MAKALAH
MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Disusun oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
dangan judul Manajemen Produksi Pertanian Pada Perkebunan Kelapa Sawit ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang Manajemen Produksi Pertanian Pada Perkebunan Kelapa
Sawit bagi para pembaca.
Kami juga memohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................ 2
BAB II POKOK BAHASAN............................................................................ 3
A. Pengertian Manajemen Produksi Pertanian...................................... 7
B. Perencanaan Produksi Pertanian
1. Pemilihan Komoditas Pertanian
2. Pemilihan Lokasi Produksi Pertanian
3. Skala Usaha Pertanian
4. Perencanaan Proses Produksi Pertanian)
..........................................................................................................
15
C. .......................................................................................................... 19
D. .......................................................................................................... 35
E. .......................................................................................................... 35
F. 46
G. .......................................................................................................... 33
H. .......................................................................................................... 56
BAB III KESIMPULAN................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………................ 26
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen agribisnis adalah seluruh aktivitas dalam subsistem-
subsistem pertanian mulai dari penyediaan sarana produksi (input pertanian),
pengelolaan di tingkat usahatani sampai menghasilkan komoditi pertanian
(produksi pertanian primer), pengolahan komoditi pertanian (pabrik atau
prosesor), pemasaran dengan segala pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran,
sehingga produk sampai dan sesuai dengan keinginan konsumen akhir
(pelanggan) (Asmarantaka et al., 2019).
Manajemen produksi pertanian merupakan pengembangan fungsi dari
sistem manajemen agribisnis yang bersifat dinamis, yaitu dengan mengatur
sumber daya pertanian dalam arti luas sehingga bisnis pertanian dapat
memberikan manfaat dan keuntungan bagi pelaku-pelaku yang terlibat. Untuk
terwujudnya sistem tersebut, peranan dari manajemen produksi sangat
diperlukan pada kegiatan pertanian dalam mengoordinasikan pelaksanaan dan
mengawasi secara terintegrasi aktivitas-aktivitas baik didalam proses kegiatan
pertanian maupun di luar proses kegiatan pertanian yang dapat mempengaruhi
hasil produksi. Secara umum peranan manajemen produksi pertanian sangat
luas seperti mengoordinasikan pelaksanaan produksi di sektor pertanian mulai
dari subsistem hulu sampai subsistem hilir.
Untuk mewujudkan peningkatan hasil produksi yang lebih baik, maka
diperlukan pengetahuan serta pemahaman yang baik tentang bagaimana
menjalankan manajemen produksi pada suatu kegiatan pertanian. Oleh karena
itu, makalah ini disusun guna membahas bagaimana manajemen produksi
pertanian yang meliputi perencanaan produksi, pengorganisasian input-input
dan sarana produksi, kegiatan produksi, pengawasan produksi, evaluasi
produksi, pengendalian produksi, dan mengetahui bagaimana contoh
penerapan manajemen produksi pertanian pada perkebunan kelapa sawit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen produksi pertanian?
2. Bagaimana perencanaan produksi pertanian?
3. Bagaimana pengorganisasian input-input dan sarana produksi pertanian?
4. Seperti apa kegiatan produksi pertanian?
5. Bagaimana pengawasan produksi pertanian?
6. Apa maksud dari evaluasi produksi pertanian?
7. Bagaimana melakukan pengendalian produksi pertanian?
8. Bagaimana manajemen produksi pertanian pada perkebunan kelapa sawit?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian manajemen produksi pertanian.
2. Memahami perencanaan produksi pertanian.
3. Memahami maksud dari pengorganisasian input-input dan sarana
produksi pertanian, kegiatan produksi pertanian, pengawasan produksi
pertanian, evaluasi produksi pertanian, dan pengendalian produksi
pertanian.
4. Mengetahui manajemen produksi pertanian pada perkebunan kelapa sawit.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Alam/ lingkungan
Alam atau lingkungan sangat besar penmgaruhnya
terhadap produksi suatu pertanian. Lingkungan atau alam ini
didefinisikan sebagai rangkaian semua persayaratan atau
kondisi yang dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan
dan perkembangan organisme tersebut adalah sebagai berikut :
suhu, ketersediaan air, energi surya, struktur dan komposisi
udara tanah, mutu atmosfer, organisme, reaksi tanah.
3. Tenaga kerja
Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti
membutuhkan tenaga kerja. Oleh karena itu, dalam analisis
ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja
dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga
kerja yang dipakai adalah besar tenaga kerja efektif yang
dipakai. Pengunaan tenaga kerja tidak lepas dari kegiatan usaha
tani. Tenaga kerja bidang pertanian dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:
a. Tenaga kerja mekanik adalah tenaga orang –orang dewasa
(pria atau wanita) dan anak-anak. Orang dewasa dianggap
mampu mengerjakan semua pekerja sedangkan anak-anak
membantu menyelesaikan pekerjaan orang dewasa. Jumlah
tenaga kerja dihitung atau diukur dengan kerja hari orang
(HKO) yang setara dengan 8 jam kerja. Adapun jam kerja
membantu efisiensi tenaga kerja karena keteraturannya.
Tenaga kerja manuaisa diperoleh dari masyarakat sekitar
lahan atau daerah lain. Apabila mendatangkan tenaga kerja
dari daerah lain, upaahnya tinggi berkaitan dengan keahlian.
b. Tenaga kerja ternak, penggunaan tenag ternak lebih efisien
daripada tenaga manusia. Apabila dikonversi,satu tenaga
ternak sama dengan duia tenaga manusia. Sayangnya
pemakaian tenaga ternak terbatas, umumnya hanya untuk
10
11
Jika terjadi penyimpangan dari rencana yang Jika terjadi penyimpangan dari
rencana yang dianggap dapat merugikan, maka segera dianggap dapat
merugikan, maka segera dilakukan pengendalian
Tahapan evaluasi sangat penting untuk peningkatan efisiensi produktif.
Analisis menyeluruh terhadap semua faktor yang mempengaruhi perencanaan
dan pengendalian produksi akan membantu mengidentifikasi titik lemah dan
tindakan korektif sehubungan dengan pra-perencanaan dan perencanaan
melalui umpan balik. Keberhasilan langkah ini bergantung pada komunikasi,
pengumpulan data dan pengumpulan informasi dan analisis (Nurliza, 2017).
12
13
14
15
16
Jika dalam teknik budidayanya sudah benar maka hasil produksi akan
optimal dan jika sebaliknya maka produksi akan kurang memuaskan.
Komposisi tanaman sawit petani berada pada 92 % tanaman
menghasilkan dan hanya 8 % tanaman berada pada tanaman belum
menghasilkan.
Keaslian bibit yang digunakan pada kebun kelapa sawit
merupakan salah satu penentu produktivitas (Purwantoro,2008). Hasil
penelitian Juliza Hidayati, Sukardi, Ani Suryani, Anas Miftah Fauzi,
Sugiharto (2016), menyatakan faktor-faktor yang berdampak besar pada
peningkatan produktivitas perkebunan sawit berturut-turut adalah
kesehatan tanaman,penyisipan bibit, jenis pupuk, prosedur kerja,
pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, teknologi
pemupukan, dan pemupukan bibit.
Aspek–aspek pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit
menghasilkan meliputi pengendalian gulma, penunasan pelepah,
pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, serta pemeliharaan jalan.
Pemeliharaan tanaman menghasilkan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap tingkat produksi yang dicapai. Produksi tanaman kelapa
sawit meningkat mulai umur 4-15 tahun dan akan menurun kembali
setelah umurnya 15-25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan
10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40 kg per tandan, tergantung umur
tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000–3.000 brondolan dengan
berat brondolan berkisar 10-20 gr. Volume produksi per hektar lahan
perkebunan sawit akan sangat menentukan pendapatan, karena itu titik
kritis usaha ini adalah produktivitas dan harga TBS. Volume produksi
per hektar lahan perkebunan selain ditentukan oleh luas lahan dan jenis
bibit yang digunakan juga sangat dipengaruhi oleh intensitas
pemeliharaan yang dilakukan sehingga tanaman tapat tumbuh dan
menghasilkan produksi yang optimal (Pahan, 2007).
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk
suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut
17
harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi. Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang dikeluarkan
petani selama proses pemeliharaan berlangsung. Biaya pemeliharaan
merupakan bagian dari biaya produksi, yaitu biaya yang digunakan
selama pengusahaan tanaman (Soekartawi, 1999).
Tinggi rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan tergantung
pada sistem manajemennya yaitu mengefisiensikan segala biaya-biaya
produksi yang dikeluarkan. Rendahnya biaya produksi adalah salah
satu dari satu indikator terciptanya efisiensi dalam pengelolaan tanaman
kelapa sawit. Hal ini disebabkan biaya produksi adalah salah satu
alternatif yang dapat dipilih sebagai faktor yang dapat ditekan sehingga
tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya produksi. Upaya untuk
menciptakan dan meningkatkan pendapatan petani dapat pula
dilakukan dengan menekan biaya produksi menjadi seminimal mungkin
(Pardamean, 2008).
BAB III
KESIMPULAN
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Makruf, E., Y. Oktavia, dan W.E. Putra. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi padi sawah di Kabupaten Seluma (Studi Kasus: produktivitas
padi sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja. J. Social
Economic Of Agriculture And Agribusiness. 4(2): 13-24.
20
Pahan, I. 2010. Panduan lengkap Kelapa sawit. Managemen Agribisnis dari hulu
hingga hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 2008. Penebar Swadaya. Jakarta
21