE
Asmarantaka R W., Kusnadi N., Muflikh Y N., Sarianti T., dan Dewi F. 2019.
Manajemen Agribisnis. Universitas Terbuka. Banten.
Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia
Banowati., Sriyanto, dan Eva. 2013. Geografi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi,seri Sinopsis. Edisi Pertama.
Cetakan Pertama BPFE, Yogyakarta.
Juliza Hidayati, Sukardi, Ani Suryani, Anas Miftah Fauzi, Sugiharto (2016).
Identifikasi Revitalisasi Perkebunan Kelapa Sawit Di Sumatera Utara
Jurnal Teknologi Industri Pertanian 26 (3):255-265 (2016).

Makruf, E., Y. Oktavia, dan W.E. Putra. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi padi sawah di Kabupaten Seluma (Studi Kasus: produktivitas
padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja. J. Social
Economic Of Agriculture And Agribusiness. 4(2): 13-24.

20

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)


lOMoARcPSD|23270536

Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada


University Press.Yogyakarta.

Nurliza. 2017. Manajemen Produksi dan Operasi. Universitas Tanjungpura.


Pontianak
Nurmala, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Pustaka.
Said. E. G., dan Intan .A. H. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia, Jakarta.

Pahan, I. 2010. Panduan lengkap Kelapa sawit. Managemen Agribisnis dari hulu
hingga hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 2008. Penebar Swadaya. Jakarta

Purwantoro RN. 2008. Sekilas pandang industry sawit. Majalah Manajemen


Usahawan Indonesia LM FEU. 04:1-18

Wahyuningsih, S. 2007. Pengembangan agribisnis ditinjau dari kelembagaan.


Jurnal Pengembangan Agribisnis. 3 (2): 9-20.

21

Downloaded by Putri Sintia (putrisintia900@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai